Anda di halaman 1dari 29

Kelompok 1

1. Nia Listiyaningrum (1041911109)


2. Ninda Aryanti (1041911110)
3. Nur Kholidah (1041911111)
4. Nur Tyafasa (1041911112)
5. Nurul Rizki Fitriana (1041911113)

PERCOBAAN 1
Pengaruh Cara
Pemberian
Terhadap
Absorbsi Obat
Tujuan
Mengenal, mempraktekkan, dan
membandingkan cara-cara pemberian obat
terhadap kecepatan absorbsinya
menggunakan data farmakologi sebagai
tolok ukur.

3
✘ Obat adalah bentuk sediaan
tertentu dari bahan obat
yang digunakan pada
organisme hidup dan dapat
menimbulkan respon pada
pemakainya
✘ Absorpsi merupakan proses
masuknya obat dari tempat
pemberian ke dalam darah
tidak bergantung pada cara
pemberiannya,

4
Rute Pemberian 0bat
Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan
dari penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat.
Terdapat 2 rute pemberian obat yang utama, enteral dan parenteral.
a. Enteral (pemberian obat yang nantinya akan melalui saluran cerna)
1) Oral: memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara
pemberian obat yang paling umum tetapi paling
bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk
mencapai jaringan.

2) Sublingual: penempatan di bawah lidah memungkinkan obat


tersebut berdifusi kedalam anyaman kapiler dan karena itu
secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik.

3) Rektal: 50% aliran darah dari bagian rektum memintas


sirkulasi portal; jadi, biotransformasi obat oleh hati
dikurangi. Rute rektal tersebut berguna jika penderita sering
muntah-muntah

5
b. Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya
buruk melalui saluran cerna, obat yang tidak stabil dalam saluran cerna,
serta untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang
memerlukan kerja obat yang cepat. Pemberian parenteral memberikan
kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya dimasukkan
kedalam tubuh.

1) Intravena (IV): Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran


cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh
hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang
baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi.

2) Intramuskular (IM): obat-obat yang diberikan secara


intramuskular dapat berupa larutan dalam air atau preparat depo
khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non aqua
seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan
absorbsi preparat-preparat depo berlangsung lambat.

6
3) Subkutan: suntikan subkutan mengurangi resiko yang
berhubungan dengan suntikan intravascular.

4) Intraperitonial: dinding otot di peritoneum (dibawah abdomen)


sangat tipis dan usus banyak memiliki pembuluh darah vaskuler
sehingga akan sedikit sakit namun obat mudah diserap ke dalam
sistem peredaran darah.
c. Lain- lain

1) Inhalasi
2) Intranasal
3) Intratekal/intraventrikular
4) Topikal
5) Transdermal

7
Righting refleks adalah reaksi tubuh
pada hewan untuk kembali ke posisi semula
sehingga kuku dan kakinya menempel ke
tanah setelah sebelumnya diposisikan pada
posisi terlentang.
Cara pemberian dapat mempengaruhi
kecepatan absorbsi obat yang berpengaruh
juga terhadap onset dan durasi.

8
✘ Onset adalah waktu yang
dibutuhkan obat untuk
menimbulkan efek mulai obat
itu diberikan.
✘ Durasi adalah waktu yang
diperlukan obat mulai dari
obat berefek sampai efek
hilang. Durasi dipengaruhi
oleh kadar obat dalam darah
dalam waktu tertentu.
✘ Cara pemberian obat yang
baik, bila onset yang
dihasilkan cepat dan durasi
dalam obat lama.

9
Pada literature dijelaskan bahwa onset paling cepat
adalah intra peritonial, intramuscular, subkutan, peroral.
Hal ini terjadi karena :
a. Intra peritonial mengandung banyak pembuluh darah
sehingga obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
b. Intra muscular mengandung lapisan lemak yang cukup
kecil sehingga obat akan terhalang oleh lemak sebelum
terabasorbsi.
c. Subkutan mengandung lemak yang cukup banyak.
d. Peroral disini obat akan mengalami rute yang panjang
untuk mencapai reseptor karena melalui saluran cerna
yang memiliki banyak factor penghambat seperti protein
plasma.

10
Durasi paling cepat adalah peroral, intraperitonial,
intramuscular, subkutan. Hal ini terjadi karena :

a. Peroral, karena melalui saluran cerna yang memiliki rute cukup


panjang dan banyak factor penghambat maka konsentrasi obat
yang terabsorbsi semakin sedikit dan efek obat lebih cepat.
b. Intraperitonial, disini obat langsung masuk ke pembuluh darah
sehingga efek yang dihasilkan lebih cepat dibandingkan
intramuscular dan subkutan karena obat di metabolisme
serempak sehingga durasinya agak cepat.

c. Intramuscular, terdapat lapisan lemak yang cukup banyak


sehingga obat akan konstan dan lebih tahan lama.

d. Subkutan, terdapat lapisan lemak yang paling banyak sehingga


durasi lebih lama disbanding intra muscular.

11
Alat dan Bahan
1. Alat dan Bahan
a) Spuit injeksi dan jarum (1-2 mL)
b) Jarum berujung tumpul (untuk peroral)
c) Sarung tangan
d) Stopwatch
e) Injeksi luminal
2. Hewan uji : Mencit

12
Skema Kerja
Mencit ditimbang dan dibagi menjadi 4 kelompok pemberian

Masing-masing kelompok mendapat 3 mencit

Larutran luminal diberikan dengan cara berbeda- beda

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV


Peroral Intraperitonial Subcutan intramuscular

Tiap mencit dihitung volume pemberian untuk luminal dengan


dosis 80 mg/kgBB sesuai dengan rute masing-masing

Mencit diberikan luminal sesuai pembagian kelompok dan VP nya


masing-masing

Mencit diamati dan dicatat waktu mulai hilangnya reflek balik badan
dan lamanya mnecit hilang reflek

Hasil penelitian dilakukan uji statistik analisa varian pola searah


dengan taraf kepercaaan 95% 13
Perhitungan

Waktu (menit) BB
Cara Onset Durasi
Mencit Reflek balik badan Hewan
pemberian Pemberian (menit) (menit)
Hilang Kembali Uji

1 12.22 14.00 22.30 98 510 22

2 Peroral 12.16 13.50 00.35 94 645 23

3 12.13 13.40 22.15 87 515 20

1 12.05 12.51 16.30 46 219 24

2 Intraperitonial 12.10 12.48 18.10 38 322 23

3 12.20 12.42 16.20 22 218 25

1 12.01 13.17 17.44 76 267 18

2 Subcutan 12.06 12.26 17.24 20 298 18.5

3 12.12 13.40 17.47 88 247 19

1 12.08 12.46 16.30 38 224 17.5

2 Intramuscular 12.11 13.35 16.40 84 185 21

3 12.23 13.50 16.35 87 165 19 14


Onset

P.O I.P S.C I.M

98 46 76 38 ✘
94 38 20 84
87 22 88 87

15
Penyelesaian

16
✘ Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok
X2 W = ∑x2 t - ∑X2 b
= 9601,67 – 5097,67
= 4504

17

4,07
7,59

18
Durasi

P.O I.P S.C I.M


510 219 267 224
645 322 298 185
515 218 247 165 XT = 3815
X2T = 1473247
N = 12
K =4

19
Penyelesaian

20
▪ F Hitung
𝑅𝐽𝐾 𝐴𝑛𝑡𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘
=
𝑅𝐽𝐾 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘
79471,64
= = 28,93
2747,5
F Tabel daftar I
K-1
4-1=3

N-K
12-4
4,07
=8
7,59

F Hitung (28,93) > F Tabel (4,07)


“Ada perbedaan signifikan antara 4 kelompok tersebut”

21
Uji Pasca Anova

✘ ✘

22
(xi − xj) 2
Kontras F hitung = RJK dlm kel RJK dlm kel F’ Keterangan
ni nj

Peroral vs F’ = (K-1) x F tabel Signifikan


intraperitonial
(556,67 − 253)2 = (4-1) x 4,07
= 50,34
1.831,67 = 12,21

Peroral vs (556,67 − 270,67)2 F hit > F’ Signifikan


subcutan
= 44,66
1831,67
Peroral vs (556,67 − 191,33)2 F hit > F’ Signifikan
= 72,87
intramuscular 1.831,67
Subkutan vs (270,67 − 253)2 F hit < F Non signifikan
= 0, ,17
intraperitoneal 1.831,67
Subcutan vs (270,67 − 191,33)2 F hit < F Non signifikan
= 3,44
intramuscular 1.831,67
Intraperitonial vs (253 − 191,33)2 F hit < F ‘ Non signifikan
= 2,08
intramuscular 1.831,67

23
Pada percobaan I kali ini, praktikum mempelajari tentang
pengaruh cara pemberian obat terhadap absorbsi obat. Hewan uji yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah mencit. Alasan digunakannya
hewan uji mencit karena pada proses metabolisme dalam tubuh mencit
berlangsung dengan cepat sehingga mencit sangat cocok untuk dijadikan
sebagai objek pengamatan.
Pada percobaan kali ini mencit diberikan empat cara
pemberian obat yang berbeda, yaitu dengan cara peroral, subkutan,
intraperitoneal, dan intramuskular. Cara pemberian peroral dilakukan
melalui mulut dengan jarum ujung tumpul, subkutan dengan cara
memasukkan sampai bawah kulit pada tengkuk hewan uji dengan jarum
injeksi, intraperitoneal dengan cara menyuntikkan ke dalam otot rongga
perut serta dalam penyuntikkan hati-hati jangan sampai masuk ke dalam
usus, dan intramuskular dengan cara menyuntikkan ke dalam otot pada
daerah otot gluteus maximus.

24
Pada percobaan kali ini menggunakan luminal yang bersifat
larut dalam lemak. Obat ini akan mencapai MEC (Minimal Effective
Consentration) tertinggi sehingga mencit akan pingsan dan bangun
kembali karena secara farmakokinetik golongan barbiturat yang larut
dalam lemak. Pada saat keadaan plasma meningkat obat di lepaskan jadi
mencitnya tidur, tetapi saat keadaan plasma menurun, obat tetap
tertimbun dalam lemak jadi mencit bangun begitu seterusnya, setalah
efek anestesi hilang, obat akan di keluarkan dari depot lemak secara
perlahan, itu yang membuat mencit bangun tidur kembali.
Adapun kecepatan absorbsinya berbeda pada masing-masing
cara pemberian yang dapat menunjukan keefektifan obat tersebut. Cara
pemberian dapat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat yang
berpengaruh juga terhadap onset dan durasi.

25
Pada data percobaan dapat dilihat bahwa cara pemberian
larutan luminal yang memiliki onset paling cepat adalah melalui
intraperitoneal dengan rata-rata membutuhkan waktu 35,33 menit
dibandingkan intramuscular yang membutuhkan waktu 69,67
menit, subcutan 61,33 menit, dan peroral membutuhkan waktu 93
menit. Sehingga urutan dari onset tercepatnya menjadi i.p ; s.c ; i.m ;
p.o. hal ini telah sesuai dengan literatur yang ada. Pemberian secara
intraperitoneal dapat terabsorbsi dengan cepat karena larutan
luminal diberikan melalui perut (rongga peritoneum), dimana di
sekitar rongga perut banyak terdapat pembuluh darah sehingga
obat lebih mudah terabsorsbsi.

26
Sedangkan pada hasil percobaan durasi dapat dilihat bahwa durasi
yang paling cepat yaitu i.m ; i.p ; s.c ; p.o. Akan tetapi pada literatur
menunjukkan bahwa urutan durasi dari yang paling cepat yaitu p.o ; i.p ;
i.m ; s.c. Pada per oral didapatkan durasi terpendek, disebabkan karena
per oral melewati banyak fase seperti perombakan dihati menjadi aktif
dan tidak aktif. Semakin banyak fase yang dilalui maka kadar obat akan
turun sehingga obat yang berikatan dengan reseptor akan turun dan
durasinya pendek. Sedangkan pada pemberian secara intraperitonial
obat dengan kadar tinggi akan berikatan dengan reseptor sehingga akan
langsung berefek tetapi efek yang dihasilkan durasinya cepat karena
setelah itu tidak ada obat yang berikatan lagi dengan reseptor. Pada sub
cutan memiliki durasi yang lama, hal ini disebabkan karena obat akan
tertimbun di depot lemak/ jaringan di bawah kulit sehingga secara
perlahan- lahan baru akan dilepaskan sehingga durasinya lama. Adanya
durasi yang tidak sesuai antara hasil percobaan dengan literature karena
terdapat data pencilan yang ikut dalam perhitungan statistika sehingga
perhitungan yang didapatkan salah.

27
Untuk hasil uji statistic analisa
varian pola searah didapat “Tidak
ada perbedaan signifikan antara
empat kelompok tersebut yaitu cara
pemberian terhadap onset” , “Ada
perbedaan signifikan antara 4
kelompok, yaitu cara pemberian
terhadap durasi”, dan pada uji pasca
anava di dapat adanya perbedaan
signifikan antara kelompok 1 vs 2,
1vs 3, 1 vs 4 serta perbedaan non
signifikan pada kelompok 2 vs 3, 2
vs 4, 3 vs 4 dibandingkan dengan
cara pemberian secara enteral.

28
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
a. Absorpsi merupakan proses c. Cara pemberian dapat f. Dari hasil percobaan urutan
masuknya obat dari tempat mempengaruhi waktu durasi paling singkat
pemberian ke dalam darah kecepatan absorbsi obat menurut cara pemberian
tidak bergantung pada cara yang berpengaruh juga adalah i.m ; i.p ; s.c ; p.o.
pemberiannya, tempat terhadap onset dan g. Pada hasil uji anava
pemberian obat adalah durasi menunjukkan bahwa cara
saluran cerna ( mulut d. Cara pemberian atau pemberian berpengaruh
sampai dengan rektum), rute pemberian dapat signifikan terhadap durasi
kulit, paru, otot dan lain- mempengaruhi onset dan tidak berpengaruh
lain dan durasi obat signifikan terhadap onset.
b. b. Rute pemberian obat e. Dari hasil percobaan
menentukan jumlah dan urutan waktu onset
kecepatan obat yang masuk paling cepat menurut
kedalam tubuh, sehingga cara pemberiannya
merupakan penentu adalah i.p ; s.c ; i.m ; p.o
keberhasilan terapi atau
kemungkinan timbulnya
efek yang merugikan

29

Anda mungkin juga menyukai