Anda di halaman 1dari 31

PETUNJUK PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA

Disusun oleh:
Gregorius Prima Indra Budianto, S.T., M.Eng.
Ir. Sumardiyono, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2017
HALAMAN REGISTRASI
Bahan pembelajaran dengan nomor registrasi di bawah ini hanya digunakan untuk
pembelajaran di Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Setia Budi.

NAMA MATA KULIAH

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

NOMOR REGISTRASI

D 002/A5-2b.BP/28.08.2017

Surakarta, 12 September 2017


Wakil Rektor I,

DR.Dra. Peni Pujiastuti, M.Si


TATA TERTIB PRAKTIKAN
1. Praktikan diharapkan hadir tepat waktu (toleransi keterlambatan 15 menit)
2. Praktikan yang terlambat dinyatakan inhall satu kelompok
3. Praktikan wajib mengenakan jas laboratorium dan APD jika diperlukan
4. Praktikan wajib mengikuti pretest setiap sebelum mengikuti mata praktikum di tiap
minggunya hingga dinyatakan lulus
5. Pada saat pretest praktikan berhak bertanya dan memperoleh penjelasan dan tutorial dari
asisten terkait praktikum yang akan dilaksanakan
6. Praktikan diberi kesempatan memperbaiki nilai pretest dalam waktu 7 hari atau sebelum
praktikum dimulai
7. Praktikan yang tidak lulus pretest tidak diperbolehkan mengikuti praktikum di minggu
tersebut
8. Praktikan wajib mengikuti acara praktikum dengan serius
9. Praktikan bertanggung jawab pada alat dan bahan yang digunakan
10. Praktikan wajib menulis data yang diambil di laporan sementara
11. Praktikan bertanggung jawab pada data yang dilaporkan
12. Asisten wajib mengecek data yang dilaporkan oleh praktikan
13. Asisten berhak mendiskusikan terkait data dengan dosen pengampu jika diperlukan
14. Praktikan dengan data salah dinyatakan inhall satu kelompok
15. Praktikan wajib membuat laporan tiap praktikum
16. Laporan tiap praktikum wajib dikonsultasikan dan disahkan oleh asisten dalam waktu 7
hari atau sebelum praktikum selanjutnya
17. Asisten berhak mendiskusikan terkait laporan tiap praktikum dengan dosen pengampu jika
diperlukan
18. Praktikan yang belum mendapatkan pengesahan dari asisten dinyatakan inhall satu
kelompok
19. Pada akhir praktikum, praktikan wajib mengikuti evaluasi baik yang diadakan oleh asisten
maupun dosen pengampu.
20. Komponen penilaiaan:
𝑁𝑃 + 𝑁𝐿 + 𝑁𝐸𝐴 + 3𝑁𝐸𝐷
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =
6
NP : nilai pretest
NL : nilai laporan tiap praktikum
NEA : nilai evaluasi asisten
NED : nilai evaluasi dosen
21. Praktikan berhak mendapatkan nilai yang objective baik dari asisten maupun dosen
22. Ketentuan yang belum tertulis dapat ditentukan pada saat praktikum.
FORMAT LAPORAN RESMI
1. Laporan tiap mata praktikum memuat komponen sebagai berikut:
JUDUL
LEMBAR KONSULTASI DAN PENGESAHAN
TUJUAN
DASAR TEORI
ALAT DAN BAHAN
METODE
DATA PERCOBAAN
PERHITUNGAN
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2. Laporan akhir praktikum memuat komponen sebagai berikut:
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I MIXING TIME
BAB II LEACHING
BAB III DIFUSIVITAS INTEGRAL
BAB IV SEDIMENTASI
BAB V HETP
BAB V DRYING
BAB VI KOEFISIEN TRANSFER MASSA
BAB VII ALIRAN FLUIDA
BAB VIII PERPINDAHAN PANAS
LAMPIRAN
3. Laporan diketik pada kertas A4 dengan jenis huruf Times New Roman 12 pt. Margins
t=4cm, l=4cm, r=3cm, b=3cm.
MIXING TIME
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu menghitung waktu pengadukan, pada berbagai jenis
konsentrasi dan jenis reaktor
II. TEORI
Waktu pengadukan adalah waktu yang diperlukan untuk melarutkan bahan yang
terdapat pada fasa yang berbeda sehingga diperoleh fasa yang homogen dimana
konsentrasi disetiap bagiannya sama. Dengan kata lain operasi pencampuran
merupakan suatu usaha distribusai acak dari dua atau lebih fasa yang terpisah.
Faktor yang mempengaruhi pada operasi pencampuran adalah, jenis bahan, jenis
impeller, karakteristik fluida,ukuran serta perbandingan zat yang dicampur.
Dalam reaktor berpengaduk, terdapat tiga macam arah fluida di setiap titik suatu
proses pengadukan:
1. Arah radial yang bekerja tegak lurus terhadap poros impeller
2. Arah longitudinal yang bekerja pada arah paralel pada poros impeller
3. Arah tangensial yang bekerja pada arah yang melingkar di sekeliling poros
impeller
“tambahkan teori berdasarkan 3 sumber utama (jurnal dan
buku) dan 1 sumber tambahan (internet) berupa aplikasi
dalam industri”
III. ALAT DAN BAHAN
1. Motor pengaduk
2. Chamber tanpa baffle
3. Chamber dengan baffle
4. Refraktometer ABBE
5. Aquadest
6. Gula
IV. METODE
a. Pembuatan larutan standar
i. Menimbang gula masing-masing seberat: 0,1 g; 0,2 g; 0,4 g; 0,6 g; 0,8
g; dan 1,0 g
ii. Membuat larutan gula homogen dengan melarutan masing masing hasil
penimbangan gula pada 5 mL aquadest
iii. Menentukan indeks bias larutan gula pada masing-masing konsentrasi
iv. Membuat kurva standar hubungan antara indeks bias vs konsentrasi
b. Penentuan waktu pelarutan
i. Menimbang gula dengan berat tertentu (dua massa gula yang berbeda)
ii. Memasukkan 250 mL aquadest ke dalam chamber
iii. Menghidupan motor pengaduk
iv. Memasukan gula ke dalam chamber dalam kondisi motor pengaduk
tetap bekerja
v. Mengambil sampel setiap 1 menit dan mengamati indeks biasnya pada
tiga bagian: atas, tengah dan bawah larutan
vi. Melakukan point v hingga didapatkan indeks bias yang konstant
vii. Menentukan konsentrasi masing-masing sampel berdasarkan kurva
standar
viii. Mencoba untuk massa gula yang berbeda
ix. Mencoba menggunakan chamber dengan baffle
V. PERHITUNGAN
a. Membuat larutan gula homogen (X)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑔𝑢𝑙𝑎
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑥) =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
b. Mengamati indeks bias (Y)
c. Membuat kurva standar hubungan konsentrasi gula (X) dengan indeks bias (Y)
d. Menentukan konsentrasi larutan gula pada setiap sampel berdasarkan kurva
standar
LAPORAN SEMENTARA
Hari, tanggal :
Nama Praktikum :
Praktikan :
Data Percobaan :
1. Larutan Standart
Berat gula (g) Vol aquadest (mL) Konsentrasi (g/mL) Indeks Bias
0,1 5
0,2 5
0,4 5
0,6 5
0,8 5
1,0 5

2. Penentuan waktu pelarutan


a. Chamber tanpa baffle
Waktu Berat Vol aquadest Indeks bias Indeks bias
(menit) gula (g) (mL) atas tengah bawah rerata

Waktu Berat Vol aquadest Indeks bias Indeks bias


(menit) gula (g) (mL) atas tengah bawah rerata

b. Chamber dengan baffle


Waktu Berat Vol aquadest Indeks bias Indeks bias
(menit) gula (g) (mL) atas tengah bawah rerata

Waktu Berat Vol aquadest Indeks bias Indeks bias


(menit) gula (g) (mL) atas tengah bawah rerata
Surakarta,
Asisten Praktikan

( _____________ ) ( _____________ )
LEACHING
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu mempelajari hubungan antara kadar garam dalam larutan
dengan waktu leaching
II. TEORI
Operasi pemisahan komponen dari campuran padat-cair dapat dilakukan dengan
dua kategori, yaitu:
1. Leaching atau ekstraksi padat (solid extraction) adalah proses pemisahan fraksi
padat (ekstrak) dari campuran padat-padat dengan menggunakan pelarut cair.
Dalam hal ini ekstrak bersifat larut dalam solvent, sedangkan fraksi padat yang
lainnya tidak larut.
2. Ekstraksi cair (liquid extraction, adalah proses pemisahan fraksi cair dari
campuran cair-cair dengan menggunakan pelarut yang berfungsi melarutkan
ekstrak yang berada pada larutan tersebut.
Secara umum operasi leaching dilakukan dengan dua tahap, yaitu:
1. Kontak antara sampel padatan dengan cairan bebas solut (solvent) pada sebuah
kontaktor sehingga terjadi perpindahan massa dari solut ke solvent.
2. Pada akhir kontak, campuran solut dan solvent yang selanjutnya menjadi
ekstrak dan residu adalah padatan sisa bebas solut.
“tambahkan teori berdasarkan 3 sumber utama (jurnal dan
buku) dan 1 sumber tambahan (internet) berupa aplikasi
dalam industri”
III. ALAT DAN BAHAN
1. 1 set alat leaching
2. Piknometer
3. Pasir
4. Air
5. Garam
IV. METODE
1. Menera piknometer
2. Menimbang pasir dan garam dapur dengan berat tertentu
3. Mencampur pasir dan garam dapur dan membungkus dengan kertas saring
4. Mengisi labu leher tiga dengan volume 250 ml
5. Menghidupkan pemanas dan pendingin sampai aquades mendidih dan menguap
hingga uap melewati pendingin dan mengembun
6. Mencatat titiik embun dan titik didih dan mencatat waktu awal leaching (t=0)
saaat embun pertama menetes ke dalam tabung sampel
7. Mematikan pemanas tiap waktu 10 menit
8. Mengalirkan larutan garam terekstras ke dalam labu leher tiga dengan membuka
kran penjepit lalu menutup kran kembali
9. Menghidupkan pompa vakum untuk menghisap ekstrak yang masih tertinggal
sampai tidak ada lagi ekstrak yang keluar dari tabung sampel
10. Mengambil larutan garam dari labu leher tiga secukupnya dan didinginkan
kemudian diukur densitasnya menggunakan piknometer
11. Mengulangi langkah-langkah diatas sampai didapatkan berat yang konstan
V. PERHITUNGAN
1. Menera densitas garam piknometer
Massa piknometer :
Massa piknometer + aquadest :
Massa piknometer + larutan garam :
2. Menghitung mencari kadar NaCl
Dihitung dengan korelasi antara densitas, suhu dan kadar NaCl dari tabel 2.90
buku Perry’s Chemical Engineering Handbook
3. Menghitung efisiensi leaching
𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = × 100%
𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎
LAPORAN SEMENTARA
Hari, tanggal :
Nama Praktikum :
Praktikan :
Data Percobaan :
Menera volume piknometer
Berat piknometer kosong : gram
Berat piknometer+aquadest : gram
Berat aquadest : gram
Volume aquadest : mL
Berat garam : gram
Berat pasir : gram
waktu T embun T didih Densitas garam
10
20
30
40
50
60

Surakarta,
Asisten Praktikan

( _____________ ) ( _____________ )
DIFUSIVITAS INTEGRAL
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu menghitung koefisien difusivitas
II. TEORI
Difusi molekuler adalah gerakan molekuler yang terjadi pada suatu campuran.
Pergerakan molekul yang terjadi disebabkan oleh gradien konsentrasi. Gradient
konsentrasi cenderung menyebabkan gerakan molekuler dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah. Difusivitas atau koefisien difusi merepresentasikan sebuah nilai
kecepatan transfer massa. Dalam industri koefisien difusi digunakan sebagai
perhitungan waktu proses, yang selanjutnya digunakan dalam perancangan
kapasitas alat.
“tambahkan teori berdasarkan 3 sumber utama (jurnal dan
buku) dan 1 sumber tambahan (internet) berupa aplikasi
dalam industri”
III. ALAT DAN BAHAN
1. Chamber dengan aliran laminer
2. Pipa kapiler
3. Asam oksalat
4. NaOH
5. Asam Standar
IV. METODE
a. Menentukan dimensi pipa kapiler
i. Menimbang pipakapiler kosong
ii. Mengisi pipa kapiler dengan aquadest sehingga diperoleh massa
aquadest
iii. Mengukur suhu aquades
iv. Mencari densitas aquades berdasarkan suhu
v. Menghitung volume pipa kapiler
vi. Menghitung tinggi pipa kapiler
b. Standarisasi larutan NaOH
i. Mengambil 10 ml asam standar
ii. Memasukkan asam standar ke dalam erlenmeyer
iii. Menambahkan 2-3 tetes indikator pp
iv. Menitrasi larutan standar dengan larutan NaOH
v. Mencatat volume NaOH yang digunakan
c. Standarisasi larutan asam oksalat
i. Memasukkan 10 ml larutan asam oksalat ke dalam erlenmeyer
ii. Menambahkan 2-3 tetes indikator pp
iii. Menitrasi larutan asam oksalat dengan larutan NaOH
iv. Mencatat volume NaOH uang digunakan
d. Percobaan difusi
i. Mengisi pipa kapiler dengan asam oksalat dan mengusahakan tidak ada
gelembung udara
ii. Menyusun pipa kapiler dalam bak air dari posisi tertinggi ke yang
terendah
iii. Menngalirkan air dan mengatur agar alirannya laminer
iv. Mencatat sebagai t=0 pada saat air mencapai puncak pipa kapiler
tertinggi
v. Mengambil pipa kapiler setiap selang waktu 10 menit secara berurutan
dari yang tertinggi ke yang terendah
vi. Mengambil asam oksalat dalam pipa kapiler dengan jarum suntik dan
memasukkannya ke dalam gelas ukur
vii. Menambahkan aquades hingga volumenya mencapai 10 ml
viii. Memasukkan campuran larutan asam oksalat dan aqudest ke dalam
erlenmeyer
ix. Menambahkan indikator pp
x. Menitrasi dengan NaOH
xi. Mengulangi percobaan untuk konsentrasi asam oksalat yang lain
V. PERHITUNGAN
a. Menentukan volume pipa kapiler
𝑚
𝜌=
𝑉
 : massa jenis air
m : massa air
V : volume air
b. Standarisasi larutan NaOH
𝑁1 𝑉1 = 𝑁2 𝑉2
N1 : Normalitas asam standar
V1 : Volume asam standar
N2 : Normalitas NaOH
V2 : Volume NaOH
c. Menentukan normalitas asam oksalat sebelum dan sesudah difusi
𝑁1 𝑉1 = 𝑁2 𝑉2
N1 : Normalitas asam oksalat
V1 : Volume asam oksalat
N2 : Normalitas NaOH
V2 : Volume NaOH
d. Menentukan prosentasi asam oksalat sisa
𝑁
𝐸= × 100%
𝑁0
N : Normalitas asam oksalat setelah difusi
N0 : Normalitas asam oksalat sebelum difusi
e. Menentukan koefisien Difusivitas
𝜋𝐷𝐴𝐵 𝑡
𝐸 = 100 − 200√
𝐿2
yang dijabarkan menjadi:
𝑡
2 log(100 − 𝐸) = log + 2 log(200√𝜋𝐷𝐴𝐵 )
𝐿2
persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan metode Least Square
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
LAPORAN SEMENTARA
Hari, tanggal :
Nama Praktikum :
Praktikan :
Data Percobaan :
• Menentukan volume pipa kapiler
Berat pipa Berat pipa
Panjang pipa Berat Volume pipa
No kapiler kapiler +
kapiler aquadest kapiler
kosong aquadest
1
2
3
4
5

• Standarisasi larutan NaOH


Normalitas HCl =
No Volume HCl Volume NaOH Normalitas NaOH
1
2
Rata-rata

• Standarisasi larutan asam oksalat


Normalitas NaOH =
Selang waktu =
Volume asam oksalat =
Normalitas Asam
Volume NaOH Vol
Oksalat
No Waktu Asam
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Oksalat
difusi difusi difusi difusi
1
2
3
4
5

• Standarisasi larutan asam oksalat


Normalitas NaOH =
Selang waktu =
Volume asam oksalat =
Normalitas Asam
Volume NaOH Vol
Oksalat
No Waktu Asam
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Oksalat
difusi difusi difusi difusi
1
2
3
4
5

Surakarta,
Asisten Praktikan

( _____________ ) ( _____________ )
SEDIMENTASI
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu menentukan kecepatan pengendapan pada proses sedimentasi
batch
II. TEORI
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel padatan yang tersuspensi yang
dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Kecepatan sedimentasi adalah kecepatan turunnya
bidang batas antara cairan yang jernih dnegan slurry yang mengandung partikel
yang tersuspensi.
“tambahkan teori berdasarkan 3 sumber utama (jurnal dan
buku) dan 1 sumber tambahan (internet) berupa aplikasi
dalam industri”
III. ALAT DAN BAHAN
a. Tabung kaca dengan dua diameter yang berbeda
b. Gelas ukur
c. Erlenmeyer
d. Pengaduk
e. Stopwatch
f. CaCO3
g. Air
IV. METODE
a. Mengukur volume tabung besar dan tabung kecil dengan memasukkan air
dengan ketinggian yang sama dan tertentu, kemudian air tersebut dikeluarkan
dan ditampung di gelas ukur untuk diketahui volumenya
b. Membuat slurry CaCO3 dengan menimbang padatan CaCO3 kemudian
melarutkannya dalam air dengan konsentrasi tertentu.
c. Memasukkan slurry ke dalam tabung kaca besar maupun kecil secara
bersamaan.
d. Mengamati dan mengukur ketinggian bidang batas (bening-keruh) pada selang
waktu tertentu
e. Menghentikan percobaan setelah didapatkan tinggi yang konstan
f. Mengulang langkah a-e untuk konsentrasi yang berbeda
V. PERHITUNGAN
a. Menghitung konsentrasi awal CaCO3 (C0)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝐶0 =
𝐵𝑀 × 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦
b. Menghitung kecepatan sedimentasi (VL)
𝑍𝑖 − 𝑍𝐿
𝑉𝐿 =
𝑡𝐿
VL : kecepatan sedimentasi di waktu ke L
Zi : bidang batas bening-keruh di waktu referensi
ZL : bidang batas bening-keruh di waktu ke L
tL : waktu ke L
c. Menghitung konsentrasi slurry pada keceptana VL (CL)
𝑍0 − 𝐶0
𝐶𝐿 =
𝑍𝐿
LAPORAN SEMENTARA
Hari, tanggal :
Nama Praktikum :
Praktikan :
Data Percobaan :
z (cm)
t (s) ... g ... g
Tabung besar Tabung kecil Tabung besar Tabung kecil

Surakarta,
Asisten Praktikan

( _____________ ) ( _____________ )
HETP
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu menghitung jumlah plate yang setara dengan tinggi bahan
isian
II. TEORI
Destilasi adalah proses pemisahan yang menggunakan perbedaan titik didih sebagai
driving force atau separating agent. Proses distilasi menghasilkan produk destilat
berupa komponen yang lebih mudah menguap atau komponen yang memiliki titik
didih yang lebih rendah, sedangkan sisanya berupa waste merupakan komponen
yang lebih sukar menguap atau komponen dengan titik didih yang lebih tinggi.
Operasi distilasi pada skala lab dapat direpresentasikan dengan kolom distilasi
bahan isian (packed tower). Packed tower berisi bahan-bahan seperti keramik, PVC,
dll yang berfungsi sama dengan plate pada plate tower sebagai tempat kontak.
Evaluasi kinerja dari packed tower dapat menggunakan HETP atau Heigh
Equivalent Theoritical Plate yaitu tinggi tumpukan bahan isian yang memberika
perubahan komposisi setara dengan jumlah plate teoritis. Penentuan plate teoritis
dapat menggunakan metode:
1. Metode Grafis: Mc.Cabe Thile
2. Metode Fenske Underwood
“tambahkan teori berdasarkan 3 sumber utama (jurnal dan
buku) dan 1 sumber tambahan (internet) berupa aplikasi
dalam industri”
III. ALAT DAN BAHAN
1. 1 set alat HETP
2. Piknometer
3. Air
4. Etanol
IV. METODE
1. Membuat umpan campuran etanol-aquadest pada perbandingan tertentu
sebanyak 400 mL yang sebelumnya sudah diukur densitas masing-masing
dengan piknometer sebelum dan sesudah dicampur.
2. Memasukkan umpan ke dalam labu leher tiga.
3. Memutar kran refluks pada posisi refluks total.
4. Mengalirkan air pada pendingin balik.
5. Menghidupkan pemanas spirtus.
6. Mengamati suhu destilat dan suhu residu sampai kedua suhu konstan.
7. Mengambil destilat dan ditampung langsung ke dalam piknometer dengan cara
memutar kran refluks pada posisi destilat total. Setelah terambil, maka kran
refluks dikembalikan lagi pada posisi refluks total.
8. Segera mematikan pemanas, serta menggesernya dari labu sehingga cairan tidak
mendidih lagi kemudian mengambil sampel sebanyak volume piknometer.
Mengusahakan kedua sampel yang diambil tidak menguap dan dibiarkan
sampai suhunya sama dengan suhu kamar.
9. Menentukan densitas destilat dan residu dengan piknometer.
V. PERHITUNGAN
a. Menera densitas etanol teknis
Massa piknometer :
Massa piknometer + air :
Massa piknometer + etanol :
b. Menera fraksi mol umpan (XF)
𝑛𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝐹 =
𝑛𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑛𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
netanol : mol etanol
naquadest : mol aquadest
c. Menera % larutan umpan dengan komposisi larutan
%𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛⁄𝐵𝑀𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝐹 =
%𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛⁄𝐵𝑀𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + (1 − %𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛)⁄𝐵𝑀𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
d. Menera densitas larutan umpan
Massa piknometer :
Massa piknometer + air :
Massa piknometer + larutan umpan :
e. Menera densitas residu
Massa piknometer :
Massa piknometer + air :
Massa piknometer + larutan residu :
f. Menera % residu pada suhu 30 OC
Interpolasi berdasarkan tabel 2.110 Perry, Densyties of Aqueous Organic
Solutions for C2H5OH
g. Menera fraksi mol residu (XW)
%𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢⁄𝐵𝑀𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝑊 =
%𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢⁄𝐵𝑀𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + (1 − %𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢)⁄𝐵𝑀𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
h. Menera densitas destilat
Massa piknometer :
Massa piknometer + air :
Massa piknometer + larutan destilat :
i. Menera % destilat pada suhu 30OC
Interpolasi berdasarkan tabel 2.110 Perry, Densyties of Aqueous Organic
Solutions for C2H5OH
j. Menera fraksi mol destilat (XD)
%𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡⁄𝐵𝑀𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑋𝐷 =
%𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡⁄𝐵𝑀𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + (1 − %𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡)⁄𝐵𝑀𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
k. Menera volatilitas relatif pada T konstan
𝑃° 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡
𝛼𝐷 =
𝑃° 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑃° 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
𝛼𝑊 =
𝑃° 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝛼𝐴𝑉 = √𝛼𝐷 × 𝛼𝑊
l. Menera HETP (metode grafis dan metode Fenske Underwood)
i. Grafik Mc.Cabe Thiele
𝑁𝑝 = 𝑁𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 1
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔
𝐻𝐸𝑇𝑃 =
𝑁𝑝
ii. Fenske Underwood
𝑋𝐷 (1 − 𝑋𝑊 )
log [ ]
𝑋𝑊 (1 − 𝑋𝐷 )
𝑁𝑝 =
log 𝛼𝐴𝑉
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔
𝐻𝐸𝑇𝑃 =
𝑁𝑝
LAPORAN SEMENTARA
Hari, tanggal :
Nama Praktikum :
Praktikan :
Data Percobaan :
1. Komposisi larutan umpan
Volume etanol teknis : mL
Volume aquadest : mL
Volume campuran etanol-aquadest : mL
2. Data pengukuran densitas etanol dan air
Massa piknometer kosong : gram
Massa piknometer+aquadest : gram
Massa piknometer+etanol : gram
O
Suhu etanol-air : C
Volume piknometer : mL
3. Data pengukuran densitas destilat
Massa piknometer+destilat : gram
O
Suhu destilat konstan : C
O
Suhu destilat pada ruangan : C
4. Data pengukuran densitas residu
Massa piknometer+residu : gram
O
Suhu destilat konstan : C
O
Suhu destilat pada ruangan : C
5. Tinggi packing : cm

Surakarta,
Asisten Praktikan

( _____________ ) ( _____________ )
DRYING
I. TUJUAN
Mencari hubungan antara kadar air (X) dengan waktu pengeringan (t)
Mencari hubungan kecepatan pengeringan (R) dengan waktu pengeringan (t)
II. TEORI
Pengeringan zat padat adalah pemisahan sejumlah air dari padatanya. Proses
pengeringan dibedakan menjadi 2, yaitu: proses pengeringan batch dan kontinyu.
Pada prinsipnya air yang terkandung dalam padatan dibedakan menjadi dua yaitu
air terikat dan air tidak terikat. Apabila suatu bahan basah dikeringkan pada waktu
tertentu, bahan tersebut kan mencapai keadaan EMC (Equilibrium Moisture
Content).
“tambahkan teori berdasarkan 3 sumber utama (jurnal dan
buku) dan 1 sumber tambahan (internet) berupa aplikasi
dalam industri”
III. ALAT DAN BAHAN
1. 1 set alat drying
2. Sampel
IV. METODE
a. Mengukur dimensi sampel
b. Merendam sampel selama waktu tertentu
c. Menimbang sampel basah
d. Memasukkan sampel ke dalam alat pengering yang sebelumnya telah diatur
pada suhu 100 OC
e. Menghidupkan pompa vakum selama proses pengeringan untuk pengamatan
Temp bola basah (TW) dan kering (TD)
f. Menimbang berat sampel setiap 10 menit demikian seterusnya hingga
diperoleh berat sampel yang konstant (hasil penimbangan, TD, TW dicatat
dalam bentuk tabel
V. PERHITUNGAN
a. Menghitung luas permukaan pengeringan (A)
1
𝐴 = 𝜋𝐷2
4
b. Menghitung kandungan air dalam bahan (X)
𝑊 − 𝑊𝑠
𝑋=
𝑊𝑠
Ws : berat kering (g)
W : berat basah (g)
c. Menentukan laju pengeringan (R)
𝑊𝑠 𝑑𝑋
𝑅=− .
𝐴 𝑑𝑡
-dX/dt : laju pengurangan kadar air
d. Menghitung kelembaban relatif rata-rata (H)
∑𝐻
𝐻=
∑𝑛
LAPORAN SEMENTARA
Hari, tanggal :
Nama Praktikum :
Praktikan :
Data Percobaan :

Sampel :
Dimensi :
Berat kering (Ws) :
Berat basah awal (W) :
Waktu Berat Berat air
No TW (OC) TD (OC) Kadar air X
(menit) bahan (g) W-Ws (g)

Surakarta,
Asisten Praktikan

( _____________ ) ( _____________ )
KOEFISIEN TRANSFER MASSA
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu menghitung koefisien transfer massa volumetrik antara kapur
barus dengan udara
II. TEORI
Perpindahan massa merupakan peristiwa berpindahnya suatu massa dari
konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah. Proses berpindahnya massa
melalui lebih dari satu fasa selanjutnya disebut sebagai perpindahan massa antar
fasa. Koefisien yang menghubungkan antara kecepatan perpindahan massa dengan
gradien konsentrasinya disebut sebagai koefisien transfer massa.
Transfer massa dapat terjadi pada satu fase yang sama atau pada fase yang berbeda.
Mekanisme transfer massa antar fase (fluida-padat) adalah sebagai berikut: transfer
massa dari badan fluida ke permukaan antar fase, transfer massa melalui lapisan
film, dan transfer massa dari permukaan antar fase menuju fase badan padatan.
“tambahkan teori berdasarkan 3 sumber utama (jurnal dan
buku) dan 1 sumber tambahan (internet) berupa aplikasi
dalam industri”
III. ALAT DAN BAHAN
1. Kompresor
2. Tabung vertikal
3. Naphtalene
IV. METODE
a. Menimbang kapur barus dan mencatat sebagai NA0
b. Memasukkan kapur barus dalam kolom kemudian mengukur tinggi tumpukan
kapur barus dalam kolom
c. Menghembuskan udara dengan kecepatan (G) tertentu melalui bawah kolom
selama waktu (t) tertentu
d. Menimbang kapur barus setelah dihembuskan udara, dan mencatat sebagai Nat
e. Mengukur diameter kolom
V. PERHITUNGAN
a. Menghitung kecepatan alir udara (Gs)
𝑄 × 𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 × 𝑃
𝐺𝑆 =
𝐴×𝑅×𝑇
Gs : kecepatan alir udara (g udara bebas naftalen/cm2.s)
Q : debit (cm3/s)
BM udara : 29 g/gmol
P : 1 atm
A : luas penampang pipa (cm2)
R : 82,06 cm3.atm/gmol.K
T : suhu (K)
b. Menghitung YAL (g naftalen/g udara bebas naftalen)
∆𝑚
𝑌𝐴𝐿 =
𝐺𝑆 × 𝐴 × 𝑡
∆m : perubahan massa (g)
t : waktu (s)
c. Menghitung koefisien transfer massa volumetri Kya (g udara bebas
naftalen/cm3)
𝐺𝑠 𝑌𝐴∗
𝐾𝑦𝑎 = ln ( ∗ )
𝐿 𝑌𝐴 − 𝑌𝐴𝐿
YA* : 0,10683 g naftalen/g udara bebas naftalen
L : tinggi tumpukan (cm)
d. Menghitung kecepatan transfer massa sublimasi (NA)
𝑁𝐴 = 𝐾𝑦𝑎(𝑌𝐴∗ − 𝑌𝐴𝐿 )
LAPORAN SEMENTARA
Hari, tanggal :
Nama Praktikum :
Praktikan :
Data Percobaan :

Massa awal sampel :


Tinggi awal sampel :

No Berat mula (g) Berat akhir (g) Z0 (cm) Z1 (cm) t (s) G (cm3/s)

Surakarta,
Asisten Praktikan

( _____________ ) ( _____________ )
ALIRAN FLUIDA
I. TUJUAN
• Mempelajari karakteristik pompa yaitu hubungan debit aliran (Q) dengan head
pompa (H)
• Mempelajari hubungan antara debit aliran (Q) dengan panjang ekuivalen (Le)
• Mempelajari hubungan antara coefficient of discharge (Co) dengan bilangan
Reynold (Re)
• Menera flow meter yaitu mempelajari hubungan antar debit aliran (Q) dengan
tinggi float (h)
II. TEORI
Fluida merupakan zat yang tidak dapat menahan bentuk secara permanen sehingga
fluida disebut sebagai benda tak tegar. Jika sebuah fluida mengalir dalam pipa maka
berlaku beberapa konsep diantaranya adalah konsep kontinuitas, konsep bernouli,
konsep fanning, konsep orifcemeter. Fluida secara umum digolongkan menjadi dua
yaitu:
1. Compressible fluid → fluida yang kerapatannya dipengaruhi oleh tekanan
maupun suhu
2. Non compressible fluid → fluida yang kerapatannya tidak dipengaruhi tekanan
Fluida yang mengalir memiliki profil. Profil suatu aliran fluida direpresentasikan
sebagai bilangan reynold. Klasifikasi bilangan reynold, yaitu:
1. Aliran laminar jika aliran tersebut mempunyai bilangan reynold < 2000
2. Aliran transisi jika aliran tersebut mempunyai bilangan reynold 2000-4000
3. Aliran turbulen jika aliran tersebut mempunyai bilangan reynold > 4000
“tambahkan teori berdasarkan 3 sumber utama (jurnal dan
buku) dan 1 sumber tambahan (internet) berupa aplikasi
dalam industri”
III. ALAT DAN BAHAN
1. 1 set alat aliran fluida
2. Air
3. Piknometer
IV. METODE
a. Mengisi bak penampung air hingga tanda batas
b. Membuka penuh kran
c. Mengalirkan air dengan cara menghidupkan pompa, memastikan kondisi air
steady state yang ditandai dengan konstannya laju alir (Q)
d. Mengamati dan mencatat manometer pompa, manometer kran, manometer
orrifice, dan tinggi float.
e. Menutup kran dengan derajat penutupan tertentu.
f. Mengulang langkah d untuk setiap derajat penutupan kran hingga kran tertutup
penuh
V. PERHITUNGAN
a. Menentukan hubungan Q dan H
i. Menghitung Q
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐻=
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
ii. Menghitung H
(𝜌𝐻𝑔 − 𝜌𝑤 )∆ℎ
𝐻=
𝜌𝑤
b. Menentukan hubungan Q dan panjang ekuivalen Le
i. Menghitung kecepatan aliran u
𝑄
𝑢=
𝐴
ii. Menghitung bilangan reynold
𝜌×𝑢×𝐷
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇
iii. Menghitung tekanan hidrostatika
(𝜌𝐻𝑔 − 𝜌𝑤 )𝑔∆ℎ
𝐹=
𝜌𝑤
iv. Menghitung relative roughness
Berdasarkan grafik 2.10-3 Geankoplis → plot Nre terhadap parameter
didapatkan nilai  dan /Dk
v. Menghitung gaya gesek
Berdasarkan figure. 6-9 Perry’s → plot Nre terhadap parameter
didapatkan nilai f
vi. Menghitung panjang ekuivalen
2𝑔 × 𝐷𝑘 × 𝐹
𝐿𝑒 =
𝑓 × 𝑢2
c. Menentukan hubungan Co dan Bilangan Reynold Nre
i. Menghitung kecepatan alir uo
𝑄
𝑢𝑜 =
𝐴𝑜
ii. Menghitung pressure drop
∆𝑃 = ∆ℎ(𝜌𝐻𝑔 − 𝜌𝑤 )
iii. Menghitung koefisien orifice
𝑢𝑜 × (1 − (𝐷𝑜/𝐷𝑖)4 )0,5
𝐶𝑜 =
(2 × 𝑔 × ∆𝑃/𝜌)0,5
d. Menentukan hubungan Q dan tinggi float h
i. Menghitung hubungan Q dan h dalam suatu grafik
LAPORAN SEMENTARA
Hari, tanggal :
Nama Praktikum :
Praktikan :
Data Percobaan :
Pembacaan manometer
O Tinggi
penutupan kran pompa kran orifice Q
float
L R L R L R

Surakarta,
Asisten Praktikan

( _____________ ) ( _____________ )
HEAT EXCHANGER
I. TUJUAN:
Mahasiswa mampu menghitung ∆TLMTD, koefisien transfer panas overall, dan efisiensi
HE
II. TEORI
Perpindahan panas merupakan salah satu hal yang penting dalam sebuah industri kimia.
Secara umum perpindahan panas dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perpindahan panas konduksi → perpindahan panas secara perambatan pada
medium penghantar padat
2. Perpindahan panas konveksi → perpindahan panas secara perambatan pada
medium penghantar fluida
3. Perpindahan panas radiasi → perpindahan panas secara pancaran tanpa medium
penghantar
Heat Exchanger (HE) merupakan alat yang digunakan dalam industri untuk menukar
panas. Secara umum HE dibagi menjadi dua, yaitu: Shell and Tube HE dan Double
Pipe HE. Pemilihan jenis HE didasarkan pada luas permukaan transfer panas.
“tambahkan teori berdasarkan 3 sumber utama (jurnal dan
buku) dan 1 sumber tambahan (internet) berupa aplikasi
dalam industri”
III. ALAT DAN BAHAN
1. 1 set alat HE
2. Air panas dan air dingin
IV. METODE
1. Memanaskan air pada bak penampung A hingga suhu tertentu
2. Menghidupkan pompa
3. Membuka fully opened valve recycle selama pemanasan
4. Mematikan pemanas jika suhu tertentu telah dicapai
5. Mendinginkan air pada bak penampung B hingga suhu tertentu
6. Menghidupkan pompa
7. Membuka fully opened valve recycle selama pendinginan
8. Mengontakkan fluida panas dan fluida dingin dengan cara menutup masing-masing
valve recycle dan membuka valve yang menuju ke HE
9. Pengaturan laju alir masing-masing fluida mempengaruhi perubahan suhu.
10. Mencatat hasil perubahan suhu yang terjadi pada masing-masing bak pada selang
waktu 20 menit.
V. PERHITUNGAN
a. Menghitung kalor untuk fluida panas maupun dingin
i. Menghitung T rata-rata
𝑇1 + 𝑇2
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
ii. Menghitung laju alir volumetris (Fv)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐹𝑣 =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
iii. Menghitung densitas saat T rata-rata dari tabel A.2-3 Geankoplis
iv. Menghitung Cp saat T rata-rata dari tabel A.2-5 Geankoplis
v. Menghitung kalor (Q)
𝑄 = 𝑚 × 𝐶𝑝 × ∆𝑇 = 𝐹𝑣 × 𝜌 × 𝐶𝑝 × ∆𝑇
b. Menghitung koefisien overall
i. Menghitung ∆TLMTD
(𝑇1 − 𝑡2) − (𝑇2 − 𝑡1)
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
𝑇1 − 𝑡2
ln 𝑇2 − 𝑡1
ii. Menghitung luas shell and tube
1. Luas shell
𝜋 𝜋
𝐴𝑖 = 𝐼𝐷2 ; 𝐴𝑜 = 𝑂𝐷2
4 4
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 (𝐴𝑠 ) = 𝐴𝑖 − 𝑛𝐴𝑜
2. Luas tube
Nt (jumlah tube) :5
N (number of pitch) : 3
𝜋
𝑎𝑡 = 𝐼𝐷2
4
𝑁𝑡 × 𝑎𝑡
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑢𝑏𝑒(𝐴𝑡 ) =
𝑁
iii. Koefisien perpindahan panas overall
𝑡2 − 𝑡1
𝑆=
𝑇2 − 𝑇1
𝑇2 − 𝑇1
𝑅=
𝑡2 − 𝑡1
Menentukan nilai Ft dari figure 18 buku Kern
∆𝑇 = 𝐹𝑇 × ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷
𝑄𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
𝑈𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 =
∆𝑇𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 × 𝐴𝑠
𝑄𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
𝑈𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 =
∆𝑇𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 × 𝐴𝑡
c. Menghitung efisiensi perpindahan panas
𝑄𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
𝜂= × 100%
𝑄𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
LAPORAN SEMENTARA
Hari, tanggal :
Nama Praktikum :
Praktikan :
Data Percobaan :

Jenis HE : Shell and Tube


Diameter shell : ID=16 cm; OD=17,3 cm
Diameter tube : ID=1,5 cm; OD=1,8 cm
Jumlah tube : Nt=5
Number of pitch : n=3
Panjang HE : 75 cm
Fluida Panas Fluida Dingin
Laju alir Suhu masuk Suhu keluar Laju alir Suhu masuk Suhu keluar
(cm3/s) (OC) (OC) (cm3/s) (OC) (OC)

Surakarta,
Asisten Praktikan

( _____________ ) ( _____________ )

Anda mungkin juga menyukai