Anda di halaman 1dari 19

PETUNJUK

PRAKTIKUM KIMIA AN ORGANIK

Oleh:

Ir. A. Intan Niken Tari, MP


Muhammad Husein, S.Pt., M.Sc

LABORATORIUM KIMIA
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2022
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
dengan kasih karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan revisi
Petunjuk Praktikum Kimia An Organik. Petunjuk Praktikum ini dipersiapkan sebagai
panduan untuk pelaksanaan Praktikum Kimia An Organik. Petunjuk Praktikum ini
diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa untuk melaksanakan praktikum
sekaligus sebagai panduan untuk dapat mengaplikasikan ilmu secara teoritis dalam
bentuk praktek.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam pengadaan buku petunjuk praktikum ini, serta kritik serta saran
yang telah diberikan untuk perbaikan penyusunan petunjuk praktikum ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Petunjuk Praktikum Kimia An organik
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Sukoharjo, November 2022

Penulis

2
PERATURAN TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan harus datang tepat pada waktunya.


2. Dalam melaksanakan praktikum, praktikan memakai jas praktikum putih bersih,
dan membawa lap pembersih.
3. Praktikan diharuskan membuat laporan sementara pada hari itu yang ditentukan
menurut petunjuk pembimbing, dan ditandatangani pembimbing setelah selesai
praktikum, dan selanjutnya menyerahkan laporan resmi.
4. Setelah selesai praktikum, praktikan harus mengembalikan alat-alat yang dipinjam
dalam keadaan bersih dan lengkap.
5. Praktikan yang menghilangkan atau memecahkan/ merusakkan alat harus segera
melapor kepada pembimbing dan wajib mengganti dengan alat serupa.
6. Pada penutupan semester, praktikan yang ternyata belum mengganti atas
kehilangan/pemecahan/kerusakan alat, nilai ujian mata kuliah yang berhubungan
dengan praktikumnya belum dapat diumumkan/diberitahukan.
7. Praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium, bekerja dengan tertib, tenang
dan teratur.
8. Praktikan harus hati-hati bekerja, untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan
kebakaran.
9. Hal-hal yang belum tercantum dalam peraturan tata tertib ini akan diatur oleh
penanggungjawab Laboratorium dengan peraturan dan pengumuman tersendiri.

3
ACARA I
PENGENALAN ALAT LABORATORIUM

Peralatan laboratorium dibedakan menjadi 2, yaitu peralatan Gelas dan


peralatan utama. Peralatan gelas berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3 yaitu :
peralatan penampung, peralatan untuk mengukur, dan peralatan bantu. Berikut
penjelasan peralatan yang biasa di gunakan Laboratorium Kimia.

1. Gelas piala / gelas beker (Beaker glass)

2. Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer flask,


Conical flask, E-flaks)

3. Labu ukur (volumetric flask)

4
4. Tabung reaksi (test tube, culture tube)

5. Gelas ukur (graduated cylinder,


measuring cylinder) .
.

6. Pipet Ukur

7. Pipet Volume

5
8. Buret

9. Corong gelas (Funnel conical)

10. Pipet drop

11. Pro pipet

6
12. Pengaduk

13. Kaki tiga

14. Kawat kasa

15. Rak tabung reaksi

16. Penjepit tabung reaksi

7
17. Pemanas atau pembakar bunsen

18. Botol Pemancar

19. Mortar

20. Hot plate stirer

8
21 Oven

22. Vortex

23. Neraca Digital

9
24. Centriguge

25. Spektrofotometer UV-Vis

ACARA II
PENENTUAN DERAJAT KASAMAN SUATU LARUTAN

10
Derajat keasaman dan kebasaan suatu senyawa dapat diketahui dari nilai pH (power of
hydrogen). Nilai pH berkisar antara 0 sampai 14 dengan ketentuan sebagai berikut:

1.   Larutan  asam memiliki pH<7


2.   Larutan basa memiliki pH>7
3.   Larutan netral memiliki pH=7
Derajat keasaman suatu senyawa berbeda-beda. Ada yang bersifat asam kuat dan ada
pula yang bersifat asam lemah. Semakin kecil nilai pH atau semakin mendekati skala nol,
maka tingkat keasamannya semakin kuat. Sebaliknya, jika nilai pH semakin besar atau
mendekati skala 7, maka tingkat keasamannya semakin lemah Begitu juga dengan basa,
semakin besar nilai pH atau semakin mendekati nilai 14 maka tingkat kebasaannya semakin
kuat. Sebaliknya, jika nilai pH semakin kecil atau semakin mendekati nilai 7 maka tingkat
kebasaannya semakin lemah.
Pengukuran pH dapat digunakan dengan 3 cara yaitu dengan, kertas lakmus, indikator
universal dan pH meterl.  Cara mengukur pH dengan kertas lakmus adalah dengan cara
mencelupkan lakmus biru dalam larutan sampel, jika lakmus berubah warna menjadi merah
berarti sampel bersifat asam. Sebaliknya jika lakmus merah dicelupkan pada sampel berubah
warna menjadi biru maka sampel bersifat basa
Nilai pH dapat juga ditentukan dengan suatu indikator universal yang dapat
memperlihatkan bermacam-macam warna untuk tiap nilai pH. Cara menggunakan indikator
universal bentuk kertas adalah dengan cara mencelupkan kertas tersebut ke dalam larutan
yang hendak diketahui pH-nya.. Warna yang terbentuk kemudian dicocokkan / dibandingkan
dengan warna standar yang sudah diketahui nilai pH-nya. Dengan mengetahui nilai pH maka
dapat ditentukan apakah larutan bersifat asam, basa atau netral.
Selain menggunakan indikator universal, untuk mengetahui nilai pH suatu zat dengan
lebih akurat dapat menggunakan alat yang disebut pH meter. pH meter mempunyai sebuah
elektrode yang dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH-nya. Nilai pH dapat
langsung diketahui melalui tampilan layar digital pada alat tersebut.

Cara Kerja :
1. Menyiapkan 9 jenis larutan bahan pangan yaitu:
a. Minuman coklat seduh d. Susu g. Kubis j. Mangga
11
b. Minuman kopi seduh e. Telur h. Bayam k. Pepaya
c. Minuman teh seduh f. Udang i. Wortel l. pisang
2. Mengukur derajat keasaman ke-9 bahan pangan tersebut menggunakan 3 metode,
yaitu : menggunakan kertas lakmus, pH universal dan pH meter
3. Melihat perubahan warna, mencatat hasil serta menyimpulkannya.

BAB III
PEMBUATAN LARUTAN 0.1 N HCL & STANDARDISASINYA

12
Larutan pada dasarnya adalah campuran homogen, dapat berupa gas, zat cair
atau zat padat. Larutan terdiri dari dua komponen penting, yaitu pelarut (solvent) yang
mempunyai porsi lebih besar dan zat terlarut (solute) yang porsinya lebih sedikit.
Solute akan larut dengan baik pada solvent apabila gaya tarik menarik antara partikel
solute dan solvent lebih besar dari pada gaya tarik menarik dalam partikel solute
ataupun solvent itu sendiri.
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam
sejumlah larutan tertentu atau solvent. Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa
cara, antara lain : persen berat, molaritas, molalitas, normalitas, dan fraksi mol.
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan
konsentrasi yang tidak dapat persis dengan yang diinginkan. Untuk mengetahui
konsentasi sebenarnya yang dihasilkan, perlu dilakukan standardisasi. Standardisasi
yang sering dilakukan adalah dengan titrasi asidi-alkalimetri. Pada titrasi ini
digunakan indikator pH, yaitu : indikator yang mengalami perubahan warna sesuai
dengan perubahan pH.

A. Pembuatan larutan 0.1 N HCl (misal akan membuat 100 ml)

Larutan HCl dibuat dari larutan HCl pekat.


Misal : BJ HCl pekat = K, kadar HCl pekat = L%
100 ml HCl 0.1 N mengandung 100 x 0.1 x 36,5 mgram
= 3,65 x 100........................................... (1)
1 ml HCl beratnya = K gr = 1000 K mgram
dalam 1 ml terdapat HCl murni = L/100 x 1000 K
= 10 KL mgram ......................................(2)
HCl pekat yang digunakan ( x ml)
= 3,65 x 100 ml
10 KL

Jadi Kebutuhan HCL pekat dicari dengan rumus :

VHCl = N HCl x BM HCl x V larutan


BJ HCl x % HCl x 1000 x val HCl
10 KL
Cara kerja :

1. Ambil x ml HCl pekat dengan pipet volume, masukkan dalam labu takar sesuai
dengan volume yang akan dibuat.
2. Diisi dengan aquades sampai tanda tera
3. Tutup labu takar, kemudian kocok hingga homogen
4. Pindahkan larutan ke dalam Erlenmeyer/ botol larutan., tutup rapat dan simpan

B. Standardisasi 0,1 N HCl dengan Borax (Na2B407. 10 H20)

Na2B407.10H20 + 2 HCl 2 NaCl + 4 H3B03 + 5 H20


13
1 mol Na2B407.10H20  2 mol HCl
1 grek  1mol H+. Jadi Valensi Na2B407.10H20 = 2

BM Boraks = 382

Cara kerja :
1. Ambil 0,4 gram Borax murni
2. Masukkan dalam labu takar 50 ml, kemudian tambahkan aquades ke dalam labu
takar sampai tanda tera
3. Pindahkan larutan ke dalam Beaker glass
4. Larutan kemudian dipipet sebanyak 10 ml, dan ditempatkan pada erlenmeyer
5. diberi 3 tetes mo (methyl orange), warna larutan menjadi kuning
6. Titrasi dengan HCl yang telah dibuat tadi sampai terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi oranye. Catat volume HCl yang digunakan
7. Hitung N HCl dengan prinsip V1N1=V2N2, yaitu dengan rumus

N HCl = m Boraks x Val HCl x 1000


BM Boraks x V HCl
10 KL
ACARA IV
PEMBUATAN LARUTAN 0.1 N NaOH & STANDARDISASINYA

Larutan pada dasarnya adalah campuran homogen, dapat berupa gas, zat cair
atau zat padat. Larutan terdiri dari dua komponen penting, yaitu pelarut (solvent) yang
mempunyai porsi lebih besar dan zat terlarut (solute) yang porsinya lebih sedikit.
Solute akan larut dengan baik pada solvent apabila gaya tarik menarik antara partikel
solute dan solvent lebih besar dari pada gaya tarik menarik dalam partikel solute
ataupun solvent itu sendiri.
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam
sejumlah larutan tertentu atau solvent. Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa
cara, antara lain : persen berat, molaritas, molalitas, normalitas, dn fraksi mol.
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan
konsentrasi yang tidak dapat persis dengan yang diinginkan. Untuk mengetahui
konsentasi sebenarnya yang dihasilkan, perlu dilakukan standardisasi. Standardisasi
yang sering dilakukan adalah dengan titrasi asidi-alkalimetri. Pada titrasi ini
digunakan indikator pH, yaitu : indikator yang mengalami perubahan warna sesuai
dengan perubahan pH.

A. Pembuatan 0.1 N NaOH dari NaOH butiran (buat 100 ml)

Cara kerja :

1. Menghitung kebutuhan NaOH dengan rumus :

m NaOH = N NaOH x BM NaOH x Vol larutan


1000 x val NaOH

14
2. Timbang NaOH yang dibutuhkan, kemudian masukkan dalam beaker glass
3. Tambahkan aquades sebanyak 20-40% dari volume larutan yang akan dibuat,
kemudian diaduk sampai terlarut sempurna
4. Pindahkan larutn NaOH ke dalam labu takar dengan ukuran sesuai volume larutan
yang akan dibuat.
5. Tambahkan aquades ke dalam labu takar sampai tanda tera
6. Kocok hingga homogen
7. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer/botol larutan dan tutup rapat.

B. Standardisasi 0,1 N NaOH dengan Asam Oxalat (H2C204. 2H20)

H2C204. 2H20 + 2 NaOH Na2C204 +4 H20


1 mol H2C204. 2H20  2 mol NaOH
1 grek  1mol OH-. Jadi Valensi H2C204. 2H20 = 2
BM Asam Oksalat murni = 126

Cara kerja :
1. Ambil 0,1 gram Asam Oxalat murni
2. Masukkan dalam labu takar dan larutkan dengan 50 ml aquades sampai tanda tera
3. Pindahkan larutan ke dalam Erlenmeyer.
4. Larutan asam oksalat dipipet sebanyak 10 ml, dan ditempatkan pada Erlenmeyer
lain.
5. diberi 3 tetes pp (phenol pthalein), warna larutan tetap bening
6. Titrasi dengan NaOH yang telah dibuat tadi sampai terjadi perubahan warna dari
bening menjadi merah muda. Catat volume NaOH yang digunakan
7. Hitung N NaOH dengan prinsip V1N1=V2N2 atau dengan rumus :

m Asam Oksalat x Val NaOH x 1000


N NaOH = BM Asam Oksalat x V NaOH

15
BAB V
PENENTUAN KADAR ASAM CUKA DAN
KEMURNIAN NATRIUM KARBONAT

Asam asetat (asam Etanoat) atau yang dalam dunia pasar sering disebut asam
cuka, merupakan larutan yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
kegiatan perdagangan senyawa-senyawa kimia, kadar atau kemurnian bahan
menjadi suatu parameter kualitas dan dengan sendirinya mempengaruhi harga.
Pada dasarnya uji asam cukadan kemurnian Natrium Karbonat menggunakan
prinsip titrasi asidi-alkalimetri. Untuk asam cuka menggunakan NaOH sebagai larutan
standar, maka titrasinya disebut titrasi alkalimetri. Pada titrasi alkalimetri tersebut
reaksinya adalah sebagai berikut :
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H20
CH3COONa + H20 CH3COOH + NaOH
Reaksi hidrolisa tersebut di atas adalah reaksi seimbang. Pada titik eqivalen akan
dijumpai banyaknya mol asam asetat bebas sama banyaknya dengan mol NaOH
bebas.
Kemurnian natrium Karbonat atau soda dapat diuji dengan reaksi asidimetri
menggunakan 0.1 N HCl

Cara kerja

A. Menentukan kadar Asam Cuka

1. Mengambil 1 ml larutan cuka perdagangan dengan tepat


2. Memasukkannya ke dalam labu takar 100 ml, kemudian ditambahkan aquades
sampai tanda dan dikocok.

16
3. Mengambil 10 ml larutan encer tersebut dengan pipet volume, dan
memasukkannya ke dalam erlenmeyer 100 ml. Tambahkan indikator pp.
4. Titrasi larutan tersebut dengan NaOH standar sampai terjadi perubahan warna
tetap (bening menjadi merah jambu)., dan mencatat volumeNaOH yang
digunakan.
5. Mengulangi percobaan ini sekali lagi.
6. kadar Asam Cuka: = g/ g/100 ml
100/1 x 100/10 x N NaOH x ml NaOH x 60

B. Menentukan Kemurnian Natrium Karbonat

1. Timbang 0,75 g Natrium Karbonat (Na2CO3), masukkan ke dalam beaker glass


kemudian tambahkan aquades sebayak 20 ml, aduk sampai terlarut dan homogen.
2. Pindahkan larutan ke dalam labu takar 50 ml, kemudian tambahkan aquades ke
dalam labu takar sampai tanda tera.
3. Ambil 10 ml larutan Na2CO3 tersebut dengan pipet volume. Masukkan dalam
erlenmeyer. Tambahkan indikator MO 3 tetes.
4. Titrasi larutan tersebut dengan HCl standar sampai terjadi perubahan warna tetap
(kuning menjadi oranye). Catat volumeHCl yang digunakan.
5. Ulangi percobaan ini sekali lagi.

a x 100 %
6. Kemurnian Na2CO3 adalah =
b

a= V Na2CO3 yang dititrasi x m Na2CO3


V Na2CO3 yang dibuat
1500 x 2
V HCl . NHCl. BM Na2CO3
b= Valensi Na2CO3

17
ACARA VI

PENENTUAN TITIK DIDIH LARUTAN

Apabila ke dalam suatu pelarut ditambahkan zat-zat yang tidak mudah


menguap (non volatil) maka akan terjadi penurunan energi bebas. Penurunan energi
bebas akan menurunkan kemampuan zat pelarut tersebut untuk berubah menjadi fase
uapnya, sehingga tekanan uap pelarut dalam lautan akan lebih rendah jika
dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni. Sebagai
akibat lebih lanjut dari turunnya tekanan uap adalah peningkatan titik didih larutan,
dibanding titik didih pelarut murni dengan keberadaan zat terlarut non volatil.
18
Informasi mengenai besar kenaikan titik didih larutan dapat digunakan sebagai dasar
untuk menentukan BM (Berat Molekul) zat non volatil yang terlarut. Untuk larutn
encer berlaku persamaan :
 Td = Kd. M
Kd = RT2/1000. Hv
BM = (1000Kd/Td). (W1.W)

Keterangan:
R = tetapan umum gas = 1.987 kal K-1mol-1
T = suhu mutlak (oK)
Hv = panas penguapan pelarut (air= 540 kal/g)
BM = Massa Rumus zat pelarut
W1 = massa pelarut
W = massa zat terlarut

Cara Kerja :

A. Penentuan titik didih larutan

1. Timbang 25 g gula, larutkan dalam 25 ml aquades dan aduk


2. Tentukan titik didih larutan dan pelarut dengan pemanasan
3. Ukur perubahan suhu terus-menerus setiap 5 menit dengan termometer sampai
tercapai suhu didih yang tetap.
4. Tentukan perubahan titik didih nya dan BM Gula

19

Anda mungkin juga menyukai