Anda di halaman 1dari 22

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN AKUAKULTUR PAYAU DAN LAUT

Disusun oleh :
TIM ASISTEN PRAKTIKUM
Nada Hanifah
Ceteria Nuchter Ikbar Adamimawar
Kabod Mulia Abadi Nugraha Putra
Yulita Dwi Astuti

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT bahwasanya telah dapat kami
selesaikan pedoman buku praktikum Manajemen Akuakultur Payau dan Laut. Buku ini
merupakan panduan bagi mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan praktikum yang merupakan
suatu kegiatan aplikasi dari mata kuliah Manajemen Akuakultur Payau dan Laut di Program
Studi Akuakultur Universitas Tidar.

Di dalam panduan ini kami jabarkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
mahasiswa peserta didik untuk dapat melakukan praktikum Manajemen Akuakultur Payau dan
Laut. Besar harapan kami bahwa buku ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan dapat
membantu mahasiswa peserta didik untuk dapat lebih memahami tentang manajemen perairan
payau dan laut. Akhirnya kami berharap kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritik
dan saran agar selanjutnya dapat kami pergunakan untuk melaksanakan perbaikan buku ini.

Magelang, 7 April 2022

Tim Penulis

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL ii


DAFTAR ISI

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ................................................................................................ iv
BOBOT NILAI PRAKTIKUM ................................................................................................. v
RUANG LINGKUP PRAKTIKUM .......................................................................................... v
PRAKTIKUM I & II.................................................................................................................. 1
PRAKTIKUM III ....................................................................................................................... 4
PRAKTIKUM IV....................................................................................................................... 6
PRAKTIKUM V ........................................................................................................................ 9
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM ................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL iii


TATA TERTIB PRAKTIKUM
LABORATORIUM FAKULTAS PERTANIAN

1. ASISTEN
a. Asisten praktikum dalam melaksanakan praktikum bertanggung jawab kepada
dosen penanggung jawab praktikum
b. Asisten praktikum bertanggung jawab terhadap ketertiban, keamanan dan
kelancaran pelaksanaan praktikum, laporan akhir pelaksanaan praktikum
c. Asisten praktikum bertanggung jawab terhadap kebersihan ruangan praktikum
setiap setelah praktikum selesai
d. Asisten praktikum sebelum melaksanakan praktikum wajib :
➢ Berkordinasi dengan penanggung jawah praktikum
➢ Membuat rencana kerja/jadwal praktikum termasuk pengamatan acara
prkatikum yang diketahui/disetujui oleh penaggung jawab praktikum dan
diserahkan keapada Kepala Laboratorium
➢ Mengkoordinasikan, menyediakan dan menyiapkan bahan-bahan dan alat
praktikum bersama petugas/laboran selambat-lambatnya dua hari sebelum
pelaksanaan acara praktikum
➢ Asisten wajib memakai jas laboratorium

2. PRAKTIKAN
a. Wajib datang tepat waktu serta mengisi daftar hadir sebelum praktikum dimulai
b. Terlambat hadir 5 (lima) menit tidak diijinkan mengikuti praktikum
c. Bila tidak hadir/tidak mengikuti acara praktikum harus menunjukkan surat
keterangan dan mengajukan surat permohonan inhal kepada penanggungjawab
d. Bila tidak mengikuti lebih dari dua acara praktikum dianggap gagal mengikuti
praktikum
e. Wajib memakai jas praktikum selama melaksanakan praktikum
f. Dilarang merokok, minum dan makan ketika melaksanakan praktikum
g. Meminjam dan mengembalikan peralatan praktikum secara tertulis, peralatan
dalam keadaan bersih, kering dan dan tidak cacat/rusak
h. Setelah mengambil bahan praktikum wajib mengembalikan bahan praktikum
ketempat semula dalam keadaan tertib
i. Wajib membuat laporan praktikum sesuai format yang ditetapkan asisten dan
diserahkan paling lambat seminggu setelah suatu acara praktikum selesai
j. Memecahkan atau merusak alat praktikum mendapatkan sanksi nilai praktikum
yang dilakukan hilang dan diwajibkan mengisi surat pernyataan.

3. Hal-hal yang belum tercantum dalam peraturan tata-tertib ini akan diatur lebih lanjut
oleh Kepala Laboratorium.

Magelang, 12 April 2022

Ir. Hadi Rianto, M.Sc.


Kepala Lab.

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL iv


BOBOT NILAI PRAKTIKUM

Kehadiran Pre test Post test Laporan Praktikum Responsi


(10%) (15%) (15%) (30%) (30%)

RUANG LINGKUP PRAKTIKUM

1. ASISTENSI
2. Pembuatan Larutan Pengencer
3. Pembuatan Pembuatan Salinitas dengan Konsentrasi Tertentu
4. Pembuatan Ammonia
5. Pembuatan Probiotik
6. Tingkat Konsumsi Oksigen
7. Responsi

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL v


PRAKTIKUM I & II
Pembuatan Larutan Pengencer & Pembuatan Salinitas dengan Konsentrasi Tertentu

A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan (Mahasiswa) mampu mengetahui dan
mempraktekkan secara langsung proses pengenceran salinitas untuk mendapatkan konsentrasi
yang sesuai.
B. Uraian Materi
Salinitas merupakan Banyaknya garam alam gram yang terdapat pada satu liter air
laut.Salinitas biasanya dinyatakan dengan per mil (‰) atau perseribu yang menunjukkan
berapa gram kandungan mineral dalam setiap 1.000 gram air laut (Kannur, 2017). Berdasarkan
Septiani et al. (2014), berdasarkan kemampuan ikan dalam menyesuaikan diri pada salinitas
dapat digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi rentan salinitas yang kecil
(Stenohaline) dan Ikan yang mempunyai toleransi rentan salinitas yang lebar (Euryhaline).
Menurut Rosmawati (2011), dalam buku Ekologi Perairan terbagi menjadi 3 jenis berdasarkan
kisaran salinitas, yaitu:
1. Perairan tawar <0,5 ppt
2. Perairan payau 0,5-17 ppt
3. Perairan laut >17 ppt
Tinggi rendahnya nilai salinitas suatu perairan dapat dipengaruhi oleh cuaca, pola
sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Salinitas dianggap menjadi sebuah
masking factor dalam kegiatan budidaya, karena dapat merubah sifat fisika kimia suatu
perairan dan menjadi saling berkesinambungan yang dapat berdampak pada berlangsungnya
proses osmotik baik pada sistem osmoregulasi maupun sistem bioenergetik bagi suatu
organisme perairan (Patty, 2013). Dalam kegiatan budidaya terutama payau dan laut perubahan
nilai salinitas harus diperhatikan agar selalu berada dalam kisaran optimal menyesuaikan
dengan kultivan budidaya. Dalam budidaya di tambak air payau, apabila terjadi fluktuasi nilai
salinitas yang cukup tinggi, maka harus segera dilakukan tindakan untuk mengembalikan nilai
salinitas dalam titik optimal. Tetapi, ketika di laut fluktuasi nilai salinitas sulit untuk dikontrol.
Rekayasa nilai salinitas dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan metode
pengenceran untuk memperoleh konsentrasi sesuai keinginan. Pengenceran sendiri dapat

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 1


dilakukan dengan mencampurkan air bersalinitas tinggi dengan air bersalinitas rendah. Berikut
adalah rumus pengenceran:
(S1 x V1) + (S2 x V2)
S= atau V1 x S1 = V2 x S2
V1 + V2

Keterangan:
S : Salinitas yang inginkan
S1 : Salinitas tinggi (air laut)
V1 : Volume air salinitas tinggi (air laut)
S2 : Salinitas rendah (air tawar)
V2 : Volume air salinitas rendah (air tawar)

C. Alat dan Bahan


Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
− Nampan : sebagai tempat meletakkan alat dan bahan
− Pipet tetes : untuk mengambil dan memindahkan larutan NaOH dan KIT
dalam skala kecil.
− pH meter : untuk mengukur nilai pH dan suhu dari larutan probiotik.
− Refraktometer : untuk mengukur kadar salinitas dari larutan probiotik.
− DO meter : untuk mengukur kadar DO dari larutan probiotik.
− Beaker glass 250ml : sebagai wadah sementara dari air laut dan air payau.
− Gelas ukur 100ml : sebagai wadah saat pencampuran air laut dan air payau.
− Toples : sebagai wadah dari larutan probiotik.
− Spatula : untuk menghomogenkan larutan.
− Cuvet : sebagai wadah dari larutan probiotik yang hendak diuji
dengan KIT.
− Washing bottle : sebagai wadah dari akuades.

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
- Air laut konsentrasi 35 ppt : sebagai bahan yang hendak dicampur dan diencerkan.

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 2


- Air payau konsentrasi 5 ppt : sebagai bahan yang hendak dicampur dan diencerkan.
− Larutan probiotik : sebagai larutan yang hendak diukur nilai salinitas,
TAN, nitrit, nitrat, DO, pH dan suhunya.
− Akuadest : untuk mengkalibrasi prisma refraktometer.
− KIT ammonia : sebagai uji kadar ammonia dari larutan probiotik yang
dibuat.
− KIT nitrite : sebagai uji kadar nitrit dari larutan probiotik yang
dibuat.
− KIT nitrate : sebagai uji kadar nitrat dari larutan probiotik yang
dibuat.
− Tissue : untuk membersihkan alat yang telah digunakan dan
untuk membersihkan prisma refraktometer.
− Kertas label : sebagai penanda kelompok pada toples

D. Langkah Kerja
a) Pembuatan Larutan Pengencer

Diambil air tawar dan air laut sesuai dengan


konsentrasi yang telah ditentukan

Dicampur dan dihomogenkan

Hasil

b) Pembuatan Salinitas Dengan Konsentrasi Tertentu

Diambil air tawar dan air payau sesuai dengan volume yang ditentukan

Dicampur dan dihomogenkan

Dilihat salinitas dengan refraktometer

Didapat hasil

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 3


PRAKTIKUM III
PEMBUATAN AMMONIA

A. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini agar praktikan (mahasiswa) dapat
mempraktikan dan mengetahui pembuatan ammonia dalam larutan air. Selain itu,
praktikan diharapkan dapat memahami bagaimana cara kerja dan fungsi dari pembuatan
amonia.
B. Uraian Materi
Ammonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun
amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri
adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Ammonia pada budidaya
perairan merupakan hasil akhir dari sisa-sisa metabolisme maupun sisa pakan yang
tidak termanfaatkan oleh ikan atau secara umum dapat dikatakan sebagai limbah yang
dihasilkan dari budidaya ikan. Menurut Effendi (2003) dalam Sumarno (2015),
menyatakan bahwa ammonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi bersifat toksik
terhadap organisme akuatik. Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik akan
meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu. Kadar ammonia
bebas yang tidak terionisasi (NH3) pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,02
mg/liter, jika kadar ammonia bebas lebih dari 0,2 mg/liter, perairan bersifat toksik bagi
beberapa jenis ikan (Warseno, 2018).
C. Alat dan Bahan
Alat :
1. Toples 2 buah : Sebagai wadah dari pembuatan ammonia
2. Gelas Ukur 500 ml : Sebagai wadah dari larutan pengencer
3. Spatula : Untuk menghomogenkan larutan ammonia
4. Nampan : Sebagai tempat meletakkan alat dan bahan
Bahan :
1. Larutan Amonia : Sebagai larutan utama pembuatan ammonia
2. Larutan Pengencer : Sebagai larutan pengencer larutan

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 4


3. Tissue : Untuk membersihkan alat yang telah digunakan
4. Kertas Label : Sebagai penanda kelompok pada toples

D. Cara Kerja

Dihitung volume ammonia yang


dibutuhkan sesuai kelompok

Dicampurkan dengan larutan


pengencer hingga 500 ml

Dicampur dan dihomogenkan

Didapat hasil

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 5


PRAKTIKUM IV
PENAMBAHAN PROBIOTIK

A. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini agar praktikan (mahasiswa) dapat
mempraktikan dan mengetahui penambahan probiotik dalam larutan ammonia. Selain
itu, praktikan diharapkan dapat memahami bagaimana cara kerja dan fungsi dari
penambahan probiotik untuk meningkatkan kualitas air.
B. Uraian Materi
Probiotik adalah mikroba hidup yang dapat memberikan keuntungan bagi
inangnya yaitu dengan mengatur keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan,
meningkatkan efisiensi dan pemanfaatan pakan, meningkatkan respon imun serta dapat
memperbaiki kualitas lingkungan. Probiotik dapat dikatakan merupakan makanan
tambahan bagi hewan inang berupa sel mikroorganisme (mikroba) atau sebagai pakan
mikroskopik yang bertujuan memenangkan kompetisi dalam sistem saluran pencernaan
ikan (hewan inang) dengan bakteri merugikan (patogen) (Fahrunnisa, 2017). Karena
dalam penggunaannya bakteri probiotik dalam bidang budidaya ikan dapat menjaga
keseimbangan mikroba dan mengendalikan patogen dalam saluran pencernaan (Mansur
dan Tangko 2008 dalam Umasugi, dkk., 2018).
Probiotik dapat berperan untuk memudahkan dalam proses penyerapan zat
nutrisi, meningkatkan kesehatan ikan, mempercepat pertumbuhan, dan menghalangi
penyakit untuk masuk ke tubuh ikan. Menurut Fitriyanto (2019), menyatakan bahwa
penggunaan probiotik merupakan salah satu metode pengendali penyakit ikan yang
aman dan ramah lingkungan. Selain itu, aplikasi probiotik melalui media pemeliharaan
bertujuan memperbaiki kualitas air pada budidaya perikanan. Probiotik dalam media
budidaya merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah kualitas air dalam
budidaya yang diadaptasi dari teknik pengolahan limbah domestik secara konvensional
(Avnimelech and Kochba 2009 dalam Rachmawati dkk., 2016). Dalam budidaya
perikanan saat ini sudah banyak yang menggunakan jenis probiotik dalam media
budidayanya. Beberapa jenis probiotik yang menguntungkan telah dan sementara

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 6


dikembangkan sebagai probiotik diantaranya jenis-jenis bakteri asam laktat (BAL)
seperti Lactobacillus, Pseudomonas (Ijong dan Ohta 1996 dalam Umasugi, 2018).

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Nampan : Sebagai tempat meletakkan alat dan bahan
2. Beaker glass 250 mL : sebagai wadah dari air laut dan air tawar
3. Gelas Ukur 100 mL : sebagai wadah sementara saat pencampuran air laut dan
air tawar
4. Toples : sebagai wadah dari larutan probiotik
5. Refraktometer : untuk mengukur kadar salinitas dari larutan probiotik
6. DO meter : untuk mengukur kadar DO dari larutan probiotik
7. pH meter : untuk mengukur nilai pH dan suhu dari larutan
probiotik.
8. Pipet tetes : untuk mengambil dan memindahkan larutan NaOH dan
KIT dalam skala kecil
9. Spatula : untuk menghomogenkan larutan
10. Cuvet : sebagai wadah dari larutan probiotik yang hendak diuji
dengan KIT
11. Washing bottle : sebagai wadah dari akuades.
Bahan :
1. Air Laut Konsentrasi 35 ppt : Sebagai bahan yang hendak dicampur dan
diencerkan
2. Air tawar konsentrasi 0 ppt : sebagai bahan yang hendak dicampur dan
diencerkan
3. Akuadest : untuk mengkalibrasi prisma refraktometer
4. NaOH : untuk membuat nilai pH larutan menjadi + 8
5. KIT ammonia : sebagai uji kadar ammonia dari larutan probiotik
yang dibuat
6. KIT nitrite : sebagai uji kadar nitrit dari larutan probiotik
yang dibuat

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 7


7. KIT nitrate : sebagai uji kadar nitrat dari larutan probiotik
yang dibuat
8. Tissue : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
dan untuk membersihkan prisma refractometer
9. Kertas label : sebagai penanda kelompok pada toples.

D. Cara Kerja

Disiapkan larutan pengencer yang telah


ditambah ammonia

Diukur pH, suhu, DO, salinitas, nitrit,


nitrat, ammonia

Ditambah probiotik dengan


konsentrasi sesuai kelompok

Didapat hasil

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 8


PRAKTIKUM V
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN

A. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar praktikan (mahasiswa) dapat
mempraktikkan dan mengetahui tingkat konsumsi oksigen biota air. Selain itu, praktikan
diharapkan dapat menghitung tingkat konsumsi oksigen biota air menggunakan rumus yang
sudah tertera pada panduan praktikum untuk mengetahui jumlah oksigen yang dibutuhkan
biota air.
B. Uraian Materi
Oksigen memiliki peranan penting dalam perairan untuk menguraikan komponen-
komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen merupakan gas pentin
untuk proses respirasi dan metabolisme ikan. Asmawi (1983) menyatakan oksigen merupakan
unsur organik terlarut dalam air yang berperan sebagai faktor pembatas penting dalam
pertumbuhan dan metabolisme ikan. Perairan dengan kandungan oksigen yang sedikit tidak
baik bagi pertumbuhan ikan karena akan mempengaruhi kecepatan makan atau laju
metabolisme ikan. Oksigen diperlukan ikan dalam proses metabolisme aerobik.
Konsumsi oksigen merupakan pengkuantitatifan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
suatu organisme air salah satunya ikan. Konsumsi oksigen pada ikan digunakan sebagai
parameter laju metabolisme pada ikan dengan satuan mg/g/jam (Julian, 2003). Dasar yang
digunakan untuk mengukur konsumsi oksigen oleh ikan selama transportasi adalah berat ikan
dan suhu air. Jumlah oksigen yang dikonsumsi ikan bergantung pada jumlah oksigen yang
tersedia di dalam air (Gordon, 1972). Jika kandungan oksigen dalam air meningkat, ikan akan
mengonsumsi oksigen pada kondisi stabil dan ketika kadar oksigen menurun maka konsumsi
oksigen oleh ikan lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi oksigen pada saat kadar oksigen
tinggi. Pernyataan lain juga ditambahkan oleh Hurkat (1976) yang menyatakan bahwa
konsumsi oksigen pada hewan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu aktivitas tubuh, ukuran
tubuh, tinggi badan, umur, dan berat badan. Nilai konsumsi oksigen per gram berat tubuh
menurun seiring dengan meningkatnya ukuran tubuh. Ikan kecil cenderung lebih aktif bergerak
sehingga membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan dengan ikan besar. Oleh karena itu,
semakin besar volume ikan menyebabkan konsumsi oksigen oleh ikan semakin kecil. Pada ikan

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 9


yang aktif berenang memiliki insang yang lebih kebar sehingga kebutuhan oksigennya dapat
terpenuhi tanpa harus mengganggu aktivitasnya. Sedangkan penurunan aktivitas ikan akan
mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh sehingga konsumsi oksigen akan mengalami
penurunan. Rukka (2012) menambahkan penggunaan konsumsi oksigen sangat dipengaruhi
oleh kepadatan ikan. Peningkatan kepadatan menyebabkan penurunan mutu air selama
budidaya. Hal ini terlihat dari kondisi visual air selama pemeliharaan air media agak keruh,
berlendir dan Respon ikan terhadap perubahan lingkungan suhu, oksigen terlarut, serta
peningkatan metabolik ikan ditunjukkan oleh perubahan warna (Suryaningrum, 2000).
Semakin tinggi tingkat kepadatan menyebabkan kandungan oksigen terlarut mengalami
penurunan.
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi konsumsi oksigen adalah suhu. Menurut
Gordon (1972) menyatakan bahwa pengaruh lingkungan terhadap konsumsi oksigen dapat
berbeda, temperatur perairan juga mempengaruhi metabolisme ikan. Dalam temperatur yang
tinggi terjadi juga peningkatan metabolisme dalam tubuh ikan dan hal tersebut akan
mengakibatkan konsumsi oksigen yang dibutuhkan semakin banyak. Menurut Prosser dan
Brown, (1961), standar nilai konsumsi oksigen untuk hewan poikiloterm dari ikan air tawar
adalah 0,349 mg/g/jam pada suhu 15°C. Kecepatan konsumsi oksigen hewan poikiloterm akan
naik dua kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10°C.
Kebutuhan konsumsi oksigen ikan mempunyai spesifitas yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada kebutuhan dan keadaan
metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies
tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktural molekul darah yang mempengaruhi
hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan dalam sel darah.
Ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan aktifitas ikan (Barner, 1963). Menurut Lagler
(1977) tingkat konsumsi oksigen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Intensitas dari metabolisme oksidatif dalam sel,
2. Kecepatan pertukaran yang mengontrol perpindahan air disekitar insang yang berdifusi
melewatinya,
3. Faktor internal yaitu kecepatan sirkulasi darah dan volume darah yang dibawa menuju
insang, dan
4. Afinitas oksigen dari haemoglobin.

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 10


Kemudian diambil air payau sebanyak 2 liter yang sebelumnya air payau tersebut telah
diaerasi selama 24 jam dan kemudian dimasukkan ke dalam toples. Setelah itu diambil hewan
uji dan ditimbang berat hewa uji tersebut menggunakan timbangan digital dan dicatat sebagai
W. Kemudian diukur DO awal dengan menggunakan DO meter dan dicatat hasilnya sebagai
DO dan dimasukkan hewan uji tersebut ke dalam toples dan ditutup toples dengan tutup toples.
Kemudian ditunggu selama 1 jam setelah itu diukur DO akhir pada toples tersebut dan dicatat
hasilnya sebagai Dot. Setelah itu dimasukkan dalam rumus di bawah ini dan akan diperoleh
hasil :
V x (DOo-DOt)
OC = wxt

Keterangan :
- OC = Tingkat konsumsi oksigen (mg O2/g/jam)
- V = volume air dalam wadah (L)
- DOo = Konsentrasi oksigen terlarut pada awal pengamata (mg/L)
- DOt = konsentrasi oksigen terlarut pada waktu t (mg/L)
- W = bobot udang uji (g)
- t = periode waktu pengamatan (jam)

C. Alat dan Bahan


Dalam praktikum Manajemen Akuakultur Payau alat dan bahan yang digunakan antara
lain adalah sebagai berikut :
Alat
a. Toples 2 buah : sebagai wadah dari larutan probiotik dan sebagai wadah dari
udang vanname yang hendak diuji TKO-nya
b. DO meter : untuk mengukur kadar DO dari larutan probiotik.
c. Refraktometer : untuk mengukur kadar salinitas dari larutan probiotik.
d. pH meter : untuk mengukur nilai pH dan suhu darilarutan probiotik.
e. Pipet tetes : untuk mengambil dan memindahkan KIT dalam skala kecil.
f. Cuvet : sebagai wadah dari larutan probiotik yang hendak diuji dengan
KIT.
g. Nampan : sebgai tempat meletakkan alat dan bahan.
h. Stopwatch : untuk menghitung waktu pengamatan tingkat konsumsi

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 11


oksigen.
i. Seser : untuk membantu mengambil dan memindahkan hewan uji dari
akuarium ke toples.
j. Akuarium : sebagai tempat dari air dan media hidup dari udang vanname.
k. Timbangan digital : untuk mengukur berat udang dengan ketelitian 10-2
l. Aerator : untuk memasok oksigen masuk ke dalam air di akuarium.
m. Washing bottle : sebagai wadah dari akuades.
n. Batu aerasi : sebagai tempat keluarnya gelembung udara yang berisi oksigen
dalam air di akuarium.
o. Selang aerator : sebagai penyalur oksigen masuk ke dalam air dari aerator.
Bahan
a. Air : sebagai madia hidup dari udang vanname.
b. Udang vanname : sebagai obyek yang hendak diamati tingkat konsumsi
oksigennya.
c. Larutan probiotik : sebagai larutan yang hendak diukur nilai salinitas, TAN nitrit,
nitrat, DO, pH dan suhunya.
d. Akuadest : untuk mengkalibrasi prisma refraktometer.
e. KIT ammonia : sebagai uji kadar ammonia dari larutan probiotik yang dibuat.
f. KIT nitrite : sebagai uji kadar nitrit dari larutan probiotik yang dibuat.
g. KIT nitrate : sebagai uji kadar nitrat dari larutan probiotik yang dibuat.
h. Tissue : untuk membersihkan alat yang telah digunakan dan untuk
membersihkan prisma refraktometer.
i. Kertas label : sebagai penanda kelompok pada toples yang telah diisi udang
vanname.
D. Cara kerja

Diambil air payau sebanyak 2 liter yang sebelumnya telah


diaerasi selama 24 jam

Dimasukkan air ke toples

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 12


Ambil 2 ekor udang

Ditimbang berat dan dicatat

Diukur DO0 awal pengamatan dan dicatat


hasilnya

Dimasukkan udang ke dalam toples

Ditunggu 1 jam, setelah itu diukur DO akhir


pengamatan

Dihitung tingkat konsumsi oksigen menggunakan


rumus :
V x (DOo-DOt)
OC = wxt

Didapatkan hasil

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 13


SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

I. Laporan Sementara
1. Tulis tangan menggunakan bolpoin biru dan diparaf asisten praktikum menggunakan
bolpoin merah
2. Kertas HVS A4
3. Isi : Judul praktikum, identitas praktikan (kelompok), tujuan, alat dan bahan, metode
pelaksanaan, hasil pengamatan, kesimpulan.
4. Dikumpulkan secara hardfile kepada asisten praktikum setelah praktikum dilaksanakan
dan wajib mendapatkan paraf asisten praktikum sebagai bukti jika laporan sementara
telah diterima.
5. Laporan sementara dijadikan sebagai syarat dan lampiran saat pengumpulan
laporan praktikum

FORMAT LAPORAN SEMENTARA

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 14


II. Laporan Praktikum
1. Tulis tangan menggunakan bolpoin biru dan dikoreksi asisten praktikum menggunakan
bolpoin merah
2. HVS A4, margin 4-3-3-3
3. Cover, Daftar Isi, Bab 1 (Pendahuluan, Tujuan, Manfaat), Bab 2 (Tinjauan Pustaka),
Bab 3 (Metodologi berisi alat bahan dan langkah kerja), Bab 4 (Hasil dan Pembahasan),
Bab 5 (Kesimpulan), Daftar Pustaka, Lampiran dokumentasi
4. Dikumpulkan secara hardfile dan wajib diserahkan kepada asisten praktikum secara
langsung sebelum acara praktikum selanjutnya dilaksanakan.
5. Apabila terdapat revisi dari asisten praktikum terhadap laporan praktikan, wajib
diperbaiki sebelum kembali dikumpulkan.
6. Wajib dibuat sebagai syarat responsi

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 15


DAFTAR PUSTAKA

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Gramedia. Jakarta


Barner, R. D. 1963. Invertebrata Zoologi. W. B. Saunders Company, Philadelphia.
Erlangga, E. 2012. Budidaya Udang Vannamei secara Intensif. Agro Mandiri : Tangerang
Selatan.

Fahrunnisa, M. 2017. Pengaruh Pemberian Probiotik Bacillus sp. dengan Dosis Yang Berbeda
terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Larva Ikan Nila Payau (Oreochromis
niloticus). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fitriyanto, A. N. 2019. Efektivitas Penambahan Probiotik terhadap Pertumbuhan, FCR, dan
Sintasan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Skripsi. Universitas Satya
Negara Indonesia. Jakarta.
Gordon, M. S. 1972. Animal Physiology Principles. Mac Millan Publishing Co. New York.
Hurkat. 1976. A Text Book of Animal physiology. Schandand Co. Ltd, New Delhi.
Julian, William G. R, Stephanie E.W. and James S Albert. Oxygen Consumption in weakly
electric neotropical fishes. Journal of Oecologia 2003; 137:502- 511.
Kannur, Haeruddin. 2017. Pengaruh Salinitas yang Berbeda Terhadap Daya Tetas Telur dan
Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus).
Skripsi. Makassar: Universitas Muhamadiyah Makassar.
Patty, S. (2013). Distribusi Suhu, Salinitas, dan Oksigen Terlarut di Perairan Kema, Sulawesi
Utara. Jurnal Ilmiah Platax, Vol. 1(3).
Prosser, C. L. and F. A. Brown. 1961. Comparative Animal Physiology. W. B. Saunders
Company, Philadelphia and London.
Rachmawati, D., I. Samidjan dan S. B. Prayitno. 2016. Aplikasi Teknik Probiotik terhadap
Kualitas Air Media Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) di Desa
Tambaksari, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal. PENA Akuatika, 14(1).
Rukka, D. P. 2012. Pengaruh Kepadatan Berbeda Terhadap Konsumsi Oksigen Pada Juvenil
Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal). Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Septiani, Wahyu D., Patrice. N. I., Alfret Luasinaung. 2014. Dinamika salinitas daerah
penangkapan ikan di sekitar muara Sungai Malalayang, Teluk Manado, pada saat spring
tide. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap,1(6): 215-220.
Sumarno, D., dan T. Muryanto. 2015. Penentuan Kandungan Ammonia (N-NH3) Berdasarkan
Hasil Analisa Kandungan Ammonium (N-NH4) di Aliran Sungai (DAS) Poso
Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Balai Penelitian dan Pemulihan Konservasi
Sumberdaya Ikan-Jatiluhur, 13(2).

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 16


Suryaningrum, T.D., Abdul Sari dan Ninoek Indiarti (2000). Pengaruh Kapasitas Angkut
Terhadap Sintasan dan Kondosi Ikan pada Transportasi Kerapu Hidup Sistim Basah.
Dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan 1999/2000. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan Jakarta. P; 259-268.

Umasugi, A., Reiny, A.T., Reni, L. K., Henky, M., Novie, P. L. P., Elvi, L. G. 2018.
Penggunaan Bakteri Probiotik untuk Pencegahan Infeksi Bakteri Strepcoccocus
agalactiae pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Budidaya Perairan, 6(2).

Warseno, Y. 2018. Budidaya Lele Super Intensif di Lahan Sempit. Jurnal Riset Daerah, 17(2).

PANDUAN PRAKTIKUM MAPL 17

Anda mungkin juga menyukai