PERCOBAAN 4
UJI EFEKTIVITAS ANTI DIARE
: 22 Desember 2014
Disusun oleh:
KELOMPOK 5 / GOLONGAN A
1. Dedi Febriandi
(138911)
2. Dhea Rizky
(138915)
3. Endah Nopaparadila
(138917)
4. Mega Juniati
(138945)
5. Yessi Dwisanti
(139005)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
I. PENDAHULUAN
A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa diharapkan dapat mempunyai keterampilan dalam melakukan
2.
3.
4.
5.
Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare
yang lainnya, karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau
menyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral.
Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National
Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007) :
1. Infeksi bakteri
Beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman,
contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E. coli).
2. Infeksi virus
Beberapa
virus
menyebabkan
diare,
termasuk
rotavirus,
Norwalk
jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya
terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan
intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas
daripada orang dewasa (Adnyana, 2008).
1.1 Mekanisme timbulnya diare.
(EPEC),
yang
melibatkan
gen EPEC
adherence
factor
(EAF),
rasa
lemah,
dan
gejala
disentri.
Bakteri
lain
bersifat
invasif
misalnya Salmonella.
Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan
oleh Shigella dysentrie yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan
sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC) serogroup 0157 yang dapat
menyebabkan kolitis hemoragik dan sindroma uremik hemolitik, kuman EPEC
serta V. Parahemolyticus (Putri, 2010).
1.1.3 Enterotoksin.
Prototipe
klasik
enterotoksin
adalah
toksin
kolera
atau Cholera
toxin (CT) yang secara biologis sangat aktif meningkatkan sekresi epitel usus
halus. Toksin kolera terdiri dari satu subunit A dan 5 subunit B. Subunit A1 akan
merangsang aktivitas adenil siklase, meningkatkan konsentrasi cAMP intraseluler
sehingga terjadi inhibisi absorbsi Na dan klorida pada sel vilus serta peningkatan
sekresi klorida dan HCO3 pada sel kripta mukosa usus.
ETEC menghasilkan heat labile toxin (LT) yang mekanisme kerjanya sama
dengan CT serta heatStabile toxin (ST).ST akan meningkatkan kadar cGMP
selular, mengaktifkan protein kinase, fosforilasi protein membran mikrovili,
membuka kanal dan mengaktifkan sekresi klorida (Putri, 2010).
Kemoterapeutika
Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa
pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh
infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi
parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin.
Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab
diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida,
furazolidin, dan kuinolon) (Schanack, 1980).
B.
C.
Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah
mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi
permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat
merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam
golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan
garam-garam alumunium ) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan
antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri
dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja.
Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon
aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).
Loperamida
Pemerian: Serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada suhu lebih kurang
225oC disertai peruraian.
Kelarutan: Sukar larut dalam air dan asam encer, mudah larut dalam metanol dan
kloroform. (Farmakope Indonesia IV, 1995).
tinja.
Kemungkinan
disalahgunakannya
obat
ini
lebih
kecil
Loperamide
Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan
Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Aktifitas antimikroba Nifuroxazide lebih besar dari obat anti infeksi intestinal
biasa seperti kloroyodokuin. Pada konsentrasi encer (1 : 25.000) Nifuroxazide
masih memiliki daya bakterisidal. Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut,
diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non
spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik,
secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap
toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan
melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan
integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulosemanitol urin pada anak dengan diare akut (Putri, 2010).
2. Bahan
NaCl fisiologis
Aoleum ricini/paraffin cair
Infusa kayu manis
Loperamid HCl
Kertas saring
Hewann uji
Konversi
5 x 0,0026 = 0,013
Larutan stock (60mL)
60 x 0,013 = 0,78mg/60mL
Pengenceran diazepam
0,78
2,5
x
60
x
= 0,78.x = 150
x = 200mL
Infusa 6%
Di pipet larutan infusa stock sebanyak 60mL dicukupkan ad 100mL
aquades
Infusa 3%
Di pipet 25mL larutan infusa 6% dicukupkan ad 50mL aquades
Infusa 1.5%
Di pipet 25mL larutan infusa 3% dicukupkan ad 50mL aquades
Mencit 1 = 28,6 g
28,6
x 1 = 0,95mL
30
Mencit 2 = 27,5 g
27,5
30 x 1 = 0,91mL
b. Kontrol negatif
Mencit 1 = 23,2g
23,2
30
x 1 = 0,77mL
Mencit 2 = 21,8g
21,8
30 x 1 = 0,72mL
DATA PENGAMATAN
A. Kontrol Positif
Mencit 1
Waktu (menit)
Kriteria Pengamatan
0-5
5-10
10-15
15-20
Frekuensi
Diameter serapan
Mencit 2
Waktu (menit)
Kriteria Pengamatan
0-5
5-10
10-15
15-20
Frekuensi
Diameter serapan
B. Kontrol Negatif
Mencit 1
Waktu (menit)
Kriteria Pengamatan
0-5
5-10
10-15
15-20
Frekuensi
Diameter serapan
Mencit 2
Waktu (menit)
Kriteria Pengamatan
0-5
5-10
10-15
15-20
Frekuensi
Diameter serapan
PEMBAHASAN
Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh mana
aktivitas obat antidiare yaitu loperamid HCl dan Infusa kayu manis dapat
menghambat diare.
Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak cairan
(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan
oleh adanya rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat
menimbulkan reflek yang mempercepat peristaltik sehingga timbul diare.
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi
normal, serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam.
Pada dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan
zat-zat racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih
maka diare akan berhenti dengan sendirinya.
Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi
diare hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang
banyak digunakan diantaranya adalah Loperamid yang daya kerjanya dapat
menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu
memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan
resorpsi normal kembali. Loperamid merupakan derivat difenoksilat (dan
haloperidol, suatu neuroleptikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih
kuat tanpa khasiat pada SSP, jadi tidak mengakibatkan ketergantungan.
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah
mencit. Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi
manusia,juga karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga
waktu penelitian dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan untuk
percobaan, mencit dipuasakan selama 18 jam sebelum percobaan tetapi minum
tetap diberikan. Hal tersebut dikarenaka makanan dalam usus akan berpengaruh
terhadap kecepatan peristaltik.
Tiap kelompok diberi 4 ekor mencit. Prosedur pertama yang dilakukan
adalah menimbang masing-masing mencit untuk menentukan banyaknya dosis
sediaan uji yang akan diberikan pada tiap mencit. Pada kontrol positif, mencit
pertama memiliki bobot 28,6 gram dan untuk dosis maksimumnya 0,95mL dan di
berikan Loperamid HCl, di tunggu selama 30 menit agar obat-obat tersebut dapat
terabsorpsi secara sempurna di dalam tubuh mencit, sehingga didapat efek yang
diharapkan dan selanjutnya di berikan oleum ricini sebagai penginduksi diare.
Selanjutnya mencit kedua memiliki bobot 27,5 gram dan untuk dosis
maksimumnya 0,91mL dan di berikan Infusa kayu manis, di tunggu selama 30
menit untuk selanjutnya di berikan oleum ricini sebagai penginduksi diare.
Pada kontrol negative, mencit pertama memiliki bobot 23,2 gram dan
untuk dosis maksimumnya 0,77mL dan di berikan NaCl 0,9% dan di tunggu
selama 30 menit untuk selanjutnya di berikan oleum ricini sebagai penginduksi
diare. Selanjutnya mencit kedua memiliki bobot 21,8 gram dan untuk dosis
maksimumnya 0,72 mL dan di berikan NaCl, di tunggu selama 30 menit untuk
selanjutnya di berikan oleum aquades sebagai penginduksi diare.
Pada kontrol positif mencit 1, mencit diberikan loperamid dosis 1 kemudian
diberikan oleum ricini. Loperamid meruapakan obat antidiare yang cara kerjanya
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan
longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga
efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut.
Pada mencit yang diberikan loperamid seharusnya pada awal pemberian oleum
ricini frekuensi defekasi meningkat karena oleum ricini merupakan induktor diare
(laksatif), kemudian seiring dengan peningkatan waktu frekuensi defekasi dan
konsistensi defekasi akan menurun karena pengaruh dari loperamid yang akan
menurunkan motilitas usus yang meningkat karena oleum ricini, akan tetapi pada
tabel diatas, tabel yang dihasilkan tidak ada karena mencit tidak mengalami
defekasi, hal tersebut mungkin pengaruh dari oleum ricini yang belum mencapai
onset dan sifatnya yang mudah teroksidasi.
Pada control positif mencit 2, mencit diberikan infusa kayu manis kemudian
diberikan oleum ricini. Kayu manis adalah tanaman rempah yang banyak
diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat. Kulit batang kayu manis digunakan
sebagai anti diare, kejang perut dan untuk mengurangi sekresi usus. Pada mencit
yang diberikan infusa kayu manis seharusnya pada pemberian oleum ricini
frekuensi defekasi meningkat karena oleum ricini merupakan induktor diare
berlangsung
dengan
cepat
sehingga
frekuensi
defekasi
akan
meningkat. Karena proses defekasi yang berlangsung cepat, maka waktu absorbsi
air juga akan berkurang, sehingga air yang seharusnya diabsorbsi tubuh akan ikut
terbuang dalam feses, yang mengakibatkan konsistensi feses yang lembek. Pada
tabel diatas pada mencit dengan kontrol positif seharusnya mengalami
peningkatan frekuensi defekasi dan konsistensi feses seiring dengan peningkatan
waktu, tetapi pada hasil percobaan, mencit yang harusnya frekuensi defekasinya
meningkat namun tidak mengalami proses defekasi, hal tersebut terjadi karena
pengaruh beberapa faktor, misalnya oleum ricini berdasarkan teori onsetnya
adalah sekitar 1 sampai 6 jam, sedangkan pengamatan dilakukan dari 0 menit
sampai 20 menit, sehingga oleum ricini tidak menimbulkan efek. Selain itu juga,
oleum ricini merupakan senyawa yang mudah teroksidasi, akibatnya ketika
disimpan di ruang terbuka oleum ricini tersebut akan rusak karena oksidasi
sehingga tidak berefek lagi.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA