Anda di halaman 1dari 23

1

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM


FARMASI FISIK
KHUSUS EDISI PRAKTIKUM DARING 2021

Dosen Pengampu :
Apt. Dian Eka Ermawati, M.Sc
Apt. Sholichah Rohmani, M.Sc

PRODI D3 FARMASI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia
kesehatan sehingga pada kondisi Pandemi Covid-19 ini tidak menghalangi kami
dalam menyusun Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika Khusus Ediasi Praktikum
Daring 2021 ini. Praktikum Farmasi Fisika ini merupakan penunjang kemampuan
dalam aspek kemampuan teknis terhadap teori-teori yang disajikan dalam
perkuliahan Farmasi Fisika dan mata kuliah yang terkait. Materi yang disajikan
dalam praktikum ini diharapkan dapat membekali mahasiswa D3 Farmasi sebagai
landasan pada bidang Teknologi Farmasi dan sebagai bekal ilmu pada saat kerja di
Perusahaan Farmasi. Buku petunjuk praktikum ini masih jauh dari sempurna, maka
masih perlu penyempurnaan sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan
IPTEK yang semakin maju.
Penyusun senantiasa akan mengevaluasi materi praktikum untuk medukung
pembekalan mahasiswa yang lebih baik. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan
mencapai sasaran serta tujuan penyusunannya.

Surakarta, 10 Februari 2021


Tim Penyusun
3

TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM


FARMASI FISIK DARING 2021

1. Praktikan mengikuti Asistensi via Daring melalui Zoom Meeting atau Google
Meeting.
2. Presensi melalui laman OCW setiap kali kegiatan praktikum.
3. Mahasiswa yang tidak presensi melalui OCW atau tidak ada keterangan
apabila tidak mengikuti praktikum daring dianggap tidak masuk.
4. Mengerjakan Pre Test dan atau Post Test melalui aplikasi Google Form yang
sudah dipersiapkan Tim Praktikum FARMASI FISIK 2021.
5. Mahasiswa mengikuti instruksi Dosen Pengampu dan Asisten Praktikum
dalam kuliah daring.
6. Menyaksikan video pembelajaran dan mengerjakan data virtual sebagai
pengganti data praktikum luring.
7. Mengumpulkan laporan tepat waktu dan mempresentasikan hasil praktikum
daring dalam bentuk PPT.
8. Tugas PPT dan Jurnal diupload via Spada sesuai waktu yang ditentukan.

Format Laporan Akhir :

1. Judul 1 poin
2. Tujuan 3 poin
3. Landasan teori 10 poin
4. Alat dan bahan 5 poin
5. Formulasi dan penimbangan 12 poin
6. Cara kerja 12 poin
7. Perhitungan data Virtual 17 poin
8. Hasil dan pembahasan 30 poin
9. Kesimpulan 5 poin
10. Daftar pustaka update 2000-2020 5 poin
11. Lampiran -
4

PERTEMUAN 1 : ASISTENSI
PENDAMPINGAN TEKNIS DAN PENGENALAN ALAT

PIKNOMETER VISKOMETER STORMER

AYAKAN BERTINGKAT
5

PERTEMUAN 2 DAN 3
KELARUTAN INTRINSIK OBAT

Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap
kelarutan suatu zat.

Teori Singkat
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil
disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap
suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris
lebih tepatnya disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun
campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi
dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam
air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun
sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut.
Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :
▪ pH
▪ temperatur
▪ jenis pelarut
▪ bentuk dan ukuran partilel zat
▪ konstanta dielektrik pelarut
Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non
polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat makin zat tersebut
larut dalam air. Selain itu, penambahan surfaktan dapat jugaditambahkan zat-zat
pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan uretan
dalam pembuatan injeksi khinin. Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara
molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya
atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam
sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikroskop optis sekalipun.

Alat Yang Digunakan


1. Buret
2. Batang pengaduk
3. Kaca Arloji
4. Lap Halus
5. Timbangan Analitik
6. Gelas ukur
7. Gelas kimia
8. Corong plastik
9. Tabung reaksi
Bahan Yang Digunakan
6

1. Air
2. Alkohol
3. Gliserin
4. Asam Salisilat
5. Penolftalein
6. NaOH 0,1M
7. Tween 80
8. Kertas saring

Cara Kerja
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) A. Diukur dan ditimbang masing-masing bahan yaitu : Air = 20mL; 20mL; 20mL;
20mL; 20mL. Tween 80 = 0.2 gram; 0.4 gram; 0.6 gram; 0.8 gram; 1.0 gram.
B. Pelarut campuran : air = 12 mL; 12 mL; 12 mL; 12 mL; 12 mL. Alkohol : 0 mL; 2
mL; 4 mL; 6mL; 8mL. Gliserin = 8 mL; 6 mL; 4 mL; 2 mL; 0 mL.
3) Dimasukkan ke dalam gelas kimia untuk masing-masing bahan. Misalnya Air = 20
mL, Tween 80 = 0.2 gram. Begitu juga untuk yang pealrut campuran. Masing-masing
gelas kimia diberi label.
4) Di aduk sampai homogen untuk kedua zat tersebut.
5) Dilarutkan Asam salisilat sedikit demi sedikit dalam masing-masing campuran
pelarut didapat larutan yang jenuh.
6) Dikocok larutan selama beberapa menit.
7) Ditambahkan Asam benzoat lagi jika ada endapan yang larut selama pengocokan,
sampai didapat larutan yang jenuh kembali.
8) Disaring menggunakan corong dengan kertas saring.
9) Dititrasi dengan NaOH 0,1M jika telah di dapatkan hasil filtrasi. Tapi sebelum
dititrasi terlebih dahulu di tetesi indikator yaitu Penoftalin sampai timbul kekeruhan
yang stabil.
10) Dibuat grafik.

Contoh perhitungan
Campuran (Tween 80 0.4 gram : air 20 mL)
Diketahui → V NaOH = 6.85 mL
M NaOH = 0.1 M
V asam salisilat = 5 mL

Ditanyakan : Kadar asam salisilat?


Penyelesaian :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x M asam salisilat
6.85 mL x 0.1 M = 5 mL x M asam salisilat
5 mL x M asam salisilat = 0.685
M asam salisilat = 0.137 gr / mL

PERTEMUAN 4 DAN 5
7

PENENTUAN KERAPATAN dan BOBOT JENIS

Tujuan : Mahasiswa dapat menentukan kerapatan dan bobot jenis suatu zat

Teori Singkat
A. Kerapatan
Kerapatan adalah: Massa per unit volume zat pada temperatur tertentu. Sifat
ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan
salah satu sifat fisika yang paling definitif, dengan demikian dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian suatu zat. Kerapatan suatu zat diukur dengan
menggunakan piknometer seperti terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Picnometer

B. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah : Ratio kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air pada 4 °C
(d4). Karena dalam sistem metrik kerapatan air pada 4 °C sama dengan 1gram/cc,
maka nilai numerik kerapatan dan bobot jenis air dalam sistem ini adalah sama. Di
samping itu dikenal definisi bobot jenis yang lain, yaitu kerapatan suatu zat terhadap
kerapatan air pada t yang sama (dt).

Percobaan
Penentuan Volume Piknometer pada Suhu Percobaan
a. Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
b. Isi piknometer dengan air hingga penuh,lalu direndam dalam air es, sehingga
suhunya kira-kira 2°C di bawah suhu percobaan.
c. Piknometer ditutup, pipa kapilernya dibiarkan terbuka dan suhu dibiarkan naik
sampai suhu percobaan,lalu pipa kapiler piknometer ditutup.
d. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar, lalu air yang
menempel diusap dan ditimbang dengan seksama.
e. Lihat dalam tabel, berapa kerapatan air pada suhu percobaan dan digunakan
untuk menghitung volume air = volume piknometer.
f. Cara perhitungan:
8

Misalnya : Bobot piknometer+air = a+b gram


Bobot piknometer kosong = a gram
Bobot air = b gram
Dari tabel diketahui kerapatan air pada suhu percobaan = ρ air
b gram
Volume piknometer = volume air =
ρ air gram/mL
= Vp mL

Penentuan Kerapatan Zat Cair


a. Lakukan penimbangan etanol,aseton, dan minyak goreng dengan
menggunakan piknometer yang sama seperti pada percobaan A
b. Hitung kerapatan etanol,aseton, dan choloroform.
c. Penentuan Kerapatan Zat Padat yang Kerapatannya Lebih Besar daripada Air
d. Lakukan penimbangan zat padat yang akan ditentukan kerapatannya,
misalnya = x gram.
e. Masukkan zat padat tersebut ke dalam piknometer yang sama, lalu diisi penuh
dengan zat cair.
f. Lakukan penimbangan dengan memperhatikan suhu percobaan sama seperti
suhu percobaan A. Misalnya bobotnya = d gram
g. Perhitungan
Bobot piknometer + zat padat+air = d gram
Bobot zat padat = x gram
Bobot piknometer +air = (d-x ) gram
Bobot air = (d-x-a) gram
Bobot air yang ditumpahkan oleh adanya zat padat = (b-(d-x-a)) gram
(b−d + x +a)gram
Volume air yang ditumpahkan = volume zat padat =
ρ air gram/mL
x gram
Sehingga kerapatan zat padat adalah .......................... (1)
volume zat pada mL
Catatan : zat cair yang digunakan harus zat cair yang tidak dapat
melarutkan zat yang ditentukan kerapatannya.
9

PERTEMUAN 6 DAN 7
SIFAT ALIR CAIRAN (RHEOLOGY)

Tujuan
Mahasiswa mengenal dan mempelajari sifat alir beberapa cairan

Teori Singkat
Rheologi (Rheo = mengalir, logos = ilmu) adalah ilmu yang mempelajari sifat
alir berbagai cairan serta perubahan bentuk berbagai benda padat (Bingham dan
Craford, 1929). Dalam bidang farmasi peranan rheologi penting karena menyangkut
stabilitas, keseragaman dosis, keajegan hasil produksi serta tinjauan praktis dalam
penggunaan sediaan suspensi atau emulsi. Pada dasarnya rheologi mempelajari
hubungan antara tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan gesek (shearing
rate) pada cairan, atau hubungan antara strain dan stress pada benda padat.
Pada cairan Newton hubungan antara shearing rate dan shearing stress
memiliki hubungan linear, dengan suatu tetapan yang dikenal dengan viskositas atau
koefisien viskositas. Namun demikian, pada cairan Non Newton, kedua besaran
tersebut tidak memiliki hubungan linear, dengan perkataan lain viskositasnya akan
berubah-ubah tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan. Di samping itu
beberapa tipe zat cair, jika tekanan tersebut dihentikan, viskositas cairan tidak
segera kembali ke keadaan semula. Dalam hal yang demikian maka penentuan
viskositas cairan kurang sekali manfaatnya, sedangkan penentuan sifat alirnya justru
banyak memberi manfaat.
Pengukuran sifat alir ini diperlukan suatu alat yang dapat diubah-ubah
besarnya shearing stress sehingga shearing rate-nya dapat diamati ataupun
sebaliknya yang masing-masing dikenal sebagai rotating viscometer. Bagan pokok
komponen cup and bob viscometer ini dapat dilihat pada gambar 2. Cup, berupa
wadah sampel yang tetap, bob berupa rotor yang berputar, Gear Box aliran yang
dihasilkan, jarak antar cup dan bob, v = kecepatan alir, dv/dx = kecepatan gradient
atau shearing rate.

Gambar 2. Komponen pada viskometer Cup and Bob


10

Dari hubungan antara shearing rate (dv/dx) dengan shearing stress dapat
dihasilkan rheogram. Berdasarkan tipe alir, cairan dapat dibedakan menjadi :
1) Cairan Newton
2) Cairan Non Newton
Time independent Time dependeni
- pseudoplastik - tiksotropi
- plastik - reopeksi
- dilatan

Percobaan 1 :
Buatlah larutan CMC 1%, CMC 0,1% + vegum 2%. Masukkan dalam alat dengan
penambahan berat anak timbang yang meningkat. Agar tidak terjadi aliran turbulen,
kecepatan putar rotor jangan sampai melampaui 150 rpm (10detik/25 putaran) dan
untuk menghitung kecepatan tersebut, tentukan waktu yang diperlukan untuk
memutar rotor 25 kali putaran rotor. Percobaan ini menggunakan alat viskosimeter
Stormer seperti terlihat pada gambar 3, pada 30 rpm dan 60 rpm tiap masing-
masing bahan.

Gambar 3. Viskometer Stormer

Data Percobaan Non Newton


11

Cairan Newton
Satuan egs viskositas adalah poise, gaya gesek yang diperlukan untuk
menghasilkan kecepatan 1 cm.det antara dua bidang parallel dari zat cair yang
luasnya 1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm. Satuan lain yang lebih sering
digunakan adalah centipoise = cps dimana 1 poise = 100 centipoise. Zat cair akan
mengalir jika kepadanya dikenakan suatu pengadukan atau tekanan (stress). Yang
penting pada pengukuran ini, gaya yang diberikan harus diatur sedemikian rupa
sehingga aliran yang terjadi bersifat laminar bukan turbulen. Pada pipa kapiler, gaya
yang bekerja yang menyebabkan terjadinya aliran adalah gaya berat zat cair.
Seandainya tekanan dari gaya tersebut dinyatakan dengan : shearing stress : atau
tekanan gesek = F/A, dan kecepatan geser atau “shearing rate” = dv/dx, untuk zat
cair yang memiliki sifat alir Newton, hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan :
F/A = η dv/dx ................................ (1)
Dimana η = Viskositas atau koefisien viskositas. Viskositas cairan Newton dapat
ditentukan dengan menggunakan semua alat pengukur viskositas, misalnya
Viskosimeter Ostwald.

Gambar 4. Viskometer Oswald

Percobaan 2
Tentukan viskositas cairan-cairan berikut dengan viskosimeter Ostwald :
1. Air
12

2. Larutan gula 20%, 40%, 60%.


3. Hitung secara teoritis viskositas larutan gula 45%
Air dapat digunakan sebagai pembanding dengan viskositas seperti tercantum dalam
tabel.

PERTEMUAN 8 DAN 9
DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA

Tujuan
Mahasiswa mengenal dan memahami sifat-sifat larutan koloidal

Teori Singkat
Koloid biasanya dibagi menjadi dua golongan besar, berdasarkan pada apakah
dia disolvatasikan oleh medium dispersinya atau tidak, atau apakah dia tidak
berinteraksi secara nyata dengan medium, yaitu :
a. Koloid liofilik, disolvatasikan oleh solven/pelarut dan sering dinamakan
“koloid yang suka solven”.
b. Koloik liofobik, kebalikan dari koloid liofilik, yaitu mempunyai afinitas kecil
untuk solven dan sering dinamakan “koloid pembenci solven”.
Jika digunakan sebagai solven/pelarut air, maka digunakan istilah : hidrofilik dan
hidrofobik. Dispersi koloidal yang dibuat dengan salah satu dari dua metode umum,
yaitu metode kondensasi dan metoda dispersi.
1. Metode kondensasi
Menggunakan partikel-partikel kecil (ion-ion dan molekul) untuk membentuk
partikel-partikel yang lebih besar yang masuk dalam jarak ukuran koloidal. Ini
biasanya dilakukan dengan jalan mengganti solven/pelarut atau dengan jalan
melakukan reaksi kimia tertentu.
2. Metode dispersi
Menggunakan teknik-teknik pengecilan ukuran partikel dan partikel-partikel
yang berdimensi koloidal. Untuk ini dapat digunakan disintegrator mekanik seperti
“colloid mill”. Seringkali solven/pelarut yang dicampur dengan lain zat dapat
menyebabkan partikel non koloidal menjadi koloidal. Metode disperse tipe ini
khusus dinamakan peptisasi.
Semua dispersi koloid menunjukkan suatu sifat optik yang dikenal sebagai efek
Tyndall. Jika seberkas cahaya diarahkan pada suatu dispersi koloid, maka cahaya
tersebut akan dipancarkan dan suatu berkas sinar atau kerucut sinar akan terlihat.
Karena banyak dispersi koloidal sangat menyerupai larutan sejati, maka sifat
13

tersebut berguna untuk membedakan antara disperse koloid dan larutan sejati.
Larutan sejati tidak akan memencarkan cahaya, karena partikel-partikel yang
terdispersi di dalamnya begitu kecil hingga tidak menimbulkan efek tersebut.
Sifat lain yang dari koloid adalah viskositas. Koloid liofobik tidak merubah
viskositas suatu dispersi, karena dispersi tersebut tidak disolvatasikan. Kenaikan
kadar dari koloid semacam itu tidak mempengaruhi viskositasnya. Koloid liofilik
biasanya menyebabkan suatu kenaikan viskositas secara nyata, karena mereka
berinteraksi dengan molekul-molekul solven. Sifat-sifat stabilitas sistem liofilik dan
liofobik juga berbeda. Semua dispersi koloid mempunyai muatan listrik. Jika suatu
zat atau ion dengan muatan sebaliknya ditambahkan dalam suatu dispersi koloid,
muatan dalam koloid dapat dihilangkan atau dinetralkan, dan koloid akan
mengendap. Sistem hidrofobik biasanya lebih jelas dipengaruhi oleh elektrolit,
sedangkan sistem hidrofilik disolvatasikan dalam suatu “cincin pelindung”
mengelilingi koloid hingga membuatnya menjadi kurang peka terhadap ion-ion yang
bermuatan yang berasal dari elektrolit. Salah satu cara untuk menambah stabilitas
koloid hidrofobik ialah dengan penambahan suatu koloid hidrofilik pada sistem
tersebut. Dalam hal ini koloid hidrofiliknya dinamakan koloid pelindung. Sistem
hidrofilik akan menjadi kurang stabil pada penambahan solven yang polaritasnya
lebih kecil dari pada air, karena solven-solven tersebut akan bersaing dengan
molekul-molekul air dan mendehidrasi koloid.

Percobaan
A. Pembuatan Larutan Koloidal :
1. Buatlah Mucilago Gummi Arabici 20% sebanyak 10 gram
2. Buatlah larutan 0.5 gram Argentum Proteinatum sebanyak 10 mL
3. Larutkan 0.25 g dan 0.50 g FeCl, dalam 100 mL air mendidih
4. Buatlah larutan 0.5% dan 1% gelatin.
B. Viskositas koloid
Masukkan sejumlah larutan no. 3 dan no. 4 ke dalam tabung reaksi. Miringkan
45° selama 15 detik. Tegakkan kembali posisinya dan hitunglah waktu alirnya sampai
garis batas yang telah ditentukan.
C. Pengaruh elektrolit terhadap koloid
1. Ambillah 10 mL masing-masing larutan tersebut di atas, kecuali untuk
larutan Argentum Proteinatum diambil 4 mL, tambahkan 2 mL larutan 25%
NaCl lagi dan seterusnya, catatlah pada penambahan beberapa mL larutan
25% akan terjadi endapan pada masing-masing larutan koloid.
2. Ambillah 20 mL larutan 0.5% FeCl3, campurlah dengan 5 mL larutan 10%
gelatin, selanjutnya lakukan percobaan seperti C (l).
D. Pengaruh alkohol terhadap koloid
Catatlah beberapa mL alkohol 95% yang dibutuhkan untuk mengendapkan
10 mL larutan 5% dan 10% gelatin.
E. Reversibilitas koloid
14

Uapkan 10 mL larutan no. A1, A2, dan A3 hingga kering, tambahkan 10 mL air
dingin, amatilah apa yang terjadi pada setiap larutan koloid tersebut.

DISPERSI KOLOID DAN SIFAT-SIFATNYA

1) Tunjukkan pada setiap sediaan, manakah yang dibuat menurut metode


kondensasi dan dispersi.
2) Catatlah waktu alir koloid no 3 dan no 4

3) Koloid nomor Waktu Alir (detik/menit)

4) Catatlah volume NaCl yang dibutuhkan sampai terbentuk endapan Koloid


nomor NaCl yang dipakai (mL).
5) Jumlah alkohol 95% yang menyebabkan pengendapan larutan gelatin.
6) Tunjukkan koloid manakah yang mempunyai sifat reversible dan irreversible.
15

PERTEMUAN 10 DAN 11
PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN

Tujuan
Mahasiswa mengenal dan membiasakan diri dengan konsep dan pengukuran
tegangan muka.

Teori Singkat
Definisi tegangan permukaan dan antar muka adalah :
1) Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang yang harus diberikan
sejajar pada permukaan, untuk mengimbangi tarikan ke dalam.
2) Tegangan antarmuka (interfasial) adalah tegangan yang diukur pada batas
dua fase yang saling tidak bisa bercampur dan tidak melibatkan fase gas.
Tegangan antarmuka ini penting dalam aspek praktis dan teoritis pada
masalah-masalah emulsi. Tegangan muka mempunyai dimensi gaya per unit
panjang permukaan (dyne/cm) atau tenaga per unit permukaan kuadrat (erg/cm2).
Tegangan muka dapat dihitung dengan mengetahui dengan pasti gaya yang sama
dan berlawanan. Salah satu metode pengukuran tegangan muka yaitu dengan
metode kenaikan kapiler seperti terlihat pada gambar 5.

Gambar 5. Prinsip pengukuran tegangan muka dengan metode kenaikan


kapiler dan alat yang digunakan (beker glass dan pipa kapiler)
16

Prinsip metode ini adalah gaya ke atas cairan untuk memasuki pipa kapiler
akan
dilawan oleh gaya gravitasi
1. Gaya tegangan muka = 2 π r
2. Efek gravitasi = π r2 h d g.
dimana, r adalah jari-jari kapiler, h adalah tinggi kenaikan, d adalah kerapatan
cairan dan g adalah gaya gravitasi (6.67 x 10 ̄ˡˡ N.m²/Kg²). Dengan menyamakan
kedua gaya tersebut di atas, didapatkan persamaan sebagai berikut :
2 π r = π r2 h d g ..................... sehingga tegangan muka (γ) = ½ r h d g

Catatan :
Sudut yang dibuat cairan dengan kapiler pada permukaannya dapat memodifikasi
persamaan tersebut, faktor ini dapat diabaikan. Jadi dengan mengetahui kerapatan
cairan-cairan dan tingginya kenaikan dalam kapiler yang sama, tegangan
muka cairan yang belum diketahui dapat ditentukan.

Percobaan
Tentukan tegangan muka zat-zat berikut ini dengan metode kenaikan kapiler.
1. Air
2. Larutan Natrium Lauril Sulfat 0.01%; 0.05 %; dan 0.1%
3. Parafin cair
17

PERTEMUAN 12 DAN 13
MIKROMERITIKA

Tujuan
Mahasiswa dapat mengukur diameter partikel-partikel zat dengan metode
mikroskopi dan pengayakan.

Teori Singkat
Mikromeritika merupakan IPTEK tentang ukuran partikel. Ukuran partikel
ialah diameter purata partikel suatu paket sampel. Sediaan obat yang digunakan
dalam farmasi umumnya mengandung komponen bahan yang berupa
partikelpartikel, baik sendiri atau terdispersi sebagai partikel-partikel halus dalam
medium yang lain, maka penentuan ukuran partikel obat menjadi sangat
menentukan. Secara klinis ukuran partikel berpengaruh dalam pelepasan obat dari
bentuk sediaannya. Ukuran partikel juga penting dalam menghasilkan sifat alir dan
pencampuran yang baik, serta menjaga kestabilan fisiknya.
Ukuran partikel dapat diperkecil baik dengan metode fisis (dengan kominusi)
maupun metode kimiawi. Metode kominusi meliputi pemotongan, pemarutan,
pememaran, penggerusan, dan pembuatan serbuk. Umumnya proses-proses ini
dilakukan dengan menggunakan alat mekanis seperti penggiling, mortir dan
stamper. Prinsip metode kimiawi yang digunakan adalah dengan pengendapan dari
suatu larutan dengan jalan mereaksikan zat satu dengan zat lainnya untuk
menghasilkan senyawa kimia yang diinginkan dalam bentuk partikel-partikel halus.
Pengukuran ukuran pertikel biasanya cukup sukar kecuali jika partikel tersebut
mempunyai bentuk yang tetap/teratur dan hal ini jarang terjadi. Pengetahuan
statistik berguna sekali dalam pengukuran pertikel karena alasan tersebut di atas,
dan umumnya diasumsikan sebagai diameter bola equivalent. Metode pengukuran
ukuran pertikel diantaranya metode mikroskopi, pengayakan, pengendapan,
adsorpsi, permeametri dan pancaran radiasi atau transmisi. Metode yang sederhana
adalah mikroskopi menggunakan mikrometer dan pengayakan menggunakan ayakan
bertingkat. Alat mikrometer dan ayakan bertingkat dapat dilihat pada gambar 6.
18

Percobaan :
A. Mengukur diameter partikel secara mikroskopi
Cara kerja :
1. Kaliberasi skala okuler, dengan cara : Tempatkan mikrometer di bawah
mikroskop. Himpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala
obyektif, kemudian tentukan garis kedua skala yang tepat berhimpitan.
Tentukan harga skala okuler.
2. Buat suspensi encer partikel yang akan dianalisis di atas obyek-glass.
3. Lakukan grouping : tentukan ukuran partikel yang terkecil dan terbesar
untuk seluruh sediaan, bagilah jarak ukur yang diperoleh menjadi beberapa
bagian yang gasal (paling sedikit 5 bagian).
4. Ukur partikel dan golongkan ke dalam group yang telah ditentukan dan
ukurlah > 500 partikel jika sampel bersifat monodispers, serta ukurlah >
1000 partikel jika polidispers. Penentuan sistem monodispers/polidispers
adalah sebagai berikut :
 Tentukan 20 – 50 partikel dari seluruh sediaan
 Tentukan harga logaritma masing-masing partikel
 Tentukan purata harga logaritma partikel dan harga standart deviasi
(SD) purata
 Tentukan harga anti logaritma purata partikel (= dgeometrik) dan
antilog SD purata
 Sistem disebut polidispers jika harga antilog SD > 1,2 dan monodispers
jika SD < 1,2
5. Buat kurva distribusi ukuran partikel dan tentukan harga diameter-diameter
seperti tersebut di bawah ini (amilum/laktosa) :

n : jumlah partikel dalam tiap range ukuran partikel (size range)


d : rata-rata ukuran partikel (mid size) dalam micron

B. Mengukur diameter partikel menurut metode pengayakan


19

Cara kerja :
1. Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas ke bawah,
dengan makin besar nomor ayakan yang bersangkutan.
2. Masukkan serbuk ke dalam ayakan paling atas pada bobot tertentu yang
ditimbang seksama.
3. Diayak serbuk yang bersangkutan selama 10 menit dengan mesin aggregator
pada getaran tertentu.
4. Ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan.
5. Buat kurva distribusi persen bobot di atas/di bawah ayakan.
20

Gambar 6. Mikrometer dan Ayakan bertingkat

PERTEMUAN 14 DAN 15
LAJU REAKSI DAN WAKTU KADALUWARSA OBAT

Tujuan
Mahasiswa mempelajari kinetika reaksi kimia dan menentukan waktu kadaluarsa
obat.

Teori Singkat
Para pembuat obat harus tahu waktu paro suatu obat. Waktu paro suatu obat
dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya
obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alhali-alkali, oksigen.
Cahaya dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan rusaknya obat.
21

Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian


spesies atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan
dalam tabung reaksi.
Kecepatan dekompesisi obat ditunjukkan oleh kecepatan perubahan
konsentrasi mula-mula suatu atau lebih reaktan dan ini dinyatakan dengan tetapan
kecepatan reaksi k, yang untuk orde ke satu dinyatakan sebagai harga resiprok dari
detik, menit atau jam. Dalam suatu reaksi kecepatan terurainya suatu zat padat
mengikuti reaksi orde nol, orde I ataupun orde II, yang persamaan tetapan
kecepatan reaksinya seperti tercantum di bawah ini :

Waktu paro obat : Untuk orde satu, waktu paro dapat dihitung dengan rumus :

Pada tahun 1889 Arrhenius menemukan persamaan yang menyatakan hubungan


antara pengaruh temperature terhadap kecepatan reaksi suatu reaksi orde I :

Kecepatan dekomposisi suatu zat/obat dapat ditentukan dengan menggunakan


metode elevated, terurainya zat/obat tersebut dipercepatan dengan memanaskannya
pada temperature yang lebih tinggi. Log k versus 1/T dinyatakan dalam grafik
dengan menentukan persamaan garis regresi linear akan didaparkan harga k pada
temperature kamar untuk menentukan waktu kadaluwarsa obat. Metode ini dikenal
sebagai studi stabilitas yang dipercepat.
22

PENENTUAN WAKTU KADALUWARSA :


Waktu kadaluwarsa biasanya dihitung dari t90% pada temperature kamar (27
°C), reaksi tingkat I (Orde I) :

PERCOBAAN : Hidrolisis larutan asetosal pada suhu tertentu


Cara kerja :
1. Timbang 0,2 g asetosal, larutan dalam 15 mL alkohol, kemudian diencerkan
dengan aqua destilata sampai 1 liter. Masukkan masing-masing 10,0 ml
larutan di atas ke dalam 5 tabung reaksi, panaskan di atas penangas air pada
suhu 400 C. Setelah tercapai suhu yang dikehendaki, ambil 1 tabung
kemudian didinginkan dalam es. Setelah 10 menit ambil lagi 1 tabung dan
dinginkan dalam es, demikian seterusnya hingga tabung ke-5.
2. Pada tiap-tiap tabung tambahkan 2 ml larutan ferri nitrat 1% dalam asam
nitrat, gojog hingga homogen. Baca resapan tiap larutan tersebut pada λ 525
nm.
3. Lakukan juga percobaan tersebut dengan menggunakan suhu penangar air 55
°C dan 70 °C.
 Baca resapan pada spektrofotometer
 Masukkan harga resapan sebagai Y pada persamaan :
Y = 0,128 X + 0,004 ……………………… (16)
23

 Maka X diketahui (dengan nilai mg%)


 Hitung C0 dan C0 – C1 dengan mengingat molekul ekuivalensinya
 Masukkan hasil perhitungan pada persamaan reaksi orde I atau II,
tentukan peruraian asetosal mengikuti reaksi orde I/II
 Gambar kurva peruraian tersebut dengan slope sesuai hasil perhitungan
di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Dressman, J. and Kramer, J., 2005, Pharmaceutical Dissolution Testing, Taylor and
Francis, Boca Raton.
Dressman, J.B. and Lennernas, H., 2000, Oral Drug Absorption Prediction and
Assessment, Marcel Dekker Inc., New York.
Shargel, L., Wu-Pong, S., and Yu, A.B.C., 2005, Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, 5th Edition, McGraw Hill, Boston.
Sinko, P.J., 2006, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5th
Edition, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai