Anda di halaman 1dari 49

HALAMAN JUDUL

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

Materi :
DISTILASI BATCH

Disusun Oleh :
Iwang Septo Priogo (21030118130160)

Group : 7 Rabu
Rekan Kerja : Puja Chrisdianto Manapa (21030118140187)
Nindia Anggela Yastiza P (21030118130210)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI

LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS DIPONEGORO

Materi : DISTILASI BATCH


Kelompok : 7 / Rabu
Anggota : 1. Iwang Septo Priogo (NIM.21030118130160)
2. Puja Chrisdianto Manapa (NIM.21030118140187)
3. Nindia Anggela Yastiza P (NIM.21030118130210)

Semarang, 25 September 2020


Mengesahkan,
Dosen Pembimbing

Dr. Aprilina Purbasari, S.T., M.T.


NIP. 197604161999032002
RINGKASAN

Praktikum distilasi batch dimaksudkan untuk memisahkan campuran


etanol-air dengan cara distilasi yang dioperasikan secara batch. Distilasi
dilakukan didalam kolom packing denga sistem refluks. Lebih jauh sasaran yang
diinginkan adalah untuk mengkaji pengaruh perbandingan refluks terhadap
komposisi etanol yang terdapat dalam distilat selama waktu operasi empat menit.
Distilasi merupakan metode operasi pemisahan suatu campuran homogen
berdasarkan perbedaan titik didih atau perbedaan tekanan uap murni. Sistem
refluks dimaksudkan untuk memberi kesempatan sebagian cairan hasil kondensasi
uap yang keluar dari puncak kolom agar dapat mengadakan kontak ulang kembali
dengan fasa uapnya di sepanjang kolom.
Percobaan ini dilakukan dalam keadaan tetap: jenis dan ukuran packing,
tinggi tumpukkan packing 5 cm, komposisi etanol dalam larutan umpan 30%,
volume larutan umpan 500 ml, dan waktu operasi empat menit. Perbandingan
refluks yang digunakan, yaitu 0,6 ; 1,2 ; 1,8 ; 2,4 ; 3. Di setiap akhir percobaan
dilakukan uji hasil terhadap kadar etanol dalam distilat berdasarkan densitasnya.
Dari hasil percobaan ini diperoleh data bahwa semakin tinggi
perbandingan refluks, maka kadar etanol dalam distilat semakin tinggi. Pada
setiap nilai perbandingan refluks (R), komposisi etanol dalam distilat lebih besar
dibanding komposisi etanol masuk kolom. Pada setiap nilai perbandingan refluks
(R), komposisi etanol dalam distilat di bawah komposisi azeotropnya. Terdapat
penyebaran komposisi yang cukup luas antara distilat dan residu. Oleh karena itu,
larutan etanol-air dapat dipisahkan menggunakan sistem refluks yang dapat
meningkatkan efisiensi pemisahan larutan etanol dalam distilat.

iii
PRAKATA

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan laporan praktikum operasi teknik kimia dengan
materi Distilasi Batch.
Dalam laporan ini penyusun meyakini sepenuhnya bahwa
tidaklah mungkin menyelesaikan laporan ini tanpa doa, bantuan dan
dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini penyusun ingin memberikan rasa terima kasih kepada
Dr. Aprilina Purbasari, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing materi
Distilasi Batch dan Hesti Noviska Darmayanti selaku asisten
pembimbing materi Distilasi Batch.
Penyusun menyakini bahwa laporan ini jauh dari
kesempurnaan. Mohon maaf apabila terdapat kekurangan bahkan
kesalahan. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak berkaitan dengan laporan ini. Akhir
kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
berguna sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan.

Semarang, 9 September 2020

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
RINGKASAN ................................................................................................... iii
PRAKATA ........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Percobaan .................................................................................. 1
1.3.1 Tujuan Instruksional Umum ............................................................. 1
1.3.2 Tujuan Instruksional Khusus ............................................................ 1
1.4 Manfaat Hasil Percobaan ....................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Pengertian Distilasi ................................................................................ 3
2.2 Perbedaan antara Distilasi batch dengan Distilasi Kontinyu ................... 4
2.3 Distilasi batch dengan Sistem Refluks.................................................... 5
2.4 Pengaruh Perbandingan Refluks terhadap Komposisi Distilat ................ 5
BAB III METODE PERCOBAAN ................................................................... 8
3.1 Rancangan Percobaan ............................................................................ 8
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan ............................................................ 9
3.3 Gambar Alat Utama ............................................................................... 9
3.4 Prosedur Percobaan Pada Tahap Operasi.............................................. 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 11
4.1 Perbandingan Refluks Terhadap Komponen Etanol dalam Distilat ....... 11
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 14
5.2 Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

v
LAMPIRAN ..................................................................................................... 16

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Data volume distilat, densitas distilat serta komposisi distilat berbagai
perbandingan refluk ............................................................................................. 9

vii
DAFTAR GAMBAR
.
Gambar 2.1. Langkah proses pemisahan............................................................... 3
Gambar 2.2. Pengaruh perbandingan refluks terhadap komposisi distilat .............. 6
Gambar 2.3. Diagram T-x,y sebagai alat bantu penentuan komposisi umpan
masuk kolom ....................................................................................................... 7
Gambar 3.1. Rangkaian alat utama distilasi batch ................................................ 9
Gambar 4.1 Pengaruh perbandingan refluks (R) terhadap kadar etanol dalam
distilat (Xe) ........................................................................................................ 11
Gambar 4.2 Distribusi komposisi etanol dalam distilat dan residu ...................... 13

viii
DAFTAR LAMPIRAN

LAPORAN SEMENTARA
LEMBAR PERHITUNGAN
PROSEDUR ANALISA
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan etanol-air adalah campuran cair-cair yang saling melarutkan
dimana keduanya memiliki perbedaan titik didih yang cukup, sehingga
proses pemisahannya dapat dilakukan dengan cara distilasi. Dalam skala
laboratorium, proses pemisahan secara distilasi dapat dilakukan dalam
sebuah kolom packing yang dioperasikan secara batch.
Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan dengan cara distilasi, dapat
dilakukan dengan sistem refluks yaitu dengan mengembalikan cairan hasil
kondensasi uap yang keluar dari puncak kolom masuk ke dalam kolom
dengan harapan dapat melakukan kontak ulang kembali dengan fase
uapnya.
Dengan alat yang sama, peningkatan efisiensi dapat dilihat dari
meningkatnya kemurnian etanol dalam distiliat. Berdasarkan hal tersebut,
maka percobaan distilasi batch dilakukan untuk menentukan pengaruh
perbandingan refluks terhadap komposisi etanol dalam distilat.

1.2 Rumusan Masalah


Larutan etanol-air dapat dipisahkan secara distilasi batch dengan
sistem refluks. Jika ditinjau terhadap alat yang sudah ada, perbandingan
refluks akan berpengaruh terhadap peningkatan efisiensi pemisahan
sehingga komposisi etanol dalam distilat akan meningkat.

1.3 Tujuan Percobaan


1.3.1 Tujuan Instruksional Umum
Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan sistem refluks.
1.3.2 Tujuan Instruksional Khusus
a. Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluks (R) terhadap
komposisi etanol dalam distilat selama waktu operasi empat
menit.

1
b. Dapat membuat laporan praktikum secara tertulis dengan baik dan
benar.

1.4 Manfaat Hasil Percobaan


Dengan menggunakan alat dan variabel kendali yang sama, dapat
memisahkan produk dan komposisi etanol yang diinginkan dengan
mengoperasikan alat pada perbandingan refluk tertentu serta dapat menjadi
panduan bagi praktikan untuk melakukan operasi distilasi batch dengan
sistem refluks.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Distilasi


Distilasi merupakan metode operasi pemisahan suatu campuran
homogen (cairancairan saling melarutkan), berdasarkan perbedaan titik
didih atau perbedaan tekanan uap murni (masing-masing komponen yang
terdapat dalam campuran) dengan menggunakan sejumlah panas sebagai
tenaga pemisah atau Energy Separating Agent (ESA).
Distilasi termasuk proses pemisahan menurut dasar operasi difusi.
Secara difusi, proses pemisahan terjadi karena adanya perpindahan massa
secara lawan arah, dari fasa uap ke fasa cairan atau sebaliknya, sebagai
akibat adanya beda potensial diantara dua fasa yang saling kontak,
sehingga pada suatu saat pada suhu dari tekanan tertentu sistem berada
dalam keseimbangan. Secara sederhana, proses distilasi dapat digambarkan
sesuai dengan skema berikut ini:

Gambar 2.1. Langkah proses pemisahan secara distilasi


Dalam bentuk lain, pengertian distilasi dinyatakan sebagai berikut:
[XA]D > [XA]W dan [XB]D < [XB]w
Dimana: XA, XB = Komposisi Komponen A, B
A, B = Komponen yang mempunyai tekanan
uap tinggi, rendah D = Hasil puncak (distilat)

3
W = Hasil bawah (residu)
Diagram sederhana Gambar 2.1 menunjukkan bahwa operasi distilasi
terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu :
1. Penambahan sejumlah panas (ESA) kepada larutan yang akan
dipisahkan.
2. Pembentukan fasa uap yang bisa jadi diikuti dengan terjadinya
keseimbangan.
3. Langkah pemisahan.
Pada operasi pemisahan secara distilasi, fasa uap akan segera terbentuk
setelah campuran dipanaskan. Uap dan sisa cairannya dibiarkan saling
kontak sedemikian hingga pada suatu saat semua komponen terjadi dalam
campuran akan terdistilasi dalam kedua fasa membentuk keseimbangan.
Setelah keseimbangan tercapai, uap segera dipisahkan dari cairannya,
kemudian dikondensasikan membentuk distilat.
Dalam keadaan seimbang, komposisi distilat tidak sama dengan komposisi
residunya :
1. Komponen dengan tekanan uap murni tinggi lebih banyak terdapat dalam
distilat.
2. Komponen dengan tekanan uap murni rendah sebagian besar terdapat
dalam residu.

2.2 Perbedaan antara Distilasi batch dengan Distilasi Kontinyu


Dalam operasi distilasi batch, sejumlah massa larutan dimasukkan ke
dalam labu didih, kemudian dipanaskan. Selama proses berjalan, larutan
akan menguap dan uap yang akan terbentuk, secara kontinyu meninggalkan
labu didih untuk kemudian diembunkan.
Salah satu ciri dari pemisahan dengan batch adalah bahwa laju alir
maupun komposisi dari umpan, produk distilat berubah menurut waktu
selama operasi pemisahan berlangsung. Pada distilasi batch, umpan berupa
uap yang secara kontinyu masuk melalui dasar kolom, karena kolom
distilasi batch dapat dipandang sebagai kolom yang tersusun dari enriching
section. Distilasi batch juga memiliki kapasitas yang rendah. Hal-hal inilah

4
yang menjadi perbedaan antara distilasi batch dengan distilasi kontinyu.

2.3 Distilasi batch dengan Sistem Refluks


Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan, distilasi dapat dioperasikan
dengan sistem refluks. Sistem refluks dimaksudkan untuk memberi
kesempatan sebagian cairan hasil kondensasi uap yang keluar dari puncak
kolom agar dapat mengadakan kontak ulang kembali dengan fasa uapnya di
sepanjang kolom. Dengan demikian :
1. Secara total, waktu kontak antarfasa semakin lama.
2. Perpindahan massa dan perpindahan panas kembali terjadi.
3. Distribusi suhu, tekanan dan konsentrasi di setiap fasa semakin uniform.
4. Terwujudnya keseimbangan semakin didekati.
Peningkatan efisiensi pemisahan dapat ditinjau dari dua sudut pandang :
1. Terhadap kolom yang akan dibangun

Bahwa untuk mencapai kemurnian yang sama, semakin besar


perbandingan refluks yang digunakan, maka semakin sedikit jumlah plate
ideal yang dibutuhkan.
2. Terhadap kolom yang sudah ada

Bahwa pada jumlah plate yang sama, semakin besar perbandingan


refluks yang digunakan, maka kemurnain produk yang dihasilkan
semakin tinggi.

2.4 Pengaruh Perbandingan Refluks terhadap Komposisi Distilat


Perbandingan refluks merupakan salah satu variabel operasi yang
menentukan keberhasilan proses pemisahan secara distilasi. Dalam praktik,
perbandingan refluk yang digunakan adalah diatas perbandingan refluk
minimum, dibawah perbandingan refluk total. Dengan demikian, kolerasi
antara perbandingan refluks dengan komposisi komponen ringan yang
terdapat dalam distilat pada campuran etanol-air dapat diperlihatkan seperti
Gambar 2.2.

5
Gambar 2.2. Pengaruh perbandingan refluks terhadap komposisi
distilat pada campuran etanol-air
Terhadap kolom yang sudah ada, komposisi komponen ringan yang
terdapat dalam distilat meningkat dengan semakin besarnya perbandingan
refluks. Pada operasi pemisahan secara distilasi, peningkatan komposisi
komponen rignan dalam distilast tidak pernah mencapai satu. Khusus untuk
campuran etanol-air, komponen etanol dalam distilat tidak akan mencapai
komposisi azeotropnya, sedangkan komposisi komponen ringan di atas
komposisi umpan.
Dalam hal distilasi batch, umpan berupa uap, yang secara kontinyu
masuk melalui dasar kolom. Komposisi umpan masuk kolom dapat
diperkirakan dengan bantuan Gambar 2.3. Berikut :

6
Gambar 2.3. Diagram T-x,y sebagai alat bantu penentuan komposisi
umpan masuk kolom
Dengan menggunakan alat kontak jenis apapun produk hasil
pemisahan campuran etanol air secara distilasi, tidak pernah mencapai
komposisi azeotropnya (0,94). Meskipun demikian, komposisi distilat
tidak akan lebih dari komposisi umpan masuk kolom (Yf).

7
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Rancangan Percobaan


Untuk menjawab tujuan percobaan yaitu untuk mengkaji pengaruh
perbandingan refluk terhadap komposisi etanol dalam distilat selama
operasi empat menit. Praktikum ini dilakukan dalam dua tahap yaitu :
a) Tahap Persiapan
b) Tahap Operasi
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan di maksudkan untuk membuat kurva standar
hubungan densitas (𝜌) dengan konsentrasi larutan xe dengan langkah
sebagai berikut :
1. Membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi.
2. Menentukan densitas etanol-air berbagai komposisi.
3. Memplotkan xe terkorelasi dan larutan ke sumbu x dan y
untuk kurva standar. (Lampiran)
2. Tahap Operasi
Untuk mengkaji pengaruh perbandingan refluk terhadap komposisi
etanol dalam distilat dilakukan dengan kondisi tetap.
a) Ukuran packing : 0,5 cm
b) Jenis packing : raschig ring
c) Tinggi tumpukan packing dalam kolom : 5 cm
d) Komposisi umpan masuk kolom : 0,3
e) Waktu operasi : 4 menit
f) Volume umpan : 500 mL
Sedangkan perbandingan di variasi. Di setiap diakhir percobaan
dilakukan uji komposisi etanol (% berat). Dalam bentuk lain rancangan
percobaan pada tahap operasi dapat dilihat pada tabel 3.1.

8
Tabel 3.1. Data volume distilat, densitas distilat serta komposisi
distilat berbagai perbandingan refluk
No Perbandingan Refluk L0 D R(L0/D) R V ρ W Xe
1. 0,6 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
2. 1,2 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
3. 1,8 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
4. 2,4 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
5. 3 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


a. Bahan yang Digunakan
• Etanol absolut 0,998 (Merck, Germany)
• Etanol teknis
• Aquadest
b. Alat yang Digunakan
• Satu unit alat distilasi batch dengan sistem refluks.
• Picnometer dan neraca analisis

3.3 Gambar Alat Utama

KETERANGAN :
1. Pemanas listrik
2. Labu didih
3. Termometer
4. Kolom distilasi
5. Kondenser
6. Kran pengatur refluks
dan distilat
7. Pengeluaran distilat

Gambar 3.1. Rangkaian alat utama distilasi batch

9
3.4 Prosedur Percobaan Pada Tahap Operasi
1. Mempersiapkan alat hingga siap dioperasikan.
- Memeriksa beberapa alat antara lain sambungan alat, pemanas, air
pendingin, termometer, dan kran.
- Tutup kran pengatur refluk dan kran pengeluaran distilat.
2. Masukkan umpan yang telah dibuat ke labu didih.
3. Hubungkan kontak listrik dengan sumber AC dan set tombol pengatur
panas pada posisi tertentu.
4. Alirkan air pendingin pada kondensor dan air pendingin.
5. Tunggu sampai keadaan steady, yaitu sampai suhu uap dan suhu cairan
relative konstan.
6. Tunggu sampai uap terkondensasi dan cairan kembali ke kolom.
7. Atur kran pengatur refluk untuk mendapatkan refluk yang diinginkan.
8. Buka kran pengeluaran distilat, tampung distilat yang keluar dan
segera kembalikan distilat ke labu didih, hidupkan stopwatch, tutup
kran penampung distilat.
9. Lakukan operasi distilasi selama 4 menit.
10. Catat perbandingan refluk selama 30 detik tanpa mengubah posisi kran.
11. Tutup kran pengatur refluk tepat pada 4 menit setelah stopwatch
dihidupkan.
12. Buka kran pengeluaran distilat dan tampung distilatnya, ukur volume
distilat dan ukur densitas menggunakan picnometer
13. Masukkan kembali distilat yang dihasilkan ke labu didih.
14. Ulangi langkah 9-13 untuk perbandingan refluks lain.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perbandingan Refluks Terhadap Komponen Etanol dalam Distilat


Dalam percobaan distilasi batch dengan sistem refluks ini,
perbandingan refluks (R) digunakan sebagai variabel operasi yang
digunakan untuk meningkatkan kadar etanol dalam distilat.

0,9
Kadar Etanol dalam Distilat (Xe)

0,85
0,8
0,75
0,7
0,65
0,6
0,55
0,5
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Perbandingan Refluk (R)

Gambar 4.1 Pengaruh perbandingan refluks (R) terhadap kadar


etanol dalam distilat (Xe)
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada perbandingan refluks yang
semakin besar, maka kadar komposisi etanol dalam distilat semakin
meningkat. Pada operasi distilasi, pemisahan terjadi bila campuran zat cair
dalam keadaan setimbang dengan uapnya. Sehingga fraksi uapnya akan
mengandung komponen volatil yang lebih banyak dibandingkan pada
fraksi cairnya. Dengan kata lain, komponen yang volatil lebih banyak
terdapat pada distilat daripada residu. Dan bila distilat diuapkan lagi
sebagian maka akan didapatkan uap dengan komponen volatil yang lebih
tinggi.
Jika dikaji lebih lanjut, pada gambar 4.1 diperoleh data bahwa :
1. Pada setiap kenaikan nilai perbandingan refluks (R) terjadi peningkatan
konsentrasi etanol dalam distilat (Xe)
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, semakin tinggi
perbandingan refluks, maka kadar etanol dalam distilat semakin tinggi.
Hal ini disebabkan karena sistem refluks memberi kesempatan sebagian

11
cairan hasil kondensasi uap yang keluar agar dapat mengadakan kontak
ulang kembali dengan fasa uapnya di sepanjang kolom (Santosa, 2004).
Akibatnya, waktu kontak antar fase semakin lama dan perpindahan
panas dan perpindahan massa terjadi kembali sehingga terwujudnya
keseimbangan semakin didekati dan komposisi etanol dalam distilat
yang diperoleh semakin tinggi.
2. Pada setiap nilai perbandingan refluks (R) komposisi etanol dalam
distilat lebih besar dibanding komposisi etanol masuk kolom
Komposisi etanol dalam distilat lebih besar daripada komposisi
etanol masuk kolom dapat dilihat dari perbandingan refluks 0,6 hingga
3. Hal ini disebabkan karena pada operasi pemisahan etanol-air secara
distilasi batch dengan sistem refluks terjadi kontak ulang antara fase
cair (L) dan fase uap (U). Pada operasi pemisahan tersebut terjadi
pelepasan panas dari fase uap ke fase cair, sehingga terjadi sirkulasi
dimana komponen yang memilki titik didih tinggi dan tekanan uap
murni rendah mengalir ke bawah kolom sehingga komponen tersebut
sebagian besar terdapat dalam residu. Sedangkan sebagian cairan yang
memilki titik didih rendah dan tekanan uap murni tinggi mengalir ke
bagian atas kolom, sehingga komponen tersebut lebih banyak terdapat
dalam distilat.
Pada campuran etanol-air, etanol merupakan komponen dengan
titik didih rendah dan tekanan uap murni tinggi. Oleh karena itu
komponen etanol lebih banyak terdapat di bagian atas kolom, sehingga
komponen etanol dalam distilat lebih besar dibanding komponen etanol
dalam umpan masuk kolom.
3. Pada setiap nilai perbandingan refluks (R) komposisi etanol dalam
distilat dibawah komposisi azeotrop etanol-air(Xe,A=0,96)
Titik azeotrop larutan etanol-air terjadi pada kadar etanol 0,96.
Dari hasil percobaan diperoleh data bahwa pada semua nilai
perbandingan refluks, komposisi etanol dalam distilat dibawah titik
azeotropnya. Komposisi azeotrop terjadi pada berbagai jenis larutan
non-ideal, termasuk larutan etanol-air.

12
Pada campuran etanol-air, titik didih etanol murni adalah 78°C
sedangkan air adalah 100°C pada tekanan 1 atm (Fahmi dkk., 2014).
Oleh karena itu komponen etanol lebih banyak terdapat dibagian atas
kolom sehingga komponen etanol dalam distilat lebih besar dibanding
komponen etanol dalam umpan masuk kolom. Larutan etanol-air
dipisahkan dengan metode distilasi batch. Untuk mecapai kondisi
azeotrop, operasi ini dianggap kurang memungkinkan karena akan
dibutuhkan kolom packing dengan ketinggian tak terhingga. Untuk
mencapai kondisi azeotropnya, larutan dapat dipisahkan dengan metode
operasi pemisahan tertentu, seperti operasi distilasi pressure-swing,
molecular sieving, dan lain lain (Santosa,2002).
4. Terdapat persebaran yang cukup luas antara distilat dan residu
Pada percobaan yang dilakukan, komposisi larutan etanol umpan
awal adalah 0,288 dan komposisi etanol tertinggi yang diperoleh pada
perbandingan refluk 3 adalah 0,863. Pada akhir operasi penyebaran
komposisi etanol antara distilat dan residu cukup luas, hal yang
demikian dapat direpresentasikan dengan garis bilangan pada Gambar
4.2.

Xw Xf Xd
0,000 0,288 0,300 0,863 1,000

Gambar 4.2 Distribusi komposisi etanol dalam distilat dan residu


Adanya perbedaan komposisi etanol dalam distilat dan residu
merupakan indikasi dari adanya perbedaan titik didih atau perbedaan
tekanan uap murni. Semakin besar perbedaan titik didih
mengindikasikan campuran semakin mudah dipisahkan. Oleh karena
itu, semakin besar perbedaan titik didih menyebabkan penyebaran
komposisi etanol semakin luas.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Larutan etanol-air dapat dipisahkan secara distilasi batch sistem refluks.
2. Terhadap kolom yang sudah ada, sistem reluks dapat meningkatkan
efisiensi pemisahan pemisahan larutan etanol-air.

5.2 Saran
1. Demi kelancaran praktikum distilasi batch, sebaiknya praktikan tealah
atau sedang mengambil mata kuliah unit operasi IV.
2. Sebaiknya tidak meletakkan etanol di tempat terbuka karena mudah
menguap.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, D., Susilo, B., Nugroho, W., 2014. Pemurnian Etanol Hasil Fermentasi
Kulit Nanas (Ananas comosus L.Merr) dengan Menggunakan Distilasi
Vakum. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol.2, No.2,
Juni 2014, 131-137. Universitas Brawijaya.
Santosa, H. 2002. Operasi Teknik Kimia III . Semarang: Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. “Distilasi” p.5-6
Santosa, H.2004. Distilasi Opererasi Teknik Kimia. Jurusan Teknik Kimia.
Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.p.31.

15
LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA

Materi : DISTILASI BATCH


Kelompok : 7 / Rabu
Anggota :1. Iwang Septo Priogo (NIM.21030118130160)
2. Puja Chrisdianto Manapa (NIM.21030118140187)
3. Nindia Anggela Yastiza P (NIM.21030118130210)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
I. Hasil Percobaan
Untuk menjawab tujuan percobaan dilakukan melalui 2 tahapan:
1. Tahap persiapan
2. Tahap operasi
II Tahap Persiapan
1. Membuat kurva standar hubungan antara densitas dengan komposisi
(%berat) larutan etanol-air (Xe vs ρe) pada berbagai komposisi
a. Membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi
• Menghitung volume etanol absolut yang dibutuhkan dalam membuat
larutan campuran etanol-air pada berbagai komposisi menggunakan rumus
:
(ρ.V.x) etanol absolut
𝑋𝑒 =
(𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 + (𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)

Dalam persamaan ini, perlu diketahui data-data dari volume total, ρair dan
ρetanol absolut yang dapat ditentukan melalui perhitungan densitas
sehingga diperoleh:
- 𝜌𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 = 0,791 gr/ml
- 𝜌𝐴𝑖𝑟 = 0,996 gr/ml
- 𝑋𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 = 0,998
- 𝑉𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 10 ml
Dengan menggunakan rumus perhitungan volume etanol absolut tersebut
maka diperoleh volume etanol absolut dan volume air yang dibutuhkan
untuk membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi yang dapat
dilihat pada Tabel A.1
Tabel A.1 Volume etanol dan air yang dibutuhkan pada berbagai komposisi

Volume etanol V etanol


No Xe terhitung (ml) absolut Vair (ml)
terukur
(ml)
1 0,100 1,229 1,2 8,771

2 0,200 2,398 2,4 7,602

3 0,300 3,509 3,5 6,491


4 0,400 4,568 4,6 5,432

5 0,500 5,578 5,6 4,422

6 0,600 6,543 5,5 3,457

7 0,700 7,464 7,5 2,536

8 0,800 8,346 8,3 1,654

9 0,900 9,191 9,2 0,809

10 1,000 9,984 10 0,016

•Mencampurkan larutan antara etanol absolut dan air dengan volume yang
telah diukur
b. Menentukan densitas larutan etanol-air pada berbagai komposisi
Densitas larutan etanol-air pada berbagai komposisi dapat ditentukan
menggunakan piknometer dengan perhitungan rumus
(Vpicnometer + Cairan) − W picnokosong
ρ= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Dalam persoalan ini, perlu diketahui data-data dari Wpiknometer kosong


dan Volumepiknometer :
- Berat piknometer kosong (W pikno kosong) = 12,258 gram
- Volume piknometer = 10 ml
Dengan menggunakan rumus perhitungan densitas tersebut, maka
diperoleh densitas larutan etanol-air pada berbagai komposisi yang dapat
dilihat pada Tabel A.2.
Tabel A.2 Densitas larutan etanol-air pada berbagai komposisi

Wtotal Ρ larutan
No Xe (gram) (gram/ml)
1 0,100 21,768 0,951

2 0,200 21,718 0,946

3 0,300 21,578 0,932

4 0,400 21,448 0,919

5 0,500 21,168 0,891

6 0,600 20,978 0,872


7 0,700 20,878 0,862

8 0,800 20,718 0,846

9 0,900 20,478 0,822

10 1,000 20,168 0,791

c. Plotkan data Xe pada larutan ke sumbu x dan y membentuk kurva standar

Gambar A.1 Kurva standar hubungan Xe dan larutan etanol-air


2. Membuat 500 ml larutan umpan etanol-air dengan konsentrasi 30% berat
a. Menghitung volume etanol teknis dan volume air yang dibutuhkan dalam
membuat larutan campuran etanol-air dengan konsentrasi 30% berat
menggunakan rumus :
(𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
𝑋𝑒 = (𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 + (𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)

Dalam persoalan ini, perlu diketahui data-data dari kadar etanol teknis (x),
ρ etanol teknis dan ρ air yang dapat ditentukan melalui perhitungan densitas
kemudian diplotkan ke kurva standar sehingga diperoleh:
- ρ etanol teknis = 0,804 gram/ml
- ρ air = 0,996 gram/ml
Dengan menggunakan rumus perhitungan volume etanol teknis tersebut,
maka diperoleh :
-V etanol teknis = 178,1 ml
-V air = 321,9 ml

III. Tahap Operasi


Disetiap akhir percobaan dilakukan uji hasil terhadap komposisi etanol dalam
distilat berdasarkan densitasnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
A.3
Tabel A.3 Kadar distilat yang dihasilkan pada perbandingan refluks yang
divariasi

Perbandingan L D R R V W Densitas Xe
Refluks (R) mean (ml) (gr) (gr/ml)
19 32 0,594
0,6 20 33 0,606 0,596 24 21,144 0,881 0,553
20 34 0,588
21 17 1,235
1,2 18 15 1,2 1,208 22 19,03 0,865 0,681

19 16 1,188
20 11 1,818
1,8
18 10 1,8 1,806 19 16,207 0,853 0,756

18 10 1,8
21 9 2,333
2,4 22 9 2,444 2,407 18 15,246 0,847 0,794

22 9 2,444
18 6 3
3 20 7 2,857 2,952 16 13,296 0,831 0,863

21 7 3
Suhu atas = 70oC = 158oF
Suhu bawah = 84oC = 183,2oF
Semarang,24 September 2020
Praktikan Asisten Laboratorium

Iwang Nindia Puja Hesti Noviska Darmayanti


NIM. 21030117130118
LEMBAR PERHITUNGAN

A. Membuat Kurva Standar ρ vs x


a) Menghitung Densitas
Massa picnometer kosong = 12,258 gram
Volume picnometer = 10 ml
1. Densitas Etanol Absolut
Massa picnometer + etanol = 20,169 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρ etanol absolut = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
20,169gr−12,258gr
= 10𝑚𝑙

ρ etanol absolut = 0,791 𝑔𝑟/𝑚𝑙


2. Densitas Etanol Teknis
Massa picnometer + etanol teknis = 20,289 gram
massa (picno + etanol teknis) − massa picno kosong
ρ etanol teknis = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
20,289−12,258gr
= 10

ρ etanol teknis = 0,804 𝑔𝑟/𝑚𝑙


3. Densitas Air
Massa picnometer + air = 22,218 gram
massa (picno + air) − massa picno kosong
ρ Air =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

ρ air = 0,996gr/ml
b) Menghitung Volume Etanol-Air Berbagai Komposisi
(ρ.V.x) etanol absolut
𝑋𝑒 = (𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 + (𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)

➢ Xe = 0,1
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,1 = (𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,1 = (0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (0,996)

V etanol absolut = 1,229 ml


V air = V total - V etanol absolut
= 10ml – 1,229 ml
= 8,771ml
➢ Xe = 0,2
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,2 = (𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,2 = (0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (0,996)

V etanol absolut = 2,398 ml


V air = V total - V etanol absolut
= 10ml – 2,398ml
= 7,602ml
➢ Xe = 0,3
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,3 =(𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,3 = (0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (0,996)

V etanol absolut = 3,509 ml


V air = V total - V etanol absolut
= 10 ml – 3,509ml
= 6,491ml
➢ Xe = 0,4
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,4 =(𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,4 = (0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (0,996)
V etanol absolut = 4,568 ml
V air = V total - V etanol absolut
= 10 ml – 4,568ml
= 5,432ml
➢ Xe = 0,5
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,5 = (𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,5 = (0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (0,996)

V etanol absolut = 5,578 ml


V air = V total - V etanol absolut
= 10 ml – 5,578ml
= 4,422ml
➢ Xe = 0,6
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,6 = (𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,6 =
(0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (0,996)

V etanol absolut = 6,543ml


V air = V total - V etanol absolut
= 10 ml – 6,543ml
= 3,457ml
➢ Xe = 0,7
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,7 = (𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,7 = (0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (0,996)

V etanol absolut = 7,464 ml


V air = V total - V etanol absolut
= 10 ml – 7,464ml
= 2,536ml
➢ Xe = 0,8
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,8 =(𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,8 = (0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (0,996)

V etanol absolut = 8,346ml


V air = V total - V etanol absolut
= 10 ml – 8,346ml
= 1,654ml
➢ Xe = 0,9
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,9 = (𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,9 = (0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (0,996)

V etanol absolut = 9,191ml


V air = V total - V etanol absolut
= 10 ml – 9,191ml
= 0,809ml
➢ Xe = 0,998
0,998=
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
(𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
0,998 =
(0,791 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998)+(10 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡) (0,996)

V etanol absolut = 9,984 ml


V air = V total - V etanol absolut
= 10 ml – 9,984ml
= 0,016ml

c) Menghitung Densitas Etanol-Air Berbagai Komposisi Massa


picnometer kosong = 12,258gram
Volume picnometer = 10 ml
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

➢ Xe = 0,1
Massa picnometer + larutan etanol-air = 9,510gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
9,510
= 10
ρ larutan etanol − air = 0,951 𝑔𝑟/𝑚𝑙
➢ Xe = 0,2
Massa picnometer + larutan etanol-air = 9,460gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
9,460
= 10

ρ larutan etanol − air = 0,946 𝑔𝑟/𝑚𝑙


➢ Xe = 0,3
Massa picnometer + larutan etanol-air = 9,320gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
9,320
= 10

ρ larutan etanol − air = 0,932 𝑔𝑟/𝑚𝑙


➢ Xe = 0,4
Massa picnometer + larutan etanol-air = 9,190gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
9,190
= 10

ρ larutan etanol − air = 0,919 𝑔𝑟/𝑚𝑙


➢ Xe = 0,5
Massa picnometer + larutan etanol-air = 8,910gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
8,910
= 10

ρ larutan etanol − air = 0,891 𝑔𝑟/𝑚𝑙


➢ Xe = 0,6
Massa picnometer + larutan etanol-air = 8,720gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
8,720
= 10

ρ larutan etanol − air = 0,872 𝑔𝑟/𝑚𝑙


➢ Xe = 0,7
Massa picnometer + larutan etanol-air = 8,620gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
8,620
= 10

ρ larutan etanol − air = 0,862 𝑔𝑟/𝑚𝑙


➢ Xe = 0,8
Massa picnometer + larutan etanol-air = 8,460gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
8,460
= 10

ρ larutan etanol − air = 0,846 𝑔𝑟/𝑚𝑙


➢ Xe = 0,9
Massa picnometer + larutan etanol-air = 8,220gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
8,220
= 10

ρ larutan etanol − air = 0,822 𝑔𝑟/𝑚𝑙


➢ Xe = 0,998
Massa picnometer + larutan etanol-air = 7,910gram
ρ larutan etanol – air =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 + 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 − 𝑎𝑖𝑟) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
7,910
= 10

ρ larutan etanol − air = 0,791 𝑔𝑟/𝑚𝑙

d) Menghitung Xe Terkoreksi
(𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
𝑋𝑒 = (𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 + (𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)

➢ Xe = 0,1
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 1,229 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 1,229 𝑥 0,998+ (10− 1,229)(0,996)

Xe terkoreksi =0,100
➢ Xe = 0,2
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 2,398 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 2,398 𝑥 0,998+ (10− 2,398)(0,996)

Xe terkoreksi =0,200
➢ Xe = 0,3
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 =𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 3,509 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 3,509 𝑥 0,998+ (10− 3,509)(0,996)

Xe terkoreksi =0,300
➢ Xe = 0,4
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 4,568 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 4,568 𝑥 0,998+ (10− 4,568)(0,996)

Xe terkoreksi =0,400
➢ Xe = 0,5
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 5,578 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 5,578 𝑥 0,998+ (10− 5,578)(0,996)

Xe terkoreksi =0,500
➢ Xe = 0,6
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 6,543 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 6,543 𝑥 0,998+ (10− 6,543)(0,996)

Xe terkoreksi =0,600
➢ Xe = 0,7
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 7,464 𝑥 0,998
=
0,791 𝑥 7,464 𝑥 0,998+ (10− 7,464)(0,996)

Xe terkoreksi =0,700
➢ Xe = 0,8
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 8,346 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 8,346 𝑥 0,998+ (10− 8,346)(0,996)

Xe terkoreksi =0,800
➢ Xe = 0,9
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 9,191 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 9,191 𝑥 0,998+ (10− 9,191)(0,996)

Xe terkoreksi =473
➢ Xe = 0,900
𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998
𝑋𝑒 = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑥 0,998+ (10− 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,791 𝑥 9,984 𝑥 0,998
= 0,791 𝑥 9,984 𝑥 0,998+ (10− 9,984)(0,996)

Xe terkoreksi =0,998
e) Membuat kurva standar hubungan Xe terkoreksi (sumbu x) vs densitas
(sumbu y)

Gambar e.1 Kurva standar hubungan Xe dan larutan etanol-air

B. Tahap Operasi
a) Menghitung Komposisi Uap Masuk Kolom (yF)
Suhu atas = 70oC = 158oF
Suhu bawah = 84oC = 183,2oF
(Sumber : Brown, G.G er al,”Unit Operation”,Appendix, page 582)
Dari data tabel sistem keseimbangan etanol-air pada 1 atm diperoleh :
- 184,5oF ; Ycair = 0,30 ; Yuap = 0,713
- 181,7oF ; Ycair = 0,40 ; Yuap = 0,746

T yF
184,5 0,713
183,2 0,728
181,7 0,746

Tabel B.1 sistem keseimbangan etanol-air pada 1 atm


Setelah di Interpolasi diperoleh nilai fraksi uap sebesar 0,728

b) Menghitung Kebutuhan Etanol Teknis Larutan Umpan


Vtotal = 500ml, ρ larutan umpan = 0,941 gr/ml
Xe = 0,3
(𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑛𝑖𝑠
𝑋𝑒 =
(𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑛𝑖𝑠 + (𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑛𝑖𝑠)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)

X etanol teknis = 0,941

(𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑛𝑖𝑠


0,3 =(𝜌.𝑉.𝑥) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑛𝑖𝑠 + (500 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑛𝑖𝑠)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)
0,804 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑛𝑖𝑠 𝑥 0,941
0,3 =0,804 𝑥 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑛𝑖𝑠 𝑥 0,941 + (500 − 𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑛𝑖𝑠)(𝜌 𝑎𝑖𝑟)

V etanol teknis = 178,1 ml


V air = 500 ml – V etanol teknis = 321,9ml

c) Tabel Kadar distilat yang dihasilkan pada perbandingan refluks yang


divariasi

Perbandingan L D R R V W Densit Xe
Refluks (R) mean (ml) (gr) as
(gr/ml)
19 32 0,594
0,6 20 33 0,606 0,596 24 21,144 0,881 0,553
20 34 0,588
21 17 1,235
1,2 18 15 1,2 1,208 22 19,03 0,865 0,681
19 16 1,188
20 11 1,818
1,8
18 10 1,8 1,806 19 16,207 0,853 0,756
18 10 1,8
21 9 2,333
2,4 22 9 2,444 2,407 18 15,246 0,847 0,794
22 9 2,444
18 6 3
3 20 7 2,857 2,952 16 13,296 0,831 0,863

21 7 3

d) Menghitung Fraksi Residu Terkecil


F =W+D
(ρ.V) feed = W + (ρ.V)D
ρ feed x 500 = W + (ρ.V)D
0,932 x 500 = W + (0,881x24)
W = 446,856 gram

F.XF = W.XW + D.XD


(ρ.V) feed x 0,3 = W. XW + (ρ.V)D. XD
0,932 x 500 x 0,3 = 446,856 x XW + (0,881 x 24) x 0,553
XW = 0,288
PROSEDUR ANALISA

A. Menentukan densitas cairan


1. Mencuci picnometer sampai bersih.
2. Keringkan picnometer dalam oven dengan suhu 70°C selama 2 menit.
3. Dinginkan picnometer dalam desikator.
4. Timbang picnometer kosong hingga berat konstan dan catat beratnya.
5. Mengisi picnometer kosong dengan cairan yang akan diukur densitasnya
sampai penuh.
6. Menimbang berat picnometer yang sudah terisi cairan hingga berat konstan,
catat beratnya.
7. Menghitung densitas cairan tersebut dengan menggunakan rumus :

B. Membuat kurva standard hubungan antara densitas dengan


komposisi (%berat) larutan etanol-air (Xe vs ρe) pada berbagai
komposisi.
1. Membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi
• Menghitung volume etanol absolute yang dibutuhkan dalam
membuat larutan campuran etanol-air pada berbagai komposisi
menggunakan rumus :

• Ukur volume etanol absolute sesuai dengan volume etanol terhitung


sampai batas ketelitian alat.
• Ukur volume air yang dibutuhkan sesuai dengan volume air terhitung
sampai batas ketelitian alat.
• Mencampurkan larutan antara etanol absolute dan air dengan volume
yang telah diukur.
2. Menentukan densitas larutan etanol-air pada berbagai komposisi.
3. Plotkan data Xe pada ρ larutan ke sumbu x dan y untuk membentuk kurva
standar.
C. Membuat 500ml larutan umpan etanol-air 30% berat
1. Menghitung volume etanol teknis dan volume air yang dibutuhkan dalam

membuat larutan campuran etanol-air dengan konsentrasi 30% berat


menggunakan rumus :
2. Ukur volume etanol teknis sesuai dengan volume etanol terhitung
sampai batas ketelitian alat.
3. Ukur volume air yang dibutuhkan sesuai dengan volume air terhitung
sampai batas ketelitian alat.
4. Mencampurkan larutan antara etanol teknis dan air dengan volume yang
telah diukur.

D. Analisa hasil
1. Menghitung densitas distilat dengan menggunakan picnometer
• Timbang picnometer kosong hingga berat konstan dan catat beratnya.
• Mengisi picnometer kosong dengan distilat sampai penuh.
• Menimbang berat picnometer yang sudah terisi distilat hingga berat
konstan, catat beratnya.
• Menghitung densitas distilat tersebut dengan menggunakan rumus :

2. Plotkan densitas distilat pada kurva standar untuk mengetahui


konsentrasi etanol pada distil
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN

Anda mungkin juga menyukai