Asumsi Dasar Manusia Dalam Pendekatan Perspektif Neurobiologis
Pendekatan neurobiologis mengacu bahwa intelegensia memiliki dasar anatomis dan
biologis sehingga perilaku intelegen dapat ditelusuri dasar-dasar neuroanatomis dan neurofisiologisnya. Pendekatan ini membuat para ahli merumuskan teori intelegensia yang mengaitkan perilaku intelegensia serta ciri-cirinya dengan aspek biologis. Hal ini dapat dilihat pada teori Halstead serta teori intelegensia Cattell dan Hebb. Halstead mengemukakan teori intelegensia biologis yang menjelaskan bahwa ia percaya jika otak yang berhubungan dengan intelegensia relative tidak tergantung dengan budaya. Sedangkan Cattell dan Hebb mengemukakan bahwa terdapat dua jenis intelegensia yaitu Fluid Intelligence dan Crystallized Intelligence (Armando dkk, 2014) Perspektif tentang neurobiologis dipengaruhi oleh fungsi dari otak. Otak dapat dipisah menjadi otak kiri dan kanan. Otak kiri menjadi lebih dominan dalam urusan bahasa sedangkan otak kanan lebih dominan terhadap music dan yang bersifat non verbal. Berdasarkan penelitian Herry Jerison menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara ukuran otak dengan intelegensia. Intelegensia sangat erat kaitannya dengan bagian-bagian pada otak. Lobus parientalis posterior dan lobus frontalis merupakan bagian dari otak yang penting bagi intelegensia manusia (Gardener dkk, 1996). A.Teori Halstead Terdapat beberapa fungsi dari otak yang erat kaitannya dengan intelegensia dan tidak terikat dengan aspek budaya. Fungsi dari otak ini memiliki dasar biologis dan berlaku bagi tiap individu. Ada tiga bagian dari otak manusia yaitu: 1. Batang otak Batang otak memiliki fungsi sebagai sensor motoric yang sangat penting bagi kelangsungan hidup dengan mengambil keputusan menghadapi atau lari dari adanya bahaya. 2. Sistem limbrik Sistem limbrik memiliki peran dalam mengatur emosi, memori, dan kekebalan tubuh 3. Neokorteks Neokorteks memiliki peran dalam proses erpikir intelektual, bahasa, dan kecerdasan Halstead juga mengemukaan bahwa ada empat factor intelegensia yang menjadi dasar dari sebuah intelegensia biologis yaitu: a) Factor Central Integrative (C) Factor ini mencakup kemampuan untuk mengorganisasikan sebuah pengalaman. Factor ini memiliki peran dalam menyesuaikan latar belakang pengalaman seseorang dan hasil belajarnya akan mengintegrasikan pengalaman-pengalaman barunya. b) Faktor Abstraction (A) Factor ini merupakan kemampuan mengelompokkan segala sesuatu dengan cara yang berbeda dan kemampuan untuk melihat kesamaan dan perbedaan yang ada diantara benda, konsep, dan peristiwa. c) Faktor Power (P) Factor ini menjelaskan kekuatan otak dalam mengartikan tenaga otak yang penuh. Factor ini erat kaitannya dengan kemampuan rasional dan intelektual yang dapat tumbuh dan berkembang d) Faktor Directional (D) Factor ini menjelaskan bahwa kemampuan yang dapat memberikan arah dan sasaran bagi setiap individu. Kemampuan ini menunjukkan dengan spesifik cara mengekspresikan intelektual dan perilaku (Azwar, 2011) B. Teori Cattell and Hebb Menurut Cattell and Hebb, intelegensia dipengaruhi oleh factor hereditas dan lingkungan. Potensi genetik yang berasal dari sistem syaraf individu disebut intelegensia A atau disebut dengan fluid intelligence, dan intelegensia B atau disebut dengan crystalized intelligence yang merupakan hasil dari pengalaman, belajar, dan factor lingkungan. Fluid intelligence meliputi proses dalam memahami hubungan, pembentukan konsep-konsep, nalar dan abstraksi yang tidak banyak mendapatkan pengaruh dari Pendidikan dan kebudayaan. Selain itu ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa fluid intelligence merupakan suatu kemampuan dalam menemukan stratgei baru yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri dengan banyaknya permasalahan-permasalahan baru. Sedangkan crystalized intelligence erat kaitannya dengan kemampuan yang telah dipelajari yang bergantung pada latar budaya dan Pendidikan masing-masing individu (Sumantri, 2008). Daftar Pustaka
Armando, N. M. (2014). Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Azwar, S. (2011). Pengantar Psikologi Intelegensia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Gardner, H. K. (1996). Intelligence: Multiple Perspective. USA: Thomson Learning.
Sumantri, M. d. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.