Berbagai alat analgesik dan antipiretik diresepkan untuk mengobati rasa sakit pada ibu hamil. Obat-obatan
analgesic dan antipiretik tersedia dalam golongan bebas dan bebas terbatas yang dapat dibeli tanpa diresep
serta golongan keras yang dapat dibeli hanya dengan resep dokter. Obat tersebut digunakan untuk mengobati
rasa sakit seperti sakit kepala, nyeri, radang sendi, dan demam.
Menurut dua studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 65-70% wanita hamil menggunakan
asetaminofen, yaitu obat antipiretik dan analgesic selama kehamilan (FDA, 2015). Oleh karena itu, wanita dan
tenaga kesehatan perlu memahami keamanan analgesic dan risiko mengobati dengan tidak menimbulkan rasa
sakit selama kehamilan dan menyusui. Risiko latar belakang utama cacat pada kehamilan adalah 3%.
Perempuan dan tenaga kesehatan sepatutnya memberi informasi mengenai risiko pemakaian obat (Malhotra
dan Khanna, 2016).
Obat Analgetik - Antipiretik
Penggolongan analgetik dibagi dalam dua kelompok besar atas dasar farmakologinya, yaitu:
1. Analgetik perifer (non narkotik), yang terdiri dari obat-obatan yang bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral. Contoh: paracetamol, asetosol, methampyron dan ibu profen.
2. Analgetik narkotik khusus digunaakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker.
Contoh: tramadol
Obat-obat tersebut mampu meningkatkan atau menghilanhkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi system syaraf
pusat atau menurunkan kesadaran, serta tidak menimbulkan ketagihan. Efek samping yang paling umum adalah
kerusakan darah (paracetamol, salisilat, derivate derivate antranilat dan derivate derivate pirazolinon), kerusakan
hati dan ginjal (paracetamol dan penghambat prostaglandin/NSAID) dan reaksi alergi pada kulit. Efek samping
terjadi terutama pada penggunaan yang lama atau dalam dosis tinggi (Tjay dan Kirana, 2007).
Obat Analgetik - Antipiretik
5. Dosis
a. Asam Mefenamat: dewasa dan anak-anak > 14 tahun. Dosis awal 500 mg, selanjutnyya 250 mg setiap 6
jam sesuai kebutuhan.
b. Natrium diklopenak: dewasa 50 mg, 2-3 kali sehar atau 75 mg 2 kali sehari.
6. Efek samping
a. Sistem pencernaan: mual, munntah, gangguan saluran pencernaan lainnnya, dan rasa sakit pada
abdominal.
b. Sistem saraf: rasa mengantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia.
c. Kulit: kadang ruam atau erupsi kulit.
Obat Analgetik - Antipiretik
Obat antipiretika merupakan obat yang dapat menurunkan panas atau untuk mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang
tinggi).
1. macam-macam obat antipiretika
a. Paracetamol
- Nama dagang: Sanmol (Sanbe), Pamol (Intervat), Panadol (Claxo).
- Komposisi: Tiap the (5 ml mengandung paracetamol 120 mg), tiap tablet mengandung paracetamol 500 mg
b. Asam asetisalisilat (acetosol)
- Nama dagang: Aspilet (Medifarma), Farmasal (Fahrenhaid)
- Komposisi: tiap tablet mengandung asam asetisalisilat 100 mg
Obat Antipiretika
c. Ibuprofen
- Nama dagang: Bufect (Sanbe Farma), Proris (Pharos), Ibuprofen (Indo farma)
2. Cara kerja/ khasiat obat antipiretika
a. paracetamol: sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzene dan mekanismenya diduga berdasarkan efek
sentral. Pada penggunaan oral dserap cepat melalui saluran cerna dan dapat diekskresikan melalui ginjal.
b. Asam asetilsalisat: dengan buffer bekerja mempenngaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus sehingga dapat
menurunkan demam dan menghambat pembentukan prostaglandin sehingga dapat menurunkan rasa sakit.
c. Ibuprofen: bekerja dengan menghambat enzim yang memproduksi hormone prostaglandin sehingga inflamasi
dapat megurangi inflamasi dan rasa sakit, demam dan nyeri.
Obat Antipiretika
c. Ibuprofen
- Anak 1-2 tahun: 3-4 kali 50 mg
- 5-7 tahun: 3-4 kali 100 mg
- 8-12 tahun: 3-4 kali 200 mg
- Dewasa: 3-4 kali 200 mg
Obat Antipiretika
6. Efek samping
Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati, iritasi lambung, mual, muntah, pemakaian jangka
Panjang dapat terjadi perdarahan lambung dan tukak lambung.
7. Cara mengatasi
a. Sebaiknya obat ini diminum setelah makan atau bersamaan dengan makanan
b. Jauhkan dari jangkauan anak-anak guna mencegah salah penggunaan obat
c. Hati-hati untuk penggunaan fungsi ginjal dan hati
Obat Anestesi
Obat anestesi adalah obat yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa yaitu suatu keadaan depresi umum yang
bersifat reversible dari berbagai pusat di SSP, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan sehingga agak mirip
dengan keadaan pingsan.
1. Prokain (Novakain)
a. Indikasi
Diberikan secara intravena untuk pengobatan aritmia selama anestesi umum, bedah jantung, atau induced hypothemia.
b. Kontraindikasi
Pemberian innravena merupakan kontraindikassi untuk pederita miasstemia gravis karena prokain menghasilkan
derajat blok neuromuskuler. Dan prokain juga tidak boleg diberikan Bersama-sama dengan sulfonamide.
Obat Anestesi
e. Dosis
- Dosis 15 mg untuk infiltrasi: larutan 0,25-0,5 dosis maksimum 1000 mg, onset: 2-5 menit, durasi 30-60 menit. Bisa ditambah
adrenalin (1 : 100.000).
- Dosis untuk blok epidural (maksimum) 25 ml larutan 1,5 %
- Untuk kaudal: 25 ml larutan 1,5 %
- Spinal analgesia 50-200 mg tergantunng efek yang di kehendaki, lamanya 1 jam
2. Fentanil
a. Indikasi
- Meredakan rasa sakit kronis dan parah
- Sebagai obat bius untuk redakan rasa sakit saat prosedur bedah
Obat Anestesi
b. Kontra indikasi
Hipersensitivitas pada Fentanyl, sebagai tambahan, Fentanyl tidak boleh dikonsumsi jika memiliki kondisi
concurrent penggunaan monoamine oxidase inhibitor, hypovolemia atau hipotensi, laktassi, myasthenia
graviss, peningkatan tekanan intrakranial, depresi pernafasan.
c. Cara kerja obat/ khasiat obat
Fentanyl meningkatkan kondisi pasien dengan melakukan fungsi-fungsi berikut: berinteraksi terutama dengan
opioid mu-reseptor di otak, sumsum tulang belakang dan jaringan lain.
Obat Anestesi
e. Dosis
Untuk premedikasi bedah
- 50-100 mcg/ IM atau IV secara lambat 30-60 menit sebelum operasi
- Tambahan untuk anestesi regional: 25-100 mcg? Dosis IV lambat selama 1-2 menit
Untuk anestesi umum
- Prosedur bedah minor (operasi kecil): 0,5-2 mcg/kg/dosis IV
- Operassi besar: 2-20 mcg/kg/dosis awalnya; 1-2 mcg/kg/jam perawatan infus IV; hentikan infus 30-60 menit sebelum
mengakhiri operasi; batasi jumlah dosiss gfentanil 10-15 mcg/kg untuk pelacakan cepat da awal ekstubasi
- Tambahan untuk anestesi umum (jarang digunakan): 20-50 mcg/kg/dosis IV
Obat Anestesi
Untuk analgesia
- analgesia: 1-2 mcg/kg IV bolus atau 25-100 mcg/ dosis jika perlu atau 1-2 mcg/kg/jam dengan infus IV kontinu atau 25-200
mcg/jam
- Nyeri berat: 50-100 mcg/dosis IV/IM setiap 1-2 jam jika perlu (pasien dengan paparan opioid sebelum dapat mentolerir dosis
awal yang tinggi
- Pasien dibawah pengaruh anestesi (PCA): 10 mcg/mL IV (konsentrasi biasa); permintaan dosus 20 mcg dengan interval
waktu dan laju dasar 5-10 menit dari >50 mcg/jam
3. Lidokain
a. Indikasi
Anestesi local dan terapi akut untuk aritmia ventrikuler karena infark miokard; analgesic topika
Obat Anestesi
b. Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap lidokain atau komponen yang terdapat dalam formula, hipersensitif terhadap anestesi local golongan
amida Adam-stokes ssyndrome blok SA/AV/Intraventrikel berat (kecuali pasien dengan pacu jantung artifisial yang berfungsi)
injeksi campuran yang mengandung dextrose dari jagung dan digunakan pada pasien yang alergi terhadap produk jagung.
c. Cara kerja obat/ Khasiat obat
Lidokain bekerja merintangi secara bolak-balik penerusan impuls- impuls saraf ke Susunan Saraf Pusat (SSP) dan dengan
demikianmenghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau rasa dingin. Lidokain mencegah
pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di selaput lendir. Disamping itu, lidokain mengganggu
fungsi semua organ dimana terjadi konduksi/transmisi dari beberapa impuls. Artinya lidokain mempunyai efek yang penting
terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromuskular dan semua jaringan otot.
Obat Anestesi
d. Efek samping dan cara mengatasi - SSP: agitasi, cemas, koma, bingung, disorientasi, pusing,
mengantuk, eforia, halusinasi, sakit kepala, hiperestesia,
- Efek bervariasi tergantung pada rute pemberian
letargi, kepala terasa ringan, cemas, psikosis, seizure,
- Sebagian bear efek bergantung pada dosis bicara tidak jelas, somnolens, tidak sadar.
e. Dosis
- okuler: diplopia, perubahan pandangan - Anestesi lokal injeksi: dewasa dan anak: bervariasi bergantung
- Telinga: tinitus Pernafasan: bronkhospasme, dispnea, pada prosedur, tingkat anestesi yang diinginkan, perfusi
jaringan, durasi yang diinginkan dan kondisi fisik pasien:
sepresi/henti nafas
maksimum 4,5 mg/kg/dosis; jangan diulang dalam waktu 2 jam
- Lain-lain: reaksi alergi, reaksi anafilaksis, sensitif -
Antiaritmia: anak: IV: loading dose: 1 mg/kg (maksimum 100
terhadap temperatur ekstrim. Sesudah aqnestesi spinal: mg); diikuti dengan infus dapat diberikan bolus kedua 0,5-1
sakit kepala posisional, menggigil, mual, gejala saraf mg/kg dengan jarak antara bolus dan awal infus >15 menit;
tepi, pernafasan yang tidak adekuat, pandangan ganda, Infus: 20-50 mikrogram/kg/menit; Gunakan 20
hipotensi, gejala cauda equina. dari hasil mikrogram/kg/menit pada pasien shok, penyakit hati, henti
postmarketing/laporan kasus: inhalasi: Adult jantung, gagal jantung ringan,; gagal jantung sedang-berat
dibutuhkan 1/2 loading dose dan kecepatan infus yang lebih
respiratory distress sindrome (ARDS), asistole,
lambat untuk menghindari toksisitas.
disoroentyasi, methemoglobinemia, reaksi kulit.
Obat Anestesi
- dewasa: fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel tanpa denyut nadi (sesudah defibrilasi, pemberian
vasopresor: IV: awal: 1-1,5 mg/kg; Takhikardia; ventrikel refrakter atau fibrilasi ventrikel, ulangan bolus 0.5-
0.75 mg/kg setiap 5-10 menit dapat diberikan sesudah dosis awal dengan maksimum 3 dosis; Dosis
keseluruhan tidak melebihi 3 mg/kg. Ikuti dengan infus 1-4 mg/menit sesudah perfusi; Pada aritmia yang
muncul kembali selama infus: bolus 0,5 mg/kg dan nilai ulang infus.
4. Bupivacaine
a. Indikasi
Memberi rasa kebas selama operasi, meredakan nyeri akut saat persalinan atau prosedur medis tertentu, serta
mengatasi nyeri paska operasi.
Obat Anestesi
5. Ketamin Hidroklorida
a. Indikasi
Anestesi untuk diagnostik dan prosedur pembedahan yang tidak memerlukan relaksasi otot skelet, prosedur
pembedahan jangka pendek (paling sesuai), prosedur pembedahan yang lebih lama (dengan menaikkan dosis),
induksi efek anestesi yang diberikan sebelum pemberian anestesi umum yang lain, melahirkan normal yang
memerlukan anestesi atau pembedahan cesar, anestesi tambahan pada penggunaan anestesi lain dengan potensi
lemah seperti nitrous oksida.
b. Kontra indikasi
Peningkatan tekanan darah yang bermakna, eklamsia atau pre-eklamsia, hipersensitivitas.
Obat Anestesi
d. Dosis
- Pemberian secara intravena: Rentang dosis awal: 1 mg/kg BB - 4,5 mg/ kg BB. Rata-rata dosis yang
diperlukan untuk menghasilkan efek anestesi selama lima sampai sepuluh menit adalah 2 mg/kg BB. Induksi
anestesi: 1,0 - 2,0 mg/kg BB dengan kecepatan pemberian 0,5 mg/kg BB/menit, yang diberikan dalam syringe
terpisah selama 1 menit.
- Pemberian secara intramuskular: Dosis awal: 6,5-13 mg/kg BB. Dosis 10 mg/kg BB biasanya menghasilkan
efek anestesi selama 12 sampai 25 menit pada prosedur pembedahan.
- Kelainan hati. Pengurangan dosis harus dipertimbangkan pada pasien dengan sirosis atau jenis gangguan hati
lainnya.
Obat Anestesi
6. Thiopenal Injeksi
a. indikasi: nyeri otot, tekanan rongga tengkorak
b. Kontraindikasi: Hipersensitivitas pada Thiopental Injection. Sebagai tambahan, Thiopental Injection tidak boleh
dikonsumsi jika Anda memiliki kondisi gejala dari gagal kronis; Myasthenia gravis; penyakit ginjal; anemia
berat; gangguan metabolism hati; gangguan metabolism hati turun-temurun
c. Cara kerja obat: Meningkatkan kondisi pasien dengan melakukan fungsi menekan system saraf pusat
d. Efek samping dan cara mengatasi
- Bersin atau spasme saluran udara
- Kesulitan bernafas
Obat Anestesi
DOSIS
Obat Anestesi Lokal
• Obat anestesi lokal telah digunakan secara luas pada praktik anestesi obstetri. Obat – obat ini diberikan secara
intratekal dan epidurl anestesi, prosedur blok saraf perifer seperti blok saraf pudendal dan secara subcutan.
• Anestesi lokal mencegah konduksi dan timbulnya impuls saraf, tempat kerjanya terutama di membran sel.
Sebagaimana diketahui, potensial aksi saraf terjadi karena meningkatnya permeabilitas membran bagi ion Na
akibat depolarisasi ringan pada membran. Proses fundamental inilah yang dipengaruhi anestetik lokal. Dengan
bertambahnya efek anestetik lokal ambang rangsang meningkat, eksitabilitas berkurang dan kelancaran
hantaran terhambat.
• Dapatlah dikatakan bahwa cara kerja utama obat anestetik lokal ialah dengan cara bergabung dengan reseptor
spesifik yang terdapat pada Na channel, sehingga mengakibatkan terjadinya blockade pada channel tersebut,
dan hal ini akan mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membrane.
Obat Anestesi Lokal
• Bila anestetik lokal dikarenakan pada saraf sensorik maka yang hilang berturut-turut ialah modalitas nyeri, dingin,
panas, dan tekanan dalam.Sebaliknya anestesi akibat penekanan serabut saraf, pertama-tama ditandai oleh
menghilangnya rasa raba dan modalitas nyeri hilang paling aktif.Diduga bahwa impuls rasa raba dihantarkan oleh
serabut yang lebih besar sedangkan nyeri oleh serabut yang lebih kecil.
• Di Amerika Utara, bupivakain dan ropivakain obat yang paling sering digunakan sebagai analgesi pada persalinan.
Walaupun ada beberapa yang menggunakan levobupivakain, terutama di Inggris Raya.Tetapi obat ini sepertinya kurang
memberikan keuntungan dibandingkan dengan yang lainnya.
• Penggunaan bupivakain dan ropivakain pada persalinan telah banyak diteliti belakangan ini, mempertimbangkan dosis
yang rendah yang dibutuhkan untuk persalinan, toksisitas jarang dihubungkan dengan kedua obat tersebut.Keduanya
merupakan analgesia yang efektif, dengan sedikit perbedaan atau tidak ada pada kepuasan maternal ataupun efek
sampingnya terhadap persalinan.
Obat Anestesi Lokal
BUPIVAKAIN
• Bupivakain merupakan obat anestesi lokal golongan amida dan telah menjadi anestesi lokal yang paling
sering digunakan untuk persalinan dengan analgesi epidural.Bupivakain menunjukkan perbedaan yang baik
antara efek motorik dan sensorik pada konsentrasi rendah. Efek kerja analgesia bupivakain lebih panjang dua
sampai tiga kali lebih panjang dari lidokain dan mepivakain, dibandingkan dengan obat anestesi lokal yang
lainnya.
• Dosis sekali suntik pada epidural dengan bupivakain 0,25% (8-10 mL) dapat memberikan efek analgesi
setidaknya 120 menit.Karena meningkatkan masa mula kerja bupivakain menurunkan angka kejadian
takifilaksis dan menurunkan intensitas dari blokade motorik ekstremitas bawah, sehingga bupivakain dapat
diberikan secara berkesinambungan dan pemberian dosis berulang pada patient-controlled epidural
analgesia (PCEA) dan untuk persalinan rawat jalan.
• Bupivakain larutan 0.25% dan 0.5% adalah yang paling sering digunakan pada anestesi regional.
Obat Anestesi Lokal
BUPIVAKAIN
• Metabolisme bupivakain termasuk hidroksilasi aromatik, N-Dealkilasi, hidrolisis amida, dan konjugasi. Sekresi melalui
urin dan terikat pada serum plasma sekitar 96%, walaupun bupivakain diserap dengan baik dari tempat injeksinya,
ikatan bupivakain yang kuat dengan jaringan menyebabkan tidak segera tercapainya kadar puncak dalam darah dan
durasi kerja yang panjang. Durasi kerja pada ruang epidural kira-kira dua sampai 3 jam dan bupivakain tidak tidak
menembus sawar plasenta.
• Waktu mula kerja untuk mencapai efek analgesi yang membutuhkan hingga 20 menit, menggabungkan volume yang
banyak dari bupivakain yang diencerkan dengan opioid yang larut dalam lemak memberikan percepatan onset yang
dapat diterima. Analgesi pada persalinan biasanya dimulai dengan bolus inkremental dari bupivakain 0,0625% -
0,125% (volume total = 12-20 mL). Konsentrasi serendah 0,04% efektif bila dikombinasikan dengan fentanil dan
epinefrin untuk kala pertama persalinan, konsentrasi hingga 0,25% (volume total 12 mL) terkadang diberikan walaupun
volume tinggi dengan konsentrasi rendah lebih direkomendasikan.
Obat Anestesi Lokal
ROPIVAKAIN
• Ropivakain adalah lokal anestesi golongan amida yang masa kerjanya panjang yang dibentuk sebagai antiomer murni.
Ropivakain mempunyai efek anestesi dan analgetik, pada dosis tinggi dia mempunyai efek anastesi untuk pembedahan
sedangkan pada dosis rendah dia menghasilkan blok sensorik (analgesia) dengan efek blok motorik yang terbatas dan
non progresif.
• Ropivakain adalah anestesi lokal terbaru yang dapat menyebabkan kelemahan motorik yang lebih sedikit melalui
epidural tetapi tetap memberikan analgesi yang efektif pada dosis 15 dan 22,5 mg tanpa efek samping yang bermakna.
Belakangan ini, ropivakain intratekal telah digunakan untuk memberikan analgesi pada persalinan sebagai bagian dari
teknik combined spinal epidural.
• Anestesi lokal juga mempunyai efek yang sama pada membran yang lain seperti di otak dan jantung, jika jumlah dosis
obat yang besar mencapai sirkulasi sistemik dengan cepat maka akan terjadi gejala dan tanda toksisitas. Konsentrasi
plasma ropivakain tergantung pada dosis, rute pemberian, dan vaskularisasi daerah suntikan injeksi.
Obat Anestesi Lokal
EFEK SAMPING
Karena blokade dari channel natrium mempengaruhi potensial aksi dari propagasi pada seluruh tubuh, tidak
mengejutkan bahwa anestesi lokal mempunyai kemampuan untuk toksisitas sistemik. Toksisitas sering
dihubungkan langsung kepada potensinya. Obat anestesi lokal campuran harus dipertimbangkan untuk
mempunyai efek toksik yang secara kasar lebih adiktif.
Sebuah larutan mengandung 50% dari dosis toksik lidokain dan 50% dosis toksik dari bupivakain akan
mempunyai kira-kira 100% efek toksik dari masing-masing obat.
Obat Anestesi Lokal
• Sistem saraf pusat sebagian sangat peka dengan toksisitas obat anestesi lokal dan menjadi penanda utama dari
kelebihan dosis pada pasien sadar.Gejala awal adalah mati rasa pada daerah bibir, lidah yang kelu, dan
pusing.Tanda eksitatori (misalnya: lelah,agitasi,gugup dan paranoia) sering disebabkan oleh depresi susunan
saraf pusat (misalnya: bicara yang tidak jelas, pusing dan tidak sadar).
• Dengan meningkatkan aliran darah keotak dan paparan obat, benzodiazepine dan hiperventilasi meningkatkan
ambang batas dari kejang yang disebabkan oleh obat anestesi lokal. Thiopental (1-2 mg/kg) secara cepat dapat
diandalkan untuk menghilangkan aktifitas kejang.Ventilasi dan oksigenasi yang adekuat harus dijaga selama
berlangsungnya kejang.
Obat Anestesi Lokal
OPIOID
• Opioid setelah penyuntikan intratekal sangat komplek, opioid intratekal memasuki medulla spinalis dan durameter
untuk memasuki ruang epidural. Dalam medulla spinalis mereka berikatan dengan reseptor non spesifik yang
berada dalam white matter seperti halnya mereka berikatan dengan reseptor spesifik pada dorsal horn. Obat yang
berada pada medulla spinalis akan mencapai kompartemen plasma melalui absorpsi pada vena. Obat yang
diberikan intratekal didistribusikan secara cepat kedalam cairan likuor. Penyebaran opioid didalam cairan
serebrospinal dan distribusinya yang cepat inilah yang menyebabkan insiden depresi pernafasan jumlah pasien
yang sangat kecil tapi bermakna segera setelah pemberian intratekal melalui lumbal.
• Pada rongga epidural opioid akan melarut dalam lemak dan mencapai kompartemen plasma melalui absorpsi pada
vena. Obat yang bersifat lipofilik dengan cepat berpindah kedurameter dan tersebar kedalam lemak pada ruang
epidural lalu memasuki sistem sistemik, mereka juga dengan cepat masuk kedalam sum-sum tulang belakang .
Obat Anestesi Lokal
MORFIN
• Morfin merupakan opioid pertama yang digunakan sebagai analgesi pada persalinan, penambahan dosis morfin
inratekal berkisar pada 0,1 – 0,2 mg sedangkan untuk epidural 2 – 3 mg. Morfin merupakan agonis prototype opioid
bila dibandingkan dengan opioid yang lain. Pada manusia, morfin menghasilkan analgesi, sedasi, dan kehilangan
kemampuan untuk berkonsentrasi. Hal yang lain termasuk mual, merasa badan agak hangat, berat pada ekstremitas,
kering pada mulut, dan gatal terutama pada daerah kutaneus sekitar pada hidung. Penyebab nyeri tetap bertahan,
tetapi bahkan dosis rendah daripada morfin menyebabkan batas ambang terhadap nyeri dan merubah persepsi dari
rangsangan noksius sehingga tidak lagi dialami sebagai nyeri.Dengan tidak adanya nyeri, bagaimanapun morfin
menyebabkan disforia dibandingkan euphoria.
• Efek puncak morfin agak lama, sekitar 15-30 menit.Hanya sebagian kecil dari morfin yang diberikan menembus
sawar otak dan dapat mempengaruhi susunan saraf pusat. Metabolism morfin melalui proses konjugasi pada asam
glukorinik di hati dan diluar hati, terutama pada ginjal.
Obat Anestesi Lokal
FENTANIL
• Fentanil adalah turunan phenil piperidine turunan sintetik agonis opioid yang secara struktur berhubungan dengan
meperidine, sebagai analgesi fentanil 75-125 kali lebih poten daripada morfin.
• Fentanil dosis tunggal diberikan secara intravena mempunyai mula kerja yang lebih cepat dengan durasi yang lebih
singkat daripada morfin. Fentanil adalah obat terbaik yang pernah diteliti dan obat lipofilik yang tersaring digunakan
secara intratekal.
Dua alasan dalam penggunaan obat ini sebagai analgesik telah berkembang beberapa tahun ini:
- Definisi yang lebih dekat dalam penggunaannya sebagai analgesik dalam partus spontan dan partus sesar.
- Pengenalan bahwa penambahan dosis yang kecil dari opioid lipofilik selama anestesi spinal untuk prosedur rawat jalan
dapat menciptakan onset yang lebih cepat dan kualitas blok bedah yang lebih baik dan membuat perbaikan yang lebih
cepat dari fungsi motorik dan memungkinkan pasien lebih cepat keluar rumah sakit setelah operasi.
Obat Anestesi Lokal
FENTANIL
• Fentanil memiliki mula kerja analgesia yang cepat (10-15 menit) dengan durasi aksi yang singkat (2-5 jam).
• Penambahan 10-25μg fentanil terhadap anestetik lokal intratekal mempercepat mula kerja anestesi,
mengurangi dosis analgesik intra operatif, dan menghasilkan efek analgesik post operatif selama beberapa jam
tanpa pemanjangan blok motorik dan penundaan pemulangan pasien.
• Pada epidural diberikan penambahan dosis 50 – 100 μg.
Obat Anestesi Lokal
• Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membasmi jenis mikroba lain.
• Antibiotika (latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan miro organisme hidup
tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki khasiat mematikan atau mengahambat pertumbuahn banyak
bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
1. Macam – Macam Obat Antibiotika
a. Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum. Penisilin terdiri atas:
- Benzil pinisilin (Benzil Pinisilin, Fenoksimetilpinisilin)
Obat Antibiotik
- Sefrozil - Sefamandol
- Sefposoksim
- Sefotakzim
Obat Antibiotik
c. Tetrasklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin berkurang
karena masalah resistansi. Tetrasklin terbagi atas:
- Tetrasklin, hidroklorida, doksisiklin, oksitetraklin
d. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negative. Streptomisin
aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hampir terbatas untuk tuberkalosa.
Terbagi atas:
- Amikasin, Gentamisin, Neomisin sulfat, Netilmisin
Obat Antibiotik
e. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat
akibat haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya, obat
ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
f. Makrolid
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin.
g. Polipeptida
Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah.
h. Golongan antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetka ini aktif terhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra,
misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain.
Obat Antibiotik
b. Sefalosforin - Sefuroksim
- Sefadroksil
• Indikasi: profilaksis tindakan bedah, lebih aktif erhadap
• Indikasi: infeksi bakteri gram ( + ) dan ( - ) H. influenzae dan gonorrhoeae
• Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap sefalosforin, porfiria
- Sefamandol
- Sefrozil
• Indikasi: profilaksis pada tindakan 1 pembedahan
• Indikasi: ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis
media - Sefpodoksim
- Sefotakzim • Indikasi: infeksi saluran napas. Penggunaan ada
• Indikasi: profilaksis pada pembedahan, epiglottitis karena faringitis dan tonsillitis, hanya yang kambuhan, infeksi
hemofilus, meningitis. kronis atau resisten terhadap antibiotika lain.
Obat Antibiotik
c. Tetrasklin - Doksisiklin
- Tetrasklin
• Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan
• Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga
tetrasiklin), sinusitis kronis, pretatitis kronis,
keterangan diatas) klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi
penyakit radang perlvis (bersama metronidazo).
pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
- Demeklosiklin Hidroklorida - Oksitetrasiklin
• Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone • Indikasi: peringatan
antidiuretic.
• Kontraindikasi: efek samping; lihat tetrasilin; hindari
• Kontraindikasi: efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih
pada porfiria.
sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus
nefrogenik.
Obat Antibiotik
d. Aminoglikosida - Kloramfenikol
- Amikasin • Indikasi: Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi
• Indikasi: infeksi generative yang resisten terhadap berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid,
gentamisin meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat.
- Amoksisilin
• Dewasa: 1xx 500 mg tablet tiap 12 jam atau 250 mg tablet tiap 8 jam. Suspensi: dewasa, untuk yang sulit menelam, 125 mg/5ml,
suspense menggantikan tablet 500 mg
• Anak:
Kurang dari 3 bulan: 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam. Dianjurkan menggunakan suspensi 125 mg/5ml. 3 bulan atau lebih Jangan
menggunakan tablet 250mg jika berat<40kg.
40kg atau lebih: sesuai dosis dewasa Amoksisilin dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Neonatus dan bayi 12 minggu (3 bulan)
atau lebih muda: karena fungsi ginjal yang belum optimal mempengaruhi eliminasi amoksisilin, dosis paling tinggi yang dijinkan
adalah 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam.
Sediaan Amoksisilin (generik): kaplet 500mg; kapsul 250mg; sirup kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g.
Amoksan: drops 125mg/1,25 ml; kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g.
Kalmox: kapsul 500mg; sirup kering 125mg/5ml.
Obat Antibiotik
b. Tetrasklin
- Pengaturan dosis oral: 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi berat dapat ditingkatkan hingga 500 mg tiap 608 jam
- Ssifilis primer, sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari
- Uretritis non gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-14 hari
- Injeksi intra vena: 500 mg tiap 12 jam, maksimum 2 gram perhari
- Sediaan: bufacyn 250 mg/kapsul; 500mg/kapsul; 125 mg/5ml ssirop
- Conmycin 250 mg/lapsul; Erlacylin : 30 mg/g salep, 1 % salep mata; Hufacyclin : 250 mg/kapsul; 250 mg/5 ml
sirop; Megacycline : 250 mg/tablet; Sakacyclin : 250 mg/kapsul; Super Tetra : 250 mg/kapsul lunak; Tetradex : 250
mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
Obat Antibiotik
c. Aminoglikosida
- Pengaturan dosis gentasimin: dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi ginjal normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi menjadi 3 setiap 8
jam.
anak-anak: 6-7,5 mg/kg/hari (2-2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Infant dan neonates: 7,5 mg/kg/hari (2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Neonatus umur <1 mingu: 5 mg/kg/hari (2,5 mg setiap 12 jam)
- Durasi terapi biasana 7-10 hari
d. Kloramfenikol
- dewasa: 50 mg/kgBB/hari tiap 6 jam
- Anak: 50-75 mg/kgBB/hari tiap 6 jam
- Bayi < 2 minggu: 25 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis tiap jam
Obat Antibiotik
e. Makrolid
- Pengaturan dosis oral: dewasa dan anak diatas 8 tahun, 250-500 mmg tiap 6 jam atau 0,5-1 gram tiap 12 jam.
Anak sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam, 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam.
- Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg/hari secara infus kontinyu atau dosis terbagi
tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg/hari bila pemberian per oral tidak memungkinkan.
- Sediaan Erybiotic : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop.
- Erysanbe : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop kering; 200 mg/tablet kunyah.
- Erythrocin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 250 mg/5 ml sirop; 200 mg/tablet; 100 mg/2,5 ml sirop tetes.
Obat Antibiotik
5. Efek Samping
a. penisilin: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angiodem, leukopoia, tromnositopenia, diare pada pemberian oral.
b. Sefolossforin: diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic (penggunaan dosis tinggi), mual dan muntah, rasa tidak enak
pada saluran cerna, sakit kepala
c. Tetrasklin: mmual,muntan, diare, eritema (hentikan pengobatan), sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat merupakan
petunjuk peningkatan intrakranial, hepatotoksisitass pankreatitis dan colitis.
d. Aminoglikosida: nefrotoksisitas yang basanya terjadi pada orang tua atau pasien gangguan funngsi ginjal. Jika terjadi
ganggguan fungsi ginjal maka interval pemberian haris diperpanjang.
e. Kloramfenikol: kelainan darah reversible dan ireversibel seperti anemia aplastic (dapat berlanjut menjadi leukemia),
mual,muntah, diare, stomatitis.
f. Makrolid: mual, muntah, diare
Obat Jamur
Obat anti jamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh jamur.
1. Macam-macam Obat Anti Jamur
a. Anti jamur cream
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina, antara lain: ketoconazole, fenticonazole,
miconazole, sulconazole, dan tioconazole.
b. Anti jamur per oral
Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea.
Fluconazole umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai
macam infeksi jamur pada tubuh.
Obat Jamur
c. Brentan oint
- Kontraindikasi: Penyakit tuberkulosis kulit, herpes simplex, vaksmia, semua bentuk varisela, Sensitif terhadap
zat-zat aktif dalam ointment, Teknik oklusif pada penderita dermatitis atopic.
d. Fungares
- indikasi: Infeksi kulit dan kuku yang disebabkan olefrdermatofita, kandida dan jamur - jamur lainnya seperti:
Tinea capitis, Tinea corporis, Tinea manum, Tinea pedis (Athlete's foot), Tinea barbae, Tinea cruris, Tinea
unguium atau onikomikosis, pityriasis versicolor, kandidiasis kulit dan kuku.
- Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap Miconazole nitrate
Obat Jamur
• Mika TK, Susanti, 2011. Farmakologi Kebidanan Aplikasi Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
• Katzung, Bertram G. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika
• Simatupang, Abraham. 2016. Crash Course : Farmakologi Edisi Indonesia. Elsevier
• Susanti. Kumala, Mika Tri., 2011. Farmakologi Kebidanan, Aplikasi Dalam Praktik Kebidanan. Bandung : Trans Info Media
• Gunawan, Gan S., Nafrialdi, S. R. 2012. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
• Goodman and Gilman. 2012. Dasar Farmakologi Terapi Ed. 10. Jakarta: EGC
• Hamita APT, Maksum Hadri. 2012. Buku Ajar Analisa Hayati. Jakarta. EGC.
• Kemenkes RI. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia.
• Kemenkes RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 tahun 2014, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Jakarta: Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia
• Aprilia RM, Artini IGA 2017, ‘Gambaran pola pengobatan dan tingkat pengetahuan mengenai penggunaan obat selama kehamilan di puskesmas Denpasar Utara II Bali’, E-Jurnal Medika, 6(7),
pp. 1-6.
• Briggs GG, Freeman RK, Yaffe SJ 2015, Drug in Pregnancy and Lactation 10th ed, Wolters Kluwer Health, Philadelphia.
• Drugs.com 2019, FDA Pregnancy Categories, viewed 21 September 2019, https://www.drugs.com/pregnancycategories.html
• Fatmawati FF 2017, ‘Upaya Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Ibu Hamil Trimester III Dengan Nyeri Punggung’ Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.