Disusun Oleh:
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat serta anugerah-Nya penulis dapat menyusun dan meyelesaikan Makalah
yang berjudul Unsur N, P, dan K di Dalam Perairan ini dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Kualitas Air.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah ini, khususnya kepada:
1. Ibu Annisa Novita Sari, S. Pi., M. Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Kualitas Air.
2. Kedua orangtua yang tak henti-hentinya memberikan ketulusan doanya
agar proses belajar bisa berjalan dengan lancar
Penulis sadar bahwa makalah ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan kajian yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh
sebab itu, penulis membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas dikemudian hari.
Terakhir, harapan penulis semoga makalah ini dapat memberi manfaat
kepada semua pembaca, khususnya di bidang Budidaya Perairan yang sesuai
dengan materi Manajemen Kualitas Air.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................... ` i
Kata Pengantar ............................................................................................ ` ii
Daftar Isi...................................................................................................... ` iii
BAB 1 Pendahuluan ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 1
BAB 2 Pembahasan..................................................................................... 2
2.1 Pengertian Unsur Nitrogen, Fosfor, dan Sulfur ................................. 2
2.1.1 Pengertian Unsur Nitrogen (N) .............................................. 2
2.1.2 Pengertian Unsur Fosfor (P)................................................... 2
2.1.3 Pengertian Unsur Sulfur (S) ................................................... 3
2.2 Siklus Nitrogen, Fosfor, dan Sulfur di Perairan ................................ 3
2.2.1 Siklus Nitrogen....................................................................... 3
2.2.2 Siklus Fosfor .......................................................................... 4
2.2.3 Siklus Sulfur ........................................................................... 5
2.3 Kadar Unsur Nitrogen, Fosfor, dan Sulfut di Perairan ...................... 5
2.3.1 Kadar Unsur Nitrogen ............................................................ 5
2.3.2 Kadar Unsur Fosfor ................................................................ 5
2.3.3 Kadar Unsur Sulfat................................................................. 6
2.4 Dampak Keberadaan Unsur N, P, dan S terhadap Perairan
dan Biota Perairan ............................................................................. 7
2.4.1 Dampak Keberadaan Unsur Nitrogen di Perairan.................. 7
2.4.2 Dampak Keberadaan Unsur Fosfor di Perairan ..................... 7
2.4.3 Dampak Keberadaan Unsur Sulfur di Perairan ...................... 8
BAB 3 Penutup ........................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 9
Daftar Pustaka ............................................................................................ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian unsur N, P, dan S di perairan
2. Untuk mengetahui bagamana siklus dari unsur N, P, dan S
3. Untuk mengetahui kadar unsur N, P, dan S di perairan
4. Untuk mengetahui dampak keberadaan unsur N, P, dan S terhadap perairan
dan biota perairan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
(Adenosine Triphosphate) dan ADP (Adenosine Diphosphate). (Latuconsina,
2019).
Fosfor di perairan dalam bentuk senyawa fosfat, yang terdiri atas fosfat
terlarut dan fosfat partikulat. Fosfat terlarut terbagi atas fosfat organik dan fosfat
anorganik yang terdiri dari ortofosfat dan polifosfat (Rumhayati, 2010 dalam
Putri et al.,2014).Sumber fosfor dalam ekosistem adalah berupa endapan
gunung yang mengalami erosi dan kikisan oleh udara yang memungkinkan
fosfat tersedia dalam bentuk ion organik. Di Perairan sumber alami fosfor
adalah dalam bentuk pelapukan batuan mineral, dan dari dekomposisi bahan
organik. Sedangkan sumber antropogenik fosfor berasal dari limbah industri
dan domestik yang berupa detergen dan sabun, serta limpasan dari lahan
pertanian yang menggunakan pupuk (Effendi, 2003 dalam Latuconsina, 2019).
3
produksi primer dan dekomposisi. Siklus nitrogen merupakan suatu proses
konversi berulang dari unsur nitrogenmenjadi berbagai macam bentuk kimiawi
yang lain. Dalam siklus nitrogen terdapat beberapa tahapan, yaitu fiksasi,
nitrifikasi, asimilasi, amonifikasi dan denitrifikasi.
Dalam siklus nitrogen, berawal dari fiksasi nitrogen organik yang dilakukan
oleh mikroorganisme seperti Cyanophyta. Fiksasi juga dapat terjadi karena
adanya kilat yang dapat memecah N2 menjadi senyawa lainnya. Kemudian
nitrogen yang terserap dalam tanah, danau, air laut dan lainnya akan mengalami
proses nitrifikasi oleh bakteri nitrosomonas, dimana gugus amino diubah
menjadi nitrit. Setelah nitrit terbentuk maka bakteri nitrobakteri berperan dalam
menggabungkan nitrit dengan oksigen sehingga membentuk nitrat. Selanjutnya
nitrat (NO3) yang dihasilkan diserap dan digunakan oleh tumbuhan untuk
diubah menjadi protein. Kemudian tumbuhan atau hewan akan mati dan
dirombak oleh pengurai menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium
yang larut dalam air (NH4+) dimana proses ini disebut amonofikasi. Bakteri
nitrosomonas kemudian akan merubah amoniak dan senyawa ammonium
menjadi nitrit, dan nitrit akan diubah oleh nitrobakteri menjadi nitrat. Proses
selanjutnya adalah denitrifikasi, dimana apabila oksigen terbatas nitrat dengan
cepat ditrasformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen. Jika oksigen
tersedia maka nitrit akan diubah menjadi nitrat untuk selanjutnya dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan dan hewan. (Latuconsina, 2019).
4
itu fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil.Fosfat anorganik ini
kemudian akan diserap kembali oleh akar tumbuhan. Siklus fosfor akan terulang
seperti itu hingga seterusnya. Apabila terjadi kehilangan fosfor karena mengalir
ketempat lain dalam siklus sauatu ekosistem, maka akan membawa dampak
yang serius bagi kelangsungan hidup organisme dalam ekosistem tersebut.
(Latuconsina, 2019).
5
Klasifikasi kesuburan perairan ditinjau dari kadar fosfat menurut EPA (2002)
adalash <0,048 mg/L tergolong rendah, antara 0,048-0.096 mg/L tergolong
sedang, dan >0,096 mg/L trgolong tinggi. (Ilahude dan Liasaputra, 1980 dalam
Mustofa, 2020).
Menurut Tumpu et al. (2021) kadar fosfor yang diperkenankan bagi
kepentingan air minum adalah 0,2 mg/L dalam bentuk fosfat. Kadar fosfor pada
perairan alami berkisar antara 0,005 – 0,02 mg/L P-PO, sedangkan pada air
tanah saekitar 0,02 mg/L (UNESCO/WHO/UNEP, 1992 dalam Effendi, 2003
dalam Tumpu et al., 2021). Berdasaarkan kadar fosfor total, perairan
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1. Perairan dengan tingkat kesuburan rendah, yang memiliki kasdasr fosfat
total berkisar antara 0-0,021 mg/L.
2. Perairan dengan tingkat kesuburan sedang, yang memiliki kadar fosfat total
berkisar 0,0211-0,05 mg/L.
3. Perairan dengasn tingkat kesuburan tinggi, yang memiliki kadar fosfat total
0,051-0,1 mg/L (Yoshimura dalam Liaw, 1969 dalam Effendi, 2003 dalam
Tumpu et al., 2021).
Kadar sulfat pada perairan tawar alami berkisar antara 2-80mg/liter. Kadar
sulfat pada perairan yang melewati batuan gypsum daat mencaai 1.000 mg/liter
( Rump dan Krist, 1992 dalam Rumahorbo, 2017). Menurut
UNESCO/WHO/UNEP (1992) dalam Rumahorbo (2017) kadar sulfat di sekitar
pembuangan limbah industri mencapai 1.000 mg/liter. Kadar sulfat air minum
tidak melebihi 400 mg/liter ( WHO,1984). Jika kadar sulfat melebihi 500
mg/liter dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem pencernaan.
Sulfida total (H2S,HS- , dan S2- ) yang terdapat disekitar dasar perairan yang
banyak mengandung deposit lumpur (sludge) mencapai 0,7 mg/liter, sedangkan
6
pada kolam air biasanya berkisar antara 0,02 – 0,1 mg/liter. Kadar sulfida total
kurang dari 0,002 mg/liter dianggap tidak membahayakan bagi kelangsungan
hidup organisme akuatik (McNeely et al,1979 dalam Rumahorbo, 2017). WHO
merekomendasikan kadar sulfat yang diperkenankan pada air minum sekitar 400
mg/liter dan kadar hidrogen sulfida sekitar 0,05 mg/liter. (Rumahorbo, 2017).
Unsur nitrogen di dalam perairan atau laut berfungsi sebagai nutrisi bagi
biota didalaamnya. Nitrogen dapat berdampak baik jika dalam batas konsentrasi
tertentu yang juga layak untuk keperluan biota, sehingga keberadaannya tidak
bermasalah. Namun jika konsentrasinya berlimpah maka akan menyebabkan
eutrofikasi yang menyebabkan unsur-unsur nutrisi tersebut berubah fungsinya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaannya menjadi masalah yang dapat
meracuni biota yang ada di perairan. Kondisi nitrogen yang berlebih dapat terjadi
karena adanya peningkatan ammonia karena dekomposisi organisme yang telah
mati dan sisa makanan, serta adanya limpasan nitrogen dari daratan yang berasal
dari pertanian, agrokimia, kehutanan, industri, dan lainnya. (Susana, 2004).
7
oksigen sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan. Salah satu
solusi penanganan masalah blooming alga karena melimpahnya kandungan
unsur fosfor adalah dengan menerapkan kebijakan untuk produk detergen dan
makanan agar tidak menggunakan bahan yang mengandung fosfor, selain itu
mengontrol penggunaan fosfat di bidang pertanian agar tidak berlebihan.
Salah satu senyawa yang mengandung unsur sulfur adalah H2S yang
bersifat racun tergantung pada keadaan ionisasinya. Hydrogen sulfida yang
didak terionisasi akan sangat beracun bagi ikan, tetapi dalam bentuk lain tidak
beracun. Daya racun berbahaya adalah pada keadaan aerob dan pH yang rendah,
karena hydrogen sulfida tidask dapat terionisasi dengan baik (Piranti et al.,
2018).Bentuk lain dari sulfur yang berdampak pada ekosistem perairan adalah
SO2 yang bersifat toksisitas untuk organisme. Efek lainnya yaitu adanya
peningkatan pencucian kation dan logam, pengasaman tanah dan air, dan
perubahan tingkat sirkulasi nutrisai di dalam ekosistem. SO2 juga dapat
mencemari tanah dan dapat mempengaruhi kesehatan manusia (Solichin, 2016).
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Indrayani, Ervina, Kamiso H. N., Suwarno H., dan Rustadi. 2015. Analisis
Kandungan Nitrogen, Fosfor dan Karbon Organik di Danau Sentani –
Papua. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 22(2): 217-225.
Piranti, Agatha S., Diana Rus Rahayu, dan Gentur Waluyo. 2018. Evaluasi
Status Mutu Air Danau Rawapening. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan Vol. 8 (2): 151-160.
Rumahorbo, Hotma. 2017. Analisis Kadar Sulfat (So4 2- ) Pada Danau Linting
Desa Sibunga - Bunga Hilir Kecamatan Sinempah Tanjung Muda Hulu
dengan Metode Turbidimetri. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Solichin, Rois. 2016. Analisis Resiko Kesehatan Pajanan Sulfur Dioksida (SO2)
pada Masyarakat di Permukiman Penduduk Sekitar Industri PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitasa Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
10
Susana, Tjutju. 2004. Sumber Polutan Nitrogen dalam Air Laut. Jurnal Oseana,
Vol. 29(3) : 25-33.
Wibowo, Eko Mukti. 2012. Pengaruh Kadar Sulfur Pada Air Sumur Terhadap
Erosi Gigi Pada Masyarakat di Kecamatan Asenbagus Kabupaten
Situbondo. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember.
11