Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS KUALITATIF

ELIDA NADIA QOTHRUN NADA


211335300032

PRODI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM

Laporan Praktikum
Kimia Analisis Kualitatif
TLM1905

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Elida Nadia Qothrun Nada


211335300032

Disetujui Oleh :
Telah diperiksa pada tanggal ………..

Kepala Laboratorium Dosen Pengampu Mata Kuliah

Galuh Ratmana Hanum, S.Si., M.Si Jamilatur Rohmah, S.Si., M.Si

Mengetahui
Kaprodi D-IV Teknologi Laboratorium Medis

Puspitasari, S.ST., MPH


A. Judul Praktikum : Asidimetri

B. Hari dan Tanggal Praktikum : Jum’at, 15 Oktober 2021

C. Nama Dosen Pengampu Mata Kuliah : Jamilatur Rohmah, S.Si., M.Si

D. Nama Instruktur : Novi Dwi Kusuma

E. Tujuan Praktikum :
Untuk mengetahui cara pembuatan dan pembakuan larutan standar HCl 0,1N dengan
larutan baku primer Na2B4O7 . 10H2O 0,1N

F. Metode :
Menimbang boraks (Na2B4O7 . 10H2O) 0,1N dengan berat 1,9072 gram

Melarutkan boraks dengan aquades sebanyak 40ml hingga homogen

Menuangkan larutan HCl 0,1N ke dalam buret hingga tanda garis 0ml

Menuangkan larutan boraks (Na2B4O7 . 10H2O) ke dalam labu ukur 100ml dan
menambahkan aquades hingga tanda batas kemudian menghomogenkannya

Memindahkan larutan boraks (Na2B4O7 . 10H2O) dengan pipet volumetrik 10ml
hingga melebihi tanda batas ke dalam labu erlenmeyer 250ml

Menambahkan indikator Methyl Orange (MO) sebanyak 3 tetes

Menitrasi larutan HCl hingga warnanya berubah
dari warna kuning menjadi warna jingga

G. Prinsip Praktikum :
Reaksi netralisasi Na2B4O7 . 10H2O dengan asam kuat (HCl)
H. Dasar Teori :
Reaksi asam basa merupakan reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan basa.
Dimana hasil dari reaksi ini bersifat netral atau yang biasa disebut dengan reaksi penetralan
asam basa, tergantung dari larutan yang direaksikan. Salah satu dari larutan yang
direaksikan ini adalah larutan baku. Larutan baku merupakan larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat dan dapat digunakan untuk menentuan konsentrasi larutan yang
lainnya. Larutan baku terdiri dari 2 macam, yaitu :
1. Larutan baku primer
2. Larutan baku sekunder.
Larutan baku primer merupakan larutan baku yang konsentrasinya dapat ditentukan
dengan cara menghitung berat dari zat terlarut yang dilarutkan dengan tepat. Larutan baku
primer harus dibuat dengan cara menimbang dengan teliti menggunakan neraca analitik
yang kemudian dilarutkan dalam labu ukur 100ml. Adapun syarat-syarat bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan larutan baku primer yaitu :
1. Berada dalam keadaan murni dengan kadar pengotor
2. Secara kimiawi stabil, mudah dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis
3. Memiliki berat ekivalen besar, sehingga meminimalisir kesalahan akibat
penimbangan
Sedangkan larutan baku sekunder merupakan larutan baku yang konsentrasinya harus
ditentukan dengan cara menitrasi terhadap larutan baku primer. Adapun syarat-syarat dari
larutan baku sekunder, yaitu :
1. Tingkat derajat kemurniannya lebih rendah daripada larutan baku primer
2. Larutannya relatif stabil pada penyimpanan
3. Memiliki berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan dalam
penimbangan
Larutan standar biasanya diteteskan dari buret ke dalam erlenmeyer yang berisi zat yang
akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Zat yang berada dalam buret dinamakan
titran atau zat penitrasi. Sedangkan zat yang berada dalam erlenmeyer dinamakan titrat
atau zat yang dititrasi. Proses tersebut disebut titrasi. Titik ekivalen atau titik akhir teoritis
merupakan titik dimana reaksi tepat selesai. Sedangkan titik titrasi merupakan titik dimana
terjadi perubahan warna indikator dalam proses titrasi. Secara ideal, titik akhir titrasi harus
sama dengan titik ekivalen.
Analisis volumetri juga disebut sebagai titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis
dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya telah diketahui dan dialirkan dalam
buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui kemudian dihitung.
Adapun syaratnya yaitu :
1. Reaksi harus berlangsung dengan cepat dan kuantitatif
2. Tidak menimbulkan reasksi samping
3. Jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat diketahui dengan
suhu indikator
Berdasarkan reaksi yang terjadi, analisis volumetri digolongkan menjadi 4 golongan,
yaitu :
1. Reaksi netralisasi (asidimetri, alkalimetri)
2. Reaksi pengendapan (argentometri)
3. Reaksi reduksi-oksidasi (permanganometri, iodometri)
4. Reaksi komplek (kompleksometri)
Indikator asam basa merupakan senyawa organik dengan struktur rumit yang akan
berubah warnanya apabila pH larutan berubah, sebagai zat penunjuk derajat keasaman
kelarutan. Indikator juga dapat digunakan untuk menetapkan pH dari suatu larutan.
Indikator merupakan asam lemah atau basa lemah yang memiliki warna cukup tajam.
Indikator dapat digunakan untuk menetapkan titik ekivalen dalam titrasi asam basa
ataupun untuk menentukan tingkat keasaman larutan.
Indikator Methyl Orange (MO) merupakan senyawa organik dengan rumus
C14H14N3NaO3S yang biasa digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam basa, salah
satunya yaitu asidimetri. Indikator Methyl Orange (MO) ini akan berbah warna dari warna
merah pada pH dibawah 3,1 menjadi warna kuning pada pH diatas 4,4 dan menjadi warna
jingga pada akhir titrasinya.
Asidimetri merupakan analisis volumetri yang berdasar pada prinsip reaksi asam basa,
dimana larutan asam sebagai larutan standar sekunder dalam penetapan kadar zat dan suatu
sampel yang bersifat basa. Pada praktikum ini, larutan standar sekunder yang digunakan
yaitu larutan asam klorida (HCl). HCl adalah larutan tidak berwarna dan mempunyai sifat
korosif. Sedangkan larutan baku primer yang digunakan yaitu Natrium tetraborat atau
boraks (Na2B4O7 . 10H2O). Natrium tetraborat adalah suatu zat yang berbentuk kristal
putih dan larut dalam air. Pada percobaan ini, larutan dibuat dengan cara pengenceran,
kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl untuk mendapatkan nilai konsentrasi larutan
yang diencerkan.
Perubahan warna indikator disebabkan oleh perubahan pH dari asam menjadi basa.
Indikator yang digunakan yaitu Methyl Orange (MO). HCl akan direaksikan dengan bahan
baku primer Na2B4O7 . 10H2O yang titik akhirnya adalah pH 3,1-4,4. Sehingga indikator
Methyl Orange (MO) yang semula berwarna kuning, akan berubah warna menjadi warna
jingga. Dengan reaksi :
HCl H+ + Cl-
5H2O + Na2B4O7 + 2HCl 4H3BO3 + 2NaCl
Na2B4O7 + 2HCl H2B4O7 + 2NaCl
H2B4O7 + 5H2O 4H3BO3

I. Metode Praktikum :
i. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Buret
b. Statif
c. Batang pengaduk
d. Spatula
e. Kaca arloji
f. Neraca analitik
g. Pipet tetes
h. Pipet volumetrik 10ml
i. Bulb
j. Corong
k. Labu ukur 100ml
l. Labu erlenmeyer 250ml
m. Gelas beaker
n. Botol semprot

2. Bahan
a. Aquades
b. Larutan HCl 0,1N
c. Larutan boraks (Na2B4O7 . 10H2O) 0,1N
d. Indikator Methyl Orange (MO)
ii. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan standar primer boraks 0,1N 100ml
a. Menimbang boraks (Na2B4O7 . 10H2O) 0,1N dengan berat 1,9072 gram
b. Memasukkan hasil timbangan boraks ke dalam gelas beaker
c. Melarutkan boraks dengan aquades sebanyak 40ml hingga homogen

2. Standarisasi larutan standar HCl dengan boraks


a. Memasang buret pada statif dan klem dengan posisi tegak
b. Meletakkan gelas beaker pada bagian bawah buret dan corong pada bagian atas
buret
c. Mencuci buret dengan aquades
d. Membilas buret dengan larutan HCl 0,1N hingga melebihi tanda garis 0ml
sebanyak 3 kali
e. Membersihkan larutan HCl yang menempel pada dinding buret dengan tisu yang
digulungkan pada batang pengaduk
f. Menuangkan larutan HCl 0,1N ke dalam buret hingga tanda garis 0ml
g. Menuangkan larutan boraks (Na2B4O7 . 10H2O) ke dalam labu ukur 100ml dan
menambahkan aquades hingga tanda batas kemudian menghomogenkannya
h. Membilas pipet volumetrik 10ml dengan larutan boraks (Na2B4O7 . 10H2O)
sebanyak 3 kali
i. Memindahkan larutan boraks (Na2B4O7 . 10H2O) dengan pipet volumetrik 10ml
hingga melebihi tanda batas ke dalam labu erlenmeyer 250ml
j. Menambahkan indikator Methyl Orange (MO) sebanyak 3 tetes
k. Menitrasi larutan HCl yang telah disiapkan dalam buret hingga warnanya berubah
dari warna kuning menjadi warna jingga
l. Menentukan volume larutan standar sekunder yang dibutuhkan dalam titrasi
m. Mengulangi kegiatan pada poin g, h, i, j, k, l, dan m secara berurutan sebanyak 3
kali

J. Data dan Hasil Praktikum :


i. Data
1. Larutan boraks dititrasi dengan HCl
Sebelum : berwarna putih
Sesudah : berwarna kuning
2. Larutan boraks hasil titrasi ditetesi dengan MO
Sebelum : berwarna kuning
Sesudah : berwarna jingga

Standar Sekunder Titrasi Ke - Volume


1 12ml
2 12,1ml
HCl awal : 0,1 N
3 11,9ml
4 11,9ml

ii. Perhitungan
• 12 + 12,1 + 11,9 + 11,9
4
= 47,9
4
= 11, 975ml

• HCl = Na2B4O7
V1 × N1 = V2 × N2
11,975ml × N1 = 10ml × 0,1N
N1 = 10ml × 0,1N
11,975ml
N1 = 0,0835N

K. Pembahasan
Praktikum asidimetri ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan dan pembakuan
larutan standar sekunder HCl 0,1N dengan larutan baku primer Na2B4O7 . 10H2O 0,1N.
Hal pertama yang dilakukan yaitu menimbang boraks sebanyak 1,9072g dan
melarutkannya dengan aquades. Kemudian menambahkan 3 tetes indikator MO dan
menitrasi dengan larutan HCl hingga menghasilkan warna jingga. Didapatkan massa
larutan standar sekunder yang dibutuhkan dalam titrasi yaitu sebesar 0,0835N.
L. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa titrasi
asidimetri menggunakan indikator Methyl Orange (MO) telah berhasil dilakukan dengan
perbandingan volume 0,1ml dan 0,2ml yang berubah warna dari warna kuning ke warna
jingga.

M. Daftar Pustaka
Eka Y. (2013). Laporan Praktikum Pembakuan HCl. Diakses dari
https://www.slideshare.net/yassintaeka/pembakuan-hcl.
Rohmah J., & Hanum G. R. (2018). Modul Praktikum Kimia Analitik 1. Sidoarjo : Umsida
Press

N. Lampiran :
i. Laporan Sementara

ii. Foto Hasil Praktikum


iii. Bukti Turnitin

Anda mungkin juga menyukai