Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa
terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam
ilmu kefarmasian senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan
pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat. Obat
didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah,
mengobati, mendiagnosis penyakit/ gangguan, atau menimbulkan suatu
kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan
otot rangka selama pembedahan hewan coba. Farmakologi mempunyai
keterkaitan

khusus

dengan

farmasi,

yaitu

ilmu

cara

membuat,

menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat.


Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari
kemampuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun
fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi dan nasibnya di dalam organisme
hidup. Untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia
khususnya, serta penggunaan pada pengobatan penyakit, disebut
farmakologi klinis. Contohya pada golongan obat anti hipertensi.
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius, terapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Kadang-kadang mekanisme
kontrol tekanan darah tidak berfungsi secara benar atau tidak mampu
secara total mengkompensasi perubahan-perubahan yang terjadi. Tekanan
darah dapat meningkat di atas rentang normal (hipertensi apabila di atas
140/90 mmHg) atau di bawah normal (hipotensi apabila kurang dari
100/60 mmHg) sedangkan tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.
Perubahan tekanan darah dirasakan oleh baroreseptor ginjal. Apabila
tekanan tinggi, maka pelepasan hormone resin berkurang. Apabila tekanan
darah turun, maka pelepasan renin meningkat. Pelepasan renin juga
dirangsang oleh saraf simpatis ke ginjal. Golongan obat antihipertensi
diantaranya diuretik.
1

Diuretik merupakan obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan


meningkatnya aliran urine. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor
ion yang menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti Cl+ memasuki
urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal
bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotic.
Pada percobaan diuretik dilakukan pada hewan coba yaitu mencit
dengan mengukur volume urin yang dikeluarkan pada waktu 5, 10, 15
menit. Dengan menggunakan obat HCT, furosemid dan air suling.
I.2

Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1

Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami efek obat diuretik dari suatu
sediaan obat yang diberikan secara oral terhadap hewan uji Mencit (Mus
musculus).

I.2.2

Tujuan percobaan
Dapat mengetahui efek diuretik suatu sediaan obat yang diberikan
secara oral pada hewan uji Mencit (Mus musculus)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Teori Umum
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan dimana tekanan
darah lebih tinggi dari normal. Hipertensi sebenarnya bukan suatu penyakit,
merupakan hanya suatu kelainan, suatu gejala dari gangguan pada mekanisme
regulasi tekanan darah. Pengaturan tekanan darah didominasi oleh tonus
simpatis yang menentukan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas miokard,
dan tonus pembuluh darah arteri maupun vena. Sistem parasimpatis hanya
ikut mempengaruhi frekuensi denyut jantung. Sistem simpatis juga
mengaktifkan

sistem

renin-angiotensin-aldosteron

(RAA)

melalui

peningkatan sekresi renin. Homeostatis TD dipertahankan oleh refleks


baroreseptor sebagai mekanisme kompensasi yang terjadi seketika, dan oleh
sistem RAA sebagai mekanisme kompensasi yang berlangsung lebih lambat.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertertensi yang kebanyakan hanya
bersifat sementara adalah antara lain:
1. Garam Ion-ion natrium mempertinggi daya tahan pembuuh-pembuluh
perifer dengan jaan memperbesar volume darah (retensi air) dan
vasokontriksi melalui potensial efek noradrenalin.
2. Drop Sejenis gula-gula yang dibuat dari succus liquiritae mengandung
asam glizirinat, yang dapat mempertinggi TD pada orang-orang yang
berbakat.
3. Pil Antihamil Pil ini mengandung hormone kelainan estrogen yang dapat
menahan garan dan air, terutma pada wanita-wanita yang peka.
Gejala-gejala hipertensi yang khas tidak ada, adakalanya pasien menderita
nyeri kepala pagi hari sebelumnya bangun dari pembaringan, nyeri ini
akan hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali dengan
pengukuran tensi dan adakalanya melalui pemeriksaan.
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas akibat TD tinggi. Ini berarti TD harus diturunkan
serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung,
maupun kualitas hidup, sambil dilakukan pengendalian faktor-faktor risiko
3

kardiovaskular lainnya. Telah terbukti bahwa makin rendah TD diastolic dan


sistolik, makin baik prognosisnya. Pada umumnya, sasaran TD pada penderita
muda adalah < 140/90 mmHg (sampai 130/85 mmHg), sedangkan pada
pederita usia lanjut sampai umur 80 tahun < 160/90 mmHg (sampai 145
mmHg sistolik bila dapat ditoleransi).
Golongan Obat Antihipertensi yaitu :
a. Anti diuretik
Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya
aliran urine disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat
transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti Cl+
memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan
normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk
mempertahankan keseimbangan osmotic. Perubahan Osmotik dimana
dalam tubulus menjadi menjadi meningkat karena Natrium lebih banyak
dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal. Dan
produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic
meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi
ion didalam urine dan darah (Halimudin, 2007).
Diuretik

adalah

obat

yang

dapat

menambah

kecepatan

pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama


menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang
kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi
utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal.
Pengaruh diuretik terhadap sekresi zat terlarut penting artinya
untuk menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan
akibat penggunaan suatu diuretic.

Mekanisme kerja diuretik

1. Tubuli proksimal.
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini
direabsorpsi secera aktif untuk 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu
pula glukosa dan ureum. Karena reabsopsi belangsung secara
proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis
terhap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan
merintangi rabsorpsi air dan natrium.
2.

Lengkungan Henle.
Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang telah
difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari
Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika
lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl -

3.

begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+diperbanyak.


Tubuli distal.
Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air
hingga filtrat menjadi lebi cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida
dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak eksresi
Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na + ditukarkan
dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak
ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium

bekerja di sini dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+.


4. Saluran Pengumpul.
Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan
mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.

Berdasarkan cara bekerja Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :


1. Diuretik osmotic

Istilah diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan


elektrolit yang mudah dan cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat
bertindak sebagai diuretic osmotic apabila memenuhi 4 syarat:
(1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus.
(2) tidak atau hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal.
(3) secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan
(4) umumnya
resisten
terhadap
perubahan-perubahan
metabolic (Katzung, 1998).
Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotic dapat diberikan dalam
jumlah cukup besar sehingga turut menentukan derajat osmolalitas
plasma, filtrate glomerulus dan cairan tubuli
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara
menghambat

reabsorpsi

bikarbonat. Zat

ini

merintangi

enzim

karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat,


juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan
air. Khasiat diuretiknya

lemah,

setelah

tachyfylaxie

perlu

digunakan

maka

beberapa

hari

secara

terjadi

berselang-

seling. Asetozolamid diturunkan sulfanilamid.


3. Diuretik golongan tiazi
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.
Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama digunakan
pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki
kurva dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya
(diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah. Obat-obat
diuretik

yang

hidroklorotiazid,

termsuk

golongan

hidroflumetiazid,

ini

adalah

bendroflumetiazid,

klorotiazid,
politiazid,

benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan


indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan
duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi

natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif


(sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).
Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi dengan
diuretika lainnya untuk menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi
reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat secara kompetitif
oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya adalah spironolakton yang
merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip dengan
hormon alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai
beberap hari setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agal
lemah sehingga dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari
kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal jantung berat, spironolakton
dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya di usus
tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah
menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui
kemih dan tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih
panjang yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada penggunaan lama dan
dosis tinggi akan mengakibatkan gangguan potensi dan libido pada pria
dan gangguan haid pada wanita. Contoh obat paten: Aldacton, Letonal
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada
bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit
natrium, kalium, dan klorida.
Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6).
Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan
paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan
efeknya senantiasa bertambah. Contoh obatnya adalah furosemida yang
merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat
hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan
Cl di bagian ascending dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus
distal,

mempengaruhi

sistem

kontrasport

Cl-binding,

yang

menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh obat paten:

frusemide, lasix, impugan. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam


etakrinat, furosemid dan bumetamid.
II.2 Uraian Hewan Coba
II.2.1 Karakteristik Hewan coba (Malole, 1989).
Mencit (mus musculus)
Masa pubertas

: 35 hari

Masa beranak

: Sepanjangtahun

Masa hamil

: 19-20 hari

Jumlah sekali lahir

: 4-12 anak

Masa hidup

: 2-3 tahun

Masa tumbuh

: 6 bulan

Masa menyusui

: 21 hari

Frekuensi kelahiran

: 4 setiap tahun

Suhu tubuh

: 37,9 39,2 oC

Laju respirasi

: 136 216/menit

Tekanan darah

: K=11,4

Volume darah

: 147/106 mmHg

Luas permukaan

: 7.5 % BB

II.2.2 Klasifikasi Hewan Coba


Mencit (Mus Musculus) (Malole, 1989)
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Class

: Mammalia

Sub Class

: Rodentia

Ordo

: Rodentia

Famili

: Muridae

Genus

: Mus

Spesies

: Mus musculus

II.3 UraianBahan
1. Air suling (Dirjen POM, 1979).
Nama resmi
Sinonim

: Aqua Destilata
: Air suling / aquadest

RM/BM
: H2O/18,02
Rumus Struktur :
Pemerian

H-O-H

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.


Kegunaan
: Sebagai fase air.
Penyimpanann : dalam wadah tertutup baik
2. Furosemida (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi

: Furosemida

Nama lain

: Furosemidum

Rumus molekul : C12H12CIN2O5S


Rumus Struktu

:
CH2NH

Cl

COOH
Pemerian

SO2NH

: Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak berbau;


hampir tidak berasa.

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air dan dalam klorofrom p,


larut dalam 75 bagian etanol (95%) p dan dalam
850

bagian

eter

p;

larut

dalan

larutan

alkalihidroksida
Kegunaan

: Sebagai sampel

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

3. Hidroklorotiazidum (Ditjen POM, 1979)


Nama
: Hyrochorthiazidincomperssi
Nama lain
: Tablet hidokloratiazid, tablet HCT
Rumus Molekul : C7H5CIN3O4S2
Pemerian
: Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak
Kelarutan

berbau, agak pahit


: praktis tidak larut dalam air, dalam klorofom
p dan dalam eter p, larut dalam 200 bagian

10

etanol (95%) p, dan dalam 20 bagian aseton


Kegunaan
Penyimpanan

p, larut dalam larutan alkalihidroksida.


: Sebagai sampel
: Dalam wadah tertutup baik

BAB III
METODE KERJA
III.1 ALAT DAN BAHAN
III.1.1 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Alu
Batang Pengaduk
Gelas kimia
Gelas ukur
Lumpang
Plat panas

11

7. Kapas.
III.1.2 Bahan
1.
2.
3.
4.

Alkohon
Air suling
Tisue
aluminium voil.

III.3 ProsedurKerja
a.

pembuatan larutan Na-CMC


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang Na-CMC 1 g
3. Dipanaskan aquadest
4. Diukur aquadest 100 ml
5. Dilarutkan Na-CMC kedalam aquadest 100 ml
6. Digerus hingga homogen
b. Pembuatan laruttan HCT
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang HCT 1 g
3. Diukur larutan Na-CMC 25 ml
4. Digerus HCT 1 g hingga halus
5. Ditambahkan larutan Na-CMC ke dalam HCT sedikit demi sedikit
6. Digerus hingga homogen
7. Larutan HCT siap diinduksikan ke mencit
c. Pembuatan larutan furosemid
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang furosemid 1 g
3. Diukur larutan Na-CMC 50 ml
4. Digerus HCT 1 g hingga halus
5. Ditambahkan larutan Na-CMC ke dalam furosemid sedikit demi
sedikit
6. Digerus hingga homogen
7. Larutan furosemid siap dinduksikan ke mencit
d. Pembuatan air suling
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipanaskan air suling
3. Didinginkan air suling
4. Air suling siap diinduksikan kemencit
Mencit diberi larutan air per oral, kemudian mencit diletakkan di atas
plat, dicatat waktu mencit dan volume air kencing mencit setiap waktu 5 10
15 menit.

10

12

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1

Hasil Pengamatan
N
o
1.
2.
3.

IV.2

Hewan
Mencit
Mencit
Mencit

BB

Obat

Volume urin
10

15

26,6

furosemi

0,23

0,11

26,6
26,6

d
HCT
Air

Pembahasan
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan
adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua
menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama
diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel
kembali menjadi normal.
Adapun pada praktikum kali ini dilakukan percobaan diuretik yaitu
dengan menggunakan mencit sebagai hewan coba. Bahan yang digunakan

13

empat macam obat yang berbeda yaitu Na.CMC, HCT dan furosemid dan
air suling.
Langkah awal pemberian penanganan mencit yang telah dipuasakan
selama 8 jam dengan menyuntikaan menci dengan alat yang dinamakan
sonde dengan obat Furosemid sebanyak 1 ml. Dimana obat furosemid
dilarutkan dalam larutan NaCMC, larutan NaCMC ini sebagai kontrol
negatif atau larutan pembanding. Pemberian dilakukan peroral dengan cara
dimasukan jarum kedalam mulut menci dengan cara di miringkan. Setelah
pemberian mencit diletakan diwadah untuk diamati. Dimana hasil
pengamatan menunjukan pada menit ke 5 volume yang dikeluarkan mencit
yaitu 0,23 ml, pada menit ke 10 volume urin yang dikeluarkan 0,11 ml,
dan pada menit ke 15 mencit tersebut sudah tidak mengeluatkan urin. Hal
ini menunjukan adanya reaksi obat terhadap mencit untuk obat furosemid.
Yang dapat merangsang mencit untuk mengeluarkan urine. Karena dalam
literatur di jelskan bahwa furosemid merupakan obat golongan diuretik
loop yang bekerja dengan menghambat kontranspor Na/K/Cl dari
membrane lumen pada pars assendens ansa henle, yang menyebabkan
reabsorbsi Na/K/Cl akan menurun, sehingga menurunkan retensi air dari
Na yang mengikat air, yang menyebabkan penurunan retensi vascular
ginjal dan meningkatkan aliran darah ke ginjal, sehingga tekanan darah
tidak meningkat.
Untuk penggunaan obat HCT (Hidroklorotiazid) dilakukan dengan
melarutkanya dalam larutan NaCMC. Kemudian disuntikkan peroral
kedalam mulut mencit sebanyak 1 ml dengan cara dimiringkan. Diamati
mencit, data pengamatan dari mencit mulai dari waktu pemerian 5 10
sampai 15 menit mencit tersebut tidak mengeluarkan air kencing/urine, hal
ini disebabkan karena kemungkinan terjadinya kesalahan pada praktikan
saat pemerian obat yang tidak tepat sasaran, karena dalam literatur HCT
telah di jelaskan bahwa HCT merupakan antihipertensi golongan diuretika
tiazid yang bekerja dengan cara merendahkan tekanan darah, dimulai

14

dengan peningkatan eksresi Na dan air. Ini menurunkan volume ekstrasel,


menimbulkan pengurangan isi sekuncup jantung dan aliran darah ginjal.
Pada penggunaan air suling dilakukan tanpa pencampuran bahan
apa-apa. Pemberian air suling sebanyak 1 ml, hasil yang ditujukan
terhadap mencit tidak adanya urine yang dikeluarkan baik pada waktu 5 10
dan 15 menit. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
mencit tidak menunjukan ekskresi urine karena tidak diberikan anti piretik
yang kemungkinan di pengaruhi oleh faktor stres dari luar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil praktikum ini adalah
kekurang telitian dalam pemberian obat dan lebihnya dosis yang diberikan.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Efek pemberian untuk obat furosemid pada hewan coba mencit sesuai
pengamatan, menunjukan hasil adanya reaksi dari obat dengan volume
urin pada menit 5 yaitu 0,23 ml, pada menit ke 10 volume urin yang
dikeluarkan 0,11 ml, dan pada menit ke 15 mencit tersebut sudah tidak
mengeluatkan urin.
2. Untuk pemberian HCT pada mencit, mencit tidak mengeluarkan urine
hal ini kemungkinan terjadi adanya kemungkinan kesalahan saat
pemberian obat.
3. Pada pemberian air suling, mencit juga tidak mengeluarkan urine hal ini
karena air tidak memberikan efek diuretik terhadap mencit.
V.2 Saran
Laboratorium

: Sebaiknya alat dan bahan yang ada dilaboratorium lebih


dilengkapi agar mahasiswa tidak kesulitan dalam
melaksanakan praktikum.

14

15

Praktikan

: Sebaiknya pada saat pemberian obat pada mencit harus


lebih hati-hati agar obat dapat memberikan efek
terapi dengan baik.

Asisten

: Tetap pertahankan kedisiplinan agar dapat menciptakan


suasana yang kondusif.

DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Chung, Edward.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler , Edisi III,
diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Katzung, Bertram. G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika,
Jakarta, hal.
Mutschaler, Ernst. 1991. Dinamika obat Farmakologi dan Tonsikologi . bandung ;
ITB
Mycek, Mary. J. Dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2 . Jakarta:
Widya Medika.
Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar Edisi II, Depok: Leskonfi.
Syarif, amir, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Tjay Tan Hoan, Rahardja Kirana. 2007. Obat-obat Penting edisi. 6 depkes RI.
Jakarta.

16

Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar Edisi II, Depok: Leskonfi


http:// laporan antipiretik. Html. Diakses tanggal 27 november 2014

Anda mungkin juga menyukai