MIXING TIME
M-2
Disusun Oleh
LAPORAN
MIXING TIME
M-2
Disusun oleh
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan Seminar Praktikum
Pemisahan Mekanik dan Transportasi Zat Padat ini disusun guna memenuhi
kurikulum pendidikan Jurusan Teknik Kimia, UPN “Veteran” Yogyakarta. Pokok
bahasan ini adalah Mixing Time yang merupakan salah satu acara dari enam acara
Praktikum Pemisahan Mekanik.
Dengan selesainya laporan ini, penyusun mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Danang Jaya, M.T., selaku Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia
UPN “Veteran” Yogyakarta.
2. Radhityo Ari Prabowo, selaku asisten pembimbing praktikum M-2.
3. Staff Laboratorium Dasar Teknik Kimia atas seluruh bantuannya yang
telah diberikan kepada praktikan.
4. Rekan-rekan sesama praktikan atas kerjasama yang baik.
Akhir kata, penyusun berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan pihak yang memerlukan laporan ini.
Praktikan
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR SIMBOL DAN ARTI viii
INTISARI ix
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Tujuan Percobaan 2
I.3. Tinjauan Pustaka 2
I.3.1. Pencampuran 2
I.3.2. Mixing Time 3
I.3.3. Jenis Impeler 4
I.3.4. Arah Kecepatan Fluida 5
I.3.5. Karakteristik Fluida 5
I.4. Hipotesis 7
iv
II.4.2. Menentukan Mixing Time 12
II.5. Analisis Perhitungan 13
BAB IV PENUTUP
IV.1. Kesimpulan 20
IV.2. Kritik dan Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 5. Data Percobaan Larutan Biner antara Gula 30 gram dan Aquadest 400 ml
Tabel 6. Data Percobaan Larutan Biner antara Gula 40 gram dan Aquadest 400 ml
Tabel 7. Hubungan antara konsentrasi gula (molalitas) dengan indeks bias pada
grafik standar
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Pembentukan Vorteks dan Pola Aliran Sirkulasi dalam Bejana Aduk 6
vii
DAFTAR SIMBOL DAN ARTI
viii
INTISARI
Kata kunci: pengadukan, pencampuran, waktu pencampuran, aquadest, gula, larutan standar,
indeks bias, refraktometer, turbin, konsentrasi, homogen.
ix
Laporan
Praktikum Pemisahan Mekanik Dan Transportasi Zat Padat
Mixing Time
(M-2)
BAB I
PENDAHULUAN
d. Viskositas campuran
Pencampuran adalah operasi unit yang melibatkan manipulasi sistem fisik
heterogen, dengan maksud untuk membuatnya lebih homogen. Dalam
kimia, suatu pencampuran adalah proses menggabungkan dua zat atau lebih
yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi (objek tidak menempel satu
sama lain). Pencampuran dapat dipisahkan menjadi komponen aslinya
secara mekanis.
I.3.2 Mixing Time
Mixing time adalah waktu yang diperlukan untuk mencampur bahan- bahan
yang mudah larut yang terdapat pada fase yang berbeda sehingga diperoleh fase
yang homogen dimana konsentrasi di setiap permukaan sama ( Mc Cabe,1987).
Di dalam suatu industri mixing time berguna untuk menentukan waktu
optimal suatu bahan/larutan, berapa lama waktu yang dibutuhkan suatu larutan
hingga menjadi homogen. Dalam pencampuran derajat kehomogenisasian bahan
yang bercampur untuk berbagai operasi berbeda-beda ( Brown, G.G,1987 ).
Istilah pengadukan dan pencampuran sebenarnya tidak sama satu sama lain.
Pengadukan (agitation) menunjukkan gerakan yang terinduksi menurut cara
tertentu pada suatu bahan dalam bejana, dimana gerakan itu biasanya mempunyai
semacam pola sirkulasi, sedang operasi pencampuran merupakan suatu usaha
mendistribusikan secara acak atau sama dari dua atau lebih fase yang terpisah (Mc
Cabe, 1987).
Beberapa faktor yang berpengaruh pada waktu pencampuran adalah jenis
pengaduk, jenis tangki, kecepatan putaran pengaduk, dan konduktivitas. Faktor-
faktor yang memengaruhi proses pencampuran diantaranya adalah perbandingan
antara geometri tangki dengan geometri pengaduk, bentuk, pola, dan jumlah
pengaduk, posisi sumbu pengaduk, kecepatan putaran pengaduk, dan penggunaan
baffle juga sangat berpengaruh pada waktu pencampuran yang dihasilkan. Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap pencampuran zat adalah jenis impeller,
karakteristik fluida ,ukuran serta perbandingan tangki dan sekat, kecepatan
pengadukan dan perbandingan dari zat yang di campur ( Brown, G.G,1978 ).\
2 3
Gambar 1. Jenis impeller berdasarkan bentuknya, (1) Turbin (2) Dayung (3)
Propeller
I.4 Hipotesis
1. Semakin besar massa gula, semakin besar konsentrasi larutan gula maka
semakin besar pula indeks biasnya.
2. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk pencampuran, maka semakin
besar molalitasnya sampai molalitasnya mencapai keadaan jenuh.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Alat dan Bahan
II.1.1 Alat
a. Beker glass
b. Pengaduk listrik
c. Alat pengambil sampel (pipet)
d. Statif
e. Gelas ukur
f. Tabung reaksi
g. Refraktometer
h. Timbangan analisis
i. Stopwatch
II.1.2 Bahan
a. Gula
b. Aquadest
2 3
5
4
Keterangan gambar :
1. Beker gelas
2. Pengaduk
3. Motor pengaduk
4. Statif
5. Sekat (buffle)
Menimbang gula seberat 0,2 gram; 0,4 gram; 0,6 gram; 0,8 gram; 1gram; 1,2 gram; 1,4
gram; 1,6 gram; 1,8 gram; 2 gram
Mengukur volume sebanyak 10 ml aquadest dengan gelas ukur atau pipet gondok
Mencampur masing-masing berat gula ke dalam 10 tabung reaksi yang berisi aquadest
sebanyak 10 ml kemudian dikocok sehingga benar-benar homogen
Memasukan aquadest kedalam beker glass dan mengaduk dengan pengaduk listrik
Memasukan gula ke dalam bekerglass yang berisi aquadest dan diaduk, pada saat
memasukan gula kita catat sebagai t = 0
Pada selang waktu ( 60 detik ), kita ambil sampel pada posisi tertentu dan kita amati
indeks biasnya dengan menggunakan reflaktometer selama beberapa menit sampai
konstan
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil Percobaan
Suhu Aquades = 28 ⁰C
Densitas Aquades = 0,996232 gr/ml
BM gula = 342 gr/gmol
Volume (V) = 10 ml
Berat pelarut = 10 ml x 0,996232 gr/ml
= 9,96232 gram
1 10
0.2 2 0.0587
2 10
0.4 3 0.1174
3 10
0.6 3.3 0.1761
4 10
0.8 4.6 0.2348
5 10
1 6.2 0.2935
6 10
1.2 7.2 0.3522
7 10
1.4 8.2 0.4109
8 10
1.6 10 0.4696
9 10
1.8 10.2 0.5283
10 10
2 13 0.587
Dari data diatas digunakan untuk membuat grafik standart dengan persamaan
garis sebagai berikut: Y = 0,0487 X – 0,0070493
0.4
0.3 y data
0.2 y hitung
0.1
0
0 5 10 15
Indeks Bias
1
60 4.2 0.1975
2
120 5.3 0.2511
3
180 6 0.2852
4
240 6.2 0.2949
5
300 6.9 0.329
6
360 6.9 0.329
7
420 6.9 0.329
Dari data diatas digunakan untuk membuat grafik dengan persamaan garis sebagai
berikut : Y = 0,0712 ln X – 0,09
0.25
0.2
0.15 y data
0.1 y hitung
0.05
0
0 100 200 300 400 500
Waktu Pencampuran
1 60 4 0.18775
2 120 5 0.23645
3 180 6 0.28515
7 420 7 0.33385
8 480 7 0.33385
9 540 7 0.33385
Dari data diatas digunakan untuk membuat grafik dengan persamaan garis sebagai
berikut :
0.4
0.35
0.3
y = 0.0706ln(x) - 0.0928
0.25
Molalitas
R² = 0.9528
0.2
Y data
0.15
0.1 Y hitung
0.05
0
0 100 200 300 400 500 600
Waktu Pencampuran
III.2 PEMBAHASAN
Pada percobaan pembuatan larutan standart, dapat dilihat pada tabel 1
bahwa hubungan antara indeks bias dengan molalitas yaitu berbanding lurus.
Semakin besar massa gula, maka semakin besar indeks bias dan molalitasnya
karena larutan semakin pekat sehingga cahaya yang dibiaskan semakin banyak.
Sebagaimana dinyatakan dalam persamaan garis Y = 0.0487x – 7.0493×10-3 dengan
persen kesalahan 11.6308%.
Dari Tabel 2 dan Gambar 5 dapat diketahui bahwa semakin lama
waktu pencampuran maka indeks biasnya akan semakin besar yang diikuti dengan
kenaikan kadar larutan gula, sampai indeks bias yang terukur kemudian menjadi
konstan. Hal ini disebabkan karena padatan gula yang terdapat dalam larutan telah
melarut sempurna sehingga larutan menjadi homogen. Berdasarkan Tabel 2 pada
data yang ke-5 telah diperoleh indeks bias yang konstan, berdasarkan data
percobaan diatas diperoleh persamaan grafik hubungan pencampuran dengan
molalitas sebagai berikut: Y = 0,0712 ln X – 0,09 dengan persentase kesalahan
rata-rata sebesar : 1,8788 %. Dari Gambar 5 dilihat bahwa semakin lama waktu
pencampuran maka konsentrasinya akan semakin besar. Hal ini terjadi karena
adanya pengadukan yang semakin lama, larutan akan semakin homogen.
Dari Tabel 3 dan Gambar 6 dapat diketahui bahwa semakin lama
waktu pencampuran maka indeks biasnya akan semakin besar yang diikuti dengan
kenaikan kadar larutan gula, sampai indeks bias yang terukur kemudian menjadi
konstan. Hal ini disebabkan karena padatan gula yang terdapat dalam larutan telah
melarut sempurna sehingga larutan menjadi homogen. Dari tabel 3 pada data yang
ke-7 telah diperoleh indeks bias yang konstan. Berdasarkan data percobaan diatas
dapat dibuat grafik hubungan antara waktu pencampuran dengan molalitas dengan
persamaan: Y = 0.0705x – 0.0929. Dengan persentase kesalahan rata-rata sebesar :
5.308%. Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pencampuran
maka konsentrasinya akan semakin besar. Hal ini terjadi karena dengan
adanya pengadukan semakin lama larutan akan homogen.
Dari persamaan tersebut dapat dibuat grafik dan dapat terlihat bahwa
semakin lama waktu pencampuran larutan tersebut menjadi homogen, maka
molalitasnya akan semakin besar. Dari data pada tabel 2 dan 3 dapat diketahui
bahwa semkin lama waktu pencampuran maka indeks biasnya akan
semakin konstan, ini menunjukan bahwa larutan gula semakin homogen.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Semakin besar indeks bias diperoleh molalitas yang semakin besar. Diperoleh grafik
hubungan antara indeks bias dengan molalitas sebagai berikut :
y = 0.0487x – 7.0493×10-3
Dengan persen kesalahan 11.6308%.
2. Waktu yang diperlukan untuk pencampuran semakin lama untuk molalitas
yang semakin besar. Diperoleh grafik hubungan antara waktu
pencampuran versus molalitas sebagai berikut :
a) Untuk berat gula 30 gram yang dilarutkan dalam 400 ml aquadest
diperoleh suatu persamaan :
y = 0,0712 ln X – 0,09
Dengan presentase kesalahan rata-rata 14,7989 %
b) Untuk berat gula 40 gram yang dilarutkan dalam 400 ml aquadest
diperoleh suatu persamaan :
y = 0.0705x – 0.0929
Dengan presentase kesalahan rata-rata 5.308%.
DAFTAR PUSTAKA
Brown.G.G, 1950, ”Unit Operation”, 14th edition, John Willey and sons;
NewYork.
Mc. Cabe, W.L., and Smith, J.C., 1987 Unit Operation of Chemic Engineering,
International Student Edition, Mc. Graw Hill, Kogakusha: Tokyo.
Perry. J.H. 1984. “Chemical Engineering Hand Book”,6th edition . MC Graw Hill
Book Company, New York.
Purwanti, 2008. Pengaruh Desain Impeller, Buffel, Kecepatan PutarPutar Pada
Proses Isolasi Minyak Kelapa Murni dengan Metode Pengadukan. Institut
Teknologi Adhi Tama: Yogyakarta.
Treyball, R. E., 1986., Mass Transfer Operation, 2nd Edition, Mc. Graw Hill, New
York.
LAMPIRAN A
Data Percobaan
Suhu Aquades = 28 ⁰C
Densitas Aquades = 0,996232 gr/ml
BM gula = 342 gr/gmol
Volume (V) = 10 ml
Berat pelarut = 10 ml x 0,996232 gr/ml
= 9,96232 gram
1. Larutan Standart
Tabel 4. Data percobaan pembuatan larutan standart
No. Berat gula (gr) V aquades (ml) Indeks bias Molalitas
1 0.2 10 2 0.0587
2 0.4 10 3 0.1174
3 0.6 10 3.3 0.1761
4 0.8 10 4.6 0.2348
5 1 10 6.2 0.2935
6 1.2 10 7.2 0.3522
7 1.4 10 8.2 0.4109
8 1.6 10 10 0.4696
9 1.8 10 10.2 0.5283
10 2 10 13 0.587
2. Larutan biner antara gula 30 gram dengan aquades 400 ml
Tabel 5. Data percobaan larutan biner antara gula 30 gram dan aquadest
400 ml
No Waktu (detik) Indeks bias Molalitas
1 60 4.2 0.1975
2 120 5.3 0.2511
3 180 6 0.2852
4 240 6.2 0.2949
5 300 6.9 0.329
6 360 6.9 0.329
7 420 6.9 0.329
1. Mencari persamaan garis grafik standart dari fungsi indeks bias (x) vs
molalitas (y) dengan cara metode least square
∑y = a∑x + nb
∑xy = a∑x2+ b∑x
Sehingga diperoleh harga a dan b yang akan membentuk persamaan:
y = bx + a
a. Mencari molalitas gula untuk grafik standart:
massa gula 1000 gram
Molalitas pelarut (m) = 𝑥
BM gula massa pelarut
m= 0,0587 molal
= 53,9175 %
0.4
0.3 y data
0.2 y hitung
0.1
0
0 5 10 15
Indeks Bias
ydata−yhitung
%kesalahan = 𝑥 100%
ydata
0.1975-0.2015
= x 100%
0,1975
= 2.0325 %
Dengan analisis perhitungan yang sama,didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 10. Perhitungan molalitas (yhitung) dengan persen kesalahan
Waktu
No. y data y hitung % Kesalahan
(x)
1 60 0.1975 0.2015 2.0325
2 120 0.2511 0.2509 0.0916
3 180 0.2852 0.2797 1.9139
4 240 0.2949 0.3002 1.8036
5 300 0.329 0.3161 3.9178
6 360 0.329 0.3291 0.0275
7 420 0.329 0.3401 3.3645
% kesalahan rata-rata 1.8788%
0.25
0.2
y data
0.15
0.1 y hitung
0.05
0
0 100 200 300 400 500
Waktu (detik)
ydata−yhitung
% Kesalahan = 𝑥 100%
ydata
0.1877−0.1957
= x 100%
0,1877
= 4.26 %
Dengan analisis perhitungan yang sama,didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 12. Perhitungan molalitas (yhitung) dengan persen kesalahan
N0. Ydata Yhitung Persen kesalahan
1 0.187751 0.195751 4.2613
2 0.236451 0.244618 3.4542
3 0.285151 0.273203 4.1898
4 0.304631 0.293485 3.65874
5 0.324111 0.309217 4.59535
6 0.328981 0.32207 2.10054
7 0.333851 0.332938 0.2734
8 0.333851 0.342352 2.5464
9 0.333851 0.350656 5.0337
% kesalahan rata-rata 5.308 %
0.4
0.35
0.3
0.25 y = 0.0706ln(x) - 0.0928
Molalitas
R² = 0.9528
0.2
Y data
0.15
Y hitung
0.1
0.05
0
0 100 200 300 400 500 600
Waktu (detik)
Pola aliran
yang dihasilkan oleh jenis-jenis pengaduk yang berbeda, (a)
Impeller, (b) Propeller, (c) Turbin
5. Garry Hartoko
ydata−yhitung
%kesalahan = | | 𝑥 100%
ydata
0.1975−0.224061
=| | x 100%
0,1975
= 13,44866 %
0.2
y data
0.15
0.1 y hitung
0.05
0
0 100 200 300 400 500
Waktu Pencampuran
ydata−yhitung
% Kesalahan = | | 𝑥 100%
ydata
0.1877−0.227021
=| | x 100%
0,1877
= 20,91646 %
Dengan analisis perhitungan yang sama,didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 12. Perhitungan molalitas (yhitung) dengan persen kesalahan
Persen
N0. Ydata Yhitung kesalahan
0.2
y data
0.15
0.1 y hitung
0.05
0
0 100 200 300 400 500 600
Waktu Pencampuran