Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BLOK 13 FARMAKOLOGI

PERCOBAAN OBAT ANALGESIK

Kelompok Praktikum A2

Oleh:

Ronin Dutta Amanda (191610101041)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2020/2021
PERCOBAAN
DENGAN OBAT-OBAT ANALGETIKA

TUJUAN UMUM
Menganalisis pengaruh obat Analgetika terhadap respon nyeri.

TUJUAN KHUSUS
1. Menggambarkan pengaruh bahan kimia asam asetat yang menimbulkan respon nyeri
berupa gerakan meliuk-liuk (writhing refleks) pada mencit.
2. Membandingkan respon nyeri berupa gerakan meliuk pada mencit yang diberi
Analgetika Aspirin terhadap kontrol.
3. Menjelaskan cara kerja Analgetika dan penggunaannya.

Alat yang digunakan


1. Sonde lambung
2. Alat suntik
3. Stopwatch
4. Timbangan mencit

Bahan/Obat yang digunakan :


1. Asam Asetil Salisilat (Aspirin) : 0,65 mg/gr BB
2. Asam Asetat : 0,1%
3. Larutan CMC : 0,5 %
4. Tanaman Obat (perasan bawang putih)

Binatang percobaan : Mencit


Obat dinilai kemampuannya dalam menekan/menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi
secara kimia. Rasa nyeri diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan meliuk pada binatang
percobaan. Frekuensi gerakan dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakan.
Mencit ditimbang dan dikelompokkan sesuai jumlah obat yang dipergunakan.
Kelompok I sebagai kontrol diberi CMC 0,5%, kelompok II diberi Aspirin secara per oral.
Ditunggu selama 30 menit. Setelah 30 menit diberi asam asetat 0,1% secara intra peritoneal
sebanyak 0,2 ml, ditunggu selama 5 menit. Setelah 5 menit amati dan catatlah jumlah liukan
setiap 5 menit selama 30 menit.

PERHATIKAN
a. Memasukkan obat secara per oral dengan menggunakan sonde lambung.
b. Obat dimasukkan langsung dengan pelan-pelan.
c. Hati-hati jangan sampai obat masuk ke paru-paru.
Catatan :
Konversi Dosis Aspirin dari Manusia ke Mencit
- Aspirin 500 mg pada manusia ~ 500 x 0,0026 pada mencit
= 1,3 mg / 20 gr mencit
= 1,3 mg / gr BB
20
= 0,065 mg / gr BB

Pemberian maksimum per oral 0,02 ml / gr BB


0,065 mg ~ 0,02 ml
1 ml = 6,5 mg
2
1 ml = 3,25 mg aspirin

CMC 0,5 % = 0,5 gr CMC dalam 100 ml aquades


100 ml = 500 mg CMC
1 ml = 5 mg CMC

DASAR TEORI
Obat Antiinflamasi non steroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang
heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia, tetapi mempunyai banyak
persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototipe obat golongan ini adalah
aspirin. Aspirin ini sangat luas penggunaannya, digolongkan obat bebas dan merupakan
standart dalam menilai efek obat sejenis
Klasifikasi kimiawi AINS tidak banyak manfaat kliniknya karena ada AINS dari
subgolongan yang sama memiliki sifat yang berbeda, sebaliknya ada obat AINS yang
berbeda subgolongan tapi memiliki sifat yang serupa. Sebagian besar efek terapi dan efek
samping obat AINS berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
A. Cara Kerja sebagai Analgesik dan Anti-iflamasi
Menghambat enzim siklo-oksigenase sehingga biosintesa prostaglandin terhambat dan
juga menghambat migrasi polymorphonuclear leukosit dan makrofag menuju tempat
inflamasi

B. Cara Kerja Sebagai Anti Piretik


Menghambat peningkatan suhu tubuh oleh interleukin-1 dan menghambat
peningkatan kadar prostaglandin otak. Serta vasodilator perifer sehingga penguapan
meningkat, terjadi peningkatan pengeluaran panas dan akhirnya suhu menurun.

C. ASPIRIN /ASETOSAL

1) Merupakan asam asetil salisilat / asetosal


2) Obat pilihan untuk rasa sakit ringan sampai sedang, tidak efektif untuk rasa sakit
visceral (mis: miocardial infraction, renal colic, acute abdomen), yang membutuhkan
analgesik narkotik
3) Duration of action 4 – 6 jam, kadar puncak plasma 2 jam
4) Aspirin terutama diabsorbsi di usus halus dan sebagian diabsorbsi di lambung
5) Aspirin yang terabsorbsi dihidrolisis oleh esterase dalam darah dan jaringan menjadi
salisilat (aktif) dan asam asetat. Sebagian besar salisilat diubah di liver menjadi
konjugat yang larut air dan cepat diekskresi oleh ginjal
MEREK  Dagang Asetosal :
Aggrenox, analgan, aptor, ascardia, aspilets, aspirin, astika, bodrexin, cafenol, ontrexun,
farmasal, fitranal, inzana, miniaspi, minigrip, naspro, novosta, obat pening kepala cap
kapak, obat sakit kepala cap jet, obat sakit kepala cap parang, osk no.16, poldanmig,
procandin, proxime, psk, puyer agansa, remasal, restor, rheumapil, trombo aspilets.

SIFAT FISIKA KIMIA  ASETOSAL


Serbuk Kristal berwarna putih atau hampir putih. Sedikit larut dalam air, sangat larut
dalam alcohol. Simpan pada wadah kedap udara.

Farmakologi / Mekanisme Aksi Asetosal


Menghambat sintesis prostaglandin, menghasilkan aktivitas analgesik, antiinflamasi dan
inhibisi agregasi platelet, mengurangi demam dengan beraksi pada pusat regulator panas
di otak sehingga mengakibatkan vasodilatasi dan berkeringat.
Menghambat COX-1 dan COX-2.
Efek farmakologis anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik serta antiplatelet.
ireversibel acetylates dan menginaktivasi COX-1 pada  platelet.
Adanya 2 COX  (sikklooksigenasi) isoenzim dengan sensitivitas terhadap aspirin yang
berbeda dan tingkat pemulihan yang sangat berbeda pada aktivitas COX  setelah
inaktivasi oleh aspirin. Setidaknya ini menjelaskan perbeda persyaratan dosis yang
dibutuhkan dan durasi efek aspirin pada fungsi aspirin sebagai anti platelet dibandingkan
efek analgesik dan efek anti-inflamasi.  

Indikasi :
a) Analgesik (sakit kepala, nyeri haid, neuralgia, mialgia)
b) Antipiresis
dosis dewasa : 325 - 650 mg/3-4 jam
dosis anak : 15 - 20 mg/kgBB/4-6 jam
c) Demam reumatik akut
dosis dewasa : 5 - 8 gr/hari
dosis anak : 100 – 125 mg/kgBB/hari/4-6jam
d) Atritis reumatoid
dosis : 4 – 6 gr/hari
e) Mencegah trombus koroner dan trombus vena
dosis : 325 mg/hari
f) Anti gout
dosis > 4 gr/hari → meningkatkan ekskresi asam urat dalam urine
dosis kecil → menghambat ekskresi asam urat

Efek toksik aspirin :


1) Iritasi lambung, kadang-kadang disertai perdarahan saluran cerna. Dapat dikurangi
dengan pemberian buffer aspirin atau pemberian bersama makanan.
2) Gangguan fungsi trombosit akibat hambatan TXA2 keuntungan reaksi aspirin
merusak adhesi trombosit dan agregasi dapat mengurangi resiko pembentukan
trombus dalam arteri (mengurangi resiko pada myocardial infartion)
3) Salicylism
4) efek toksik oleh karena dosis aspirin yang tinggi, ditandai dengan tinnitus, mual,
muntah sakit perut dan ketulian yang bersifat sementara
5) Reye’s syndrome
adalah kombinasi kerusakan liver dan otak yang jarang terjadi. Terjadi pada anak-
anak, karena itu aspirin kontra indikasi pada anak dibawah 12 th, terutama jika
demam
6) Depresi fungsi ginjal

D. ASAM ASETAT
Fungsi asam asetat yaitu sebagai zat yang dapat menginduksi rasa nyeri pada mencit.
Asam asetat dapat menginduksi rasa nyeri karena tubuh akan mengalami asidosis dan
menyebabakan gangguan pada sistem saraf sehingga memberikan respon rasa nyeri. Asam
asetat digunakan karena asam asetat merupakan asam lemah. Apabila asam lemah sudah
dapat menimbulkan efek, maka jika digunakan asam kuat seperti HCl, H2SO4 pasti akan
menimbulkan efek nyeri.
Pemberian obat uji terlebih dulu baru asam asetat dikarenakan obat dalam suspensi
peroral, dimana melalui saluran cerna yang akan mengalami absorbsi, distribusi,
metabolisme, ekskresi, dan membutuhkan waktu yang cukup lama.Setelah 30 menit, mencit
diberi asam asetat secara intraperitoneal, karena waktu 30 Menit diperkirakan obat telah
mencapai reseptor masing-masing. Setelah pemberian asam asetat maka efek obat pada
masing-masing kelompok diamati. Gejala sakit pada mencit sebagai akibat pemberian asam
asetat adalah adanya kontraksi dari dinding perut, kepala dan kaki ditarik kebelakang
sehingga abdomen menyentuh dasar dari ruang yang ditempatinya, gejala ini dinamakan
Geliat (writhing).
TABEL HASIL PENGAMATAN

CMC Aspirin Tanaman Obat


Kelp 10 15 20 25 30 10 15 20 25 30 10 15 20 25 30
5’ 5’ 5’
’ ’ ’ ’ ’ ’ ’ ’ ’ ’ ’ ’ ’ ’ ’
I 5 53 50 31 37 35 2 22 30 29 17 23 2 7 10 16 12 6
6 7
II 3 22 20 20 22 21 2 22 15 14 14 12 0 0 0 1 4 5
7 6
III 2 31 34 34 35 41 1 20 20 24 22 21 1 15 4 7 4 4
5 0 6
Rata 3 35 34 28 31 32 2 21 21 22 17 18 6 4 7 8 6 5
- 9 1
rata

PERTANYAAN
1. a. Rangsangan merusak (naksus) apa saja yang dapat menimbulkan rasa
nyeri?
b. Dalam percobaan ini apa yang dapat menimbulkan rasa nyeri?

2. a. Rasa nyeri yang diamati sebenarnya adalah respon nyeri. Respon nyeri
apa saja yang dapat terjadi?
b. Pada percobaan ini respon nyeri apa yang dapat terlihat?

3. a. Bagaimana hasil percobaan respon nyeri dengan aspirin? Berikan


penjelasan!
b. Apakah ada perbedaan rasa nyeri pada kelompok I dibandingkan
kelompok II?

4. a. Apakah penggunaan khusus aspirin?


b. Bagaimana cara kerjanya?
c. Apakah efek sampingnya?
d. Apakah kontraindikasinya?
LEMBAR JAWABAN
NILAI :

1. a. Rangsangan merusak (naksus) apa saja yang dapat menimbulkan


rasa nyeri?
Jawab:
Rangsangan mekanis, suhu, listrik, kimiawai merupakan jenis
rangsangan yang dapat menimbulkan respon nyeri. Suatu jaringan
dapat menimbulkan rasa nyeri apabila nyeri jaringan tersebut mendapat
suatu rangsangan yang bergantung pada nosiseptor. Nosiseptor
merupakan saraf aferen yang memiliki fungsi untuk menerima dan
menyalurkan rangsangan nyeri. Ujung dari saraf bebas nosiseptor
berfungsi sebagai reseptor yang sangat peka terhadap berbagai
rangsangan nyeri. Jumlah nosiseptor tentunya bervariasi di seluruh
anggota tubuh dengan jumlah terbesar terdapat di kulit.
b. Dalam percobaan ini apa yang dapat menimbulkan rasa nyeri?
Asam asetat merupakan factor penginduksi rasa nyeri pada mencit.
Pemberian asam asetat pada hewan coba yang digunakan sebagai
penginduksi nyeri karena dapat menyebabkan rasa sakit akibat iritasi
yang berat pada mukosa membrane rongga perut sehingga kaki tertarik
kebelakang, meregang dan abdomen menyentuh bidang datar.
Asam asetat yang diinduksikan secara per oral menyebabkan
pelepasan substansi endogen yang memicu nyeri seperti histamine,
serotonin, dan mediator inflamasi yaitu prostaglandin, bradykinin
kemudian merangsang reseptor local sehingga memicu gerak refleks
meliuk yang ditandai dengan kontraksi abdomen. Setelah 5 menit
pemberian asam asetat, frekuensi respon menggeliat diukur dalam
jangka waktu 30 menit. Saat konsentrasi obat menurun mengakibatkan
penurunan jumlah menggeliat yang menunjukkan tingkat analgesic dari
obat tersebut.
2. a. Rasa nyeri yang diamati sebenarnya adalah respon nyeri. Respon
nyeri apa saja yang dapat terjadi?
Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang akan
menimbulkan respon terhadap tubuh. Respon tubuh terhadap nyeri
merupakan terjadinya reaksi endokrin berupa mobilisasi hormone-
hormon sebagai respon imunologik yang biasa disebut sebagai respon
stress. Berikut ini beberapa respon nyeri yang dapat terjadi pada tubuh:
1. Respon nyeri terhadap kardiovaskular
Pelepasan katekolamin,aldosterone,kortisol dan aktivasi
angiostensin II akan menyebabkan efek pada kardiovaskular.
Angiostensin ini menimbulkan vasokontriksi sedangkan
katekolamin meningkatkan otot jantung.
2. Respon nyeri terhadap respirasi
Bertambah banyaknya cairan ekstraseluler di paru-paru
akan menyebabkan kelainan pada ventilasi paru. Nyeri di
daerah dada akan menimbulkan peningkatan otot tonus di
daerah tersebut sehingga muncul hipoventilasi.
3. Respon nyeri terhadap system organ lain.
Meningkatnya aktivitas saraf simpatis akibat nyeri akan
menimbulkan inhibisi fungsi saluran cerna. Pada system
imfatik, nyeri akan menimbulkan limfopenia dan menyebabkan
resistensi terhadap kuman.
4. Respon nyeri tehadap psikologi
Pada pasien yang menderita nyeri akut, maka akan
mengalami gangguan kecemasan, perasaan takut dan insomnia.
Hal ini tentu akan sangat menganggu kualitas hidup seseorang
jika tidak segera ditangani.
5. Efek nyeri terhadap mutu kehidupan
Pasien yang mengalami nyeri luar biasa akan
mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk bergerak,
susah tidur, tidak enak makan, dll. Keadaan ini akan sangat
menganggu kehidupan pasien tersebut.

b. Pada percobaan ini respon nyeri apa yang dapat terlihat?


Respon nyeri yang dapat dilihat adalah Gerakan meliuk-liuk
dengan tertariknya kaki kebelakang sehingga badan memanjang dan
perut mencit menyentuh bidang datar atau dasar. Mekanisme nyeri
terdapat empat proses tersendiri yaitu transduksi, transmisi, modulasi,
dan persepsi. Transduksi nyeri merupakan proses rangsang yang dapat
menganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri.
Transmisi nyeri melibatkan penyaluran impuls nyeri dari transduksi
melewati saraf perifer menuju medulla spinalis dan jaringan neuron
dari medulla spinalis ke otak. Modulasi nyeri melibatkan saraf yang
melalui jalur descendens dari otak dan mempengaruhi transmisi nyeri.
Pada proses ini juga melibatkan fakor kimia yang menimbulkan
aktivitas di reseptor nyeri aferen primer. Akhirnya presepri nyeri
dihasilkan oleh adanya aktivitas transmisi nyeri oleh saraf

3. a. Bagaimana hasil percobaan respon nyeri dengan aspirin? Berikan


penjelasan!
Pada saat hewan coba telah diberikan aspirin kemudian ditunggu
selama 30 menit dan diberikan asam asetat, respon nyeri yang terjadi
adalah Gerakan meliuk-liuk pada mencit atau yang dikenal dengan
Gerakan writhing refleks. Gerakan ini dihitung satu kali apabila mencit
meregangkan kakinya serta membuat badannya memanjang dan
akhirnya melakukan respon writhing refleks. Berdasarkan table
pengamatan dari 3 kelompok, didapatkan rata-rata mencit melakukan
Gerakan writhing refleks sebanyak 21 kali pada 5 menit pertama,
sebanyak 21 kali pada menit ke 10, sebanyak 21 kali pada menit ke 15,
sebanyak 22 kali pada menit ke 20, sebanyak 17 kali pada menit ke 25
dan sebanyak 18 kali pada menit ke 30.
b. Apakah ada perbedaan rasa nyeri pada pemberian aspirin dengan
CMC?
Pada pemberian aspirin, didapatkan hasil rata-rata mencit
melakukan Gerakan writhing refleks dari 3 kelompok yang berbeda.
Pada 5 menit pertama, didapatkan hasil 21 kali mencit melakukan
Gerakan writhing refleks. Pada menit ke 10 hingga 15, mencit juga
melakukan gerakan writhing refleks sebanyak 21 kali. Berbeda dengan
menit ke 20, mencit melakukan Gerakan writhing refleks sebanyak 22
kali. Pada menit ke 25 mencit melakukan Gerakan sebanyak 17 kali
dan pada menit ke 30 mencit melakukan Gerakan sebanyak 18 kali.
Pada pemberian CMC, didapatkan hasil rata-rata mencit melakukan
gerakan writhing refleks dari 3 kelompok yang berbeda. Pada 5 menit
pertama, mencit melakukan Gerakan writhing refleks sebanyak 39 kali,
pada menit ke 10 sebanyak 35 kali, pada menit ke 15 sebanyak 15 kali,
pada menit ke 20 sebanyak 28 kali, pada menit ke 25 sebanyak 31 kali
dan pada menit ke 30 sebanyak 32 kali.

4. a. Apakah penggunaan khusus aspirin?


Pada pasien yang membutuhkan analgesik, pengguna obat aspirin
harus sesuai dengan indikasi pemakaian. Kadar asam salisilat dalam
darah diharapkan kurang dari 6mg/dl. Hal ini bisa dicapai dengan dosis
pemberian aspirin sebasar 325-650mg setiap 4 jam. Untuk penggunaan
sebagai antiinflamasi tinggi, aspirin diberikan dalam dosis untuk anak
sebesar9o-100mg/kgBB/hari sedangkan untuk dewasa sebesar 3-6
g/hari. Dosis aspirin sebesar ini tentu akan memberikan kadar asam
salisilat dalam darah sebesar 10-35 mg/dl.
Pada pasien yang membutuhkan antiplatelet, dosis aspirin yang
digunakan lebih rendah dari dosis untuk pemakaian sebagai analgesic
yaitu sebesar 81-325 mg per hari atau 1-10 mg/kgBB/hari untuk anak.
Pemberian dosis ini akan mampu mencegah adanya pendarahan mayor
pada pasien tromboemboli venosa
b. Bagaimana cara kerjanya?
Cara kerja obat aspirin dengan menghambat enzim siklooksigenase
yang mengkatalisis dari perubahan asam arakidonat menjadi
prostaglandin. Aspirin bekerja hanya pada enzim siklooksigenase
sehingga tidak enghambat pembentukan lekotrien. Aspirin meghambat
enzim siklooksigenase irreversible yang disebabkan karena aspirin
menyebabkan asetilasi residu serin.
Mekanisme utama dari obat ini adalah dengam menghambat
sintesis prostaglandin dan tromboksan yang berakibat terdapat tiga aksi
dari aspirin yaitu:
 Sebagai anti inflamasi, karena terjadi penurunan sintesis
prostaglandin proinflamasi
 Sebagai analgesic karena terjadi penurunan prostaglandin yang
akan menyebabkan penurunan sensitivitas saraf nosisptif terhadap
mediator pro inflamasi
 Sebagai antipiretik, karena terjadi penurunan prostaglandin yang
bertanggung jawab terhadap peningkatan suhu di hipotalamus.
 Aspirin juga dapat menghambat sintesis platelet melalui asetilasi
enzim siklooksigenase di dalam platelet secara irreversible. Platelet
tidak memiliki nucleus sehingga selama hidupnya platelet tidak dapat
membentuk enzim enzim siklookgenase yang berakibat terjadinya
sintesis tromboksan yang berperan besar dalam menghambat agregasi
trombosit
c. Apakah efek sampingnya?
1) Efek neurologis dalam berbagai system
Efek samping yang dapat terjadi adalah mual, muntah, dan
telinga berdenging akibat salisilismus. Apabila ini sudah terjadi,
maka harus segera dilakukan pengukuran kadar asam salisilat di
dalam plasma. Pada gejala gastrointestinal dapat berupa nyeri
abdominal,muntah. Mual dan muntah terjadi karena stimulasi di
area medulla. Indikasi ini muncul apabila kadar asam salisilat
berkisat 27mg/dl. Selain itu, pemberian aspirin dalam dosis tinggi
dapat menyebabkan stimulasi system saraf pusat yang dapat diikuti
dengan depresi dan timbul gangguan pendengaran nada tinggi
bahkan koma.
2) Ganguuan kesimbangan asam basa
Gangguan asam basa akibat overdosis asam salisilat tergantung
pada umur dan beratnya intoksitasi. Kadar toksik yang terjadi
biasannya sekitar 50mg/dl di dalam plasma darah. Kadar salisilat
dalam plasma juga harus diukur pada pasiem dengan keracunan
yang mungkin tidak terindentifikasi atau pasien keracunan dengan
gambaran klinis mirip dengan keracunan salisilat
3) Gangguan eritrosit
Telah terbuti secara in vitro bahwa asam salisilat dapat
menyebabkan oksidasi glutatiom yang tereduksi dan membentuk
metheoglobin. Hal ini disebabkan oleh turunan dari asam salisilat
yaitu asam gentisate, sedangkan asam salisilat tidak menunjukkan
efek tersebut. Hal ini dapat menjelaskan pada pasien defisiensi
enzim G6PD rentan mengalami hemolisis pada pemberian aspirin.

d. Apakah kontraindikasinya?
Penggunaan obat aspirin tidak direkomendasikan untuk anak-anak
dibawah umur 12 tahun karena dikhawatirkan akan terjadi sindrom
Reye yang ditandai dengan ensefalopati non inflamatorik akut dan
hepatopati berat. Pada kasus ini menunjukkan adanya peningkatan
kadar bilirubin,amnonia. Dengan demikian, aspirin dan seluruh
turunannya tidak boleh diberikan sebagai obat flu pada anal-anak
dibawah 12 tahun.
Selain tidak direkomendasikan untuk anak, aspirin juga
dikontaindikasikan pada ulkus lambung, hemofilia, dan pasien
penderita gout (aspirin dosis kecil yang dapat meningkatkan
konsentrasi asam urat). Pada pasien kasus asma, penyakit alergi,
kelainan ginjal atau hepar juga tidak direkomendasikan mengonsumsi
obat aspirin.

Kesimpulan

Penggunaan aspirin,CMC dan perasan bawang putih terbukti


ampuh dalam meredakan respon nyeri akibat pemberian asam asetat.
Untuk penggunaan obat analgesic harus sesuai dengan dosis agar tidak
menimbulkan efek samping yang membahayakan bagi pasien. Selain
itu juga harus memperhatihan kontraindikasi dari obat analgesic yang
diberikan kepada pasien

Daftar Pustaka

Agung, A. (2017). Respon Tubuh Terhadap Nyeri. Bagian


Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedoteran Universitas
Udayana, 1-13.

Faza Fathia, R. d. (2019). Kajian Pustaka Efek Samping Aspirin :


Aspirin Exacerbatted Respiratory Diesease. Pharceutical
JournaL Of Indonesia, 1-5.

Isnatin, M. (2012). Therapeutic Drug Monitoring (TDM) Pada


Penggunan Aspirin Sebagai Antireumatik. Departemen
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, 210-226.

Mochamad, B. (2017). Ptofisiologi Nyeri. Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammdiyah Malang, 7-13.

Anda mungkin juga menyukai