Anda di halaman 1dari 14

Makalah Manajemen Kualitaas Air

“Unsur N, P, dan K di Dalam Perairan”


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kualitaas Air

Dosen Pengampu : Annisa Novita Sari, S.Pi., M. Si.

Disusun Oleh:

Nama : Evita Damaiyanti


NPM : 1910801058
Kelas 01

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat serta anugerah-Nya penulis dapat menyusun dan meyelesaikan Makalah
yang berjudul Unsur N, P, dan K di Dalam Perairan ini dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Kualitas Air.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah ini, khususnya kepada:
1. Ibu Annisa Novita Sari, S. Pi., M. Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Kualitas Air.
2. Kedua orangtua yang tak henti-hentinya memberikan ketulusan doanya
agar proses belajar bisa berjalan dengan lancar
Penulis sadar bahwa makalah ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan kajian yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh
sebab itu, penulis membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas dikemudian hari.
Terakhir, harapan penulis semoga makalah ini dapat memberi manfaat
kepada semua pembaca, khususnya di bidang Budidaya Perairan yang sesuai
dengan materi Manajemen Kualitas Air.

Magelang, 23 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................... ` i
Kata Pengantar ............................................................................................ ` ii
Daftar Isi...................................................................................................... ` iii
BAB 1 Pendahuluan ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 1
BAB 2 Pembahasan..................................................................................... 2
2.1 Pengertian Unsur Nitrogen, Fosfor, dan Sulfur ................................. 2
2.1.1 Pengertian Unsur Nitrogen (N) .............................................. 2
2.1.2 Pengertian Unsur Fosfor (P)................................................... 2
2.1.3 Pengertian Unsur Sulfur (S) ................................................... 3
2.2 Siklus Nitrogen, Fosfor, dan Sulfur di Perairan ................................ 3
2.2.1 Siklus Nitrogen....................................................................... 3
2.2.2 Siklus Fosfor .......................................................................... 4
2.2.3 Siklus Sulfur ........................................................................... 5
2.3 Kadar Unsur Nitrogen, Fosfor, dan Sulfut di Perairan ...................... 5
2.3.1 Kadar Unsur Nitrogen ............................................................ 5
2.3.2 Kadar Unsur Fosfor ................................................................ 5
2.3.3 Kadar Unsur Sulfat................................................................. 6
2.4 Dampak Keberadaan Unsur N, P, dan S terhadap Perairan
dan Biota Perairan ............................................................................. 7
2.4.1 Dampak Keberadaan Unsur Nitrogen di Perairan.................. 7
2.4.2 Dampak Keberadaan Unsur Fosfor di Perairan ..................... 7
2.4.3 Dampak Keberadaan Unsur Sulfur di Perairan ...................... 8
BAB 3 Penutup ........................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 9
Daftar Pustaka ............................................................................................ 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan unsur tepenting dalam kehidupan sehingga kualitasnya
harus tetap terjaga. Kualitas air merupakan istilah yang digunakan untuk
menentukan mutu atau kondisi air atau kelayakan air yang akan digunakan
sesuai dengan keperluan tertentu. Sehingga kualitas air yang digunakan akan
berbeda antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya. Misalnya kualitas air
untuk minum berbeda dengan kualitas air yang digunakan untuk budidaya ikan.
ikan merupakan salah satu organisme yang hidup di air dan berinteraksi
langsung dengan air. Sehingga apabila suatu perairan tercebar oleh bahan-bahan
asing maka akan mengganggu kehidupan ikan dan bahkan dapat menyebabkan
ikan mati.
Kualitas air dapat dibedakan berdasarkan keperluannya sebagai air minum,
irigasi, perikanan, industri, rekreasi dan sebagainya. Dengan menjaga kondisi
kualitas air kita dapat menjamin keamanan dan kelestariannya yang dapat
digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Kualitas air sendiri dapat
diketahui dengan melakukan beberapa pengukuran parameter kualitas air yang
meliputi parameter fisika dan kimia perairan.
Dalam budidaya ikan terjaganya kualitas air sangat penting bagi
keberhasilan produksi. Sehingga terdapat beberapa parameter perairan yang
harus diperhatikan dan dikontrol. Beberapa dari parameter tersebut adalah
kandungan unsur nitrogen, fosfor dan Sulfur di perairan.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian unsur N, P, dan S di perairan
2. Untuk mengetahui bagamana siklus dari unsur N, P, dan S
3. Untuk mengetahui kadar unsur N, P, dan S di perairan
4. Untuk mengetahui dampak keberadaan unsur N, P, dan S terhadap perairan
dan biota perairan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Unsur Nitrogen, Fosfor, dan Sulfur

2.1.1 Pengertian Nitrogen (N)


Nitrogen (N) merupakan bahan dasar penyusun protein yang diserap oleh
tumbuhan air dalam bentuk ammonia dan nitrat. Di perairan senyawa nitrogen
secara alami berasal dari metabolisme organisme perairan dan dekomposisi
bahan-bahan organik oleh bakteri pengurai. Ketersediaan nitrogen di perairan
dapat mempengaruhi variasi spesies, kelimpahan serta kandungan nutrisi hewan
dan tumbuhan akuatik. (Indrayani et al., 2015)
Menurut Marlian (2016), nitrogen merupakan unsur hara yang sangat
dibutuhkan oleh organisme fitoplankton di laut. Selain itu keberadaanya
diperairan sering menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton.
Boyd (1988) dalam Putri et al. (2014) menyatakan bahwa, nitrogen di perairan
terdiri dari dua golongan yang berbeda bentuknya yaitu nitrogen organik dan
nitrogen anorganik. Nitrogen anorganik berupa N-NO3, N-NO2, N-NH3 yang
bersifat larut; dan N organik berupa partikulat yang tidak larut dalam air
(Effendi, 2003 dalam Putri et al., 2014). Nitrogen tidak dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tumbuhan akuatik dan harus mengalami fiksasi terlebih
dahulu menjadi amonia (NH3), amonium (NH4+) dan nitrat (NO3- ).

2.1.2 Pengertian Fosfor (P)


Fosfor (P) merupakan unsur penting bagi kehidupan organisme yang
persediaannya di alam terbatas. Fosafor terdapat dalam dua bentuk, yaitu
senyawa organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa anorganik (pada air
dan tanah). Fosfor juga merupakan unsur esensial bagi tumbuhan alga akuatik
serta sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Fosfor berperan
dalam transafer energi di dalam sel, misalnya yang terdapat padas ATP

2
(Adenosine Triphosphate) dan ADP (Adenosine Diphosphate). (Latuconsina,
2019).
Fosfor di perairan dalam bentuk senyawa fosfat, yang terdiri atas fosfat
terlarut dan fosfat partikulat. Fosfat terlarut terbagi atas fosfat organik dan fosfat
anorganik yang terdiri dari ortofosfat dan polifosfat (Rumhayati, 2010 dalam
Putri et al.,2014).Sumber fosfor dalam ekosistem adalah berupa endapan
gunung yang mengalami erosi dan kikisan oleh udara yang memungkinkan
fosfat tersedia dalam bentuk ion organik. Di Perairan sumber alami fosfor
adalah dalam bentuk pelapukan batuan mineral, dan dari dekomposisi bahan
organik. Sedangkan sumber antropogenik fosfor berasal dari limbah industri
dan domestik yang berupa detergen dan sabun, serta limpasan dari lahan
pertanian yang menggunakan pupuk (Effendi, 2003 dalam Latuconsina, 2019).

2.1.3 Pengertian Sulfur (S)


Sulfur merupakan unsur kimia di dalam sistim periodik yang mempunyai
simbol S dan nomor astom 16. Sulfur dalasm bentuk aslinya adalah suatu kristal
padat berwarna kuning. Di alam surfur ditemukan dalam bentuk unsur murni
atau dalam bentuk mineral sulfida atau sulfat. Sulfur merupakan unsur penting
bagi kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Sulfur digunakan dalam
baja dan juga secara meluas digunakan untuk mesiu, korek api, racun serangga,
dan racun jamur. (Wibowo, 2012).
Di dalam perairan sulfur akan berikatan dengan ion hydrogen dan oksigen.
Menurut Effendi (2003) dalam Wibowo (2012) bentuk surfur diperairan adalah
sulfida (S2-), hydrogen sulfida (H2S), ferro sulfida (FeS), sulfur dioksida
(SO2), sulfit (SO3) dan Ssulfat (SO4). Sulfur yang berikatan dengan hydrogen
akan membentuk asam sulfat dan sulfat yang berikatan dengan logan alkali
adalah bentuk sulfur yang banyak ditemukan di danau dan sungai.

2.2 Siklus Nitrogen, Fosfor, dan Sulfur di Perairan


2.2.1 Siklus Nitrogen
Siklus nitrogen secara khusus sangat diperlukan dalam ekologi karena
ketersediaan nitrogen mempengaruhi tingkat proses ekosistem kunci, termasuk

3
produksi primer dan dekomposisi. Siklus nitrogen merupakan suatu proses
konversi berulang dari unsur nitrogenmenjadi berbagai macam bentuk kimiawi
yang lain. Dalam siklus nitrogen terdapat beberapa tahapan, yaitu fiksasi,
nitrifikasi, asimilasi, amonifikasi dan denitrifikasi.
Dalam siklus nitrogen, berawal dari fiksasi nitrogen organik yang dilakukan
oleh mikroorganisme seperti Cyanophyta. Fiksasi juga dapat terjadi karena
adanya kilat yang dapat memecah N2 menjadi senyawa lainnya. Kemudian
nitrogen yang terserap dalam tanah, danau, air laut dan lainnya akan mengalami
proses nitrifikasi oleh bakteri nitrosomonas, dimana gugus amino diubah
menjadi nitrit. Setelah nitrit terbentuk maka bakteri nitrobakteri berperan dalam
menggabungkan nitrit dengan oksigen sehingga membentuk nitrat. Selanjutnya
nitrat (NO3) yang dihasilkan diserap dan digunakan oleh tumbuhan untuk
diubah menjadi protein. Kemudian tumbuhan atau hewan akan mati dan
dirombak oleh pengurai menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium
yang larut dalam air (NH4+) dimana proses ini disebut amonofikasi. Bakteri
nitrosomonas kemudian akan merubah amoniak dan senyawa ammonium
menjadi nitrit, dan nitrit akan diubah oleh nitrobakteri menjadi nitrat. Proses
selanjutnya adalah denitrifikasi, dimana apabila oksigen terbatas nitrat dengan
cepat ditrasformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen. Jika oksigen
tersedia maka nitrit akan diubah menjadi nitrat untuk selanjutnya dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan dan hewan. (Latuconsina, 2019).

2.2.2 Siklus Fosfor


Siklus fosfor berkaitan dengan bagaimana proses fosfor berpindah dalam
ekosistem. Siklus fosfor termasuk siklus yang paling lambat diantara siklus
yang lainnya. Siklus fosfor diawali dengan terjadinya proses pelapukan batuan
dan endapan oleh air hujan yang dapat membawa ion fosfor. Fosfor kemudian
akan terserap kedalam tanah atau terlarut dalam air dan dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan dan hewan. Ketika tumbuhann dan hewan mati maka akan
terdekomposisi oleh pengurai sehingga menjadi fosfor organik dan kembali
terserap ke taah dan terlarut kedalam air. Fosfor anorganik yang terlarut di air
tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap pada sedimen laut. Oleh karena

4
itu fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil.Fosfat anorganik ini
kemudian akan diserap kembali oleh akar tumbuhan. Siklus fosfor akan terulang
seperti itu hingga seterusnya. Apabila terjadi kehilangan fosfor karena mengalir
ketempat lain dalam siklus sauatu ekosistem, maka akan membawa dampak
yang serius bagi kelangsungan hidup organisme dalam ekosistem tersebut.
(Latuconsina, 2019).

2.2.3 Siklus Sulfur


Secara mendasar siklus S adalah reaksi siklus uksidasi dan reduksi dengan
bahan organik dan bahan anorganik. Belerang tersedia dalam jumlah yang
cukup banyak dalam bentuk sulfat dan gas SO2 di udara. Tumbuhan dan
mikroba dapat mengasimilasisenyawa sulfat dan mereduksinya menjadi
senyawa sulfihidril. Senyawa organic kemudian dikembalikan lagi ke tanah
melalui senyawa protein dengan menghasilkan H2S dan akan dioksidasikan
menjadi sulfat oleh bakteri Thiobacillus. Dalam keadaan aerobik bakteri
pereduksi akan mereduksi sulfat menjadi H2S kembali. Siklus ini terjadi dalam
tanah atau kawasan yang tergenang.

2.3 Kadar Unsur Nitrogen, Fosfor, dan Sulfut di Perairan


2.3.1 Kadar Unsur Nitrogen di Perairan
Bentuk utama nitrogen dalam perairan adalah dalam bentuk nitrat (NO3)
yang merupakaan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman algaedan tanaman
lain untuk membentuk protein tanaman. Kadar nitrat dalam perairan dapat
digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan perairan. Perairan
oligotrofik memiliki kadar nitrat 0-1 mg/L, perairan mesotrofik memiliki kadar
nitrat 1-5 mg/L, dan perairan eutrofik memiliki kadar nitrat yang berkisar antara
5-50 mg/L (Efendi, 2003 dalam Tumpu et al. 2021).

2.3.2 Kadar Unsur Fosfor di Perairan


Sebagian besar fosfor di perairan dalam bentuk fosfat yang memiliki kadar
tertentu yang baik untuk perairan. Kadar fosfat pada permukaan perairan yang
tersubur di dunia mendekati 0,6 ug.at/L atau setara dengan 0,019 mg/L.

5
Klasifikasi kesuburan perairan ditinjau dari kadar fosfat menurut EPA (2002)
adalash <0,048 mg/L tergolong rendah, antara 0,048-0.096 mg/L tergolong
sedang, dan >0,096 mg/L trgolong tinggi. (Ilahude dan Liasaputra, 1980 dalam
Mustofa, 2020).
Menurut Tumpu et al. (2021) kadar fosfor yang diperkenankan bagi
kepentingan air minum adalah 0,2 mg/L dalam bentuk fosfat. Kadar fosfor pada
perairan alami berkisar antara 0,005 – 0,02 mg/L P-PO, sedangkan pada air
tanah saekitar 0,02 mg/L (UNESCO/WHO/UNEP, 1992 dalam Effendi, 2003
dalam Tumpu et al., 2021). Berdasaarkan kadar fosfor total, perairan
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1. Perairan dengan tingkat kesuburan rendah, yang memiliki kasdasr fosfat
total berkisar antara 0-0,021 mg/L.
2. Perairan dengan tingkat kesuburan sedang, yang memiliki kadar fosfat total
berkisar 0,0211-0,05 mg/L.
3. Perairan dengasn tingkat kesuburan tinggi, yang memiliki kadar fosfat total
0,051-0,1 mg/L (Yoshimura dalam Liaw, 1969 dalam Effendi, 2003 dalam
Tumpu et al., 2021).

Selain kadar fosfat, kadar orthofosfat juga dapat menunjukkan kesuburan


perairan, yaitu antara 0,003-0,010 mg/L merupakan perairan yang oligotrofik,
0,01-0,03 adalah mesotrofik dan 0,03-0,1 mg/L adalah eutrofik (Mustofa,
2020).

2.3.3 Kadar Unsur Sulfur di Perairan

Kadar sulfat pada perairan tawar alami berkisar antara 2-80mg/liter. Kadar
sulfat pada perairan yang melewati batuan gypsum daat mencaai 1.000 mg/liter
( Rump dan Krist, 1992 dalam Rumahorbo, 2017). Menurut
UNESCO/WHO/UNEP (1992) dalam Rumahorbo (2017) kadar sulfat di sekitar
pembuangan limbah industri mencapai 1.000 mg/liter. Kadar sulfat air minum
tidak melebihi 400 mg/liter ( WHO,1984). Jika kadar sulfat melebihi 500
mg/liter dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem pencernaan.
Sulfida total (H2S,HS- , dan S2- ) yang terdapat disekitar dasar perairan yang
banyak mengandung deposit lumpur (sludge) mencapai 0,7 mg/liter, sedangkan

6
pada kolam air biasanya berkisar antara 0,02 – 0,1 mg/liter. Kadar sulfida total
kurang dari 0,002 mg/liter dianggap tidak membahayakan bagi kelangsungan
hidup organisme akuatik (McNeely et al,1979 dalam Rumahorbo, 2017). WHO
merekomendasikan kadar sulfat yang diperkenankan pada air minum sekitar 400
mg/liter dan kadar hidrogen sulfida sekitar 0,05 mg/liter. (Rumahorbo, 2017).

2.4 Dampak Keberadaan Unsur N, P, dan S terhadap Perairan dan Biota


Perairan

2.4.1 Dampak Keberadaan Unsur Nitrogen di Perairan

Unsur nitrogen di dalam perairan atau laut berfungsi sebagai nutrisi bagi
biota didalaamnya. Nitrogen dapat berdampak baik jika dalam batas konsentrasi
tertentu yang juga layak untuk keperluan biota, sehingga keberadaannya tidak
bermasalah. Namun jika konsentrasinya berlimpah maka akan menyebabkan
eutrofikasi yang menyebabkan unsur-unsur nutrisi tersebut berubah fungsinya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaannya menjadi masalah yang dapat
meracuni biota yang ada di perairan. Kondisi nitrogen yang berlebih dapat terjadi
karena adanya peningkatan ammonia karena dekomposisi organisme yang telah
mati dan sisa makanan, serta adanya limpasan nitrogen dari daratan yang berasal
dari pertanian, agrokimia, kehutanan, industri, dan lainnya. (Susana, 2004).

2.4.2 Dampak Keberadaan Unsur Fosfor di Perairan

Fosfor merupakan faktor pembatas bagi produsen di perairan.


Keberadaannya di perairan akan berdampak positif pada peningkatan produksi
fitoplankton dan produksi ikan. namun juga dapat berdampak negative yaitu
tingginya unsur fosfor diperairan akan berdampak pada peningkatan kesuburan
perairan yang disebut eutrofikasi. Perairan yang terjadi eutrofikasi akan
mengalami penurunan oksigen di perairan, penurunan biodiversitas, dan
terkadang memperbesar potensi muncul dan berkembangnya jenis fitoplankton
berbahaya yang lebih umum dikenal dengan istilah Harmful Algal Blooms atau
HABs (Howart et al., 2000 dalam Risamasu dan Prayitno, 2011; Gypens et al.,
2009 dalam Hamuna et al., 2018). Keberadaan fosfor berlebih yang
menyebabkan blooming alga dapat menghambat penetrasi cahaya matahari dan

7
oksigen sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan. Salah satu
solusi penanganan masalah blooming alga karena melimpahnya kandungan
unsur fosfor adalah dengan menerapkan kebijakan untuk produk detergen dan
makanan agar tidak menggunakan bahan yang mengandung fosfor, selain itu
mengontrol penggunaan fosfat di bidang pertanian agar tidak berlebihan.

2.4.3 Dampak Keberadaan Unsur Sulfur di Perairan

Salah satu senyawa yang mengandung unsur sulfur adalah H2S yang
bersifat racun tergantung pada keadaan ionisasinya. Hydrogen sulfida yang
didak terionisasi akan sangat beracun bagi ikan, tetapi dalam bentuk lain tidak
beracun. Daya racun berbahaya adalah pada keadaan aerob dan pH yang rendah,
karena hydrogen sulfida tidask dapat terionisasi dengan baik (Piranti et al.,
2018).Bentuk lain dari sulfur yang berdampak pada ekosistem perairan adalah
SO2 yang bersifat toksisitas untuk organisme. Efek lainnya yaitu adanya
peningkatan pencucian kation dan logam, pengasaman tanah dan air, dan
perubahan tingkat sirkulasi nutrisai di dalam ekosistem. SO2 juga dapat
mencemari tanah dan dapat mempengaruhi kesehatan manusia (Solichin, 2016).

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Unsur N, P dan S merupakan unsur penting di alam terutama di perairan


yang dapat dimanfaatkan oleh organisme untuk kelangsungan hidupnya. Setiap
unsur-unsur tersebut memiliki siklus yang memiliki peran penting bagi
keseimbangan ekosistem. Keberadaan unsur-unsur tersebut diperairan dapat
menjadi parameter penentu kualitas air dan dapat juga sebagai faktor pembatas
kualitas air. Masing-masing unsur memiliki batas kadar keberadaannya sendiri.
Tentunya keberadaan ketiga unsur tersebut membawa dampak baik untuk
kelangsungan hidup organisme. Namun juga membawa dampak buruk bagi
ekosistem jika keberadaannya melebihi kadar normal di perairan, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya blooming algae, dapat bersifat racun,
menurunkan kualitas air dan menyebabkan ketidak seimbangan ekosistem. Oleh
karena itu perlu adanya pengontrolan dan pencegahan peningkatan unsur N, P,
dan S di alam terutama di perairan agar ekosistem tetap seimbang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hamuna Baigo, Rosye H. R. Tanjung, Suwito, dan Hendra K. Maury. 2018.


Konsentrasi Amoniak, Nitrat dan Fosfat di Perairan Distrik Depapre,
Kabupaten Jayapura. EnviroScienteae, Vol. 14(1) : 8-15.

Indrayani, Ervina, Kamiso H. N., Suwarno H., dan Rustadi. 2015. Analisis
Kandungan Nitrogen, Fosfor dan Karbon Organik di Danau Sentani –
Papua. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 22(2): 217-225.

Latuconsina, Husain. 2019. Ekologi Perairan Tropis : Prinsip Dasar


Pengelolaan Sumber Daya Hayati Perairan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

Mustofa, Arif. 2020. Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur. Jepara:


UNISNU Press.

Piranti, Agatha S., Diana Rus Rahayu, dan Gentur Waluyo. 2018. Evaluasi
Status Mutu Air Danau Rawapening. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan Vol. 8 (2): 151-160.

Putri, Faralenggi D.M., Endang Widyastuti, dan Christiani. 2014. Hubungan


Perbandingan Total Nitrogen dan Total Fosfor dengan Kelimpahan
Chrysophyta di Perairan Waduk Panglima Besar Soedirman,
Banjarnegara. Scripta Biologica, Vol. 1(1) : 96-101.

Rumahorbo, Hotma. 2017. Analisis Kadar Sulfat (So4 2- ) Pada Danau Linting
Desa Sibunga - Bunga Hilir Kecamatan Sinempah Tanjung Muda Hulu
dengan Metode Turbidimetri. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Solichin, Rois. 2016. Analisis Resiko Kesehatan Pajanan Sulfur Dioksida (SO2)
pada Masyarakat di Permukiman Penduduk Sekitar Industri PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitasa Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

10
Susana, Tjutju. 2004. Sumber Polutan Nitrogen dalam Air Laut. Jurnal Oseana,
Vol. 29(3) : 25-33.

Tumpu, Miswar, dkk. 2021. Pengelolaan kualitas Lingkungan. Medan:


Yayasan Kita Menulis.

Wibowo, Eko Mukti. 2012. Pengaruh Kadar Sulfur Pada Air Sumur Terhadap
Erosi Gigi Pada Masyarakat di Kecamatan Asenbagus Kabupaten
Situbondo. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember.

11

Anda mungkin juga menyukai