Anda di halaman 1dari 5

PEMAKAIAN OBAT ANESTESI UMUM

A. Tujuan

a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bentuk-bentuk obat anastesi

b. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pemberian obat anastesi

c. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur pemberian obat anastesi sesuai indikasi

B. Ringkasan Teori

Secara umum, obat-obatan anestesi terdiri dari obat pre-medikasi, obat induksi

anestesi, obat anestesi inhalasi, obat anestesi intravena, obat anestesi lokal/regional,

obat pelumpuh otot, analgesia opioid dan analgesia non-opioid. Berdasarkan cara

penggunaanya, obat anestesi dapat dibagi dalam sepuluhkelompok, yakni:

1. Anastetika Inhalasi: gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran, scuofluran. Obat –

obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas. Keuntungannya adalah

resepsi yang cepat melalui paru – paru seperti juga ekskresinya melalui

gelembung paru (alveoli) yang biasanya dalam keadaan utuh. Obat ini terutama

digunakan untuk memelihara anastesi.

2. Anastetika Intravena: thiopental, diazepam dan midazolam, ketamin, dan propofol.

Obat – obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria secara rectal,

tetapi resorpsinya kurang teratur. Terutama digunakan untuk mendahului (induksi)

anastesi total, atau memeliharanya, juga sebagai anastesi pada pembedahan

singkat.

3. Anastetika intramuskular: sangat populer dalam praktek anestesi, karena teknis

mudah, relatif aman karena kadar plasma tidak mendadak tinggi. Keburukannya

ialah absorpsi kadang diluar perkiraan, menimbulkan nyeri dibenci anak-anak, dan

beberapa bersifat iritan.

4. Subkutan: sekarang sudah jarang digunakan


5. Spinal: dimasukkan kedalam ruang subarakhnoid (intratekal) seperti pada

bupivacaine.

6. Lidah dan mukosa pipi: absorpsi lewat lidah dan mukosa pipi dapat menghindari

efek sirkulasi portal, bersifat larut lemak, contohnya fentanil lolipop untuk anak dan

buprenorfin.

7. Rektal: sering diberikan pada anak yang sulit secara oral dan takut disuntik.

8. Transdermal: contoh krem EMLA (eutectic mixture of local anesthetic), campuran

lidokain-prokain masing-masing 2,5%. Krem ini dioleskan ke kulit intakdan setelah 1-

2 jam baru dilakukan tusuk jarum atau tindakan lain.

9. Epidural: dimasukkan kedalam ruang epidural yaitu antara duramater dan

ligamentum flavum. Cara ini banyak pada anestesia regional.

10. Oral: paling mudah, tidak nyeri, dapat diandalkan. Kadang harus diberikan obat

peri-anestesia, seperti obat anti hipertensi, obat penurun gula darah, dan

sebagainya. Sebagian besar diabsorpsi usus halus bagian atas. Beberapa obat

dihancurkan asam lambung. Pengosongan lambung yang terlambat menyebabkan

terkumpulnya obat di lambung. Sebelum obat masuk sistemik, harus melewati

sirkulasi portal. Maka dosis oral harus lebih besar dari intramuskular, contohnya

petidin, dopamin, isoprenalin, dan propanolol.

C. Pelaksanaan

Alat dan Bahan

Alat

a) Kandang restrain

b) Timbangan berat badan

c) Pinset chirurgic

d)

Bahan:

a) Alkohol 70%
b) Larutan NaCl 0.9%

c) Ketamin Injeksi 50 mg/ ml (1 ampul @10 ml)

d) Spuit 1 cc

e) Spuit 5 cc

f) Needle 27G

Hewan coba: mencit jantan, galur lokal, berusia 6-8 minggu

Cara Pengerjaan

1. Memakai sarung tangan dan masker.

2. Melakukan pengenceran terhadap ketamin menjadi 10 mg/ ml. Pengenceran

ketamin dilakukan dengan melarutakan 1 cc ketamin injeksi 50 mg/ ml ke dalam 5

cc larutan NaCl 0.9%.

3. Injeksikan larutan ketamin yang telah diencerkan secara intraperitoneal pada

mencit sebanyak 0.2 cc dengan menggunakan spuit 1 cc dan needle no. 27.

4. Segera setelah injeksi larutan ketamin, perhitungan waktu segera dilakukan untuk

mengetahui waktu yang dibutuhkan sampai mencit kehilangan .

( / LRR). Pengamatan dilakukan hingga mencit kembali

mendapat righting reflex yang telah hilang dan lama waktu yangd dibutuhkan

untuk kembalinya righting reflex dicatat ( / RRR)

5. Selain dan lakukan pengamatan

terhadap lama durasi mencit mengalami immobilisasi (

/ TDI).

6. Sementara itu, setiap menit mencit diberi rangsangan nyeri dengan menjepit salah

satu kaki mencit dengan menggunakan pinset dan dicatat waktu yang

dibutuhkan untuk kehilangan respon terhadap rangsangan tersebut (

/ PWR).

D. Rujukan
1. Brunton L, Chabner B A, Knollman B. 2011. Goodman & Gilman’ s Pharmcological

Basic of Therapeutics 12th edition. McGraw-Hill : Pennsylvania, US

2. Katzung B G, Masters S B, Trevor A J. 2012. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 12.

EGC : Jakarta

3. Katzung B G, Trevor A J, Kruidering M. 2013. Basic and Clinical Pharmacology 13th

edition. McGraw-Hill: Pennsylvania, US

4. Dholakia U, Clark-Price SC, Keating SCJ, Stern AW (2017) Anesthetic effects and

body weight changes associated with ketamine-xylazine-lidocaine administered to

CD-1 mice. PLoS ONE 12 (9): e0184911. https://doi.org/10.1371/journal.

pone.0184911 Editor: Jyotshna

E. Lembar Kerja

Hasil Praktikum:

Parameter Nilai

/ LRR (Detik)

/ RRR (Menit)

/ TDI (Menit)

/ PWR (Menit)
Kesimpulan Praktikum:

Tanggal:

Paraf

( )

Anda mungkin juga menyukai