LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Materi :
DISTILASI BATCH
Disusun Oleh :
Iwang Septo Priogo (21030118130160)
Group : 7 Rabu
Rekan Kerja : Puja Chrisdianto Manapa (21030118140187)
Nindia Anggela Yastiza P (21030118130210)
iii
PRAKATA
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
RINGKASAN ................................................................................................... iii
PRAKATA ........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Percobaan .................................................................................. 1
1.3.1 Tujuan Instruksional Umum ............................................................. 1
1.3.2 Tujuan Instruksional Khusus ............................................................ 1
1.4 Manfaat Hasil Percobaan ....................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Pengertian Distilasi ................................................................................ 3
2.2 Perbedaan antara Distilasi batch dengan Distilasi Kontinyu ................... 4
2.3 Distilasi batch dengan Sistem Refluks.................................................... 5
2.4 Pengaruh Perbandingan Refluks terhadap Komposisi Distilat ................ 5
BAB III METODE PERCOBAAN ................................................................... 8
3.1 Rancangan Percobaan ............................................................................ 8
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan ............................................................ 9
3.3 Gambar Alat Utama ............................................................................... 9
3.4 Prosedur Percobaan Pada Tahap Operasi.............................................. 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 11
4.1 Perbandingan Refluks Terhadap Komponen Etanol dalam Distilat ....... 11
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 14
5.2 Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15
v
LAMPIRAN ..................................................................................................... 16
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Data volume distilat, densitas distilat serta komposisi distilat berbagai
perbandingan refluk ............................................................................................. 9
vii
DAFTAR GAMBAR
.
Gambar 2.1. Langkah proses pemisahan............................................................... 3
Gambar 2.2. Pengaruh perbandingan refluks terhadap komposisi distilat .............. 6
Gambar 2.3. Diagram T-x,y sebagai alat bantu penentuan komposisi umpan
masuk kolom ....................................................................................................... 7
Gambar 3.1. Rangkaian alat utama distilasi batch ................................................ 9
Gambar 4.1 Pengaruh perbandingan refluks (R) terhadap kadar etanol dalam
distilat (Xe) ........................................................................................................ 11
Gambar 4.2 Distribusi komposisi etanol dalam distilat dan residu ...................... 13
viii
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA
LEMBAR PERHITUNGAN
PROSEDUR ANALISA
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
b. Dapat membuat laporan praktikum secara tertulis dengan baik dan
benar.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
W = Hasil bawah (residu)
Diagram sederhana Gambar 2.1 menunjukkan bahwa operasi distilasi
terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu :
1. Penambahan sejumlah panas (ESA) kepada larutan yang akan
dipisahkan.
2. Pembentukan fasa uap yang bisa jadi diikuti dengan terjadinya
keseimbangan.
3. Langkah pemisahan.
Pada operasi pemisahan secara distilasi, fasa uap akan segera terbentuk
setelah campuran dipanaskan. Uap dan sisa cairannya dibiarkan saling
kontak sedemikian hingga pada suatu saat semua komponen terjadi dalam
campuran akan terdistilasi dalam kedua fasa membentuk keseimbangan.
Setelah keseimbangan tercapai, uap segera dipisahkan dari cairannya,
kemudian dikondensasikan membentuk distilat.
Dalam keadaan seimbang, komposisi distilat tidak sama dengan komposisi
residunya :
1. Komponen dengan tekanan uap murni tinggi lebih banyak terdapat dalam
distilat.
2. Komponen dengan tekanan uap murni rendah sebagian besar terdapat
dalam residu.
4
yang menjadi perbedaan antara distilasi batch dengan distilasi kontinyu.
5
Gambar 2.2. Pengaruh perbandingan refluks terhadap komposisi
distilat pada campuran etanol-air
Terhadap kolom yang sudah ada, komposisi komponen ringan yang
terdapat dalam distilat meningkat dengan semakin besarnya perbandingan
refluks. Pada operasi pemisahan secara distilasi, peningkatan komposisi
komponen rignan dalam distilast tidak pernah mencapai satu. Khusus untuk
campuran etanol-air, komponen etanol dalam distilat tidak akan mencapai
komposisi azeotropnya, sedangkan komposisi komponen ringan di atas
komposisi umpan.
Dalam hal distilasi batch, umpan berupa uap, yang secara kontinyu
masuk melalui dasar kolom. Komposisi umpan masuk kolom dapat
diperkirakan dengan bantuan Gambar 2.3. Berikut :
6
Gambar 2.3. Diagram T-x,y sebagai alat bantu penentuan komposisi
umpan masuk kolom
Dengan menggunakan alat kontak jenis apapun produk hasil
pemisahan campuran etanol air secara distilasi, tidak pernah mencapai
komposisi azeotropnya (0,94). Meskipun demikian, komposisi distilat
tidak akan lebih dari komposisi umpan masuk kolom (Yf).
7
BAB III
METODE PERCOBAAN
8
Tabel 3.1. Data volume distilat, densitas distilat serta komposisi
distilat berbagai perbandingan refluk
No Perbandingan Refluk L0 D R(L0/D) R V ρ W Xe
1. 0,6 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
2. 1,2 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
3. 1,8 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
4. 2,4 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
5. 3 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
KETERANGAN :
1. Pemanas listrik
2. Labu didih
3. Termometer
4. Kolom distilasi
5. Kondenser
6. Kran pengatur refluks
dan distilat
7. Pengeluaran distilat
9
3.4 Prosedur Percobaan Pada Tahap Operasi
1. Mempersiapkan alat hingga siap dioperasikan.
- Memeriksa beberapa alat antara lain sambungan alat, pemanas, air
pendingin, termometer, dan kran.
- Tutup kran pengatur refluk dan kran pengeluaran distilat.
2. Masukkan umpan yang telah dibuat ke labu didih.
3. Hubungkan kontak listrik dengan sumber AC dan set tombol pengatur
panas pada posisi tertentu.
4. Alirkan air pendingin pada kondensor dan air pendingin.
5. Tunggu sampai keadaan steady, yaitu sampai suhu uap dan suhu cairan
relative konstan.
6. Tunggu sampai uap terkondensasi dan cairan kembali ke kolom.
7. Atur kran pengatur refluk untuk mendapatkan refluk yang diinginkan.
8. Buka kran pengeluaran distilat, tampung distilat yang keluar dan
segera kembalikan distilat ke labu didih, hidupkan stopwatch, tutup
kran penampung distilat.
9. Lakukan operasi distilasi selama 4 menit.
10. Catat perbandingan refluk selama 30 detik tanpa mengubah posisi kran.
11. Tutup kran pengatur refluk tepat pada 4 menit setelah stopwatch
dihidupkan.
12. Buka kran pengeluaran distilat dan tampung distilatnya, ukur volume
distilat dan ukur densitas menggunakan picnometer
13. Masukkan kembali distilat yang dihasilkan ke labu didih.
14. Ulangi langkah 9-13 untuk perbandingan refluks lain.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0,9
Kadar Etanol dalam Distilat (Xe)
0,85
0,8
0,75
0,7
0,65
0,6
0,55
0,5
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Perbandingan Refluk (R)
11
cairan hasil kondensasi uap yang keluar agar dapat mengadakan kontak
ulang kembali dengan fasa uapnya di sepanjang kolom (Santosa, 2004).
Akibatnya, waktu kontak antar fase semakin lama dan perpindahan
panas dan perpindahan massa terjadi kembali sehingga terwujudnya
keseimbangan semakin didekati dan komposisi etanol dalam distilat
yang diperoleh semakin tinggi.
2. Pada setiap nilai perbandingan refluks (R) komposisi etanol dalam
distilat lebih besar dibanding komposisi etanol masuk kolom
Komposisi etanol dalam distilat lebih besar daripada komposisi
etanol masuk kolom dapat dilihat dari perbandingan refluks 0,6 hingga
3. Hal ini disebabkan karena pada operasi pemisahan etanol-air secara
distilasi batch dengan sistem refluks terjadi kontak ulang antara fase
cair (L) dan fase uap (U). Pada operasi pemisahan tersebut terjadi
pelepasan panas dari fase uap ke fase cair, sehingga terjadi sirkulasi
dimana komponen yang memilki titik didih tinggi dan tekanan uap
murni rendah mengalir ke bawah kolom sehingga komponen tersebut
sebagian besar terdapat dalam residu. Sedangkan sebagian cairan yang
memilki titik didih rendah dan tekanan uap murni tinggi mengalir ke
bagian atas kolom, sehingga komponen tersebut lebih banyak terdapat
dalam distilat.
Pada campuran etanol-air, etanol merupakan komponen dengan
titik didih rendah dan tekanan uap murni tinggi. Oleh karena itu
komponen etanol lebih banyak terdapat di bagian atas kolom, sehingga
komponen etanol dalam distilat lebih besar dibanding komponen etanol
dalam umpan masuk kolom.
3. Pada setiap nilai perbandingan refluks (R) komposisi etanol dalam
distilat dibawah komposisi azeotrop etanol-air(Xe,A=0,96)
Titik azeotrop larutan etanol-air terjadi pada kadar etanol 0,96.
Dari hasil percobaan diperoleh data bahwa pada semua nilai
perbandingan refluks, komposisi etanol dalam distilat dibawah titik
azeotropnya. Komposisi azeotrop terjadi pada berbagai jenis larutan
non-ideal, termasuk larutan etanol-air.
12
Pada campuran etanol-air, titik didih etanol murni adalah 78°C
sedangkan air adalah 100°C pada tekanan 1 atm (Fahmi dkk., 2014).
Oleh karena itu komponen etanol lebih banyak terdapat dibagian atas
kolom sehingga komponen etanol dalam distilat lebih besar dibanding
komponen etanol dalam umpan masuk kolom. Larutan etanol-air
dipisahkan dengan metode distilasi batch. Untuk mecapai kondisi
azeotrop, operasi ini dianggap kurang memungkinkan karena akan
dibutuhkan kolom packing dengan ketinggian tak terhingga. Untuk
mencapai kondisi azeotropnya, larutan dapat dipisahkan dengan metode
operasi pemisahan tertentu, seperti operasi distilasi pressure-swing,
molecular sieving, dan lain lain (Santosa,2002).
4. Terdapat persebaran yang cukup luas antara distilat dan residu
Pada percobaan yang dilakukan, komposisi larutan etanol umpan
awal adalah 0,288 dan komposisi etanol tertinggi yang diperoleh pada
perbandingan refluk 3 adalah 0,863. Pada akhir operasi penyebaran
komposisi etanol antara distilat dan residu cukup luas, hal yang
demikian dapat direpresentasikan dengan garis bilangan pada Gambar
4.2.
Xw Xf Xd
0,000 0,288 0,300 0,863 1,000
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Larutan etanol-air dapat dipisahkan secara distilasi batch sistem refluks.
2. Terhadap kolom yang sudah ada, sistem reluks dapat meningkatkan
efisiensi pemisahan pemisahan larutan etanol-air.
5.2 Saran
1. Demi kelancaran praktikum distilasi batch, sebaiknya praktikan tealah
atau sedang mengambil mata kuliah unit operasi IV.
2. Sebaiknya tidak meletakkan etanol di tempat terbuka karena mudah
menguap.
14
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, D., Susilo, B., Nugroho, W., 2014. Pemurnian Etanol Hasil Fermentasi
Kulit Nanas (Ananas comosus L.Merr) dengan Menggunakan Distilasi
Vakum. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol.2, No.2,
Juni 2014, 131-137. Universitas Brawijaya.
Santosa, H. 2002. Operasi Teknik Kimia III . Semarang: Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. “Distilasi” p.5-6
Santosa, H.2004. Distilasi Opererasi Teknik Kimia. Jurusan Teknik Kimia.
Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.p.31.
15
LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA
Dalam persamaan ini, perlu diketahui data-data dari volume total, ρair dan
ρetanol absolut yang dapat ditentukan melalui perhitungan densitas
sehingga diperoleh:
- 𝜌𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 = 0,791 gr/ml
- 𝜌𝐴𝑖𝑟 = 0,996 gr/ml
- 𝑋𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 = 0,998
- 𝑉𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 10 ml
Dengan menggunakan rumus perhitungan volume etanol absolut tersebut
maka diperoleh volume etanol absolut dan volume air yang dibutuhkan
untuk membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi yang dapat
dilihat pada Tabel A.1
Tabel A.1 Volume etanol dan air yang dibutuhkan pada berbagai komposisi
•Mencampurkan larutan antara etanol absolut dan air dengan volume yang
telah diukur
b. Menentukan densitas larutan etanol-air pada berbagai komposisi
Densitas larutan etanol-air pada berbagai komposisi dapat ditentukan
menggunakan piknometer dengan perhitungan rumus
(Vpicnometer + Cairan) − W picnokosong
ρ= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Wtotal Ρ larutan
No Xe (gram) (gram/ml)
1 0,100 21,768 0,951
Dalam persoalan ini, perlu diketahui data-data dari kadar etanol teknis (x),
ρ etanol teknis dan ρ air yang dapat ditentukan melalui perhitungan densitas
kemudian diplotkan ke kurva standar sehingga diperoleh:
- ρ etanol teknis = 0,804 gram/ml
- ρ air = 0,996 gram/ml
Dengan menggunakan rumus perhitungan volume etanol teknis tersebut,
maka diperoleh :
-V etanol teknis = 178,1 ml
-V air = 321,9 ml
Perbandingan L D R R V W Densitas Xe
Refluks (R) mean (ml) (gr) (gr/ml)
19 32 0,594
0,6 20 33 0,606 0,596 24 21,144 0,881 0,553
20 34 0,588
21 17 1,235
1,2 18 15 1,2 1,208 22 19,03 0,865 0,681
19 16 1,188
20 11 1,818
1,8
18 10 1,8 1,806 19 16,207 0,853 0,756
18 10 1,8
21 9 2,333
2,4 22 9 2,444 2,407 18 15,246 0,847 0,794
22 9 2,444
18 6 3
3 20 7 2,857 2,952 16 13,296 0,831 0,863
21 7 3
Suhu atas = 70oC = 158oF
Suhu bawah = 84oC = 183,2oF
Semarang,24 September 2020
Praktikan Asisten Laboratorium
ρ air = 0,996gr/ml
b) Menghitung Volume Etanol-Air Berbagai Komposisi
(ρ.V.x) etanol absolut
𝑋𝑒 = (𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 + (𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
➢ Xe = 0,1
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,1 = (𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,1 = (0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (0,996)
➢ Xe = 0,1
Massa picnometer + larutan etanol-air = 9,510gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
9,510
= 10
ρ larutan etanol − air = 0,951 𝑔𝑟/𝑚𝑙
➢ Xe = 0,2
Massa picnometer + larutan etanol-air = 9,460gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
9,460
= 10
d) Menghitung Xe Terkoreksi
(𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
𝑋𝑒 = (𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 + (𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
➢ Xe = 0,1
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 1,229 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 1,229 𝑥 0,998+ (10− 1,229)(0,996)
Xe terkoreksi =0,100
➢ Xe = 0,2
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 2,398 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 2,398 𝑥 0,998+ (10− 2,398)(0,996)
Xe terkoreksi =0,200
➢ Xe = 0,3
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 =𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 3,509 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 3,509 𝑥 0,998+ (10− 3,509)(0,996)
Xe terkoreksi =0,300
➢ Xe = 0,4
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 4,568 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 4,568 𝑥 0,998+ (10− 4,568)(0,996)
Xe terkoreksi =0,400
➢ Xe = 0,5
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 5,578 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 5,578 𝑥 0,998+ (10− 5,578)(0,996)
Xe terkoreksi =0,500
➢ Xe = 0,6
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 6,543 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 6,543 𝑥 0,998+ (10− 6,543)(0,996)
Xe terkoreksi =0,600
➢ Xe = 0,7
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 7,464 𝑥 0,998
=
0,791 𝑥 7,464 𝑥 0,998+ (10− 7,464)(0,996)
Xe terkoreksi =0,700
➢ Xe = 0,8
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 8,346 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 8,346 𝑥 0,998+ (10− 8,346)(0,996)
Xe terkoreksi =0,800
➢ Xe = 0,9
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 9,191 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 9,191 𝑥 0,998+ (10− 9,191)(0,996)
Xe terkoreksi =473
➢ Xe = 0,900
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 9,984 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 9,984 𝑥 0,998+ (10− 9,984)(0,996)
Xe terkoreksi =0,998
e) Membuat kurva standar hubungan Xe terkoreksi (sumbu x) vs densitas
(sumbu y)
B. Tahap Operasi
a) Menghitung Komposisi Uap Masuk Kolom (yF)
Suhu atas = 70oC = 158oF
Suhu bawah = 84oC = 183,2oF
(Sumber : Brown, G.G er al,”Unit Operation”,Appendix, page 582)
Dari data tabel sistem keseimbangan etanol-air pada 1 atm diperoleh :
- 184,5oF ; Ycair = 0,30 ; Yuap = 0,713
- 181,7oF ; Ycair = 0,40 ; Yuap = 0,746
T yF
184,5 0,713
183,2 0,728
181,7 0,746
Perbandingan L D R R V W Densit Xe
Refluks (R) mean (ml) (gr) as
(gr/ml)
19 32 0,594
0,6 20 33 0,606 0,596 24 21,144 0,881 0,553
20 34 0,588
21 17 1,235
1,2 18 15 1,2 1,208 22 19,03 0,865 0,681
19 16 1,188
20 11 1,818
1,8
18 10 1,8 1,806 19 16,207 0,853 0,756
18 10 1,8
21 9 2,333
2,4 22 9 2,444 2,407 18 15,246 0,847 0,794
22 9 2,444
18 6 3
3 20 7 2,857 2,952 16 13,296 0,831 0,863
21 7 3
D. Analisa hasil
1. Menghitung densitas distilat dengan menggunakan picnometer
• Timbang picnometer kosong hingga berat konstan dan catat beratnya.
• Mengisi picnometer kosong dengan distilat sampai penuh.
• Menimbang berat picnometer yang sudah terisi distilat hingga berat
konstan, catat beratnya.
• Menghitung densitas distilat tersebut dengan menggunakan rumus :
DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN