Disusun oleh :
191FF04020
FAKULTAS FARMASI
2020
1. Rabbit Pirogen Test
1.1. Definisi Uji Pirogen
Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi risiko reaksi demam pada tingkat
yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian
meliputi pengukunan kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan sediaan uji secara
intravena dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi oleh kelinci
percobaan pada dosis tidak lebih dari 10 ml/kg yang disuntikkan secara intravena
dalam periode tidak lebih dari 10 menit. Untuk sediaan yang memerlukan
penyiapan pendahuluan atau cara pemberian khusus, ikuti petunjuk tambahan yang
diberikan pada masing-masing monografi atau, dalam hal antibiotik atau sediaan
biologi petunjuk tambahan diberikan dalam ketentuan lain.
Alat suntik, jarum dan alat gelas dibebaskan dari pirogen dengan pemanasan
pada 250°C selama tidak kurang dari 30 menit atau dengan metode lain yang
sesuai. Perlakukan semua pengencer dan larutan untuk mencuci dan peralatan atau
alat suntik parenteral sedemikian rupa yang dapat menjamin alat tersebut steril dan
bebas pirogen. Lakukan uji pirogen pada pengencer dan larutan untuk pencuci atau
pembilas alat secara berkala. Bila digunakan Injeksi Natrium Klorida sebagai
pengencer, gunakan larutan yang mengandung natrium klorida 0,9%.
Gunakan alat pendeteksi suhu yang teliti seperti thermometer klinik atau alat
termistor atau alat sejenis yang telah dikalibrasi untuk menjamin ketelitian ± 0,1
dan telah diuji untuk penetapan bahwa pembacaan maksimum dapat dicapai kurang
dari 5 menit. Masukkan alat pendeteksi suhu ke dalam rektum kelinci uji dengan
kedalaman tidak kurang dari 7,5 cm dan setelah periode waktu tidak kurang dari
yang ditetapkan sebelumnya, catat suhu tubuh kelinci.
Gunakan kelinci dewasa yang sehat. Tempatkan kelinci satu ekor dalam satu
kandang dalam ruangan dengan suhu yang seragam antara 20°C - 23°C dan bebas
dari gangguan yang menimbuilcan kegelisahan. Perbedaan suhu tidak lebih dari ±
3°C dari suhu yang ditetapkan. Kelinci yang belum pemah digunakan untuk uji
pirogen, adaptasikan kelinci tidak lebih dad tujuh had dengan uji pendahuluan
yang meliputi semua tahap yang tertera pada Prosedur, kecuali penyuntikan.
Kelinci tidak boleh digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48
jam, atau sebelum 2 minggu untuk uji pirogen yang menunjukkan kenaikan suhu
0,6°C atau lebih, atau telah digunakan untuk uji sediaan yang dinyatakan
pirogenik.
1.5. PROSEDUR
Lakukan uji dalam ruang terpisah yang dirancang untuk pengujian pirogen dan
pada kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan hewan dan bebas
dan gangguan yang menimbulkan kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama
pengujian. Boleh diberi minum setiap saat, tetapi terbatas. Jika termistor
pengukur suhu rektum digunakan untuk pengujian, kelinci diletakkan dalam
penyekap yang dapat menahan kelinci dengan leher yang longgar sehingga dapat
duduk dengan bebas. Tetapkan suhu kontrol dad tiap kelinci tidak lebih dari 30
menit sebelum penyuntikan larutan uji. Suhu tersebut digunakan sebagai awal
untuk penetapan setiap kenaikan suhu yang dihasilkan dan penyuntikan larutan
uji. Dalam setiap kelompok kelinci uji, gunakan kelinci yang mempunyai
perbedaan suhu kontrol antara satu dengan lainnya tidak lebih dari 1 oC, dan suhu
kontrol setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39,8°C. Kecuali dinyatakan lain pada
masing-masing monografi, suntikkan 10 ml larutan uji per kg berat badan
kedalam vena telinga setiap tiga kelinci, lakukan penyuntikan dalam waktu 10
menit. Larutan uji berupa sediaan yang perlu dikonstitusi sesuai etiket, atau bahan
uji yang diperlakukan seperti tertera pada masing-masing monografi dan
disuntikkan sesuai dosis tersebut. Untuk uji pirogen dari alat atau perangkat
injeksi, gunakan cucian atau bilasan permukaan yang kontak dengan bahan yang
diberikan secara parenteral, tempat penyuntikan atau janingan tubuh pasien.
Semua larutan uji hanis terjamin bebas kontaminasi. Lakukan penyuntikan setelah
larutan uji dihangatkan pada suhu 37o ± 2o C . Rekam suhu berturut-turut antara
jam ke-1 dan ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit.
PMA yang diperoleh adalah batas pengeceran yang diperbolehkan untuk uji yang
absah. Konsentrasi sampel dengan satuan (mg/mL atau Unit/mL)
1) Air steril untuk injeksi atau air lain yang tidak menunjukkan reaksi spesifik
dengan pereaksi LAL yang akan digunakan, pada batas sensitivitas
pereaksi.
2) K adalah 5 UE per kg untuk semua cara pemberian selain dari intratekal (K
adalah 0,2 UE per kg berat badan). Untuk sediaan radiofarmaka yang tidak
diberikan secara intratekal, batas endotoksin dihitung sebagai 175/V, V
adalah dosis maksimum dalam ml yang direkomendasikan. Untuk sediaan
radiofarmaka yang diberikan secara intratekal. Batas endotoksin ditetapkan
dengan rumus 14/V. Untuk formulasi (biasanya produk antikanker)
diberikan berdasarkan pada m2 luas permukaan tubuh, dengan rumus K/M,
K= 5 UE per kg dan M adalah (dosis maksimum/m2/jam x 1,80 m2)/ 70 kg.
2.8. Metode
2.8.1. Cara Jendal Gel
Interpretasi Uji absah jika kedua replikasi kontrol positif larutan B dan C
memberikan basil positif dan kedua kontrol negatif larutan D adalah negatif.
Sediaan uji memenuhi syarat jika diperoleh hasil negatif pada kedua tabung
reaksi yang berisi larutan A, dan tidak memenuhi syarat jika diperoleh hasil
positif pada dua tabung.
Ulangi pengujian jika diperoleh hasil positif pada satu tabung reaksi berisi
larutan A dan hasil negative pada tabung lainnya. Sediaan uji memenuhi syarat
jika diperoleh hasil negatif pada kedua tabung reaksi pada pengujian ulang. Jika
pengujian positif untuk sediaan uji dengan pengenceran lebih kecil dari PMA,
pengujian dapat diulang dengan pengenceran tidak melebihi PMA.
2.8.1.4. Penetapan Kadar Endotoksin Bakteri dengan Cara Jendal Gel
Untuk menjamin presisi atau keabsahan dan cara turbidimetri dan kromogenik
dilakukan uji persiapan untuk memfenifikasi kritenia kurva baku yang absah dan
lanitan sampel tidak menghambat atau memacu reaksi. Revalidasi metode
pengujian diperlukan bila terjadi perubahan kondisi yang dapat berpengaruh
terhadap hasil uji.
Pilih satu kadar endotoksin pada atau di sekitar pentengahan kunva baku
endotoksin. Siapkan larutan A, B, C dan D seperti tertera pada Tabel 4. Lakukan
uji terhadap larutan A, B, C dan D minimal duplo sesuai instruksi untuk Peneaksi
LAL yang digunakan (volume sampel dan peneaksi LAL, perbandingan volume
sampel dengan peneaksi LAL, waktu inkubasi, dan lain-lain). Rata-rata perolehan
kembali endotoksin yang ditambahkan adalah kadar endotoksin total dalam
larutan dikurangi kadar endotoksin dalam larutan semula (jika ada). Agar dapat
dinyatakan bebas dari faktor pengganggu pada kondisi pengujian, hasil
pengukuran kadar endotoksin yang ditambahkan pada sampel harus berada
diantara 50-200% dari kadar endotoksin yang ditambahkan. Bila perolehan
kembali endotoksin benada di luar rentang yang ditetapkan maka faktor
pangganggu harus dihilangkan dengan melakukan Uji Faktor Pengganggu untuk
Cara Jendal Gel sebagaimana yang dijelaskan dalam Uji Persiapan Cara Jendal
Gel. Ulangi Uji Faktor Pengganggu untuk Cara Jendal Gel untuk memvalidasi
perlakuan.
Lakukan prosedur seperti tertera pada Uji Faktor Pengganggu untuk Cara
Fotometrik dalam Uji Persiapan Cara Fotometrik.
2.8.2.4. Perhitungan Untuk Cara Fotometrik
Depkes, RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V Jilid II, 1406-1411 . Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.