Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. PRAFORMULASI
I

Tinjauan Farmakologi Dekstrosa


1.1 Farmakokinetika
Dekstrosa atau glukosa merupakan suatu gula (monosakarida) yang diperoleh dari

hidrolisis pati, mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat. Absorbsinya sangat cepat
dalam usus halus dengan mekanisme difusi aktif. Dekstrosa dapat diberikan secara per oral atau
melalui infus i.v sebagai treatment deplesi cairan dan karbohidrat (Kathleen, P., 1999).
Konsentrasi tertinggi glukosa dalam plasma terjadi dalam 40 menit setelah pemakaian oral pada
pasien hipoglikemia. Dekstrosa pada saluran pencernaan akan mengalami 3 jalur metabolisme
yaitu glikolisis, siklus krebs dan jalur pentose fosfat (Reynolds, 1982). Glukosa dimetabolisme
melalui asam laktat atau piruvat menjadi CO 2 dan H2O. Dekstrosa dapat mengurangi protein
tubuh dan menyebabkan kehilangan nitrogen, juga mengakibatkan penurunan atau pencegahan
ketosis jika dosis tepat diberikan (Trissel, 2003).
1.2 Indikasi
Infus dekstrosa atau glukosa digunakan sebagai terapi parenteral untuk memenuhi kalori
pada pasien yang mengalami dehidrasi. Selain itu juga digunakan untuk terapi pada pasien
hipoglikemia yang membutuhkan konsentrasi glukosa dalam darah, hal ini dipenuhi dengan cara
menyimpan dekstrosa yang ada sebagai cadangan gula dalam darah (McEvoy, 2002).
1.3 Kontra Indikasi
Pemberiaan larutan dekstrosa di kontraindikasikan untuk pasien dengan koma diabetikum,
pemberian bersama produk darah, anuria, perdarahan intraspinal & intrakranial dan delirium
dehidrasi (dehydrated delirium tremens) (Kathleen, P., 1999). Larutan dekstrosa sebaiknya
digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan overt atau diketahui mengalami diabetes melitus
atau intoleransi karbohidrat. Larutan dekstrosa yang tidak mengandung elektrolit sebaiknya tidak
diadministrasikan pada darah dengan infus IV yang sama karena dapat terjadi aglomerasi
(Trissel, 2003).
1.4

Efek Samping
Larutan dekstrosa atau infuse dekstrosa dapat menyebabkan poliuria karena gula yang ada
menyerap air dengan kuat dalam tubuh. Hipergikemia dan glukosuria (McEvoy, 2002).
Menyebabkan infeksi di tempat suntikan, trombosis vena dan ekstravasasi. Jika larutan

dekstrosa hipertonis diinfusi terlalu cepat, dapat terjadi nyeri lokal dan iritasi vena. Jika terjadi
efek samping selama administrasi, injeksi harus segera dihentikan, pasien dievaluasi dan juga
dilakukan pengukuran terapeutik yang tepat jika diperlukan (Trissel, 2003).
1.5 Penyimpanan
Penyimpanan pada suhu 2o-25oC, terlindung dari sinar matahari (McEvoy, 2002).
II. Tinjauan Fisiko Kimia Zat Aktif dan Zat Tambahan
2.1` Dekstrosa Monohidrat
a. Organoleptis
Dekstrosa Monohidrat berupa kristal tidak berwarna atau putih, berbentuk bubuk kristal
atau butiran, tidak berbau dan memiliki rasa manis (Sweetman, 2009). Memiliki luas
permukaan 0,22-0,29 m2/g (Rowe, et.al., 2009).
b. Struktur Kimia dan Bobot Molekul
Dekstrosa memiliki rumus molekul C6H12O6.H2O dengan bobot molekul yaitu 198,17
g/mol (Reynolds, 1982). Dibawah ini merupakan struktur kimia dekstrosa:

Gambar 1. Struktur Dekstrosa (Reynolds, 1982).


c. Kelarutan
Berikut dicantumkan kelarutan dextrose pada berbagai pelarut:
Pelarut

Kelarutan pada suhu

200
Kloroform
Praktis tidak larut
Ethanol (95%) 0.083333333
Ether
Praktis tidak larut
Gliserin
Larut

Air
1:01
Tabel 1. Kelarutan dekstrosa menurut buku Pharmaceutical Excipients
(Kibbe, 2000).
Pelarut
Air mendidih
Air
Etanol mendidih
Etanol

Kelarutan
Sangat mudah larut
Mudah larut
Larut
Sukar larut
Tabel 2. Kelarutan dekstrosa
(Depkes RI, 1995).

d. Stabilitas
Dekstrosa atau glukosa memiliki daya tahan yang baik terhadap cahaya, namun dalam
penyimpanan diusahakan terlindung dari sinar matahari (McEvoy, 2002). Dekstrosa tidak
stabil terhadap suhu tinggi karena dapat terdegradasi menjadi 5-hidroksi-metil-furfural,
yang akhirnya berubah menjadi asam lauvulinik. Dekstrosa dapat disimpan pada suhu 2 oC25oC atau disimpan pada suhu kamar (tahan sampai 14 bulan) (McEvoy, 2002). Dekstrosa
stabil pada pH 3,5 sampai 6,5 (Depkes RI, 1995). Jika pH terlalu asam akan menyebabkan
terbentuknya karamel dan akan terdekomposisi dan berwarna coklat pada pH yang lebih
basa (Kibbe, 2000).
e. Titik Lebur dan Penyimpanan
Dekstrosa memiliki titik lebur 83oC (Kibbe, 2000) dan harus disimpan pada suhu 2oC25oC dan terlindungi dari sinar matahari (McEvoy, 2002).
f. Inkompatibilitas
Jika larutan i.v glukosa dicampur dengan cyanocobalamin, kanamycin sulfat,
novobiocin sodium dan warfarin sodium akan menyebabkan terjadi kekeruhan. Glukosa
dapat bereaksi dengan amin, amida, asam amino, peptida. Vitamin B kompleks akan
terdekomposisi bila dipanaskan dengan dekstrosa, eritromisisn gluceptate tidak stabil pada
larutan glukosa dengan pH 5,05. Apabila sediaan dekstrosa bereaksi dengan senyawa alkali
kuat dapat menyebabkan perubahan warna menjadi coklat dan penguraian pada sediaan
(McEvoy, 2002).
2.2 Charcoal / Norit / Arang Jerap

Arang jerap merupakan sisa destilasi destruktif dari beberapa bahan organik yang telah
diberi perlakuan untuk mempertinggi daya jerap.
a. Organoleptis
Arang jerap berupa serbuk halus, bebas dari butiran, hitam, tidak berbau dan tidak
berasa.
b. Kelarutan
Arang jerap praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol.
c. Stabilitas
Arang jerap stabil pada tempat yang tertutup dan kedap udara.
d. Wadah dan peyimpanan
Arang jerap disimpan dalam wadah tertutup baik.
e. Kegunaan
Arang jerap atau Norit digunakan untuk menyerap bahan-bahan pengotor yang
mungkin ada.
f. Alasan pemilihan
Norit bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif.
(Depkes RI, 1995).
2.3 Air Injeksi
Menurut Farmakope Indonesia IV, air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang
disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau
bahan tambahan lainnya (Depkes RI, 1995).
a. Organoleptis
Air injeksi berupa cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau
b. Sterilisasi
Air injeksi dapat disterilisasi dengan cara panas basah (autoklaf)
c. Kegunaan
Air injeksi dapat digunakan untuk bahan pembawa dan pelarut.
d. Alasan pemilihan
Air injeksi dipilih karena air injeksi dapat digunakan untuk melarutkan zat aktif dan
zat-zat tambahan
e. Cara pembuatan
Air injeksi dapat dibuat dengan mendidihkan aqua dan diamkan selama 30 menit
kemudian dinginkan.
(Depkes RI, 1995).
III.Bentuk Sediaan, Dosis, Rute Pemakaian
III.1 Bentuk Sediaan
Sediaan akan dibuat dalam bentuk infus dekstrosa 5% dengan volume sediaan adalah 100
mL dan ditampung dalam sebuah botol gelap bervolume 100 mL.

III.2 Dosis
Dosis dari penggunaan sediaan dekstrosa ini tergantung dari umur pasien, berat badan,
kondisi klinik, cairan elektrolit, dan keseimbangan asam-basa dari pasien. Dosis melalui injeksi
IV untuk pemulihan kondisi pasien, laju kecepatan infusnya adalah 0,5 g/kg per jam tanpa
disertai produksi gula dalam urin (glukosuria). Laju atau kecepatan infus maksimum pada
umumnya tidak melebihi 0,8 g/kg per jam. Untuk pengobatan hipoglikemia dosis umumnya
adalah 20-50 mL dekstrosa 50%, yang diberikan dengan lambat. Untuk pengobatan gejala
hipoglikemia akut pada bayi dan anak-anak dosis umumnya adalah 2 mL/kg dengan konsentrasi
glukosa 10%-25% (McEvoy, 2002).
III.3 Rute Pemakaian
Infus dekstrosa 5% diberikan secara intravena (Trissel, 2003).

Daftar pustaka
Kathleen, P. 1999. Martindale : The Complete Drug Reference 32nd Edition. London:
Pharmaceutical Press.
Trissel, C.A. 2003. Handbook on Injectable Drugs 12th edition book 2. USA: American Society
of Health- System Pharmacist Inc
Reynolds, J. E. F. 1989. Martindale The Extra Pharmacopea Twenty-nineth Edition Book 1.
London: Pharmaceutical Press (PhP).
McEvoy, G. K. 2002. AHFS Drug Information. United State of America: American Society of
Health System Pharmcists.
Rowe, R. C., P.J. Sheskey, dan M.E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth
Edition. London: Pharmaceutical Press.
Sweetman, S. C. 2009. Martindale : The Complete Drug Reference Thirty-Sixth Edition. London:
Pharmaceutical Press.
Kibbe, A. H. 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients Third Edition. London:
Pharmaceutical Press (PhP).

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai