Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR IV

VOLUMETRI

OLEH :

NAMA : FAJRIYAH NURUL KAMILLAH

NIM : B0A021003

ASISTEN : ANDHIKA RAMADHAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN D-III BUDIDAYA IKAN
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021

1
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIKUM ..................................................................................... 1


VOLUMETRI ......................................................................................................... 3
I. Tujuan ............................................................................................................ 3
II. Tinjaun Pustaka ............................................................................................. 3
III. Prosedur Percobaan ....................................................................................... 4
3.1. Alat............................................................................................................ 4
3.3. Prosedur Kerja .......................................................................................... 4
3.4. Skema Kerja Bahan .................................................................................. 6
IV. Hasil dan Pembahasan................................................................................... 9
V. Kesimpulan ................................................................................................... 15
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 15
5.2. Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

2
VOLUMETRI

I. Tujuan
1. Membuat larutan standar 0,1 N (0,3034 g/L) asam oksalat secara teliti
sebanyak 250 mL.
2. Percobaan ini bertujuan untuk menetapkan normalitas larutan NaOH
dengan larutan standar asam oksalat untuk menetapkan normalitas larutan
HCl atau asam lain.

II. Tinjaun Pustaka


Gay Lussac (1835) merupakan penemu metode volumetri. Titrasi atau
volumetri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Metode volumetri
merupakan metode yang tidak mudah terpengaruh oleh perubahan lingkungan,
murah, serta mampu memberika presisi tinggi. Metode volumetri mempunyai
keuntungan dan keterbatasan. Keuntungan utamanya adalah tidak diperlukan
standar rujukan sedangakan keterbatasannya adalah metode volumetri kurang
spesifik dan kurang sensitif sehingga memerlukan sampel dan jumlah yang
relatif banyak. Analisis trimetri menyelidiki (analit) sejumlah zat dan
direaksikan dengan larutan baku yang kadar konsentrasinya telah diketahui
secara teliti serta reaksinya berlangsung secara kuantitatif. (Rohman, 2021).
Larutan baku tiap militer atau tiap liternya berisi sejumlah berat
ekuivalen senyawa baku. Alat pengukur volume merupakan alat bantu penting
untuk setiap penentuan kuantitatif. Larutan dalam air encer yang umumnya
digunakan sebagai pembanding dalam peneraan gelas volumetri. Dasar
umumnya untuk menentukan berat air yang dikeluargkan oleh suatu alat gelas
tertentu. Lalu, setelah densitas air diketahui, maka volume yang benar dapat
dihitung (Underwood, 1981).
Syarat syarat dalam melakukan analisis secara volumetri:
1. Reaksinya harus sederhana dan bisa dinyatakan melalui persamaan reaksi
yang stokiometrik atau kuantitatif.
2. Reaksinya harus berlangsung dengan sangat cepat.
3. Harus ada sebuah perubahan yang tampak ketika titik ekuivalen telah
tercapai, baik itu secara kimia maupun fisika.
4. Harus ada indikator apabila reaksi tidak dapat menunjukkan adanya suatu
perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik bisa juga digunakan.
Kalibrasi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan menentukan
kebenaran konvensional nilai penunjukan alat ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu tertelusur pada standar
nasional maupun internasional. (Kim, 2005). Suatu kalibrasi yang benar tidak
melibatkan penyetelan suatu alat, tetapi dapat menunjukkan kebutuhan

3
penyetelan. Fungsi utama dari sebuah proses kalibrasi adalah untuk
membandingkan satu alat ukur atau sistem yang memiliki hubungan yang
sudah diketahui, dengan standar nasional (ataupun Internasional) dengan suatu
alat ataupun sistem lain yang hubungannya dengan standar nasional (maupun
standar Internasional) tidak diketahui. (Masri, 2013).
Manfaat kalibrasi adalah menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan
ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya. Peralatan yang telah dikalibrasi
oleh petugas kalibrasi dari pihak internal laboratorium atau pihak eksternal,
diberi label atau kode yang memudahkan pengguna peralatan mengidentifikasi
status kaibrasi, tanggal kalibrasi, tanggal kalibrasi ulang, dan personel yang
melakukan kalibrasi. Bila laboratorium kalibrasi memberikan label, maka
label tersebut dapat ditempel pada peralatan yang telah dikalibrasi. Jika hasil
kalibrasi menyebabkan munculnya faktor koreksi, maka penyimpanan data
faktor koreksi tersebut harus dimutakhirkan. Nilai koreksi dan ketidakpastian
dibandingkan dengan kriteria batasan penerima yang mengacu pada toleransi
atau akurasi berdasarkan peralatan atau metode pengujian dan atau kalibrasi
yang digunakan harus dievaluasi. (Hadi, 2018).
III. Prosedur Percobaan
3.1. Alat
Labu seukuran, batang gelas, corong, gelas seukuran, beker glass, kertas
saring, botol semprot, pipet seukuran 10 mL bersih, pipet tetes bersih,
beker glass 100 mL, corong dengan diameter 5 cm, erlenmeyer bersih,
kertas saring, buret 50 mL, tissue.
3.2. Bahan
Larutan standar asam oksalat, larutan 0,10 N NaOH, larutan 0,1 N HCl,
larutan 0,3% phenolpthalein.
3.3. Prosedur Kerja
3.1.1. Larutan Standar Asam Oksalat
1. Sediakan labu seukuran 250 mL, pasanglah corong pada mulut
labu dan diganjal dengan gulungan kertas saring.
2. Timbang asam oksalat 1, 575 g dalam beker glass yang sudah
ditimbang.
3. Larutkan asam oksalat dalam beker glass yang sudah ditimbang
pada percobaan sebelumnya dengan akuades sambil diaduk
dengan batang gelas.
4. Pindahkan asam oksalat dengan bantuan batang gelas ke dalam
labu seukuran dengan hati-hati sehingga tidak ada larutan yang
tampak diluar rabu.

4
5. Bilaslah beker glass dan batang gelas dengan botol semprot
minimal 5 kali sampai yakin betul bahwa semua larutan asam
oksalat tidak ada yang tertinggal pada alat tersebut.
6. Tambahkan pelarut akuades ke dalam labu seukuran dengan gelas
ukur sampai volume mendekati 230 mL.
7. Ambilah kertas saring yang dipakai sebagai ganjal.
8. Angkatlah corong, sambil dibilas akuades dengan botol semprot
ke dalam labu.
9. Bilaslah mulut dan leher labu dengan botol semprot air mendekati
tanda miniskus.
10. Keringkan dinding leher labu dengan kertas saring dan jangan
sampai menyentuh larutan.
11. Tambahlah setetes demi setetes akuades ke dalam labu dengan
bantuan pipet tetes sampai permukaaaan air tepat pada meniskus.
12. Tutuplah labu seukuran dengan tutup aslinya. Peganglah mulut
dengan tangan kanan dan lalu diletakkan di atas lengan sambil
dibalikkan 25 kali supaya diperoleh larutan yang homogen.
13. Berilah label normalitas asam oksalat yang sebenarnya.
3.1.2. Asidi Alkalimetri
1. Dengan menggunakan corong yang diganjal kertas saring,
masukkan larutan NaOH dalam beker glass ke dalam buret
dengan hati-hati.
2. Setelah corong diangkat aturlah miniskus larutan pada skala nol
dengan memutar kran dan larutan yang keluar ditampung dengan
beker glass.
3. Ambillah larutan asam oksalat standard dengan pipet seukuran 10
mL. Larutan dalam pipet diminikuskan pada tanda kemudian
ujung pipet dilap dengan tisue dari atas bawah.
4. Masukkan larutan asam oksalat tersebut ke dalam erlenmeyer.
Pipet tidak boleh ditiup tetapi cukup menggesekkan ujungnya
pada bibir erlenmeyer.
5. Tambahkan 2 tetes larutan phenolpthalein ke dalam erlenmeyer.
Dengan hati-hati bukalah kran dan mulailah titrasi sambil
menggojok isi erlenmeyer.
6. Jika larutan sudah menjadi merah muda maka titrasi dihentikan
karena sudah mencapai titik ekuivalen
7. Bacalah skala buret berapa mL larutan NaOH diperlukan untuk
menetralkan 10 mL larutan standar asam oksalat. Catatlah volume
tersebut. Titrasi dilakukan duplo.

5
8. Dengan cara yang sama lakukan titrai larutan HCl dengan larutan
NaOH.
9. Hitunglah berapa volume larutan NaOH untuk titrasi larutan asam
oksalat dan larutan HCl.
10. Tetapkan normalitas larutan NaOH dan larutan HCl.
 Pada waktu mencuci buret kran tidak boleh jatuh karena jika
jatuh akan pecah.
 Larutan 0,10 N NaOH dibuat dengan cara melarutkan 4,0 g
NaOH dalam 1 L akuades bebas CO2 (sudah direbus). Tidak
perlu dengan labu seukuran karena akan dititrasi.

3.4. Skema Kerja Bahan


3.5.1. Larutan Standar Asam Oksalat

Labu Seukuran 250


mL
Disediakan labu seukuran 250 mL,
dipasang corong pada mulut labu dan
diganjal dengan gulungan kertas saring.

Ditimbang asam oksalat 1, 575 g dalam


beker glass yang sudah ditimbang.

Dilarutkan asam oksalat dalam beker


glass yang sudah ditimbang pada
percobaan sebelumnya dengan akuades
sambil diaduk dengan batang gelas

Dipindahkan asam oksalat dengan


bantuan batang gelas ke dalam labu
seukuran dengan hati-hati sehingga tidak
ada larutan yang tampak diluar labu

Dibilas beker glass dan batang gelas


dengan botol semprot minimal 5 kali
sampai yakin bahwa semua larutan asam
oksalat tidak ada yang tertinggal pada alat
tersebut.

Ditambahkan pelarut akuades ke dalam


labu seukuran dengan gelas ukur sampai
volume mendekati 230 mL

Diambil kertas saring yang dipakai


sebagai ganjal.

6 Diangkat corong, sambil dibilas akuades


dengan botol semprot ke dalam labu
Dibilas mulut dan leher labu dengan botol
semprot air mendekati tanda miniskus

Dikeringkan dinding leher labu dengan


kertas saring dan jangan sampai
menyentuh larutan

Ditambah setetes demi setetes akuades ke


dalam labu dengan bantuan pipet tetes
sampai permukaaaan air tepat pada
meniskus.

Ditutup labu seukuran dengan tutup


aslinya. Dipegang mulut dengan tangan
kanan dan lalu diletakkan di atas lengan
sambil dibalikkan 25 kali supaya
diperoleh larutan yang homogen.

Diberi label normalitas asam oksalat yang


sebenarnya.

Hasil Pengamatan

7
3.5.2. Asidi Alkalimetri

Labu NaOH
Dimasukkan larutan NaOH dalam beker
glass ke dalam buret dengan hati-hati,
dengan menggunakan corong yang
diganjal kertas saring

Diatur miniskus larutan pada skala nol


setelah corong diangkat dengan memutar
kran dan larutan yang keluar ditampung
dengan beker glass.

Diambil larutan asam oksalat standard


dengan pipet seukuran 10 mL. Larutan
dalam pipet diminikuskan pada tanda
kemudian ujung pipet dilap dengan tisue
dari atas bawah.

Dimasukkan larutan asam oksalat


tersebut ke dalam erlenmeyer. Pipet tidak
boleh ditiup tetapi cukup digesekkan
ujungnya pada bibir erlenmeyer.

Ditambahkan 2 tetes larutan


phenolpthalein ke dalam erlenmeyer.
Dengan hati-hati dibuka kran dan dimulai
titrasi sambil menggojok isi Erlenmeyer.

Dihentikan jika larutan sudah menjadi


merah muda karena sudah mencapai titik
ekuivalen.
Dibaca skala buret berapa mL larutan
NaOH diperlukan untuk menetralkan 10
mL larutan standar asam oksalat.

Dilakukan dititrai larutan HCl dengan


larutan NaOH. Dicatat volume tersebut.

Ditetapkan normalitas larutan NaOH dan


larutan HCl.

Hasil Pengamatan

8
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1. Data Pengamatan
1. Membuat larutan standar asam oksalat

No. Perlakuan Pengamatan


1. Asam oksalat ditimbang sebanyak 1,575 g Massa H2C2O4 1,575
gram
Asam oksalat dilarutkan dalam beker glass
2. dengan akuades dan diaduk dengan batang Larutan tidak berwarna
gelas
3. Asam oksalat dipindahkan dengan batang gelas Larutan tidak berwarna
ke dalam labu seukuran dengan hati-hati
4. Beker glass dan batang gelas dibilang dengan Beker glass dan batang
botol semprot minimal 5 kali sampai bersih gelas telah bersih
Labu seukuran ditambahkan pelarut akuades
5. dengan gelas ukur sampai volume mendekati Larutan tidak berwarna
250 Ml
6. Diambil kertas saring yang dipakai sebagai Larutan tidak berwarna
pengganjal
7. Corong diangkat sambil dibilas akuades dengan Larutan tidak berwarna
botol semprot ke dalam labu
8. Mulut dan leher labu dibilas dengan botol Larutan tidak berwarna
semprot air mendekati tanda miniskus
9. Dinding leher labu dikeringkan dengan kertas Larutan tidak berwarna
saring dan jangan sampai menyentuh larutan
Ditambahkan setetes demi setetes akuades ke
10. dalam labu dengan bantuan pipet tetes sampai Larutan tidak berwarna
permukaan air tepat pada miniskus
Labu seukuran ditutup dengan tutup aslinya.
Dipegang mulut dengan tangan kanan lalu
11. diletakkan diatas dengan lengan sambil Larutan homogen
dibalikkan 25 kali supaya diperoleh larutan
yang homogeny
Larutan diberi label
12. Diberi label normalitas asam oksalat yang normalitas asam oksalat
sebenarnya sebenarnya

9
2. Asidi Alkalimeter

No. Perlakuan Pengamatan


Larutan NaOH dimasukkan ke dalam beker
1. glass ke dalam buret dengan corong yang Larutan tidak berwarna
diganjal kertas saring
Miniskus larutan diatur pada skala nol dengan Miniskus dalam skala
2. memutar kran dan larutan yang keluar nol, larutan tidak
ditampung dengan beker glass setelah corong berwarna
diangkat
Larutan oksalat diambil dengan pipet seukuran
3. 10 mL, larutan dalam pipet diminiskuskan pada Larutan tidak berwarna
tanda kemudian ujung pipet dilap dengan tissue
dari atas ke bawah
Larutan asam oksalat dimasukkan ke dalam
4. Erlenmeyer. Pipet tidak boleh ditiup, cukup Larutan tidak berwarna
menggesekkan ujungnya pada bibir Erlenmeyer.
5. Titrasi dihentikan jika larutan sudah menjadi Larutan berubah warna
merah muda menjadi merah muda
Dibaca skala buret dan ditentukan berapa mL Didapat volume NaOH
6. larutan NaOH diperlukan untuk menetralkan 10 yang diperlukan dan
mL larutan standar asam oksalat. Volume dicatat
dicatat dna titrasi dilakukan duplo
7. Dilakukan titrasi larutan HCl dengan larutan Larutan berwarna
NaOH dengan cara yang sama
Didapat volume NaOH
8. Volume larutan NaOH dihitung untuk titrasi yang diperlukan dalam
asam oksalat dan larutan HCl titrasi asam oksalat dan
HCl lalu dicatat
Normalitas larutan NaOH dan larutan HCl Didapat normalitas
9. ditetapkan larutan NaOH dan larutan
HCl

10
4.2. Data Perhitungan
1. Membuat larutan standar asam oksalat
Diketahui : m H2C2O4 = 1,575 g
BM H2C2O4 = 90
V pelarut = 250 mL
Ditanya : Normalitas H2C2O4
Jawab : N (H2C2O4) = X valensi H2C2O4

=
= 0,14 N
2. Asidi Alkalimeter
a) Asam oksalat dengan NaOH
Diketahui : N H2C2O4 = 0,14 N
V H2C2O4 = 10 mL
V NaOH = = 17,5 mL
Ditanya : Normalitas NaOH
Jawab : H2C2O4 = NaOH
N1 x V1 x valensi = N2 x V2 x valensi
0,14 x 10 x 2 = N2 x 17,5 x 1
0,16 N = N2

b) NaOH dengan HCl


Diketahui : N NaOH = 0,16 N
V NaOH = = 9,75
V HCl = 10 mL
Ditanya : Normalitas HCl
Jawab : NaOH = HCl
N1 x V1 x valensi = N2 x V2 x valensi
0,16 x 9,75 x 1 = N2 x 10 x 1
0,156 N = N2

11
4.3. Pembahasan
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume
larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui
komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya
larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum
larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil
standardisasi. (Regina, 2013)
Berdasarkan Tim Konsultan Kimia, 2003 tidak semua reaksi dapat
dipergunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu harus dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1) Reaksi harus berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan
yang jelas.
2) Reaksi harus cepat dan reversibel. Bila tidak cepat, titarsi akan
memakan waktu terlalu banyak apalagi menjelang titik akhir reaksi.
Bila reaksi tidak reversibel, penentuan akhir titrasi tidak tegas.
3) Harus ada penunjuk akhir reaksi (indikator). Penunjuk itu dapat :
a) Timbul dari reaksi titrasi itu sendiri, misalnya titrasi campuran
asam oksalat + asam sulfat oleh KMnO4 dimana selama titrasi
belum selesai titrat tidak berwarna, tetapi setelah akhir titrasi
tercapai, larutan menjadi berwarna karena kelebihan setetes saja
dari titran menyebabakan warna menjadi jelas.
b) Berasal dari luar. Dapat berupa suatu zat atau suatu alat yang
dimasukkan kedalam titrat. Zat itu disebut indikator dan
menunjukan akhir titrasi, karena menyebabkan perubahan warna
titrat atau, menimbulkan perubahan kekeruhan dalam titrat (larutan
jernih menjadi keruh atau sebaliknya)
4) Larutan baku yang direaksikan dengan analit harus mudah dibuat dan
sederhana penanganannya serta harus stabil sehingga konsentrasinya
tidak mudah berubah.
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan.
Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari
keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses
pengenceran. Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak
diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.

12
Titik ekuivalen ialah titik pada saat sajumlah mol ion OH- yang
ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah mol ion H+ yang semula ada.
Jadi untuk menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus
mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan dari
buret ke asam dalam labu. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini
adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam-basa ke
larutan asam saat awal titrasi (Raymond. 2004).

(Gambar 4.3.1 larutan standar asam oksalat)

Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan larutan standar H2C2O4 (asam


oksalat) dengan massa = 0,0320 gram dan Mr = 126,08. Standardisasi
larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder
ditentukan dengan tepat mentitrasi dengan larutan standar primer. Titran
merupakan larutan yang digunakan untuk menitrasi (biasanya sudah
diketahui secara pasti konsentrasinya). (John Kenkel, 2008)

(Gambar 4.3.2 hasil titrasi larutan asam oksalat)

13
Berdasarkan hasil percobaan, terlihat bahwa asam oksalat yang telah
dititrasi berubah warna menjadi merah muda. Hal ini terjadi karena larutan
yang direaksikan telah mencapai titik akhir dan titik ekuivalen. Sesuai
dengan pernyataan Indayatmi, 2020 yang menyebutkan bahwa titik dalam
titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Idealnya
adalah titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekuivalen sehingga
pemilihan indikator yang tepat merupakan salah satu aspek yang penting
dalam analisis titrimetric untuk mengimpitkan kedua titik tersebut.

Fungsi perlakuan alat setelah menambahkan asam basa atau aquades


adalah untuk proses pengenceran, labu takar diaduk sehingga larutan
tersebut homogen dan dapat tercampur dengan sempurna sehingga
perubahan pH yang didapat pun akan seakurat mungkin. Fungsi
penambahan HCl dan NaOH, dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
suasana asam atau basa. Penambahan ini dilakukan dalam volume sedikit
supaya tidak penambahan volume (Syukri, 1999). Penambahan asam pada
larutan-larutan asam akan menyebabkan penurunan nilai pH. Hal ini
berdasarkan percobaan dari hasil teoritis. Lalu, penambahan basa pada
larutan asam akan membuat pH larutan naik. Selain itu, pada larutan basa
pun dilakukan penambahan asam (HCl) dan basa (NaOH). Penambahan
basa terhadap larutan basa akan membuat larutan semakin basa karena
basa yang ditambahkan lebih pekat dari larutan basa tersebut. Lalu
penambahan asam pada larutan basa akan membuat pH larutan turun.
Penambahan asam basa bertujuan untuk membuat perubahan ke suasana
asam atau basa. Penambahan ini, dilakukan dengan volume sedikit supaya
tidak ada penambahan volume lagi. Setelah penambahan bahan tersebut
dilakukan, glass beker diaduk agar larutan tercampur dengan sempurna
sehingga hasil yang didapatkan akan akurat.

Asam basa, titrasi yang didasarkan pada reaksi ini disebut titrasi
penetralan atau titrasi asidimetri- alkalimetri.

H3O+ + OH- → 2H2O

H3O+ + A- → HA + H2O

B+ + OH- → BOH

Asam dan garam dari basa lemah asam kuat dapat dititrasi dengan larutan
baku basa proses ini disebut alkalimetri. Basa dan garam dari asam lemah
basa kuat dapat dititrasi dengan larutan baku asam prosesnya dinamakan
asidimetri.

14
V. Kesimpulan
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum volumetri dapat diambil kesimpulan :
1) Praktikan dapat mengetahui cara membuat larutan standar asam
oksalat 0,1 N
2) Diperoleh hasil normalitas dari NaOH adalah 0,16 N dan normalitas
HCl adalah 0,156.

5.2. Saran
Saat melakukan titrasi, buka kran secara perlahan sehingga larutan
penitrasi mengalir dari buret dengan jumlah yang sesuai dengan data
percobaan. Ukur pH larutan setiap kali ditambah NaOH dengan benar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.

Kim,O.S., 2005, Radical Scavenging Capacity and Antioxidant Activity of The


Vitamin Fraction In rice bran. J Food Sci. (3): 208- 213

Masri dan Sofian Effendi (ed.). Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi. Cetakan
ke-19. Jakarta: Pustaka LP3ES (hal. 122- 146).

Regina., 2013. Kimia Analisis. Universitas Negeri Yogyakarta.

Tim Konsultan Kimia., 2003. Titrasi. Universitas Padjajaran.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.

John, Kenkel. 2003. Analytical Chemistry for Technicians. Washington: Lewis


Publishers.

S, Syukri.1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB

16

Anda mungkin juga menyukai