Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 18: PARADIGMA SEHAT

SKENARIO 2 :PERUBAHAN PERILAKU


KESEHATAN

TUTORIAL 5:
Dina Nur R 171610101041
Yola Widya 171610101042
Farda Madin 171610101043
Syadira Putri 171610101044
Fitricia Lely 171610101045
Amanda E 171610101046
Mariza A 171610101049
K. Amsal 171610101050
Atika Ainun 171610101051
PEMBIMBING : drg. Raditya Nugroho, Sp.KG
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb.
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang senantiasa memberikan petunjuk serta melimpahkan berkah dan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga makalah blok “Paradigma Sehat” ini
dapat diselesaikan. Dalam penyelesaian makalah ini tentunya tidak dapat
kami selesaikan sendiri, kami banyak memperoleh bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan syukur dan menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya
sehingga makalah blok “Paradigma Sehat” ini dapatelesai.
2. Drg. Raditya Nugroho, Sp.KG selaku pembimbing yang telah
membimbing dan yang telah memberi masukan yang membantu
bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
3. Teman-teman yang setia menemani dan membantu dalam proses
penyelesaian makalah blok “Paradigma Sehat”.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna,untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna membantu sempurnanya makalah blok
“Paradigma Sehat” ini. Kami berharap semoga laporan tutorial ini dapat
bermanfaat bagi kita semua serta untuk menambah pengetahuan
danwawasan.

Wassalamualaikum Wr Wb.
Jember, 8 Maret 2020

Penyusun
Skenario 2 (Perubahan Perilaku Kesehatan)

Seorang dokter gigi bekerja di puskesmas melihat kondisi kebersihan rongga


mulut di masyarakat rendah, terutama pada anak-anak. Hasil observasi yang
dilakukan menunjukkan bahwa banyak anak-anak yang melakukan kebiasaan
sikat gigi hanya pada saat mandi. Dokter gigi mempunyai tanggung jawab untuk
merubah perilaku gosok gigi tersebut kearah perilaku sehat. Strategi yang
dipilihnya untuk mendapatkan perubahan perilaku sikat gigi tersebut adalah
memberikan penyuluhan dan gosok gigi bersama di sekolah sekolah. Selain itu,
drg juga memberikan hadiah sikat gigi pada siswa sebagai motivasi untuk
berperilaku sehat

STEP 1

Clarifying Unfamiliar Terms

1. Perubahan Perilaku Sehat :


a. Perubahan pada individu yang didorong penyebab , seperti
Lingkungan , Sikap , kearah sikap yang lebih sehat.
b. Perubahan = Berubah dari statis , ke dinamis , dimana merupakan
perubahan yang direncanakan, untuk adaptasi pada lingkunganya
untuk mencari tujuan baru (hidup sehat).
c. Tujuan dari promosi kesehatan, ada 3 dimensi = merubah prilaku
negatif menjadi positif , mengembangkan perilaku positif , memlihara
perilaku yang positif (sesuai dengan nilai kesehatan).
d. 3 faktor = input , proses , output. Perubahan berasal dari apa yang
dipalajari , yang membentuk perilaku baru melalui evaluasi. Dilandasi
3 hal , pengetahuan sikap terhadap pengetahuan , dan penerapan.
STEP 2

Problems Definition

1. Apa saja teori dan bentuk dari perubahan perilaku kesehatan ?


2. Apa saja Strategi dalam perubahan perilaku kesehatan ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan ?
4. Apa saja konsep dan prinsip perubahan perilaku kesehatan?
5. Apa dampak promosi kesehatan pada perubahan perilaku kesehatan ?

STEP 3
Brain Storming
1. Teori dan bentuk

a. Teori SOR : tergantung dari stimulus , Apabila rangsangan lebih


besar maka akan terjadi perubahan perilaku
b. Festinger : perilaku sesorang akan terjadi apabila ada berbedaan
status kesehatan dan keinginanya.
c. Katz : Tergantung dengan stimulus yang diberikan , objek harus
sesuai dengan kebutuhan orang tersebut
d. Model transtheoretical : Mengamati perubahan perilaku individu ,
mengenai perilaku yang disengaja yang digunakan sebagai penentu
keputusan. Ada 6 tahap perubahan :
i. Pra kontemplasi / renungan : seseorang masi belum siap
untuk berubah
ii. Kontemplasi : Individu sudah mempertimbangkan
untyuk berubah
iii. Prepare : mulai berkomitmen untuk berubah
iv. Aksi : perubahan pada individu mulai
terlihat
v. Pemeliharaan / maintenance : memlihara perubahan
sehingga terbentuk kebiasaan sehat
vi. Adapsi Inovasi
e. Rogers : proses kejiwaan yang dialami individu sejak menerima
informasi atau sesuatu yang baru , sampai dia menerima / menolak
ide baru tersebut. Proses ini tidak berhenti segera setelah proses
akhir ini , bisa berubah akibat perngaruh lingkunganya
f. Driving force : ada 2 faktor , Pendorong dan penahan. Perubahan
terjadi apabila ada perbedaan pada faktor tersebut ada 3
kemungkinann : 1. Kekuatan pendorong tetap , penahan meningkat
, 2. Pendorong meningkat , penahan menurun , 3. Pendorong
meningkat , panahan tetap.
g. Teori disonance = Perilaku terbentuk karena ketidkaseimbangan
antara sebab / akibat , apabila dpt stimulus yang kuat , akan terjadi
ketidaksimbangan , apabila sebaliknya , akan terjaid keseimbagan
lagi.
h. WHO : perubahan alami = perubahan yang didasari kebutuhan
biologis , direncanakan = yang berasal dari niat individu,
kesediaan untuk berubah = didasari oleh proses internal
i. Self Determination : Perubahan perilaku didorong 3 kebutuhan
inti , Kebutuhan untuk memiliki kompentsi , keterikatan , otonomi.
Akan berubah apabila ada rasa tertarik / kesenangan / kepuasan,
diaman perubahan ini akan bertahan lama.
j. FBM : Perubahan dipicu oleh kebiasaan , sekecil apapun
kkebiasaan apabila dilakukan lama akan bertahan lama pula.
k. Health believe model : didasari 3 faktor ; 1. Kesiapan individu
menghindari penyakit / memperkecil risiko kesehatan , 2.
Dorongan dalam lingkungan , 3. Perilaku itu sendiri dimana
dipengaruhi oleh faktor lain seperti pengalaman , dsb
l. Lewin : 3 tapah ; 1. Unfreezing = memrlukan motivasi , proses/
moving = mengetahui langkah untuk berubah , freezing= pelau
sudah mencapai hasil , memerlukan maintenance
2. Strategi
1. paksaan : memkasa khalayak dengan peraturan undang2 , seperti
imunisasi. Perilaku beubah instan tapi tidak lama , memkasa warga
mematuhi kebijakan
2. persuasif : iklan , diskusi , face to face , dll
3. Fasilitasi : baksos , pemberian sarpras , fasilitas memengaruhi
perubahan , dimana memudahkan masyarakat untuk merubah
kebiasaannya
4. Edukasi : penyuluhan <= merupakan strategi terbaik, prosesnya lama
tapi perubahan perilaku akan bertahan lama
5. Diskusi partisipatif : komnikasi 2 arah , disertai feedback

Strategi diatas terpaut satu sama lain , yang artinya tidak hanya satu
trastegi saja yang bisa menggerakan perilaku manusia.
6. Imbalan : materi : barang / uang , bisa Pujian
7. Membina hubungan baik : memudahkan penerimaan informasi
a. Strategi pada komunitas / populasi = memanfaatkan massa .
mencangkup legislasi dan regulasi , perubahan lingkungan ,
memanfaatkan media massa / kampanye
b. Dengan pengaturan dan sistem = diterapkan pada tempat kerja ,
institusi , rumah yang mencangkup keluarga
c. Individu = targetnya berfokus pada individu , dan edukasi , bisa
karena paksaan atau sifat imitasi , dan tidak terlepas dari motivasi
3. Faktor ;
a. Internal (dalam diri) : Ras , Jenis Kelamin ; wanita beperilaku
karena perasaan , Sifat fisik ,Intelegnsia ; lebih bertindak cepat ,
bakat Kerpribadian : mempengaruhi kebiasaan , yang dipengaruhi
penilaian individu seperti pembatan seseorang pada penggunaan
internet , perilaku ; pro sosial dan anti sosial ,cara menanggapi
stimulus dalam individu dimana memerlukan adaptasi untuk
berubah , persepsi dsb
b. External (lingkungan sosial) : pendidikan , agama ; menyesuaikan
norma agama , kebudayaan , lingkungan /sosial ; pada lingkungan
baik akan membuat individu mejadi baik pula , sosio ekonomi ;
ketersediaan fasiltas kesehatan. Edukator ; diharapkan sebagai
orang yang komepeten contoh : edukator yang buruk , dapat
menyebabkan penangkapan informasi yang salah , berhubungan
dengan budaya dan lingkungan individu
c. Emosi : Berhubunagn dengan stres , seperti merokok dan miras
d. Kebutuhan dasar
e. Kebutuhan dasar intersosial
4. Konsep dan Prinsip Perubahan Perilaku
A. kemampuan = mengacu pada ketrampilan individu ; fisik dan psikis,
peluang= mengacu pada lingkungan sosial dan motivasi = Melibatkan
kebiasaan , keadaan emosi
B. Konseptual =
a. Proses membuat sesuatu
b. Proses yang membuat perubahan pola perilaku
5. Dampak Promosi Kesehatan = upaya memengaruhi masyarakat bersikap
sehat
a. KG = Screening ; dapat mengontrol kesgilut , ANC ; menghindari
konsumsi obat yang berbahayan pada ibu hamil, Pemberian
motivasi ; instrumental= pemberian reward yang lebih efektif
diberikan pada anak anak dan sosial ,akan terjadi perubahan jika
memiliki , ketelatenan , niat , motivasi yang tinggi
STEP 4
Mapping

Perilaku Awal

Stimulus

Respon

Teori Perubahan Perilaku Motivasi

Strategi

Perubahan Perilaku Bentuk Perubahan Perilaku

STEP 5
Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami , mengkaji dan menjelaskan Definisi


perubahan perilaku kesehatan dan motivasi
2. Mahasiswa mampu memahami , mengkaji dan menjelaskan Teori dan
Jenis motivasi perilaku kesehatan
3. Mahasiswa mampu memahami , mengkaji dan menjelaskan Peran
motivasi terhadap perubahan perilaku kesehatan
4. Mahasiswa mampu memahami , mengkaji dan menjelaskan Teori
perubahan perilaku kesehatan
5. Mahasiswa mampu memahami , mengkaji dan menjelaskan Strategi
perubahan perilaku kesehatan
6. Mahasiswa mampu memahami , mengkaji dan menjelaskan Bentuk
perubahan perilaku
STEP 7
Reporting

1. Perilaku
Perubahan merupakan suatu proses di mana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status tetap yang bersifat dinamis ,
artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada , perubahan dapat
mencakup keseimbangan personal sosial maupun organisasi untuk dapat
menjadikan peribadian atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau
konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang direncanakan yaitu


suatu usaha sistematik untuk mendesain ulang suatu organisasi dengan cara
melakukan adaptasi pada perubahan yang terjadi dilingkungan eksternal maupun
internal untuk mencapai sasaran baru. Banyak definisi pakar tentang berubah, dua
diantaranya yaitu : pertama berubah merupakan kegiatan atau proses yang
membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Kemudian
yang kedua berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola
perilaku individu atau institusi.

Dalam perkembangannya, perilaku seseorang dapat berubah-ubah sesuai


dengan hal-hal yang memungkinkan perubahan itu terjadi dalam
perkembangannya di kehidupan, perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa
faktor intern dan ekstern yang memungkinkan suatu perilaku mengalami
perubahan.

Perubahan perilaku merupakan proses yang dapat terjadi dalam waktu


pendek (spontan) atau dalam waktu yang lama atau lambat, bergantung pada
faktor-faktor yang memengaruhinya. Tujuan akhir proses perubahan perilaku
adalah perilaku baru yang berhasil diubah dalam masyarakat yang dapat terwujud
menjadi budaya, yaitu budaya sehat. Sehingga perubahan perilaku kesehatan dapat
diartikan sebagai terbentuknya budaya sehat yang dapat dilakukan melalui
pembiasaan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, dimana perilaku sehat dianggap
sebagai suatu kebutuhan individual yang harus dipenuhi dan terpuaskan sehingga
menyebabkan terbentuknya kebiasaan dan kebutuhan kelompok yang menjadi
budaya masyarakat.

Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin “MOVERE” yang berarti dorongan atau
daya penggerak. Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau
beraksi. Menurut Sarwono (2002) “Motivasi menunjuk pada proses gerakan,
termasuk situasi yang mendorong yang timbul dari dalam diri individu, tingkah
laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan
atau perbuatan”. Motivasilah yang merangsang, memberikan arah dan mendorong
aktivitas individu kearah tujuan-tujuannya yang terdapat pada lingkungan.

Untuk meningkatkan motivasi berperilaku, dapat ditempuh empat cara


(Sunaryo, 2004), antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan reward berbentuk hadiah, pujian, piagam, penghargaan,
promosi pendidikan, dan jabatan.
2. Kompetisi atau persaingan yang sehat.
3. Menjelaskan tujuan atau menciptakan tujuan antara (pacemaking).
4. Memberi informasi mengenai keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan
untuk mendorong keberhasilan yang lebih lagi.

2. Jenis Motivasi
Pada dasarnya, motivasi terdiri dari jenis/tipe, yaitu (1) motivasi
intrinsik dan (2) motivasi ekstrinsik. hal tersebut menimbulkan
perbedaan motivasi antarindividu. Berikut adalah penjelasan dari tipe-
tipe motivasi:
1. Jenis Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang memberikan kesenangan atau
kepuasan karena melakukan suatu perilaku yang tidak mengharapkan
imbalan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh dua alasan, yaitu alasan untuk
mendapatkan stimulasi kognitif dan untuk mendapatkan rasa telah
berprestasi, merasa kompeten, dan merasa bisa menguasai lingkungan.
Individu dengan motivasi intrinsik akan menjadi aktif dan tidak
memerlukan ransangan dari luar dalam bertindak, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai
contoh konkrit, seorang karyawan baru yang rajin bertanya dalam
diskusi. hal tersebut dilakukan karena ingin mendapat pengetahuan dan
keterampilan yang berguna dalam pekerjaannya, tidak ada tujuan lain.
Perilakunya tersebut murni untuk mendapatkan informasi penting yang
dibutuhkan dalam bekerja, bukan karena ingin pujian atau imbalan lain.
2. Jenis Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik berasal dari lingkungan eksternal, dari luar diri


individu yang berlaku dengan imbalan-imbalan tertentu, seperti pujian dari
orang lain. Imbalan tersebut membuatnya memperkuat perilaku. Individu
dengan motivasi ekstrinsik akan menjadi aktif karena adanya perangsang
dari luar. Atau dengan kata lain, motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang
menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang bersumber pada
suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi. Sebagai contoh itu seorang
karyawan baru yang rajin bertanya dalam diskusi, karena mengharapkan
pujian dari atasannya. Tujuan utama bukan pada peroleh informasi, tetapi
pada pujian yang didapatkan karena melakukan sesuatu. Jadi kalau dilihat
dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung
berkaitan dengan esensi dari aktivitas yang dilakukannya itu.

Dalam berperilaku, dorongan yang dimiliki individu tidak selalu intrinsik


atau ekstrinsik. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi individu, baik faktor
internal maupun eksternal. Akan tetapi, ada kecenderungan jenis motivasi
tertentu yang menjadi kekhasan individu dalam perilakunya.
2.2 Teori Motivasi
1. Teory McCleland
Teory McCleland yang dikutip dan diterjemahkan oleh Sahlan Asnawi
(2002), bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi yaitu motif primer (motif
yang tidak dipelajari), motif ini muncul pada individu secara biologis
misalnya makan, minum dan seks. Sedangkan motif skunder timbul karena
adanya interaksi dengan orang lain.
Achievement Theory (Teori achievement) Mc Clelland (1961) Menyatakan
bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:

1. Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)


2. Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan
soscialneed-nya Maslow)
3. Need for Power (dorongan untuk mengatur)

2. Teory McGregor
Teory McGregor yang menyimpulkan teori motivasi dalam teori “X dan
Y”, yang didasarkan pada pandangan konvensional atau klasik (teori X), dan
pandangan baru atau modern (teori Y). Mengemukakan dua pandangan
manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif).

Menurut teori x empat pengandaian yang dipegang manajer :

1. Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja


2. Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam
dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
4. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang
dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat
teori Y :
1. Karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti
istirahat dan bermain.
2. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka
komit pada sasaran.
3. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
4. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

3. Teory Herzberg
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan.
Dua faktor itu disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor
motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar
dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia,
imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan
faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan,
yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat
kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

4. Teory Maslow
Teory Maslow mendasarkan pada kebutuhan manusia yang dibedakan
antara kebutuhan biologis (kebutuhan materil) dan kebutuhan psikologis
(kebutuhan non-materil).
Abraham Maslow (1943-1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya
semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5
tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan
terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki
Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan
dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi
sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu
tindakan yang penting.
Aktualisasi diri
penghargaan
sosial
keamanan

Faali

1. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)


2. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya)
3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan
orang lain, diterima, memiliki)
4. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan)
5. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,
memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian,
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri:
mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan
tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih
tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu
dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan
dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah
tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus
bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Ada dua aliran teori motivasi, yaitu motivasi yang dikaji dengan
mempelajari kebutuhan-kebutuhan (Content Theory) yang dirincikan oleh
Maslow dalam beberapa tingkatan antara lain kebutuhan fisiologis (makan,
minum, tidur dan seks); Kebutuhan akan rasa aman; Kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai; Kebutuhan untuk dihargai; Kebutuhan aktualitas diri;
Dan ada yang mengkaji dengan mempelajari prosesnya (process theory)
berusaha memahami proses berpikir yang ada dan dapat mendorong individu
untuk berperilaku tertentu (Notoatmodjo, 2010).

5. Suparyanto (2010), teori motivasi terdiri dari :


1. Teori hedonisme
      Hedone dalam bahasa Yunani berarti kesukaan, kekuatan atau
kenikmatan, menurut pandangan hedonisme yang diterapkan dari teori ini
yaitu adanya anggapan bahwa orang akan cenderung menghindari hal-hal
yang sulit dan menyusahkan (mengandung resiko berat) dan lebih suka
melakukan suatu yang mendatangkan kesenangan baginya.

2. Teori naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu (naluri) pokok yang
dalam hal ini disebut juga dorongan naluri mempertahankan diri, dorongan
naluri mengembangkan diri, naluri mengembangkan atau mempertahankan
jenis.

3. Teori reaksi yang dipelajari


     Teori berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari
dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang
pemimpin atau pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya,
pemimpin atau pendidik hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan
kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.

4. Teori pendorong
      Teori ini merupakan panduan antar “teori naluri” dengan "teori reaksi
yang dipelajari", daya dorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu
dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena
itu, menurut teori ini bila seseorang memimpin atau mendidik ingin
memotivasi anak buahnya, ia harus berdasarkan atas daya pendorong yaitu
atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan yang dimilikinya.
5. Teori kebutuhan
     Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada
dasarnya adalah kebutuhan fisik maupun psikis. Oleh karena itu menurut teori
ini apabila seseorang ingin memotivasi orang lain, ia harus mengetahui
terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dimotivasinya.

6. Teori motivasi vroom (1964)


Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation
menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini
ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat
ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan
oleh tiga komponen, yaitu:
1. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
2. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika
berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk
mendapatkan outcome tertentu).
3. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif,
netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu
yang melebihi harapan Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan
kurang dari yang diharapkan

7. Clayton Alderfer ERG

Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan


pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan
(relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan
teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih
tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada
gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan
dari situasi ke situasi.
Menurut Dimyati dan Moedjiono (2009: 80), terdapat tiga komponen
utama dalam motivasi yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan (3) tujuan.
Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa
yang miliki dengan apa yang harapkan. Dorongan merupakan kekuatan
mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau
pencapaian tujuan.
2.3 Faktor- Faktor yang mempengaruhi motivasi perilaku hidup sehat
Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2014) perilaku individu dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing), yaitu faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi individu untuk berperilaku. Faktor ini terwujud dalam
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku
sehat. Ketiadaan fasilitas dapat menurunkan niat individu untuk berperilaku
sehat.
c. Faktor penguat (reinforcing), yaitu faktor-faktor yang mendorong atau
mendukung dan memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini terwujud dalam
adanya dukungan sosial, sikap dan perilaku petugas kesehatan serta adanya
referensi dari pribadi yang dipercaya.

3. Peran Motivasi dalam perubahan perilaku kesehatan


A. Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Pada mulanya masyarakat tidak ada hasrat untuk berperilaku hidup


sehat, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya
untuk berperilaku hidup sehat. Sesuatu yang dicari itu muncul dari
motivasi itu sendiri. Contohnya seseorang yang awalnya malas
untuk hidup sehat akhirnya termotivasi untuk hidup sehat karena
orang yang dikaguminya hidup sehat. Sikap itulah yang mendasari
dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam berperilaku hidup
sehat. Jadi motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini
mempengaruhi sikap apa yang seharusnya masyarakat ambil dalam
rangka hidup sehat.
B. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Setelah ada dorongan akibat motivasi tersebut, otomatis diri kita
merasa untuk bergerak melakukan sesuatu tersebut yaitu berperilaku
hidup sehat.
C. Motivasi sebagai pengarah pebuatan

Masyarakat yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana


perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang
diabaikan.

4. Teori Perubahan Perilaku

a. Teori Adopsi Inovasi (Rogers)

Ahli ilmu sosial Rogers menamakan teorinya sebagai teori innovation


decision process yang diartikan sebagai proses kejiwaan yang dialami oleh
seorang individu, sejak menerima informasi atau pengetahuan tentang suatu hal
yang baru, sampai dengan pada saat dia menerima atau menolak ide baru tersebut.
Mula-mula Rogers dibantu oleh rekannya bernama Shoemaker (1971),
menyatakan bahwa proses adopsi inovasi itu melalui 5 tahapan, yaitu :
mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru (awareness), menaruh perhatian
terhadap ide tersebut (interest), memberikan penilaian (evaluation), mencoba
memakainya (trial), dan kalau menyukainya maka individu tersebut setuju untuk
menerima ide/hal baru tersebut (adoption) (Sarwono, 1997).

Dari pengalaman di lapangan serta penelitian mengenai penerapan teori ini


ternyata Rogers dan Shoemaker menyimpulkan bahwa proses adopsi ini tidak
berhenti segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat
berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Oleh karenanya, maka
Rogers dan Shoemaker (1978) mengubah teori mereka dengan membagi proses
pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi 4 tahap utama, yaitu:
Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan
dengan suatu ide baru (knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya
untuk mengenal lebih jauh tentang objek/topik tersebut dan fase ini dipergunakan
oleh petugas kesehatan untuk membujuk atau meningkatkan inovasinya guna
bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan tersebut (persuasion). Tergantung
kepada hasil persuasi petugas dan pertimbangan pribadi individu, maka dalam
tahap decision dibuatlah keputusan untuk menerima atau justru menolak ide baru
tersebut. Namun, sebaiknya petugas/pendidik kesehatan tidak cepat merasa puas
jika suatu ide telah diterima, sebab kini individu mulai memasuki tahap penguatan
(confirmation), dimana dia meminta dukungan dari lingkungannya atas keputusan
yang telah diambilnya itu. Bila lingkungan memberikan dukungan positif maka
perilaku yang baru itu (adopsi) tetap dipertahankan, sedangkan bila ada keberatan
dan kritik dari lingkungan, terutama dari kelompok acuannya, maka adopsi itu
tidak jadi dipertahankan dan individu kembali lagi ke perilakunya yang semula.
Sebaliknya, suatu penolakan pundapat berubah menjadi adopsi apabila
lingkungannya justru memberikan dukungan agar individu menerima ide baru
tersebut (Sarwono, 1997).

b. Teori S-O-R

Merupakan perubahan perilaku yang didasari oleh: Stimulus – Organisme –


Respon (S-O-R). Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau
memperbanyak rangsangan (stimulus). Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi
melalui proses pembelajaran (learning process). Materi pembelajaran di sini
diartikan sebagai stimulus. Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R adalah
sebagai berikut:

a. Adanya stimulus (rangsangan) → diterima atau ditolak.


b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.
c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya berupa kesediaan
untuk bertindak terhadap stimulus (attitude) dan bertindak (berperilaku)
apabila ada dukungan fasilitas (practice) (Priyono, 2014).

c. Teori “Dissonance” oleh Festinger

Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara


sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila
terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan
terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut
direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku
baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi
(conssonance) (Priyono, 2014).

Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: “Terjadinya perubahan


perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen
tidak seimbang”. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi
karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran
perikasa hamil) (Priyono, 2014).

d. Teori Fungsi oleh Katz

Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus
atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek). Prinsip teori
fungsi (Priyono, 2014) :

a. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek).


b. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila
hujan, panas).
c. Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap
gejala sosial).
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi (marah,
senang).

e. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

HBM adalah salah satu model yang pertama kali digunakan untuk
memprediksi dan menjelaskan variasi dalam perilaku kontrasepsi di kalangan
perempuan pada 1970-an dan 1980-an (Hall, 2012). HBM digunakan untuk
membantu mengidentifikasi dan memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku kontrasepsi modern saat ini (Hall, 2012). Menurut Rosenstock, Cullen,
Brodkin, dan Redlich (2005), HBM menyatakan bahwa individu akan mengambil
tindakan untuk mencegah kerusakan kesehatan mereka, sebagai monitor untuk
penyakit atau kerentanan, atau untuk mengontrol penyakit, jika mereka: (1)
menganggap diri mereka sebagai pribadi rentan terhadap kondisi tertentu, (2)
percaya bahwa kondisi tertentu memiliki konsekuensi yang serius, (3) percaya
bahwa tindakan baik akan mengurangi kerentanan mereka atau mengurangi
keparahan kondisi, dan (4) percaya bahwa kondisi tertentu dapat mengantisipasi
hambatan (atau biaya) dengan mengambil tindakan yang sebanding dengan
keuntungan dan (5) kombinasi kerentanan yang dirasakan dan tingkat keparahan
yang dirasakan atau sering disebut sebagai ancaman.

Tiga faktor penting dalam Health Belief Model, yaitu :

1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu


penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah
perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang


kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil
kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku
dapat memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap perubahan yang
ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan
perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku yang serupa.

Champion dan Skinner (dalam Glanz, 2008) mengemukakan adanya enam


aspek dari health belief model (HBM), yaitu: 

1. Perceived suspectibility, yaitu mengukur persepsi kerentanan mengacu pada


keyakinan tentang kemungkinan mendapatkan penyakit atau kondisi.
Misalnya, seorang wanita harus percaya ada kemungkinan terkena kanker
payudara sebelum ia akan tertarik untuk memperoleh mammogram.
2. Perceived severity, yaitu mengukur perasaan tentang keseriusan tertular
penyakit atau membiarkannya tidak diobati meliputi evaluasi dari kedua
konsekuensi medis dan klinis (misalnya, kematian, cacat, dan nyeri) dan
konsekuensi sosial yang mungkin (seperti dampak kondisi pada pekerjaan,
kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). Kombinasi kerentanan dan
keparahan telah diberi label sebagai ancaman.
3. Perceived benefits, yaitu mengukur keyakinan orang mengenai manfaat
yang dirasakan dari berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi
ancaman penyakit. Persepsi non-kesehatan lainnya, seperti penghematan
keuangan yang berkaitan dengan berhenti merokok atau menyenangkan
keluarga anggota dengan memiliki mammogram, juga dapat mempengaruhi
keputusan perilaku. Dengan demikian, individu menunjukkan keyakinan
optimal dalam kerentanan dan keparahan yang tidak diharapkan untuk
menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan dan mereka juga menganggap
tindakan yang dilakukan sebagai sesuatu yang berpotensi menguntungkan
dan mengurangi ancaman.
4. Perceived barriers, yaitu mengukur penilaian individu mengenai besar
hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang
disarankan, seperti hambatan finansial, fisik, dan psikososial (Rosenstock,
1966).
5. Cues to action, yaitu mengukur peristiwa-peristiwa, orang-orang, atau hal-
hal yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku mereka. Mendengar
cerita TV atau berita radio tentang penyakit bawaan makanan dan membaca
petunjuk penanganan yang aman untuk paket daging mentah dan unggas
merupakan isyarat untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku yang
terkait dengan perilaku penanganan makanan yang lebih aman (Hanson &
Benediktus dalam Turner dkk, 2008).
6. Self-efficacy, yaitu mengukur keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil
melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan hasil (Bandura,
dalam Glanz, 2008). Bandura membedakan harapan self-efficacy dari
harapan hasil, dimana harapan dari self-efficacy didefinisikan sebagai
seseorang yang memperkirakan bahwa perilaku tertentu akan menyebabkan
hasil tertentu. Harapan hasil yang mirip tapi berbeda dari konsep HBM
dirasakan manfaatnya. Pada tahun 1988, Rosenstock, Strecher, dan Becker
(dalam Glanz, 2008) menyarankan bahwa self efficacy ditambahkan ke
HBM sebagai konstruk yang terpisah, dan sementara kerentanan, keparahan,
dan manfaat termasuk dalam konsep asli HBM

f. Force Field Analysis

Selama proses perubahan pasti akan terdapat dua kekuatan yang saling
bententangan, yaitu kekuatan yang mendukung dan kekuatan yang menolak. Force
Field Analysis adalah teknik manajemen yang dikembangkan oleh Kurt Lewin
untuk mendiagnosa situasi lingkungan/kekuatan-kekuatan yang ada pada saat
dijalankannya perubahan. Kekuatan yang mendukung perubahan (Driving Forces)
adalah kekuatan-kekuatan yang terus menekan dan mempunyai inisiatif untuk
melakukan perubahan. Sedangkan kekuatan yang menolak perubahan (Restraining
Forces) adalah kekuatan-kekuatan yang menolak adanya perubahan dengan
menahan atau mengurangi kekuatan yang mendukung perubahan. Pada saat
perubahan terjadi, kekuatan – kekuatan tersebut saling menekan dan pada
akhirnya kekuatan yang mendukung akan semakin banyak dan kekuatan yang
menolak akan semakin sedikit (Irina, 2011)

Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:


a) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan tetap. Hal ini terjadi
karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya
perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa informasi-informasi
sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.
b) Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi
karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan
tersebut.
c) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan
keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
g. Teori Lippitt
Proses perubahan lain adalah fase perubahan Lippit, yang memfokuskan
pada peran agen pengubah (change agent) dan hal ini dijelaskan oleh Sullivan &
Decker (1992). Strategi pemecahan masalah, berhubungan, dan kemahiran
berkomunikasi digunakan selama proses perubahan dengan anggota system
sebagai target utama. Teori Lewin dikembangkan menjadi tujuh tahapan proses
berikut ini:
- Miliki kumpulan data individu yang penting, pemecahan masalah, dan
berikan diagnosis pada masalah.
- Pertimbangkan berbagai hambatan keuangan dan sumber daya manusia yang
ada. Analisis fungsi organisasi dan strukturnya. Perkirakan kapasitas seluruh
perubahan dengan motivasi. Bandingkan solusi dan tentukan prioritas.
- Sumber dan motivasi agen perubahan dapat dijadikan modal. Analisis
penilaian diri dan pertimbangkan kekuatan dasar, tingkat energy, rencana ke
depan, dan komitmen untuk berubah.
- Seleksi sasaran perubahan yang progresif. Tetapkan strategi, rencana
tindakan dan metode evaluasi.
- Seleksi peran agen pengubah: penggembira (cheersleader) fasilitator
kelompok, keahlian, atau konsultan. Buatlah harapan yang jelas dengan
mengidentifikasi peran yang telah dipilih untuk agen pengubah.
- Pertahankan perubahan dengan komunikasi, umpan balik, revisi, dan
koordinasi.
- Setelah perubahan diterima dan melembaga, agen pengubah menarik diri.
5. Strategi Mengubah Perilaku

Gambar 1. 12 Langkah merancang proses perubahan perilaku


(Kurniati, 2016).

Terdapat 3 bentuk perilaku yang perlu dipahami dalam perubahan perilaku yaitu
perilaku ideal, perilaku layak, dan perilaku saat ini. Contoh perilaku ideal yaitu
ibu meminta pertolongan untuk melakukan persalinan kepada tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan; ibu memberikan asi kepada bayinya dalam kurun waktu 1 jam
setelah melahirkan; anak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Perilaku
saat ini, contohnya seperti ibu melakukan persalinan dengan bantuan dukun; ibu
memberikan asi kepada bayinya (tidak langsung dan tidak eksklusif); anak
mencuci tangan pakai kobokan setelah makan. Perilaku layak (fesible) yang dapat
dilakukan diidentifikasi dalam beberapa langkah berikut: 1) menerjemahkan
tujuan program/proyek ke dalam pernyataan perilaku.; 2) menguraikan perilaku ke
dalam serangkaian tindakan; 3) mengetahui masalah/hambatan timbul; 4)
mengetahui kemungkinan penyelesaian masalah/hambatan; 5) berhubungan
langsung dengan dampak. Contoh perilaku layak, dimana tujuan proyek adalah
“menurunkan kematian ibu”, maka perilaku layaknya adalah ibu hamil
mengunjungi dokter/bidan terlatih paling lambat 5 jam sebelum bersalin; ibu
hamil memeriksakan diri dalam seminggu pertama setelah bersalin (Kurniati,
2016).

Strategi komunikasi dalam proses perubahan perilaku


a. Target audiens
b. Perubahan yang diinginkan, hambatan, fasilitator, tujuan komunikasi oleh
audiens
c. Pendekatan strategis
d. Posisi
e. Konten utama
f. Saluran komunikasi (mis., Media massa, media-tengah, IPC), aktivitas,
dan materi

Dalam penyusunan strategi perubahan perilaku diperlukan pernetapan monitoring


program kerja dan evaluasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan sebuah
indicator tertentu yang cocok dengan media atau cara penyampaian kita dalam
usaha mengubah perilaku. Indikator adalah pengukuran yang digunakan dalam
memantau dan mengevaluasi kinerja program. Mereka adalah program spesifik,
ditentukan oleh tujuan program, dan harus dapat diukur untuk membantu menilai
sejauh mana intervensi SBCC telah mengubah hasil. Indikator dapat didefinisikan
untuk menyediakan pengukuran kuantitatif dan kualitatif. Proses pemilihan
indikator bisa sangat mudah jika tujuan disajikan dengan jelas dalam hal
kuantitas, kualitas, dan jangka waktu yang ditentukan dari kegiatan program
tertentu. Idealnya, indikator didefinisikan dan dihubungkan dengan kegiatan dan
tujuan program selama proses perencanaan. Penting untuk memahami dan
membedakan indikator program dan indikator komunikasi. Indikator program
merujuk pada hasil program untuk mencapai tujuan, seperti perubahan dalam
penggunaan kontrasepsi atau pengurangan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Indikator komunikasi mengukur komunikasi yang disediakan melalui saluran
yang berbeda seperti IPC, media-menengah, atau media massa untuk mengurangi
mitos atau kesalahpahaman dan menambah pengetahuan yang benar. Termasuk
juga indikator proses seperti jangkauan pesan yang diberikan dan pemahaman
pesan (Agrawal, 2014).
Jenis indikator yaitu indikator pemantauan yaitu indicator proses dan indicator
output. Indikator proses membantu menilai bagaimana kegiatan yang
direncanakan telah dilaksanakan baik sehubungan dengan jadwal waktu dan
kualitas pelaksanaan. Contohnya dapat berupa persentase ASHA yang lulus
pelatihan berbasis kompetensi untuk meningkatkan konseling dan layanan, iklan
TV diuji dan disesuaikan dengan konteks budaya, pesan yang diberikan jelas dan
dipahami oleh audiens target, atau audiens menganggap karakter yang hadir dalam
pendidikan hiburan berasal dari mereka. komunitas sendiri. Indikator output
mengukur sejauh mana kegiatan yang direncanakan telah benar-benar
dilaksanakan. Indikator pemantauan harus ditentukan sebelum implementasi.
Dalam SBCC, output adalah produk langsung dari kampanye dan diukur dalam
hal aktivitas kampanye yang dilakukan. Contohnya adalah jumlah pertunjukan
jalanan yang diatur, jumlah lukisan dinding yang dilakukan, jumlah tempat TV
dengan pesan yang ditayangkan, jumlah pertemuan kelompok yang
diselenggarakan, atau jumlah ASHA yang terlatih dalam keterampilan konseling
dan disediakan dengan alat bantu konseling. Penting untuk dicatat bahwa output
tidak mengukur hasil seperti perubahan perilaku atau peningkatan pengetahuan
audiens (Agrawal, 2014).

6. Bentuk perubahan perilaku


Bentuk perubahan perilaku dikategorikan ke dalam tiga kelompok sebagai
berikut:
1) Perubahan Alamiah ( Natural Change ) : Perilaku manusia selalu berubah.
Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Contoh :
perubahan perilaku yang disebabkan karena usia seseorang.
2) Perubahan terencana ( Planned Change ) : Perubahan perilaku ini terjadi
karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.contoh : perubahan perilaku
seseorang karena tujuan tertentu atau ingin mendapatkan sesuatu yang bernilai
baginya
3) Kesediaan untuk berubah ( Readdiness to Change ) : Apabila terjadi suatu
inovasi atau program-program pembangunan di dalam organisasi, maka yang
sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau
perubahan tersebut, dan ada sebagian orang lagi sangat lambat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut. Contoh : perubahan teknologi pada
suatu lembaga organisasi, misal dari mesin ketik manual ke mesin komputer,
biasanya orang yang usianya tua sulit untuk menerima perubahan pemakaian
teknologi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Irwan. 2017. Etika dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: CV. Absolute


Media
2. Sunaryo. 2002. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
3. Bahtiar, Y. Suarli, S. 2002, Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan
Praktis. Surabaya: Erlangga
4. Maulana, heri DJ. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
5. Eric B. Shiraev, Psikologi Lintas Kultural, (Jakarta: KENCANA
Prenada Media Group, 2012)
6. Laura A. King, PSIKOLOGI UMUM Sebuah Pandangan Apresiatif,
(Jakarta: Salemba
7. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rhineka Cipta
8. Djamarah bahri syaiful,psikologi belajar,2011,Jakarta rineka cipta: 156
9. Kurniati. 2016. Modul Kerangka Kerja Perubahan Perilaku. FK Udayana
10. Agrawal Praween, et al. 2014. Training Manual Monitoring and
Evaluation of Social and Behavior Change Communication Health
Program. New Delhi: IHBP, Population Council.
11. S, Irwan. 2017. Etika dan Perilaku Kesehatan. ISBN: 978-602-1083-68-0.
Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai