MATA KULIAH
TEKNOLOGI PENANGANAN PASCA PANEN
Oleh :
Teddy Akbar Fitriady
C1011151026
Agroteknologi A
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
Rahmat-Nya praktikan dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah
Teknologi Penanganan Pasca Panen dengan tepat waktu.
Masih terdapat banyak kekurangan dari laporan yang penulis buat. Saran dan
kritik yang sifatnya membangun sangat penulis butuhkan untuk perbaikan kedepan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
diketahui dalam penentuan nilai gizi pangan, untuk memenuhi standar komposisi
dan peraturan-peraturan pangan. Kepentingan yang lain adalah bahwa kadar air
diperlukan untuk penentuan mengetahui pengolahan terhadap komposisi kimia
yang sering dinyatakan pada dasar dry matt (Aventi, 2015).
1.2 Tujuan
Praktikum dilakukan bertujuan untuk mengamati penyusutan berat dan
perubahan visual selama penyimpanan di ruangan dengan waktu tiga hari dan
mengetahui cara dan hasil pengukuran kadar air komoditi jeruk limau atau jeruk
sambal pada tiga tingkat kematangan berbeda dengan metode oven.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding
pengeringan alami (Aventi, 2015).
4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
5
4) Perubahan yang terjadi seperti perubahan berat, warna dan penampakan
lain dicatat pada setiap pengamatan.
3.1.2 Analisis kadar air
1) Cawan porselen dipanaskan selama ± 1 jam dengan suhu 105o C,
2) Setelah dipanaskan, cawan porcelen didinginkan kedalam desikator
selama ± 20 menit,
3) Buah jeruk dengan tiga tingkat kematangan dibelah menjadi dua untuk
dijadikan ulangan,
4) Setelah didinginkan, cawan ditimbang dengan neraca analitik untuk
mengetahui berat kosong cawan,
5) Satu persatu belahan buah dimasukan kedalam cawan yang yang masih
berada di atas neraca analitik dan sudah diketahui berat kosongnya untuk
mengetahui Berat Awal (BA),
6) Satu persatu cawan dimasukan kedalam oven dengan suhu ± 105o C
s elama ± 24 jam,
7) Setelah ± 24 jam, cawan dan buah yang telah dioven ditimbang kembali
untuk mengetahui Berat Kering (BK),
8) Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui berat kering buah dengan
rumus :
𝐵𝐴 − 𝐵𝐾
× 100%
𝐵𝐴
6
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan penyusutan berat dan perubahan visual pada buah jeruk
limau.
Penyusutan Berat dan Perubahan Visual
Hari BM M AM
Berat : 21.94 g
Warna : hijau
Berat : 11.39 g
Berat : 6.80 g kekuningan
Warna : hijau
H0 Warna : Hijau cerah Permukaan mulus dan
Penampakan mulus dan
tidak berkerut tidak berkerut.
tidak berkerut
Bagian bawah terdapat
bintik-bintik hitam
Berat : 6.19 g
Berat : 20.39 g
Warna : hijau dan Berat : 10.61 g
Warna : kuning lebih
terdapat sedikit bercak Warna : hijau
merata
H1 kuning, Kulit menipis dan
Kulit menipis dan
kulit menipis dan bentuk mengikuti
bentuknya mengikuti
bentuknya mengikuti bentuk isi buah
bentuk isi buah
bentuk isi buah
Berat : 19.44 g
Berat : 10.17 g
Warna : kuning
Berat : 5.83 g Warna : hijau kusam
menyeluruh, berubah
Warna : hijau kusam atau pucat
H2 sedikit kecoklatan
Penampakan kerutan Kerutan dan garis
Penampakan krutan
semakin jelas mengikuti bentuk isi
semakin jelas dan
buah semakin jelas
terasa lebih lembek
Berat : 5.57 g
Berat : 9.16 g Berat : 18.60 g
Warna : hijau
Warna : hijau dan Warna : kuning lebih
kehitaman seperti akan
terdapat sedikit bercak menyeluruh
kering
H3 kuning Kulitnya semakin
Kerutan semakin
Kerutan lebih terlihat menipis dan mengikuti
terlihat jelas mengikuti
jelas mengikuti bentuk bentuk isi buah serta
isi buah, kulit buah
isi buah terasa lembek
terasa lebih kering
7
Tabel 2. Hasil perhitungan kadar air metode oven
Ulangan BM M AM
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penyusutan Berat Selama Penyimpanan
Jeruk limau atau lebih dikenal dengan jeruk sambal ini merupakan salah
satu komoditi hortikultura yang banyak mengandung air. Air pada buah dan
sayur merupakan salah satu sumber nutrisi, namun jumlah kandungan air
yang ada pada buah atau sayur tersebut sangat berpengaruh terhadap lama
penyimpanan karena buah atau sayuran yang mengandung banyak air akan
mengalami penyusutan dan penurunan kualitas yang lebih besar
dibandingkan dengan buah atau sayur yang memiliki kandungan air lebih
sedikit seiring dengan lamanya penyimpanan.
Hasil pengamatan terhadap buah jeruk limau pada tiga tingkat
kematangan berbeda dengan lama penyimpanan yang sama menunjukan hasil
penyusutan pada tingkan kematangan BM (Before Maturation) sebesar 18%,
M (Maturation) sebesar 19.6% dan AM (After Maturation) sebesar 15.22%.
Penyusutan berat terbesar terjadi pada buah jeruk dengan tingkat kematangan
M dan penyusutan terkecil terjadi pada buah dengan tingkat kematangan AM.
Penyusutan berat terkecil secara umum seharusnya terjadi pada buah
dengan tingkat kematangan M. Hal tersebut dikarenakan buah yang telah
mencapai tingkat kematangan M (Maturation) telah mencapai tingkat
respirasi optimum sehingga perombakan senyawa yang kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dari kandungan buah melalui respirasi relatif
lebih kecil atau bahkan tidak ada jika dibandingkan dengan tingkat
8
kematangan BM dan AM sehingga senyawa atau kandungan yang dirombak
akan lebih sedikit dan penyusutan berat akan lebih kecil.
Hasil pengamatan praktikum menunjukan hasil yang berbeda.
Penyusutan terkecil terjadi pada buah dengan tingkat kematanagan AM dikuti
buah dengan tingkat kematangan BM dan yang terbesar terjadi pada tingkat
kematangan M. Buah jeruk termasuk ke dalam golongan buah non-
klimaterik, yaitu buah yang tingkat respirasinya akan meningkat saat
menjelang pemasakan hingga mencapai tingkat pemasakan optimal dan akan
menurun setelah lewat masak (Helmiyesi et al., 2008). Buah pada tingkat
kematanagn M mengalami penyusutan yang lebih besar dikarenakan respirasi
mulai meningkat pada saat buah berada pada tingkat kematangan BM hingga
pada tingkat kematangan M dan menurun pada saat setelah masak atau AM.
Semakin tinggi tingkat respirasi yang dilakukan oleh buah maka penyusutan
berat akan semakin besar karena banyaknya perombakan senyawa yang lebih
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Tingginya tingkat respirasi
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (dari buah itu sendiri), yaitu
tipe keomoditi dan genotip, tahap perkembangan atau tingkat kematangan
saat panen serta komposisi kimia, dan faktor eksternal (lingkungan) yang
meliputi suhu, konsenterasi O2, konsenterasi CO2, konsenterasi etilen dan
derita atau stres. Stres pada buah dapat terjadi karena buah pengalami
kerusakan pada saat pelaksanaan pemanenan maupun pasca panen.
Kerusakan saat panen dapat terjadi karena proses pemanenan yang
dilakukan kurang hati-hati seperti penggunaan gunting yang dapat
menyebabkan kerusakan pada buah. Teknik pemanenan yang kurang tepat
juga dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan pada buah, seperti
pemotongan tangkai buah yang terlalu panjang dapat melukai buah lain pada
proses pengangkutan dan penyimpanan. Penggunaan wadah yang kurang
tepat serta proses pengangkutan yang kurang hati-hati dapat menyebabkan
kerusakan mekanis pada buah.
9
Pemanenan dilakukan saat pagi sekitar pukul 08.00 sampai 10.00 WIB
dimana sudah terdapat cahaya matahari. Hal tersebut dilakukan agar pada saat
panen tidak ada lagi sisa embun atau sisa air hujan yang menempel pada buah
dan buah berada pada kondisi kering dari air yang menempel. Jika buah
dipanen pada kondisi masih terdapat banyak embun atau sisa air yang
menempel dapat mengaikbatkan lebam atau memar sebagian pada buah
selama proses pengangkutan dan penyimpanan. Hal tersebut diakibatkan
karena sisa air atau embun memungkinkan mikroorganisme dari lingkungan
yang menempel pada buah untuk berkembang dan menciptakan kerusakan
yang mempengaruhi mutu dan kualitas buah.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyusutan berat pada buah jeruk limau atau jeruk sambal pada tiga tingkat
kematangan berbeda dengan tempat dan lama penyimpanan yang sama yang
terbesar terjadi pada buah dengan tingkat kematangan M, diikuti oleh buah pada
tingkat kematangan BM dan penyusutan terkecil pada buah dengan tingkat
kematangan AM. Hal tersebut dikarenakan respirasi mulai meningkat pada saat
buah berada pada tingkat kematangan BM hingga pada tingkat kematangan M dan
menurun pada saat setelah masak atau AM. Semakin tinggi tingkat respirasi yang
dilakukan oleh buah maka penyusutan berat akan semakin besar karena banyaknya
perombakan senyawa yang lebih kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Hasil perhitungan kadar air buah jeruk pada tiga tingkat kematangan berbeda
menunjukan hasil kadar air tertinggi terdapat pada buah dengan tingkat kematangan
AM yang diikuti dengan tingkat kematangan BM dan kadar air terendah terdapat
pada buah dengan tingkat kematangan M.
5.2 Saran
Perlu dilakukan pengamatan dengan waktu yang lebih lama lagi dari tiga hari
pada pengamatan penyusutan berat dan perubahan visual agar perubahan yang
terlihat lebih jelas dan pengamatan terhadap penyusutan berat selama penyimpanan
mendapatkan hasil yang lebih valid.
11
DAFTAR PUSTAKA
Aventi, 2015, Penelitian Pengukuran Kadar Air Buah, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Seminar Nasional Cendikiawan 2015
Helmiyesi et al., 2008, Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan
Vitamin C pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa), Buletin
Anatomi dan Fisiologi XVI (2) : 33-37
N. Arifa E.P. et al., 2014, Uji Jumlah Kadar Air dalam Sayuran (Bawang, Cabai,
Kacang Kedelai, Buncis, Wortel) dan Buah-buahan (Melon, Pepaya,
Semangka), Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas
Pendidikan Indonesia
Nareswari N., 2011, Pembuatan Salep Minyak Astiri Daun jeruk Limau (Citrus
amblycarpa (Hassk) ochse) dan Uji StabilitasTerhadap Tipe Basis yang
Digunakan, Tugas Akhir Diploma 3 Farmasi, FMIPA, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta
12