Anda di halaman 1dari 19

PETUNJUK PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI


SEDIAAN CAIR SEMI PADAT

Tim Pengampu Praktikum

apt. I Kadek Bagiana, M.Sc.


apt. Ungsari Rizky Eka P., M.Sc.
apt. Drs. Ishak Lewi.
apt. Dewi Fitriani, M.Pharm.Sci.
apt. Tris Harni Pebriani, M.Pharm.Sci.
apt. Yani Kresnawati, M.Pharm.Sci.
Wahyu Wulandari, S. Farm
Yosua Bayu Kristianto, S.Farm.

S1-FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
YAYASAN PHARMASI SEMARANG
2021

1 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan hidayah-
Nya sehingga kami diberikan kemampuan dan kekuatan untuk dapat menyusun
kumpulan modul Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Cair Semi Padat ini.
Praktikum FTS Cair Semi Padat ini merupakan penunjang kemampuan dalam
aspek keterampilan teknis terhadap teori-teori yang disajikan dalam perkuliahan Cair
Semi Padat dan materi lain yang terkait.
Materi yang disajikan dalam praktikum ini meliputi formulasi sediaan cair seperti:
suspensi, dry suspension, emulsi, sediaan semi padat seperti: krim, gel, supositoria, ovula,
dan sediaan cair semi padat termodifikasi nanopartikel Self Nano-Emulsion Drug Delivery
System.
Kumpulan modul praktikum ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga
masih perlu penyempurnaan sesuai dengan perkembangan kemajuan iptek. Penyusun
senantiasa akan mengevaluasi materi praktikum untuk mendukung pembekalan
mahasiswa yang lebih baik. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan mencapai sasaran serta
tujuan penyusunannya.

Semarang, September 2021

Tim Penyusun

2 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
DESAIN PRAKTIKUM FTS CAIR SEMI PADAT DARING

A. PRAKTIKUM
Praktikum FTS Cair Semi Padat dilaksanakan dengan metode daring, dengan
mekanisme sebagai berikut:
1. Presensi kehadiran mahasiswa (100% kehadiran)
2. Praformulasi sediaan cair semi padat
3. Video pembelajaran materi praktikum, diskusi, post test
4. Pemberian data evaluasi untuk penyusunan laporan praktikum
5. Media praktikum daring : Google classroom, ZOOM, dan WA grup

B. JADWAL PRAKTIKUM
Pertemuan Selasa Rabu Kamis Jumat
ke- (J&K) (L&G) (J) (H)
1 7 Sept 8 Sept 9 Sept 10 Sept
2 14 Sept 15 Sept 16 Sept 17 Sept
3 21 Sept 22 Sept 23 Sept 24 Sept
4 28 Sept 29 Sept 30 Sept 1 Okt
5 5 Okt 6 Okt 7 Okt 8 Okt
6 12 Okt 13 Okt 14 Okt 15 Okt
7 19 Okt 20 Okt 21 Okt 22 Okt
UTS (25 Okt – 6 Nov 2021)
8 9 Nov 10 Nov 11 Nov 12 Nov
9 16 Nov 17 Nov 18 Nov 19 Nov
10 23 Nov 24 Nov 25 Nov 26 Nov
11 30 Nov 1 Des 2 Des 3 Des
12 7 Des 8 Des 9 Des 10 Des
13 14 Des 15 Des 16 Des 17 Des
14 21 Des 22 Des 23 Des 24 Des
UAS 23 Des 2021 – 8 Jan 2022

3 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
C. MATERI PRAKTIKUM
Pertemuan Materi Praktikum
ke-
1 Pengarahan materi praktikum
2 Praformulasi Sediaan Cair → sirup, eliksir, suspensi, emulsi, dry sirup
3 Presentasi tugas video → diskusi dan post test
4 Video evaluasi sediaan cair → diskusi, data evaluasi, penyusunan laporan
5 Praformulasi Sediaan Semi Padat → (lotion, soothing gel, krim single layer &
double layer, serum, pasta)
6 Presentasi tugas video → diskusi dan post test
7 Video evaluasi sediaan semi padat → diskusi, data evaluasi, penyusunan laporan
UTS Materi pertemuan ke-2 s/d 7
8 Praformulasi SNEDDS
9 Video tentang SNEDDS → diskusi, post test
10 Evaluasi SNEDDS → diskusi, data evaluasi, penyusunan laporan
11 Praformulasi Suppo & Ovula
12 Video tentang sediaan suppo & ovula → diskusi, post test
13 Evaluasi suppo & ovula → diskusi, data evaluasi, penyusunan laporan
14 Penugasan (Review jurnal)
UAS Materi pertemuan ke-8 s/d 14

D. POSTEST
Post test dilakukan secara daring saat praktikum dan tidak ada inhal. Hasil post test
dianggap final apapun hasilnya. Materi post test berdasarkan materi presentasi, video
pembelajaran atau hasil diskusi yang telah dipraktikumkan. Estimasi pengerjaan soal
post test adalah ±15 menit.

E. TUGAS
1. Video praformulasi
- Membuat video animasi mengenai sediaan yang dipraformulasikan pada
pertemuan ke-2 dan ke-5
- Yang harus ada dalam video : formula, alat & bahan, cara pembuatan sediaan
- Video dipresentasikan pada pertemuan ke-3 dan ke-6
- Tugas dikerjakan tiap kelompok dengan durasi video maksimal 15 menit
2. Tugas akhir
- Review jurnal penelitian sediaan cair semi padat sesuai pembagian kelompok
- Minimal 3 jurnal dengan tahun publikasi paling lama 10 th terakhir
- Tugas dikerjakan tiap kelompok
- Dikumpulkan sebelum UAS praktikum FTS CSP dilaksanakan

4 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
F. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan Praformulasi
Format:
- Judul praktikum
- Tujuan praktikum
- Tinjauan pustaka/dasar teori tentang sediaan
- Alat dan bahan (sifat fisika kimia bahan)
- Formula
- Perhitungan sediaan
Jenis Sediaan Jumlah yang Dibuat
Cair 5 botol @ 60 mL
Semi padat 5 tube @ 15 gram
SNEDDS 10 mL / formula
Suppo & Ovula 10 buah

- Cara pembuatan sediaan


- Cara evaluasi sediaan
- Daftar pustaka
2. Laporan Hasil Evaluasi Sediaan
- Data evaluasi
- Perhitungan data evaluasi
- Pembahasan
- Kesimpulan
- Daftar Pustaka
3. Laporan dibuat per kelompok

G. UJIAN
UTS dan UAS dilakukan melalui CBT online dengan materi sesuai yang sudah dibahas.

H. NILAI
Nilai Harian (post test + diskusi + laporan) : 20%
Penugasan : 10%
Nilai UTS : 35%
Nilai UAS : 35%

5 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
MODUL I
SIRUP DAN ELIKSIR

A. Tujuan
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa dalam
memformulasi dan melakukan kontrol kualitas sediaan sirup dan eliksir

B. Dasar Teori
Sediaan sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
yang berkadar tinggi. Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali
dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirup adalah larutan pekat gula atau gula
lain yang cocok yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi,
merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol,
atau polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk
menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkan
kelarutan obat (Anonim, 1978).
Sebagian besar sediaan sirup mengandung komponen-komponen berikut
disamping air murni dan semua zat-zat yang harus ada:
1. Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula, digunakan untuk memberi
rasa manis dan kental
2. Pengawet antimikroba. Diantara pengawet yang umum digunakan yaitu
asam benzoate (0,1-0,2%), natrium benzoate (0,1-0,2%) dan berbagai
campuran metil-, propil-, dan butil paraben (total ±0,1%).
3. Pembau
4. Pewarna. Untuk menambah daya tarik sediaan sirup, umumnya
digunakan zat pewarna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang
digunakan, larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari
sirup, dan warna stabil pada kisaran pH.
5. Perasa
6. Dapat mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, kental,
dan stabilisator.
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai raa dan bau sedap,
mengandung selain obat juga ada zat tambahan seperti gula dan atau zat
pemanis lainnya, zat warna, zat pewangi, dan zat pengawet digunakan
sebagai obat dalam, sebagai pelarut utama digunakan etanol (Depkes RI,
1979). Dibandingkan dengan sirup, sediaan eliksir biasanya kurang manis
dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang rendah dan
akibatnya kirang efektif dibandingkan sirup dalam menutupi rasa senyawa
obat. Walaupun demikian, karena sifat sifat hidroalkohol eliksir lebih mampu
mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan
yang larut dalam alcohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang

6 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
khusus dan kemudahan dalam pembuatannya, dari sudut pembuatannya
eliksir lebih disukai daripada sirup (Ansel, 1989).

C. Contoh formula
R/ Ambroksol 15 mg/5 mL
Sorbitol 5 mL
Corrigen colouris q.s
Corrigen odoris q.s
Sirup simpleks ad 60 mL

R/ Parasetamol 120 mg/5 mL


Etanol q.s
Sorbitol 10%
Sirup simpleks 20%
Corrigen q.s
Air ad 60 mL

D. Evaluasi sediaan meliputi:


1. Organoleptis
2. Homogenitas
3. Bobot jenis
4. Viskositas
5. pH
6. Boleh ditambahkan uji lainnya sesuai literatur yang didapatkan

7 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
MODUL II
SUSPENSI

A. Tujuan
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa dalam
memformulasi sediaan suspensi dan melakukan kontrol kualitas sediaan
suspensi

B. Dasar Teori
Suspensi adalah bentuk sediaan yang mengandung partikel padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, serta terdispersi dalam cairan pembawa. Zat
yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Apabila
digojok harus segera terdispersi kembali. Faktor yang mempengaruhi
stabilitas suspensi adalah:
✓ Ukuran partikel
✓ Banyak sedikitnya partikel yang bergerak
✓ Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik pada
partikel
✓ Konsentrasi suspensoid
Terdapat dua sistem pembentukan suspensi yakni:
➢ Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat
mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah
tersuspensi kembali.
➢ Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan
akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk
cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah
Deflokulasi:
1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap
terpisah dan ukuran partikel adalah minimal
3. Sedimen terbentuk lambat
4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar
terdispersi lagi
5. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu
relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
Flokulasi:
1. Partikel merupakan agregat yang bebas.
2. Sedimentasi terjadi cepat.
3. Sedimen terbentuk cepat.

8 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah
terdispersi kembali seperti semula
5. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat
dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

C. Contoh formula
Tiap 5 mL suspensi mengandung:
R/ Sulfadiazina 167 mg
Sulfamerazina 167 mg
Sulfadimidina 167 mg
Asam sitrat 200 mg
CMC-Na 10-25 mg
Metil paraben 5 mg
NaOH 100 mg
Syr Simplek 1,5 mL
Etanol 50 µL
Akuades ad 5 mL
Jumlah suspensi yang dibuat adalah sebanyak 250 mL

D. Evaluasi sediaan suspensi meliputi:


1. Organoleptis
2. Volume sedimentasi pada hari ke 0, 1, 2, dan 3
3. Diameter partikel
4. Bobot jenis
5. Viskositas
6. pH
7. Boleh ditambahkan uji lainnya sesuai literatur yang didapatkan

9 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
MODUL III
SUSPENSI KERING

A. Tujuan
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa dalam
melakukan formulasi dan evaluasi (kontrrol kualitas) sediaan suspensi kering.

B. Dasar Teori
Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu suspensi yang siap digunakan
dan suspensi yang harus direkonstitusi terlebih dahulu sebelum digunakan
dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai sebelum
digunakan.
Suspensi rekonstitusikan adalah campuran sirup dalam keadaan kering
yang akan didispersikan dengan air pada saat akan digunakan dan dalam USP
tertera sebagai “for oral suspension”. Bentuk suspensi ini digunakan terutama
untuk obat yang mempunyai stabilitas terbatas di dalam pelarut air, seperti
golongan antibiotika
Umumnya suatu sediaan suspensi kering dibuat karena stabilitas zat aktif di
dalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas fisik. Umumnya
antibiotik mempunyai stabilitas yang terbatas di dalam pelarut cair.
Persyaratan Sediaan Suspensi Rekonstitusi:
1. Campuran serbuk atau granul harus campuran yang homogen,
sehingga konsentrasi/dosis tetap untuk setiap pemberian obat.
2. Selama rekonstitusi campuran serbuk harus terdispersi secara cepat
dan sempurna dalam medium pembawa.
3. Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah
didispersikan kembali dan dituang oleh pasien untuk memperoleh
dosis yang tepat dan serba sama.
4. Produk akhir harus menunjukkan penampilan, rasa, dan aroma yang
menarik.
Beberapa keuntungan sediaan suspensi rekonstitusi antara lain cocok
untuk zat aktif yang tidak stabil dalam pembawa air, kestabilan zat aktif dapat
dipertahankan karena kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat
dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam medium pendispersi pada
saat akan digunakan.

10 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
C. Contoh Formula
R/ Amoksisilin 125 mg /5mL
CMC-Na qs
Sodium siklamat/sukrosa 20-25%
KH2PO4 0,1%
K2HPO4 0,2%
Na metabisulfit 0,5%
Cor colouris qs
Cor saporis qs
Akuades ad 100%
Jumlah suspensi kering yang dibuat adalah sebanyak 250 mL

D. Evaluasi sediaan meliputi:


1. Organoleptis (sebelum dan setelah direkonstitusi)
2. MC granul
3. Ukuran partikel
4. Waktu rekonstitusi
5. Volume sedimentasi (setelah direkonstitusi pada hari ke 0, 1, 2, 3)
6. Bobot jenis
7. Boleh ditambahkan uji lainnya sesuai literatur yang didapatkan

11 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
MODUL IV
EMULSI

A. Tujuan
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa dalam
memformulasi sediaan emulsi dan melakukan kontrol kualitas sediaan emulsi.

B. Dasar Teori
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak
bercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan satu terdispesi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
Dispersi ini tidak stabil, butir-butir kecil ini akan bergabung (koalesen)
dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulgator
merupakan komponen penting untuk mendapatkan sediaan emulsi yang stabil.
Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk, yaitu : tipe M/A dan A/M.
Tipe emulsi yang terjadi bergantung pada tipe emulgator. Umumnya emulsi
berbentuk tipe A/M bila nilai HLB emulgator 3-6, sedangkan emulsi tipe M/A
bila nilai HLB 9-12. Penggunaan emulsi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu emulsi
untuk pemakaian dalam dan untuk pemakaian luar. Emulsi untuk pemakaian
dalam meliputi per oral atau pada injeksi intravena.
Emulsi untuk oral biasanya memiliki tipe M/A. Emulsi bermanfaat untuk
menaikkan absorbsi lemak melalui dinding usus. Emulsi parenteral banyak
digunakan pada makanan dan minyak obat untuk hewan dan manusia. Vitamin
A diserap cepat melalui jaringan bila diinjeksikan dalam bentuk emulsi,
terdapat pula injeksi emulsi vit K dan hormon seks.
Pembuatan emulsi dapat dilakukan dengan :
1. Metode gom basah, cara ini dilakukan dengan membuat mucilago yang
kental dengan sedikit air, lalu ditambahkan minyak sedikit demi sedikit lalu
diaduk cepat. Bila emulsi terlalu kental tambahkan air sedikit demi sedikit.
2. Metode gom kering, emulsi ini dibuat dengan mencampur bagian minyak
dengan bagian gom, diaduk hingga tercampur tambahkan bagian air hingga
terbentuk corpus emulsi.
3. Metode HLB, untuk memperoleh tipe emulsi tertentu, pemilihan emulgator
disesuaikan tipe emulsi, makin rendah nilai HLB surfaktan makin lipofil
surfaktan tersebut dan umumnya akan membentuk emulsi tipe A/M.

12 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
C. Contoh formula emulsi
R/ Fenolftalein 300 mg
Parafin liquidum 50 mL
Gummi arabicum 12,5 gram
Sirupus simplex 10 mL
Vanilin qs
Aquadest ad 100 mL

D. Evaluasi sediaan emulsi


1. Uji organoleptis
2. Uji tipe emulsi (pengenceran, pewarnaan, dengan kertas saring)
3. Uji viskositas
4. Uji pH

13 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
MODUL V
SEDIAAN SEMI PADAT

A. Tujuan
Memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam formulasi dan evaluasi
sediaan gel, krim, pasta dan semi padat lainnya.

B . Dasar Teori
Sediaan farmasi semi padat meliputi salep, pasta, emulsi krim, gel, dan busa
yang kaku. Sifat umum sediaan ini adalah mampu melekat pada permukaan tempat
pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau
dihilangkan. Pelekatan ini disebabkan oleh sifat rheologis plastic sediaan ini yang
memungkinkan sediaan semi padat tersebut tetap bentuknya dan melekat sebegai
lapisan tipis sampai ada suatu Tindakan yang mengakibatkan bentuk sediaan akan
rusak bentuknya dan mengalir (Lachman, 2008). Sediaan semi padat digunakan pada
kulit, dimana umumnya sediaan tersebt berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat
topikal, sebagai pelunak kulit, pembalit pelindung atau pembalut penyumbat
(oklusif).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan
kebagian kulit badan. Krim dalam sistem emulsi sediaan semi padat mempunyai
penampilan tidak jernih, berbeda dengan salep yang tembus cahaya. Konsistensi dan
sifat rheologisnya tergantung pada jenis emulsi dan juga pada sifat zat padat dalam
fase internal. Tipe emulsi krim dapat berupa air dalam minyak (w/o) atau minyak
dalam air (o/w) tergantung pada penggunaan agen pengemulsi (Marriot, 2010).
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang jernih, tembus cahaya
dan mengandung zat aktif, merupakan disperse koloid mempunyai kekuatan yang
disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi. Dasar gel yang
umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik (Ansel, 1989). Beberapa
keuntungan sediaan gel adalah sebagai berikut:
- Kemampuan penyebarannya baik pada kulit
- Efek dingin yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
- Tidak ada penghambatan fungsi secara fisiologis
- Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik
- Pelepasan obatnya baik
Pasta terdiri dari campuran bubuk bahan obat yang dikombinasikan dengan
paraffin putih lunak atau paraffin cair, atau basis bukan lemak seperti gliserol,
mucilgo, dan sabun. Pasta biasanya sediaan yang sangat kaku karena proporsi
kandungan bahan yang tinggi. Karena kekakuannya inilah pasta hanya ditujukan
untuk menghasilkan efek lokal.

14 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
C . Contoh formula
1) R/ Betametason 1%
Metil paraben 0,25 g
Propil praben 0,15 g
Na lauril sulfat 10 g
Propilenglikol 120 g
Stearil alkohol 250 g
White petrolatum 250 g
Air ad 100%

2) R/ Na diklofenak 1%
Karbomer 0,5%
Gliserin 10%
Trietanolamin 0,5%
Pengawet q.s
Air ad 15 gram

3) R/ Zinci oxide 25%


Starch 25%
Calamine 5%
White petrolatum ad 100%

D. Evaluasi Sediaan
a) Daya sebar
b) Daya lekat
c) Daya proteksi
d) Homogenitas
f) Uji difusi

15 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
MODUL VI
SNEDDS

A. Tujuan
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa tentang
formulasi sedian SNEDDS untuk obat-obat sukar larut terutama golongan obat
BCS kelas 2 dan 4

B. Dasar Teori
SNEDDS (Self nanoemulsion drug delivery system) adalah sistem yang
terdiri dari campuran minyak, surfaktan, dan ko-surfaktan yang dapat
membentuk nanoemulsi secara spontan ketika bertemu fase air melalui agitasi
yang ringan dalam lambung. SNEDDS diketahui mampu membentuk emulsi
spontan ketika berada di dalam saluran cerna. Nanoemulsi memiliki
penampakan yang transparan dan translucent. Ada tiga komponen penting
penyusun SNEDDS yaitu fase minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. Ketiga fase
tersebut berada dalam komposisi yang sesuai sehingga mampu menciptakan
campuran isotropik yang stabil.
Partikel zat aktif yang berukuran kecil akan meningkatkan luas
permukaan secara signifikan sehingga mampu menambah kelarutan, laju
disolusi dan absorpsi zat aktif di dalam tubuh. SNEDDS terdiri dari bahan utama
berupa minyak yang berperan sebagai pembawa suatu obat, surfaktan sebagai
pengemulsi minyak ke dalam air dengan cara menurunkan tegangan antarmuka
dari fase minyak dan air serta kosurfaktan untuk menunjang kinerja surfaktan
yang bertindak sebagai pengemulsi.
Pemilihan dan optimasi jumlah komponen SNEDDS sangat penting,
karena akan berpengaruh pada karakteristik dari nanoemulsi seperti ukuran
droplet, indeks polidispersi, waktu emulsifikasi, dan pelepasan obat in vitro.
Secara umum, pemilihan komponen tersebut berdasarkan pada kemampuan
komponen dalam melarutkan suatu obat dan juga kemampuannya untuk
membentuk emulsi atau nanoemulsi secara spontan.

C. Cara Kerja
1. Optimasi fase minyak
2. Pembuatan kurva baku
3. Formulasi SNEDDS
Setelah diperoleh komponen minyak yang dapat melarutkan ketokonazol
terbanyak maka tahap selanjutnya ialah formulasi SNEDDS. Formula SNEDDS
terdiri dari zat aktif, minyak, surfaktan dan kosurfaktan. Konsentrasi minyak
untuk setiap kelompok adalah sama. Sedangkan untuk konsentrasi surfaktan
dan kosurfaktan dilakukan variasi konsentrasi dengan perbandingan 100:0,
0:100, 50:50, 75:25, dan 25:75%.

16 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
Ketokonazole ditambahkan pada fase minyak sedikit demi sedikit yang
diikuti dengan vorteks. Campuran surfaktan dan kosurfaktan (Smix)
ditambahkan dropwise sambil diaduk menggunakan magnetik stirer.
Campuran SNEDDs tetap dilakukan pengadukan hingga diperoleh larutan
yang jernih kemudian disonikasi 10 menit.
Tabel 1. Contoh Komposisi formula
SNEEDS Formula Minyak
Rasio
Surfaktan Kosurfaktan
Konsentrasi v/v
F1 2 8 0
F2 2 0 8
F3 2 6 2
F4 2 2 6
F5 2 4 4
F6 2 5 3
F7 2 3 5
F8 2 7 1

4. Evaluasi SNEDDS
a. Persentase transmitan
b. Loading drug (LD)
c. Stabilitas nanoemulsi (Akuades, AGF, dan AIF)
d. Ukuran partikel
e. Indeks polidispersitas
f. Zeta potensial
g. Evaluasi lain bisa ditambahkan sesuai literatur yang didapatkan

17 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
MODUL VII
SUPPOSITORIA DAN OVULA

A. Tujuan
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa dalam
formulasi dan evaluasi sediaan suppositoria dan ovula

B. Dasar Teori
Suppositoria merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk
yang diberikan melalui rongga tubuh kecuali oral, yaitu rektal, vaginal dan uretra.
Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Keuntungan
penggunaan obat dalam bentuk suppositoria dibandingkan per oral antara lain:
- Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
- Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung
- Obat dapat masuk langsung ke dalam saluran darah, sehingga obat dapa
berefek lebih cepat
- Baik pada pasien yang mudah muntah atau tidak sadar
Basis suppo mempunyai peranan penting dalam pelepasan. Syarat utama
basis suppositoria adalah padat dalam suhu ruangan tetapi segera melunak,
melebur atau melarut pada suhu tubuh, sehingga obat segera tersedia setelah
pemakaian. Basis suppo umumnya adalah oleum cacao, gelatin tergliserinasi,
minyak nabati terhidrogenasi, campuran PEG, dan ester asam lemak PEG.
Yang perlu diperhatikan untuk basis suppositoria adalah:
a. Asal dan komposisi kimia
b. Rentang pelelehan
c. Titik pemadatan
d. Bilangan sabun (saponifikasi)
e. Bilangan iodide
f. Bilangan air
g. Bilangan asam
h. Solid-fat index
i. Bilangan hidroksil
Metode pembuatan sediaan suppositoria antara lain:
a. Pencetakan dengan tangan.
Metode ini bermanfaat pada preparasi suppositoria dalam jumlah kecil.
b. Pencetakan dengan kompresi
Dibuat dengan cara mencetak massa yang dingin ke dalam cetakan dengan
bentuk yang diinginkan. Alat kompresi ini terdapat dalam berbagai kapasitas
1,2, dan 5 gram.
c. Pencetakan dengan penuangan
Merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam pembuatan suppo
skala kecil maupun skala besar. Pertama basis dilelehkan dalam materbath

18 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan
kemudia obat disuspensikan atau diemulsikan ke dalamnya dan dituangkan
dalam cetakan logam terbuat dari krom atau nikel.
d. Pencetakan dengan mesin otomatis

C. Contoh Formula

1) R/ Paracetamol
Basis oleum cacao

2) R/ Paracetamol
Basis PEG

3) R/ Metronidazole
Basis ovula

D. Evaluasi sediaan
1. Kekerasan
2. Titik lebur
3. Waktu hancur
4. Keseragaman bobot
5. Homogenitas

19 Prinsip CPOB:
Rencanakan kerja anda, kerjakan rencana anda, dan catat apa yang anda kerjakan

Anda mungkin juga menyukai