Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I

“ TANGKI BERPENGADUK “

GROUP R

1. NUR ISMI NILASARI 17031010004


2. OKTAVIA AWANIS D. 17031010035

Tanggal Percobaan : 21 Februari 2019

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

2019
Tangki Berpengaduk

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA I

“TANGKI BERPENGADUK”

GROUP : R

1. NUR ISMI NILASARI 17031010004


2. OKTAVIA AWANIS D. 17031010035

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Kepala Laboratorium Dosen Pembimbing


Operasi Teknik Kimia

Ir. Ceacilia Pujiastuti, M.T. Ir. Sukamto, M.T.


NIP. 19630305 198803 2 001 NIP. 19541019 198503 1 001

Tangki Berpengaduk i
Tangki Berpengaduk

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi Operasi
Teknik Kimia I ini dengan judul “ Tangki Berpengaduk “. Laporan resmi ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum Operasi Teknik Kimia I yang
diberikan pada semester IV.

Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Ir. C. Pujiastuti, MT selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik


Kimia.
2. Bapak Ir. Sukamto, MT selaku dosen pembimbing.
3. Seluruh asisten laboratorium yang membantu dalam pelaksanaan
praktikum.
4. Teman – teman mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan
– masukan dalam praktikum.
Kami sadar bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Oleh karena itu,
penyusun sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka dengan rendah hati, penyusun selalu mengharapkan kritik dan
saran guna menyempurnakan laporan praktikum ini.

Surabaya, 14 April 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

Tangki Berpengaduk ii
Tangki Berpengaduk

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GRAFIK..............................................................................................vi
INITISARI...........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang................................................................................................1
I.2 Tujuan Percobaan...........................................................................................2
I.3Manfaat Percobaan..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum................................................................................................3
II.2 Sifat Bahan....................................................................................................10
II.3 Hipotesa ........................................................................................................11
II.4 Diagram Alir ................................................................................................12
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan yang digunakan................................................................................13
III.2 Alat yang digunakan....................................................................................13
III.3 Gambar alat..................................................................................................13
III.4 Rangkaian alat .............................................................................................14
III.5 Prosedur Praktikum......................................................................................15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1Tabel Hasil Pengamatan..............................................................................16
IV.2 Tabel Hasil Perhitungan ………………………………….........................18

Tangki Berpengaduk iii


Tangki Berpengaduk

IV.3 Grafik...........................................................................................................21
IV.4 Pembahasan.................................................................................................24
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan...................................................................................................26
V.2 Saran..............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................27
APPENDIX..........................................................................................................29

Tangki Berpengaduk iv
Tangki Berpengaduk

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pengamatan pengadukan tanpa buffle


Tabel 2 Pengamatan pengadukan menggunakan buffle
Tabel 3 Perhitungan pengadukan tanpa buffle pada Natrium Klorida +
Alkohol (2%)
Tabel 4 Perhitungan pengadukan tanpa buffle pada Natrium Klorida +
Alkohol (3%)
Tabel 5 Perhitungan pengadukan tanpa buffle pada Natrium Klorida +
Alkohol (4%)
Tabel 6 Perhitungan pengadukan dengan buffle pada Natrium Klorida +
Alkohol (2%)
Tabel 7 Perhitungan pengadukan dengan buffle pada Natrium Klorida +
Alkohol (3%)
Tabel 8 Perhitungan pengadukan dengan buffle pada Natrium Klorida +
Alkohol (4%)

Tangki Berpengaduk v
Tangki Berpengaduk

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida + Alkohol
(2%) tanpa menggunakan buffle pada proses pengadukan

Grafik 2 Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida +


Alkohol (3%) tanpa menggunakan buffle pada proses pengadukan

Grafik 3 Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida +


Alkohol (4%) tanpa menggunakan buffle pada proses pengadukan

Grafik 4 Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida +


Alkohol (2%) dengan menggunakan buffle pada proses
pengadukan

Grafik 5 Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida +


Alkohol (3%) dengan menggunakan buffle pada proses
pengadukan

Grafik 6 Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida +


Alkohol (4%) dengan menggunakan buffle pada proses
pengadukan

INTISARI
Tangki Berpengaduk vi
Tangki Berpengaduk

Tujuan dari praktikum tangki berpengaduk ini adalah untuk memperoleh


data bilangan Reynold dan bilangan Power pengadukan fluida. Kemudian, dari
data tersebut maka dapat dibuat grafik hubungan bilangan Reynold dan bilangan
Power. Selain itu, praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui proses
pencampuran suatu fluida menggunakan alat tangki berpengaduk. Dari praktikum
ini, dapat diketahui pengaruh penggunaan baffle dalam tangki berpengaduk.

Prosedur yang dilakukan dalam percobaan tangki berpengaduk adalah


pertama menimbang pikno kosong. Kemudian membuat larutan kalium
hidroksida dan air dengan konsentrasi 2%,3% dan 4%. Kemudian pasang satu set
alat pengadukan. Kemudian masukkan larutan tersebut pada beaker glass dengan
volume sebanyak 1000 ml, kecepatan 50 rpm,100rpm, 150rpm, 180rpm dan
200rpm dengan waktu 3 menit. Kemudian amati percobaan dengan menggunakan
buffle dan tanpa menggunakan buffle. Ulangi percobaan tersebut sesuai variabel
yang ditentukan.

Dari praktikum tangki berpengaduk ini diperoleh data. Untuk kecepatan 50


rpm tanpa baffle dengan konsentrasi 2% didapatkan NRe sebesar 725,1836 dan
NPo sebesar 0.8. Untuk kecepatan 100 rpm tanpa baffle didapatkan NRe sebesar
1.417 dan NPo sebesar 0,73. Untuk kecepatan 150 rpm tanpa baffle didapatkan
NRe sebesar 2.014 dan NPo sebesar 0,69. Untuk kecepatan 180 rpm tanpa baffle
didapatkan NRe sebesar 2.355 dan NPo sebesar 0,65. Untuk kecepatan 200 rpm
tanpa baffle didapatkan NRe sebesar 2.479 dan NPo sebesar 0,62. Sedangkan
pada pengadukan dengan kecepatan 50 rpm menggunakan baffle dengan
konsentrasi 2% didapatkan NRe sebesar 571,9788 dan NPo sebesar 0.94. Untuk
kecepatan 100 rpm dengan baffle didapatkan NRe sebesar 1.104 dan NPo sebesar
0,78. Untuk kecepatan 150 rpm dengan baffle didapatkan NRe sebesar 1.478 dan
NPo sebesar 0,73. Untuk kecepatan 180 rpm dengan baffle didapatkan NRe
sebesar 1.499 dan NPo sebesar 0,74. Untuk kecepatan 200 rpm dengan baffle

Tangki Berpengaduk vii


Tangki Berpengaduk

didapatkan NRe sebesar 1.626 dan NPo sebesar 0,72 Sehingga, dengan
bertambahnya kecepatan pengadukan tanpa baffle maka bilangan reynold (Nre),
bilangan Froude (Nfr), dan daya (P) yang dibutuhkan juga meningkat. Namun, hal
tersebut berbanding terbalik dengan besarnya bilangan power (Npo). Dari grafik
pun terlihat, bahwa semakin besar bilangan Reynolds (Nre) maka semakin kecil
bilangan Powernya (Npo). Begitu juga dengan pengadukan menggunakan baffle.

Tangki Berpengaduk viii


Tangki Berpengaduk

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam industri kimia pada proses pengolahan sering kali tergantung pada
efektifitas pengadukan dan pencampuran. Pengadukan adalah operasi yang
menciptakan terjadinya gerakan di dalam bahan yang diaduk. Tujuan dari operasi
pengadukan terutama adalah terjadinya pencampuran. Pencampuran adalah suatu
operasi yang bertujuan untuk mengurangi ketidaksamaan komposisi, suhu atau
sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan atau bisa juga pencampuran adalah
penggabungan dua atau lebih bahan yang berbeda fase. Sedangkan pengadukan
mengacu pada pergerakan dalam suatu material dalam bentuk spesifik yang
merupakan suatu distribusi secara acak antara dua atau lebih tahap yang
sebelumnya terpisah.
Prosedur yang dilakukan dalam percobaan tangki berpengaduk adalah
pertama menimbang pikno kosong. Kemudian membuat larutan kalium
hidroksida dan air dengan konsentrasi 2%,3% dan 4%. Kemudian pasang satu set
alat pengadukan. Kemudian masukkan larutan tersebut pada beaker glass dengan
volume sebanyak 1000 ml, kecepatan 50 rpm,100rpm, 150rpm, 180rpm dan
200rpm dengan waktu 3 menit. Kemudian amati percobaan dengan menggunakan
buffle dan tanpa menggunakan buffle. Ulangi percobaan tersebut sesuai variabel
yang ditentukan.

Oleh karena itu, melalui percobaan tangki berpengaduk diharapkan


praktikan dapat mengetahui daya yang dibutuhkan pada proses pengadukan, dapat
menentukan konstanta-konstanta dalam persamaan empiris, dapat membuat kurva
hubungan antara bilangan power (NPo) dengan bilangan Reynold (NRe) dengan

1
Tangki Berpengaduk

variasi jenis cairan dan ada tidaknya buffle. Selain itu dapat mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi proses pengadukan.

I.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui daya yang dibutuhkan pada proses pengadukan
2. Untuk mengetahui kurva hubungan antara bilangan reynold (NRe) dengan
bilangan power (NPo) dengan variasi jenis cairan dan ada tidaknya baffle
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengadukan

I.3 Manfaat Percobaan


1. Agar praktikan dapat mengetahui penyebab ada dan tidak adanya vortex dalam
proses pengadukan
2. Agar praktikan dapat mengetahui pengaruh penggunaan baffle dalam tangki
berpengaduk
3. Agar praktikan dapat mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan

2
Tangki Berpengaduk

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Secara umum


Salah satu sumber energy saat ini yang banyak dilakukan penelitian adalah
arus air. Penggunaan berbagai macam turbin semakin maju. Indonesia adalah
negara agraris yang menghasilkan air secara terus menerus, sehingga turbin air
lebih diutamakan dari turbin angin karena angin di Indonesia relatif stabil.
Pembangkit listrik tenaga air saat ini menjadi salah satu pilihan dalam
memanfaatkan sumber energi terbaru, namun pemanfaatan yang ada masih
menggunakan teknologi yang sederhana. Turbin adalah mesin penggerak dimana
energi fluida kerja dipergunakan langsung untuk memutar sudu turbin.
(Sihombing,2014)

II.I.1. Pencampuran(mixing)
Pencampuran diartikan sebagai suatu proses mwnghimpun dan
membaurkan bahan-bahan, dalam hal ini diperlukan gaya mekanik untuk
menggerakkan alat pencampur supaya pencampuran dapat berlangsung dengan
baik.dengan merata dalam campuran yang homogen. Serta mempertahankan
kondisi campuran selama proses kimia dan fisika agar tetap homogen dan
menghasilkan bahan setengah jadi agar mudah diolah pada proses selanjutnya atau
menghasilkan produk akhir yang baik. Dengan merata dalam campuran, pada saat
pembentukan campuran yang homogen

II.I.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran atau pengadukan

3
Tangki Berpengaduk

1. Aliran
Aliran turbulen dan laju air bahan yang tinggi biasanya menggunakan proses
pencampuran sebaliknya aliran yang laminar dapat menggagalkan
pencampuran.
2. Ukuran Partikel
Semakin luas permukaan kontak bahab-bahan yang harus dicampur, yang
berarti semakin kecil partikel dan semakin mudah gerakannya didalam
campuran, maka pencampuran akan semakin baik.
3. Kelarutan
Semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur pada pencampuran
akan semakin baik pencampuran atau pengadukannya
4. Keadaan agresi pada pencampuran
Keadaan ini adalah bentuk tampilan materi yang dapat berupa gas,cairan dan
padatan
(Lubis,2012)
II.1.3 Vortex
Vortex adalah putaran air yang membentuk aliran yang bergerak secara
tangensial. Vortex pada permukaan zat cair ini terjadi karena adanya sirkulasi
aliran laminar cenderung membentuk stratifikasi pada berbagai lapisan adanya
aliran longitudinal antara lapisan-lapisan itu.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan vortex yaitu:
1. Memasang impeller tidak tepat pada sumbu tangki
2. Dengan memasang buflle (sekat) yang berfungsi merintangi aliran rotasi
tanpa mengganggu aliran radial atau longitudinal.
3. Untuk tangki yang besar,agitator dipasang di sisi tungku dengan porosnya
pada arah horizontal,tetapi membuat sudut dengan jari-jari tangki.
Power (p) adalah tenaga yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dalam
waktu tertentu:

4
Tangki Berpengaduk

P=Np.p.N3xDa5
Dimana :
P= power(watt)
N=laju pengaduk(rps)
g=percepatan gravitasi(m/s2)
Da=diameter pengaduk(m)
P=densitas(kg/m3)
(Riza,2011)
II.I.4. Macam- maca pengaduk
1. Propeller
Propeller merupakanimpeller aliran aksial berkeceptan tinggi untuk aliran zat
cair berviskositas rendah,propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor
penuh yaitu 1150dan 1750put/min. sedang propeller besar berputar pada 400-800
put/min,arus yang meninggalkan properller mengalir melalui zat cair menurut
arah tertentu sampai dibelokkan oleh lantai dinding bejana, kolam zat cair yang
berputar dengan turbulennya meninggalkan impeller dengan membawa ikut zat
cair ,dan zat cair yang dibawa ikut lebih banyak yang bersal dari nosel stasioner
oleh karena itu arus aliran ini sangat gigih,agitator propeller sangat efektif dalam
bejana besar.
2. Dayung (paddle)
Dayung(paddle) didalam tugas-tugas sederhana agitator ini terdiri dari suatu
dayung besar yang efektif berputas pada poro vertical,kadang daunnya dibuat
miring tetapi biasanya vertical saja, dayung ini berputar ditengah bejana dengan
kecepatan rendah samoai sedang dan mendorong zat cair secara radial dan
tangensial hamper tanpa adanya gerakan vertical pada impeller ,kecuali bila
daunnya agak miring ,agitator ini berputas dengan kecepatan antara 20 dan
50put/min. panjang totalnya sampai 50-80% dari diameter bejana , pada kecepatan
rendah dayung dapat diberikan pengadukan sedang dalam bejana tanpa sekat

5
Tangki Berpengaduk

dalam kecepatan yang lenih tinggi ,diperlukan pemakaian sekat ,sebab zat cair
akan berputa-putar mengelilingi bejana itu dengan kecepatan tinggi tanpa adanya
pencampuran.
3. Turbin
kebanyakan turbin mempunyai agitator dayung berdaun banyak denga daun-
daunnya sangat pedek dan berputar pada kecepatan tinggi pada proses yang
dipusat bejana. Diaeter impeller baisanya lenih kecil dari diameter dayung ,yaitu
berkisar antar 30-50%dari diameter bejana. Trubin biasanya efektif untuk jangkau
viskositas yang cukup luas, pada zat cair berviskositas rendah turbin
meninggalkan arus yang sangat yang berlangsung fideluruh bejana.
Angka reynold dan trasisi dari aliran laminar ke aliran turbulr, Reynolds
mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi jenis aliran lain dan
menemukan kecepatan kritis. Dimana
D ∇P D∇
NRe¿ =
μ v
Dimana D= diameter tabung
V= viskositas kinematic zat cair
P= densitas zat cair
∇= kecepatan rata-rata zat cair
(Mc cabe,2005)
II.I.5 Pola aliran dalam tangki berpengaduk
Pola yang dihasilkan pada tangki berpengaduk yaitu bergantung
padabeberapa factor antar geometri tangki, sifat fisik fluida dan jenis pengaduk,
terdiri dari: pengaduk jenis turbin akan cenderung membentuk pola aliran radial
sedangkan propeller membentuk aliran aksial. Pengaduk jenis helical screw dapat
membentuk aliran aksial dari bawah tangki menuju keatas permukaan cairan.
Draft tube merupakan silinder ramping yang mengelilingi pengaduk
dengan diameter lebih besar dari diameter pengaduk alat ini digunakan untuk

6
Tangki Berpengaduk

mengendalikan arah dan kecepatan aliran serta menghasilkan nilai shear pengaduk
yang tinggi
II.I.6 Laju dan waktu pencampuran (Rate and time for mixing)
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan
sehingga diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau
produk dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate
of mixing) adalah laju di mana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai
kondisi akhir
Yang berkaitan dengan waktu pencampuran salah satunya:
a. ada tidalnya baffle atau cruciform baffle
b. bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
c. ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d. laju putaran pengaduk
e. jumlah daun pengaduk
f. jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
(Tim dosen OTK 1,2019)
II.1.7 Bilangan Fraude
Bilangan Froude (Fr): Bilangan Froude adalah parameter berdimensi
penting dalam studi open-saluran aliran, dan itu diberikan oleh
Fr = V / (gL) 0,5
dimana V adalah kecepatan rata-rata, L adalah panjang karakteristik yang terkait
dengan kedalaman (kedalaman hidrolik untuk aliran saluran terbuka), dan g
adalah percepatan gravitasi.
(widya,2016)

II.I.8 Power dalam tangki berpengaduk


Didalam tangki pengaduk,factor utamanya ialah power(kekuatan) untuk
menggerakkan impeller ,namun sistem tidak langsung memprediksi secara teoritis

7
Tangki Berpengaduk

tangki berpengaduk tersebut,hubungan secara empiris digunakan untuk


memprediksi adanya power ketangki ,ada tidaknya hubunganturbulen
dihubungkan dengan bilangan reynold:
Da 2 Np
NRe¿
μ
Dimana :
NRe:n\bilangan reynold
Da2=diameter pengaduk(m)
N=laju putaran pengaduk(rps)
P=densitas(kg/m3)
μ=viskositas cairan.
(Geankoplis, 1978)
II.I.9 Pengaruh Jumlah Daun pada Proses Mixing
Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap
menjaga efektifitas pengadukan pada konddisi yang berubah. Ketinggian fluida
yang lebih besar dari diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih
besar dan diameter pengaduk yang lebih kecil dari dimensi yang biasa digunakan,
merupakan kondisi dimana pengaduk yang digunakan lebih dari satu buah.
Dengan jarak antar pengaduk sama dengan jarak pengaduk paling bawah kedasar
tangki.
(Kurniawan,2011)

II.I.10 Baffle
Baffle atau sekat-sekat digunakan untuk membelokkan atau membagi
aliran dari fluida dlam alat penukar kalor. Selain itu, sekat(baffle) juga berfungsi
untuk menahan rube bundle dan untuk mencegah atau menahan getaran pada pipa-
pia. Untuk menentukan jenis sekat(baffle) yang digunakan, para perencana bisa
merencanakan sekat 9baffle) ditinjau dari segi kontruksinya dapat dklasifikasikan

8
Tangki Berpengaduk

menjadi 4 kelompok. Diantaranya sekat pelat berbentuk segment (segmental


baffles plate), sekat batang, sekat mendatar, sekat impingement.
(Ratna,2007)
II.I.11 Aplikasi Mixing di Dunia Industri
1. High Shear Mixer, menggunakan pemasangan rotor atau stator yang
membangitkan kebutuhan shear yang kuat untuk bahan padat murni dalam
persiapan dressing, saus dan pasta. Jenis alat ini juga digunakan dalam
industri makanan untuk produksi larutan sirup, emulsi dan disperse
minuman.
2. High Speed Planetary Mixing
Keuntungan beberapa bahan berviskositas dari hybrid planetary mixer
dimana menggabungkan mixing tradisional teliti dari planetrymixer
dengan menambah keuntungan dispersi berkecepatan tinggi. Contoh:
aplikasi yang diproses dlam hybrid planetary mixing adalah sosis
berbungkus jel, larutan bekas viskos dan campuran tidur
(Lyla,2010)

II.2 Sifat Bahan


II.2.1 NaCl
A. Sifat fisika
1. Wujud : padat
2. Bau : Sedikit
3. Titik didih : 1435 °C
4. Titik lebur : 801 °C

9
Tangki Berpengaduk

B. Sifat kimia
1. Rumus molekul : NaCl
2. Berat molekul : 58,44 gr/mol
3. Stabilitas : stabil
4. Kelarutan : mudah larut dalam air
(wahyuni,2014
C. Fungsi : sebagai bahan terlarut dalam tangki berpengaduk

II.2.2 Alkohol
A. Sifat fisika
1. Warna : tidak berwarna
2. Bau : sedikit berbau
B. Sifat kimia
1. Rumus molekul : CH3CH2OH
2. Kelarutan : dapat larut dalam air
3. Mudah terbakar
4. Mudah menguap
(wasrawan,2014)
C. Fungsi : sebagai bahan pelarut dalam tangki berpengaduk

II.3 Hipotesa
Penambahan baffle pada tangki berpengauk akan menyebabkan tidak
terjadi vortex pada saat proses pengadukan . hal ini menyebabkan bilangan power
menjadi semakin kecil dan Nre akan semakin besar,Semakin besar densitas dan
viskositas juga akan mempengaruhi proses pengadukan , sehingga proses
pengadukan akan semakin lambat

10
Tangki Berpengaduk

II.4 Diagram Alir

11
Tangki Berpengaduk

Menimbang pikno kosong dengan volume 10 ml

Menyusun satu set alat pengadukan

Masukkan KOH dan alkohol dengan konsentrasi 3%, 4% dan 5% kemudian


dilarutkan hingga 1500 ml, putar pengaduk dengan kecepatan 50 rpm, 100 rpm
dan 200 rpm selama 10 menit

Amati pola aliran dalam tangki (tanpa baffle)

Menentukan densitas dengan piknometer dan waktu alir dengan viscometer


ostwald

Ulangi langkah 4 sampai 7 dengan baffle

12
Tangki Berpengaduk

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan yang Digunakan


1. Natrium Klorida (NaCl)
2. Alkohol

III.2 Alat yang Digunakan


1. Beaker Glass 8. Kaca arloji
2. Gelas Ukur 9. Statif dan Klem
3. Piknometer 10. Motor
4. Stopwatch 11. Propeler
5. Penggaris 12. Viscometer ostwald
6. Pipet tetes 13. Spatula
7. Neraca analitik 14. Baffle

III.3 Gambar Alat

Baffle
\

Beaker Glass Piknometer Viskometer Ostwald

13
Tangki Berpengaduk

Statif dan Klem Gelas Ukur Pipet Tetes Stopwatch

Neraca Analitis Propeller Penggaris Motor

III.4 Rangkaian Alat


Keterangan :
A
A = Motor

B = Statif

B C = Batang Pengaduk

D = Tangki (Beaker Glass0


C E = Propeller
D
E

14
Tangki Berpengaduk

III.5 Prosedur Percobaan


1. Sediakan Natrium Klorida dan Alkohol dan alat yang akan digunakan
2. Timbang piknometer kosong 25ml menggunakan neraca analitik
3. Menyusun satu set alat pengaduk
4. Masukkan Natrium Klorida dengan konsentrasi 2%,3% dan 4% kemudian
larutkan dengan Alkohol hingga 1000 ml. Putar pengaduk dengan
kecepatan tertentu (50 rpm, 100rpm, 150rpm, 180rpm dan 200rpm)
selama 3 menit
5. Amati pola aliran dalam tangki (tanpa baffle)
6. Menentukan densitas dengan piknometer dan waktu alir dengan
viscometer ostwald
7. Ulangi langkah percobaan (4-7) dengan buffle

15
Tangki Berpengaduk

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Hasil Pengamatan


a. Tabel 1. Pengamatan pengadukan tanpa buffle

t
N ρ μ
Bahan (menit Vortex
(rpm) (gr/cm3) (gr/cm s)
)
50 3 Ada 1,0412 0,0299
100 3 Ada 1,0372 0,0305
2% 3
150 Ada 1,0572 0,0328
1,5N 180 3 Ada 1,0612 0,0338
200 3 Ada 1,0652 0,0358
NaCl 50 3 Ada 1,1052 0,0343
+ 100 3 Ada 1,1092 0,0347
3% 3 Ada
150 1,1132 0,0350
Alkoho
2,5N 180 3 Ada 1,1212 0,0378
l 3 Ada
200 1,1252 0,0403
50 3 Ada 1,1372 0,0386
4% 100 3 Ada 1,1452 0,0393
150 3 Ada 1,1492 0,0402
3,5N 180 3 Ada 1,1572 0,0423
200 3 Ada 1,1612 0,0430

b. Tabel 2. Pengamatan pengadukan dengan buffle

t
N ρ μ
Bahan (menit Vortex
(rpm) (gr/cm3) (gr/cm s)
)

16
Tangki Berpengaduk

50 3 X 1,0492 0,0382
100 3 X 1,0572 0,0399
2% 3 X
150 1,0692 0,0452
1,5N 180 3 X 1,0732 0,0537
200 3 X 1,0772 0,0552
NaCl 50 3 X 1,0572 0,0441
+ 100 3 X 1,0612 0,0460
3% 3 X
150 1,0692 0,0483
Alkoho
2,5N 180 3 X 1,0772 0,0503
l 3 X
200 1,0812 0,0514
50 3 X 1,1052 0,0475
4% 100 3 X 1,1132 0,0493
150 3 X 1,1172 0,0520
3,5N 180 3 X 1,1252 0,0536
200 3 X 1,1372 0,0566

17
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

IV.2 Perhitungan
c. Tabel 3. Perhitungan pengadukan tanpa buffle pada Natrium Klorida +
Alkohol (2%)
N . cm
N (rps) Nre Npo NFr P( ¿
s

0,833 725,1836 0,8 0,0035 1504,55882


1,667 1.417 0,73 0,0142 10960,7984
2,5 2.014 0,69 0,0319 35618,5547
3 2.355 0,65 0,0459 58200,1875
3,333 2.479 0,62 0,0567 76415,0339

d. Tabel 4. Perhitungan pengadukan tanpa buffle pada Natrium Klorida +


Alkohol (3%)
N . cm
N (rps) Nre Npo NFr P( ¿
s
0,833 671,0143 0,82 0,0035 1636,96636
1,667 1.332 0,75 0,0142 12042,8131
2,5 1.988 0,71 0,0319 38592,3828
3 2.225 0,67 0,0459 63382,8375
3,333 2.326 0,65 0,0567 84625,0704

Tangki Berpengaduk 18
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

e. Tabel 5. Perhitungan pengadukan tanpa buffle pada Natrium Klorida +


Alkohol (4%)
N . cm
N (rps) Nre Npo NFr P( ¿
s

0,833 613,5282 0,85 0,0035 1745,98618


1,667 1.214 0,77 0,0142 12765,2371
2,5 1.787 0,72 0,0319 40401,5625
3 2.052 0,69 0,0459 67370,7375
3,333 2.250 0,67 0,0567 90019,7479

f. Tabel 6. Perhitungan pengadukan dengan buffle pada Natrium Klorida +


Alkohol (2%)
N . cm
N (rps) Nre Npo NFr P( ¿
s
0,833 571,9788 0,94 0,0035 1781,43984
1,667 1.104 0,78 0,0142 11937,3679
2,5 1.478 0,73 0,0319 38111,1328
3 1.499 0,74 0,0459 67007,925
3,333 1.626 0,72 0,0567 89739,7394

g. Tabel 7. Perhitungan pengadukan dengan buffle pada Natrium Klorida +


Alkohol (3%)

Tangki Berpengaduk 19
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

N . cm
N (rps) Nre Npo NFr P( ¿
s
0,833 499,2333 0,95 0,0035 1814,11906
1,667 961 0,9 0,0142 13826,0006
2,5 1.384 0,75 0,0319 39155,2734
3 1.606 0,72 0,0459 65439,9
3,333 1.753 0,72 0,0567 90072,9727

h. Tabel 8. Perhitungan pengadukan dengan buffle pada Natrium Klorida +


Alkohol (4%)
N . cm
N (rps) Nre Npo NFr P( ¿
s
0,833 484,5429 0,95 0,0035 1896,48542
1,667 941 0,9 0,0142 14503,4903
2,5 1.343 0,75 0,0319 40913,0859
3 1.574 0,73 0,0459 69305,2875
3,333 1.762 0,72 0,0567 99736,7397

IV.3 Grafik
a. Tanpa Baffle

Tangki Berpengaduk 20
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

0.9
0.8
f(x) = − 0 x + 0.87
0.7 R² = 0.98
0.6
0.5
Npo

0.4
y
0.3
Linear (y)
0.2
0.1
0
500 1000 1500 2000 2500 3000
Nre

Grafik 1. Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida + Alkohol
(2%) tanpa menggunakan buffle pada proses pengadukan

0.9
0.8
f(x) = − 0 x + 0.88
0.7 R² = 0.98
0.6
0.5
Npo

0.4
y
0.3 Linear (y)
0.2
0.1
0
500 1000 1500 2000 2500
Nre

Grafik 2. Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida + Alkohol
(3%) tanpa menggunakan buffle pada proses pengadukan

Tangki Berpengaduk 21
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

0.9
0.8 f(x) = − 0 x + 0.91
0.7 R² = 0.99
0.6
0.5
0.4
Npo

0.3 y
0.2 Linear (y)
0.1
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40 60 8 0 1 0 0 12 0 14 0 16 0 1 8 0 2 0 0 2 2 0 24 0

Nre

Grafik 3. Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida + Alkohol
(4%) tanpa menggunakan buffle pada proses pengadukan

b. Dengan Baffle
1
0.9
f(x) = − 0 x + 1.04
0.8 R² = 0.95
0.7
0.6
0.5
Npo

0.4 y
0.3 Linear (y)
0.2
0.1
0
400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Nre

Grafik 4. Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida + Alkohol
(2%) dengan menggunakan buffle pada proses pengadukan

Tangki Berpengaduk 22
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

1
0.9 f(x) = − 0 x + 1.07
0.8 R² = 0.95
0.7
0.6
0.5
Npo

0.4 y
0.3 Linear (y)
0.2
0.1
0
400 600 800 100012001400160018002000
Nre

Grafik 5. Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida + Alkohol
(3%) dengan menggunakan buffle pada proses pengadukan

1
0.9 f(x) = − 0 x + 1.06
0.8 R² = 0.94
0.7
0.6
0.5
Npo

0.4 y
0.3 Linear (y)
0.2
0.1
0
400 600 800 100012001400160018002000
Nre

Grafik 6. Hubungan antara Npo dengan Nre pada Natrium Klorida + Alkohol
(4%) dengan menggunakan buffle pada proses pengadukan

Tangki Berpengaduk 23
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

IV.4 Pembahasan
Tujuan dari praktikum tangki berpengaduk ini adalah untuk memperoleh data
bilangan Reynold dan bilangan Power pengadukan fluida. Kemudian, dari data
tersebut maka dapat dibuat grafik hubungan bilangan Reynold dan bilangan Power.
Selain itu, praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui proses pencampuran suatu
fluida menggunakan alat tangki berpengaduk. Dari praktikum ini, dapat diketahui
pengaruh penggunaan baffle dalam tangki berpengaduk.

Dari hasil percoban ini, diperoleh data berupa ada tidaknya vorteks, besar
kecilnya densitas dan viskositas larutan. Berdasarkan pengamatan, saat tanpa baffle
menghasilkan vortex dan sebagian tidak, sedangkan dengan baffle tidak terbentuk
vortex saat dilakukan pengadukan. Hal tersebut dikarenakan konsentrasi dari larutan
yang besar sementara kecepatan pengadukan yang kecil. Dengan kecepatan yang tidak
terlalu tinggi, semakin besar densitas dan viskositas larutan maka kemungkinan
terbentuk vorteks semakin kecil meskipun tanpa adanya baffle.
Adapun data yang didapat setelah melakukan percobaan ialah, pada
pengadukan NaCl 1,5N + Alkohol 2% tanpa buffle didapatkan densitas sebesar
1,0412; 1,0372; 1,0572; 1,0612 dan 1,0652 gr¿ c m3 adapun dengan menggunakan
buffle didapat sebesar 1,0492; 1,0572; 1,0692; 1,0732 dan 1,0772 gr¿ c m3 dengan nilai
viskositas pada pengadukan tanpa buflle ialah 0,0299; 0,0305; 1,0328; 1,0338 dan
1,0358 gr/cm.s dan menggunakan buffle didapatkan 0,0382; 0,0399; 0,0452; 0,0537
dan 0,0522 gr/cm.s. pada pengadukan NaCl 2,5N + Alkohol 3% tanpa buffle
didapatkan densitas sebesar 1,1052; 1,1092; 1,1132; 1,1212 dan 1,1252 gr¿ c m3
adapun dengan menggunakan buffle didapat sebesar 1,0572; 1,0692; 1,0732; 1,0772
dan 1,0812 gr¿ c m3 dengan nilai viskositas pada pengadukan tanpa buflle ialah 0,0343;
0,0347; 1,0350; 1,0378 dan 1,0403 gr/cm.s dan menggunakan buffle didapatkan
0,0441; 0,0460; 0,0483; 0,0503 dan 0,0514 gr/cm.s.

Tangki Berpengaduk 24
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

pada pengadukan NaCl 3,5N + Alkohol 4% tanpa buffle didapatkan densitas sebesar
1,1372; 1,1452; 1,1492; 1,1572 dan 1,1612 gr¿ c m3 adapun dengan menggunakan
buffle didapat sebesar 1,1052; 1,1132; 1,1172; 1,1252 dan 1,1372 gr¿ c m3 dengan nilai
viskositas pada pengadukan tanpa buflle ialah 0,0386; 0,0393; 0,0402; 0,0423 dan
0,0430 gr/cm.s dan menggunakan buffle didapatkan 0,0475; 0,0493; 0,0520; 0,0536
dan 0,0566 gr/cm.s.

Dari data ini, dapat disimpulkan bahwa pada percobaan kali ini nilai densitas
dan viskositas naik dengan bertambahnya konsentrasi larutan sehingga daya yang
diperlukan untuk pengadukan juga semakin besar. Selain itu keberadaan baffle pada
proses pengadukan membuat harga viskositasnya cenderung semakin menurun. Hal ini
disebabkan karena dengan adanya baffle, maka vorteks tidak akan terbentuk dan rapat
massa akan semakin bertambah.
Dari grafik hubungan antara Nre terhadap Npo, dapat diketahui bahwa Nre dan
Npo berbanding terbalik, jadi semakin besar Nre maka Npo yang diperoleh semakin
kecil. Semakin besar kecepatan pengadukannya, grafik yang dihasilkan cenderung
menurun. Dalam grafik yang kami peroleh didapatkan hasil yang sesuai dengan data
teoritis dimana nilai Nre berbanding terbalik dengan nilai Npo sehingga grafiknya
menurun.

Tangki Berpengaduk 25
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1. Dengan kecepatan rendah, semakin besar densitas dan viskositas larutan maka
kemungkinan terbentuk vorteks semakin kecil meskipun tanpa adanya baffle.
2. Dengan bertambahnya kecepatan pengadukan baik tanpa baffle maupun dengan
baffle, maka bilangan reynold (Nre), bilangan Froude (Nfr), dan daya (P) yang
dibutuhkan juga meningkat.
3. Dalam pengadukan tanpa baffle, semakin besar bilangan Reynolds (Nre) maka
bilangan Power (Npo) semakin kecil.

V.2 Saran
1. Sebaiknya sebelum praktikum berlangsung, praktikan harus memahami terlebih
dahulu prosedur percobaan agar tidak mengalami kesulitan pada saat praktikum
berlangsung.
2. Hati-hati dalam mempergunakan alat laboratorium.
3. Lakukan pengamatan dan perhitungan dengan teliti agar diperoleh hasil yang
akurat.

Tangki Berpengaduk 26
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, Kristie. 1978.”Transport process and unit operation”.New Delhi : A


Simon and Schuster company.
Kurniawan, Rahmat.2011.”pengadukan dan pencampura n”(h t t p : / / t e k i m k u . b
logspot.com/2011/08/pengadukan-dan-pencampuran.html?m=1). Diakses pada
tanggal 8 april 2019 pukul 23.05 WIB.
Lubis, Husniahmad. 2012. ”Pencampuran bahan kimia”. (http//ahmadhusnilubis.bl
ogspot.com./pencampuran-bahan-kimia). Diakses pada tanggal 7 April 2019
pukul 19.08 WIB.
Lyla.2010.”peralatan dan aplikasi mixing dalam industry makanan”(h t t p : / / l y l a 2
0.blogspot.com / 2010 / 12 / peralatan - dan - aplikasi - mixing - dalam.html ?
m = 1). Diakses pada tanggal 8 April 2019 pukul 23.10 WIB.
Mc cabe, warren L dkk. 2005. ”Unit operation of chemical engineering”. Newyork :
Mc-grawhill
Ratna, Nur.2007.”Heat Changer”(http : / / NurRatna17 . blogspot . com / 2007
/05/tipe-susunan-tube-kemampuan-melepas.html?m=1). Diakses pada tanggal
8 April 2019 pukul 23.13 WIB
Sihombing j posdam Ray,dkk. 2014.”Analisa efisiensi turbinvortex dengan casing
berpenampung lingkaran pada sudu berdiameter 56cm untuk 3 variabel jarak
sudu dengan saluran keluar”.jurnal E-dinamis vol.10,no-2.
Tim dosen OTK 1.2019.”Praktikum teknik kimia 1 modul 3 tangki berpengaduk”.
Surabaya Upn”veteran”jawa timur.
Wahyuni.2014.”MSDS NaCl Bahasa Indonesia”( h t t p : / / w a h y u n i . b l o g s p o
t.com/2014/11/msds-nacl-bahasa-indonesia.html?m=1). Diakses pada tanggal 8
April 2019 pukul 23.15 WIB.

Tangki Berpengaduk 27
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

Wasrawan, Hedi.2014.”Etanol”( h t t p : / / h e d i w a s r a w a n . b l o g s p o t . c o m
/2014/12/etanol-artikel-lengkap.html?m=1). Diakses pada tanggal 8 April 2019
pukul 23.20 WIB.
Widya.2012” Mencari Nilai NFr”. (https://indrasakti22.wordpress.com/ 2012/05/13/
dimensionalless-number-bilangan-tanpa-dimensi/).Diakses pada tanggal 7 April
2019 pukul 19.10 WIB

APPENDIX

Tangki Berpengaduk 28
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

1. Perhitungan massa zat terlarut


gr
N=
Be x V
gr
1,5=
58 x 1
gr=87 gram
Jadi, 87 gram Natrium Klorida dilarutkan dengan aquadest hingga 1 liter.
2. Pengenceran alkohol
volterlarut
% v /v = x 100 %
vol larutan
x
2 %= x 100 %
1000
x=20 ml
3. Perhitungan Densitas (ρ) 2% 50 rpm tanpa baffle
Pikno isi−Pikno kosong
ρ=
Volume pkno
42,8−16,77
=
25
gr
= 1,0412
cm3
4. Perhitungan Viskositas larutan Natrium Klorida + Alkohol (2%) dengan
pengadukan kecepatan 50 rpm dan tangki tanpa baffle.
μ air x ρ bahan x t bahan
μ=
ρ air x t air
0,0089 x 43 x 5,7
μ=
42,3 x 1,3
gr
μ=0,0396
cm . s

5. Perhitungan Bilangan Reynolds (Nre) larutan Natrium Klorida + Alkohol (2%)


dengan pengadukan kecepatan 50 rpm dan tangki tanpa baffle.

Tangki Berpengaduk 29
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I

D2 x N x ρ
Nre=
μ
52 x 0,833 x 1,0412
=
0,0299
= 725,1836

6. Perhitungan Bilangan Froude (Nfr) larutan Natrium Klorida + Alkohol (2%)


dengan pengadukan kecepatan 50 rpm dan tangki tanpa baffle.
N2 x D
Nfr=
g
0,8332 x 5
=
980
= 0,0035

7. Perhitungan kebutuhan daya (P) larutan Potassium Hidroksida + alkohol (23,5%)


dengan pengadukan kecepatan 250 rpm dan tangki tanpa baffle.
P=N 3 x D5 x Npo x ρ
gr
(
¿ ( 0,833 )3 x(5 cm)5 x (0,8) x 1,0412
cm 3 )
N . cm
= 1504,55882 ( ¿
s

Tangki Berpengaduk 30

Anda mungkin juga menyukai