Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisa kimia adalah penyelidikan yang bertujuan untuk mencari susunan
persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel.Analisa kimia
terdiri dari analisis kuantitatif dan analisis kuantitatif.
Analisa kuantitatif adalah salah satu cara penyelidikan untuk mengetahui
seberapa banyak bahan atau zat yang ada di dalam suatu campuran. Dalam
menganalisis suatu zat atau campuran dengan metode kuantitatif kita
menggunakan beberapa alat ukur.
Dalam ilmu kimia sendiri, pelaksanaan praktikum maupun penelitian banyak
menggunakan alat ukur gelas.Khususnya dalam pengukuran volume dari suatu
larutan.Alat ukur gelas memiliki sifat-sifat yang diperlukan dalam pengukuan,
yaitu massif.Khususnya alat ukur kuantitatif wajib dikalibrasi.
Kalibrasi adalah suatu proses memastikan kebenaran nilai-nilai yang
ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang
diabaikan pada suatau bahan ukur dengan cara membandingkan dengan nilai
konvensional yang diwakili oleh standar nasional atau internasional. Dengan kata
lain kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
nilai penunjukkan alat pengujian. Secara umum kalibrasi mempunyai pengertian
sebagai rangkaian kegiatan membandingkan hasil pengukuran suatau alat dengan
alat standar yang sesuai untuk menentukan besarnya koreksi.
Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat jenis tidak selalu
menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama.
Perbedaan diperbesarkan melalui pengaruhi lingkungan operator serta metode
pengukuran.
Oleh karena itu dilakukannya percobaan ini, tentang kalibrasi alat ukur,
dimana alat yang dikalibrasi merupakan alat ukur gelas sehingga dapat
mengetahui bagaimana cara atau proses pengkalibrasian alat ukur kaca, di dalam
percobaan ini digunakan labu ukur dan pipet gondok sebagai alat yang akan

1
2

dikalibrasi dan direkalibrasi, sehingga dapat juga diketahui persen kesalahan yang
diperoleh dari hasil kalibrasi dan rekalibrasi serta dapat diaplikasikan didalam
kehidupan. Mengetahui persen kesalahan pada labu ukur 100 mL dan persen
kesalahan pada pipet gondok 25 mL, mengetahui massa dari hasil rekalibrasi pada
labu ukur, mengetahui tujuan dari dilakukannya pengkalibrasian, mengetahui
metode apa saja didalam proses kalibrasi, mengetahui tipe-tipe dari kalibrasi,
mengetahui fungsi pengukuran suhu aquades pada percobaan kalibrasi labu ukur
100 mL, mengetahui massa labu ukur 25 mL, mengetahui % kesalahan pada
percobaan kalibrasi labu ukur 25 mL, mengetahui massa labu ukur 25 mLpada
percobaan rekalibrasi labu ukur 25 mL, mengetahui massa labu ukur 25 mL pada
percobaan rekalibrasi, mengetahui massa aquades pada percobaan rekalibrasi labu
ukur 25 mL, mengetahui massa aquades pada percobaan kalibrasi pipet gondok 25
mL.

1.2 Tujuan Percobaan


Mengetahui hasil persen kesalahan dari kalibrasi labu ukur 100 mL.
Mengetahui massaaquades yang di dapatkan pada kalibrasi labu ukur 25 mL.
Mengetahui hasil persen kesalahan dari kalibrasi pipet gondok.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Ada tiga pendekatan secara umum untuk melakukan kalibrasi peralatan kaca
volumetrik yang digunakan secara luas dan yang harus dikenal oleh mahasiswa:
Cara pertama yang kita sebut sebagai kalibrasi langsung, absolute, didasarkan
pada suasana diatas. Volume air yang diberikan sebuah buret atau pipet atau
ditampung dalam sebuah botol volumetrik diperoleh secara langsung dari berat
air. Petunjuk-petunjuk diberikan dibawah ini untuk kalibrasi sebuah buret,
pipet dan botol volumetrik yang menggunakan cara ini.
Peralatan gelas volumetrik kadang-kadang dikalibrasi dengan sebuah bejana
lainyang sebelumnya telah dikalibrasi secara langsung. Kita dapat menunjuk
ini sebagai kalibrasi tak langsung, kalibrasi absolut atau kalibrasi dengan
membandingkan. Cara ini sesuai jika banyak peralatan harus dikalibrasi dan
adalah cukup teliti untuk semua penggunaa biasa. Jadi pembanding sendiri
telah dikalibrasi dengan teliti. Peneraan benda bebentuk bola tidak ada dalam
banyak percobaan mahasiswa dan petunjuk-petunjuk itu tidak sukar untuk
digunakan. Jika dilakukan secra benar. Si mahasiswa dapat memperoleh
petunjuknya dari asisten jika iaharus menggunakan alat demikian.
Kadang-kadang diperlukan mengetahui hanya hubungan dua jenis peralatan
gelas tanpa mengetahui volume absolut dari salah satu. Keadaan ini
timbul,masalahnya dengan mngambil suatu bagian allauot titrasi terhadap
sperlima dari sebuah contoh yang tak diketahui. Zat yang tak diketahui
mungkin dilarutkan secara layak diperlukan untuk persiapan titrasi dan
diencerkan dalam sebuah botol volumetrik yang 250 mL (Underwood, 2002).
Prosedur pelarutan zat sebelum digunakan sebaiknya labu dalam keadaan
bersih atau dicuci dengan pelarut yang akan digunakan kemudian dikeringkan
padatan serbuk yang akan dilarutkan dimasukkan ke dalam labu dengan bantuan
corong kemudian dicuci dengan pelarut. Penambahan pelarut dihentikan setelah
kira-kira separuh volume labu tercapai.Zat yang dilarutkan diaduk dengan

3
4

pengocokan sempurna.Dan penambahan pelarut dilanjutkan hingga tanda


(Widodo, 2010).
Labu takar tersedia dalm berbagai kapasitas dan 5 hingga 5000 mL.labu ini
untuk menakar sejumlah tertentu volume cairan sebagaimana diidentifikasi oleh
kapasitasnya masukkan dalam labu. Sejumlah tertentu reagen dimasukkan ke
dalam labu, setelah pengadukan kemudian ditambah pelarut hingga tanda.Labu
takar digunakan untuk membuat larutan standar (Widodo, 2010).
Kalibrasi buret, buret harus benar-benar dibersihkan sehingga dapat
mengering dengan baik dan keran penutup harus diberi pelumas dengan baik. Isi
buret dengan air dan uji terhadap kebocoran, dengan membaca sampai 0,01 ml
yang terdekat dan mengulangi pembacaan setelah menunggu selama sedikitnya 5
menit. Tidak boleh terjadi perubahan yang nyata. Selama masa menunggu,
timbang sebuah 125 ml botol Erlenmeyer bertutup (atau bejana lain yang cocok)
sampai miligram yang terdekat berat mL. Isi buret dengan air suling yang bersuhu
seperti laboratorium.Suhu ini harus diukur dan dicatat.Kemudian hilangkan setiap
gelembung udara dari ujung buret dengan membuka keran penutup untuk
mengencerkan pencairan keluar yang cepat.Sekarang keluarkan air dengan lebih
perlahan sampai miniskus ada pada atau sedikit dibawah tanda nol pada buret
tersebut (Svehla, 1985).
Oleh karena kebanyakan kerja analitis mencakup larutan berair, maka
umumnya air digunakan sebagai bahan pembanding kalibrasi alat kaca
volumetri.Asas umum dalam kalibrasi adalah menetapkan bobot air yang
dikandung atau dihantarkan oleh sepotong tertentu alat kaca itu.Maka dengan
diketahuinya rapatan air, volume yang benar dapat dicari (Underwood 2002).
Satuan volume yang biasa digunakan dalam kimia analitik adalah liter dan
mililiter. Dulu liter didefinisikan sebagai volume yang ditempati oleh kg air pada
temperatur dengan rapatan maksimum (sekitar 4oC) pada tekanan 1 atm.
Konferensi Umum Keduabelas mengenai bobot dan ukuran, yang diadakan di
Paris pada tahun 1964, menghapuskan definisi ini dan sebagai gantinya
menetapkan liter sebagai desimeter kubik. Definisi baru ini menghapus definisi
sebelumnya sebesar 28 ppm antara milliliter dan sentimeter kubik (dulu 1 ml =
5

1,000028 cc) dan sekarang kedua satuan ini setara.The National Institute of
Standards and Technology telah menetapkan 20oC sebagai temperatur kalibrasi
alat kaca. Karena temperatur laboraturium biasanya tidak akan tepat 20oC
(Underwood,2002).
Peralatan yang paling lazim di dalam analisis volumetrik adalah labu
volumetri, buret dan pipet gelas ukur.Alat berskala untuk analisis kuantitatif
umumnya dibuat mematuhi batas-bata spesifikasi, terutama yang menyangkut
ketepatan kalibrasi. Di Inggris terdapat dua taraf peralatan yang ditandai dengan
kelas A dan B oleh seorang ilmuwan British Standar Internaitonal. Metode
kalibrasi yang biasa digunakan yaitu yang ditandai dengan kalibrasi mutlak
langsung.Volumetri yang dihantarkan oleh suatu buret atau pipet atau terkandung
di dalam sebuah labu volumetri diperoleh langsung dari bobot
rapatannya.Kadang-kadang orang hanya perlu mengetahui hubungan antara dua
alat kaca tanpa mengetahui volume mutlak pada masing-masing alat ukur
(Khopkar, 2003).
Akurasi sama dengan metode gravimetri. Analisis volumetri juga dikenal
sebagai titrimetri dimana zat yang dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain
yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Jika
reagen penitrasi yang diberikan berlebih maka harus diketahui dengan suatu
indikator.Mengukur volume standar larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan
dengan menimbang berat suatu zat dengan suatu metode gravimetri (Khopkar,
2008).
Langkah pengukuran dalam suatu analisa dapat dilakukan dengan cara-cara
kimia, fisika atau biologi. Teknik laboratorium yang dilakukan menuju
kepenggolongan dari cara-cara kuantitatif ke dalam sub golongan volumetrik,
gravimetrik dan instrumental. Analisa volumetrik mengenai pengukuran dn
volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang diperlukan untuk
bereaksi dengan analit. Pada cara gravimetrik, pengukuran menyangkut
pengukuran berat, suatu contoh kloridanya ditentukan dengan pengendapan dan
penimbangan perak klorida. Istilah analisa instrumental telah dipakai cukup tidak
6

erat, yang semula mengenai pemakaian suatu peralatan istimewa pada langkah
pengukuran (Day, 1981).
Peralatan yang paling lazim dalam analisis titrimetric (volumetri) adalah
labu volumetrik, buret dan pipet.Gelas ukur dan pipet bobot kurang meluas
penggunaannya.Alat berskala untuk analisis kuantitatif umumnya dibuat
mematuhi batas-batas spesifikasi, terutama yang menyangkut ketetapan kalibrasi.
Di Inggris terdapat dua taraf peralatan yang ditandai sebagai kelas A dan kelas B
oleh British Standards Institution. Batas toleransi untuk alat-alat kelas A lebih
ketat dan peralatan semacam ini dimaksudkan untuk digunakan dalam pekerjaan
dengan kecermatan tinggi. Alat-alat kelas B di gunakan untuk kerja rutin. Di
Amerika Serikat spesifikasi untuk hanya satu tahapan tersedia di National Bureua
Of Standars di Washington dan ini setara dengan kelas A di Inggris. Kalibrasi
untuk kebanyakan labu dari standar kelas A dapat di gunakan tanpa kalibrasi
tetapi untuk ketepatan setinggi-tingginya semua labu (kecuali yang di sertai
sertifikasi BST) hendaknya di kalibrasi ini mencangkup penentuan bobot airyang
di wadahi oleh labu itu bila terisi sampai tanda. Unutuk ini di perlukan suatu
neraca besar yang akan mengakomodasikan labu terbesar yang akan di kalibrasi
dapat di gunakan neraca piring di atas dengan kopekaan dan kapasitas yang sesuai
(Basset, 1994).
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimasi
komponen-komponen suatu nyawa.Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis
kualitatif sedangkan langkah estimasinya adalah analisi kuantitatif.Langkah
pertama dapat dikatakan sederhana sedangkan analisis kuantitatif agak lebih
rumit.Analisis kuantitatif dapat di klasifikasikan dengan dasar skala analisisnya.
Seorang analis atau ilmuwan akan berhadapan dengan masalah pemilihan metode
yang cocok dari sederetan metode-metode yang ada dalam analisis kuantitatif.
Pilihannya dapat di tentukan dari beberapa faktor seperti kecepatan, ketepatan,
ketelitian/selektivitas, tersedianya peralatan, jumlah sampel, tingkat analisis
(Khopkar, 2008).
Ada tiga pendekatan secara umum untuk melakukan kalibrasi peralatan
gelas volumetrik, yaitu:
7

1. Kalibrasi langsung, absolut di dasarkan pada asas-asas yang di uraikan.


Volume air yang diberikan oleh sebuah burel atau pipet di tamping dalam
sebuah botolvolumemetrik di perolehkan secara langsung dari berat air dan
disentasnya.
2. Kalibrasi dengan membandingkan sebuah bejana lain yang sebelumnya telah
dikalibrasi secara langsung. Cara ini sesuai jika banyak peralatan harus di
kalibrasi.
3. Kalibrasi yang kadang-kadang di perlukan untuk mengetahui hanya hubungan
antaradua jenis peralatangelas tanpa mengetahui volume absolut dari salah satu
(Day,1981).
Gelas ukur (measuring of graduation eylim dors) ini adalah bejana gradurasi
yang tersedia denga kapasitas 2 sampai 2000 cm³.Karena luas penampung cairan
jauh lebih besar dari pada dalam labu graduasi, maka kecermatannya tidak tinggi.
Karena itu gelas ukur W tidak dapat di gunakan untuk perkerjaan yang
menentukan derajat kecermatan (Basset, 1994)
Suatu labu berskala (di kenal sebagai labu volumetri atau labu ukur) adalah
suatu wadah berdasar datar, berbentuk alpuket, dengan leher panjang dan
sempit.Dikatakan berskala untuk berisi sebuah labu dengan tanda tunggal setelah
di artikan berisi volume yang dinyatakan suatu labu dapat juga di tandai dengan
memberikan cairan dengan volume yang di tentukan pada kondisi tertentu.Labu
hendaknya di buat berdasarkan dengan B51792 sesuai dengan spesifikasi standar
(dapat di pertukarkan). Contoh toleransi yang di perbolehkan untuk taraf B adalah
sebagai berikut:
Labu ukur 5 cm³ 25 cm³ 100 cm³ 250 cm³ 1.000 cm³
Toleransi 0,04 cm³ 0,06 cm³ 0,15 cm³ 0,30 cm³ 0,80 cm³
Terdapat dua macam pipet, yang pertama hanya mempunyai suatu tanda dan
menghantarkan cairan dengan volume konstan (Basset, 1994).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Labu ukur 100 mL
Pipet gondok 25 mL
Termometer
Neraca Analitik
Pipet tetes
Gelas beaker
Spidol kecil
Gelas ukur

3.1.2 Bahan
Aquades
Tisu
Kertas label
Sunlight

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Kalibrasi labu ukur 125 mL
Diukur suhu aquades
Dicatat suhu aquades
Dicuci labu ukur hingga bersih
Dikeringkan
Ditimbang labu ukur tanpa tutup
Dimasukkan aquades hingga berat sesungguhnya
Ditimbang kembali labu ukur
Dihitung berat aquades

8
9

Dihitung persen kesalahan

3.2.2 Rekalibrasi labu ukur 100 mL


Dikeringkan labu ukur
Ditimbang labu ukur tanpa tutup
Dimasukkan aquades hingga berat sesungguhnya
Diberi tanda tera baru pada labu ukur

3.2.3 Kalibrasi pipet gondok 25 mL


Dicuci pipet gondok
Dikeringkan pipet gondok
Ditimbang gelas kimia
Diambil 25 mL aquades dengan pipet gondok hingga tanda tera.
Dicatat berat aquades
Dihitung persen rendemen
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


No Perlakuan Pengamatan
1. Kalibrasi Labu Ukur 25 mL
Diukur suhu aquades. Aquades bening.
Dicatat suhu aquades. Suhu aquades 29 ºC.
Dicuci labu ukur hingga
bersih.
Dikeringkan.
Ditimbang labu ukur tanpa Massa labu ukur 22,87 gram.
tutup.
Dimasukkan aquades
Dihitung berat aquades. Massa aquades 24,80 gram.

Dihitung % kesalahan. % kesalahan 0,4 %.

2 Rekalibrasi Labu Ukur 25 mL


. Dikeringkan labu ukur.
Ditimbang labu ukur tanpa Massa labu ukur 22,85 gram.

tutup.
Dimasukkan aquades hingga Massa labu ukur + aquades

berat. 48,11 gram.

3 Diberi tanda tera baru pada


labu ukur.
Kalibrasi pipet gondok 25 mL
Dicuci pipet gondok.
Ditimbang gelas kimia. Massa gelas kimia 33,99 gram.

Diambil 25 mL aquades
dengan pipet gondok hingga
tanda tera.
Massanya 58,70 gram.
Dimasukkan ke dalam gelas

10
11

kimia yang berada di


timbangan.
Dicatat berat aquades. Massa aquades 24,71 gram.
Dihitung % kesalahan. % kesalahan 0,76 %.

4.2 Perhitungan
4.2.1 Kalibrasi Labu Ukur 25 mL
Diketahui : Tair = 29 ºC
= 22,87 gram
= 47,67 gram
= 995,945 kg/m3 = 0,995945 gram/cm3
Ditanya : % kesalahan
Penyelesaian:
Mair = (mlabu ukur + air) - mlabu ukur
= 47,67 gram – 22,87 gram
= 24,8 gram

V =

= 24,9 mL
-
% kesalahan = 100 %

-
= 100 %

= 0,4 %

4.2.2 Rekalibrasi Labu Ukur 25 mL


Diketahui: Tair = 29 ºC
= 995,945 kg/m3 = 0,995945 gram/cm3
Ditanya: m labu ukur + aquades ?
Penyelesaian:
12

mteori = .V
= 0,995945 25 mL
= 24,89 gram

4.2.3 Kalibrasi pipet Gondok 25 mL


Diketahui : mgelas kimia = 33, 99 gram
mgelas kimia + air = 58,70 gram
aquades = 995,945 kg/m3 = 0,995945 gram/cm3
Ditanya: % kesalahan ?
Penyelesaian:
mair = (mgelas kimia + air) - mgelas kimia
= 58,70 gram - 33,99 gram
= 24,71 gram

V =

=24,81 mL
-
% kesalahan = 100 %

-
= 100 %

= 0,76 %

4.3 Pembahasan
Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap
standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan
ukuran danatau internasional.
Rekalibrasi merupakan suatu proses pengulangan kalibrasi dimana hasilnya
akan dibandingkan dengan proses kalibrasi untuk mengetahui keakuratan data.
13

Akurasi merupakan kedekatan antara nilai terukur (nilai rata-rata hasil


analisis) dengan nilai yang diterima sebagai nilai sebenarnya, baik nilai konvensi,
nilai sebenarnya, ataupun nilai rujuk, nilai akurasi juga dapat dijadikan sebagai
petunjuk kesalahan sistematik, akurasi di ukur sebagai banyaknya analisis yang
diperoleh kembali pada suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu
sampel.
Presisi merupakan ukuran kedekatan antara serangkaian hasil analisis yang
diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada sampel homogen yang sama.
Dimana kemampuan untuk memproduksi hasil yang sama dalam percobaan atau
pengukuran ini tidak mempertimbangkan apakah hasil yang dekat dengan nilai
sebenarnya. Selama hasil secara konsisten atau berulang kali dekat satu sama lain,
ada presisi dalam pengukuran.
Ada dua macam tipe kalibrasi alat ukur gelas, yaitu:
To Contain (TC)
Pada tipe alat ukur gelas yang digunakan untuk menampung suatu larutan
kimia, pada tipe ini metode yang digunakan untuk melakukan kalibrasi yaitu
dalam kondisi kering.Contohnya yaitu gelas ukur, labu ukur, gelas kimia dan
sebagainya.
To Deliver (TD)
Pada tipe ini alat ukur gelas yang digunakan untuk memindahkan zat kimia
atau zat larutan ke wadah lainnya.Pada tipe ini mmetode yang digunakan untuk
melakukan kalibrasi yaitu dalam kondisi basah.Contohnya yaitu pipet gondok,
buret, pipet volume dan lain sebagainya.
Metode kalibrasi yaitu antara lain:
Kalibrasi langsung mutlak
Dimana kalibrasi ini didasarkan pada bobot air dan kerapatannya.Dimana
volume air yang dihantarkan oleh suatu buret atau puppet atau terkadang dalam
sebuah labu volumetri langsung didapatkan dari bobot air dan
kerapatannnya.Metode ini hanya menggunakan satu alat ukur tanpa adanya
pembandingan.
Kalibrasi langsung tidak mutlak
14

Dimana kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkannya terhadap


bejana lain yang telah dikalibrasi langsung. Metode ini sangat cocok bila alat
kaca yang akan dikalibrasi banyak dan cukup tepat semua pembandingan dan
pemakaian biasa.
Kalibrasi relatif
Dimana kalibrasi ini hanya perlu mengetahui hubungan antara dua alat
kaca tanpa mengetahui volume mutlak masing-masing.Metode ini hanya
menggunakan alat ukur tersebut lalu dibandingkan dengan pipet tetes dan labu
ukur.
Tujuan dilakukannya pengkalibrasian adalah:
Untuk menjaga kondisi instrument ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai
dengan spesifikasinya.
Mengetahui seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara hanya benar
dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.
Mendukung sistem mutu yang diterapkan diberbagai industry pada peralatan
laboratorium dan produksi yang dimiliki.
Pada percobaan pertama yaitu dilakukan kalibrasi labu ukur 25 mL.Pertama-
tama diukur suhu aquades.Aquades bening dan merupakan bahan utama untuk
melakukan kalibrasi pada setiap alat ukur yang dikarenakan sifatnya yang
mempunyai volatil kecil dan merupakan pelarut yang universal dan stabil.Lalu
dicatat suhu aquades, sehingga didapatkan suhu aquades adalah 29 ºC.Setelah itu
dicuci labu ukur hingga bersih. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran
yang ada pada labu ukur yang akanmempengaruhi berat labu ukur saat ditimbang.
Dan labu ukur dikeringkan.Lalu labu ukur ditimbang tanpa tutup. Labu ukur
ditimbang dengan menggunakan neraca analitik, dimana neraca analitik berfungsi
untuk menimbang alat atau zat kimia dan mengetahui massa atau berat dari alat
ukur yang ditimbang. Sehingga massa labu ukur yang didapat adalah 22,87 gram.
Lalu dimasukkan aquades hingga tanda tera. Kemudian labu ukur ditimbang
kembali untuk mengetahui massa labu ukur dengan aquades, sehingga didapatkan
massa labu ukur dengan aquades adalah 47,67 gram. Lalu dihitung berat aquades
dari massa labu ukur dan aquades yang telah di dapat massanya. Dimana massa
15

labu ukur adalah 22,87 gram dan massa labu ukur dengan aquades adalah 47,67
gram, lalu dikurangkan 47,67 gram dengan 22,87 gram, sehingga didapatkan
massa aquades adalah sebanyak 24,80 gram. Dan dihitung % kesalahan yang
didapatkan yaitu 0,4 %.
Pada percobaan kedua yaitu rekalibrasi labu ukur 25 mL.Pertama-tama
dikeringkan labu ukur. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang ada
pada labu ukur yang akan mempengaruhi berat labu ukur saat ditimbang. Lalu
ditimbang labu ukur tanpa tutup dengan menggunakan neraca analitik. Neraca
analitik berfungsi untuk menimbang suatu alat, bahan, atau zat kimia agar
didapatkan massa atau berat dari alat tersebut. Sehingga massa labu ukur yang
didapatkan adalah 22,85 gram. Lalu dimasukkan aquades hingga berat
sesungguhnya, yaitu dengan cara diukur terlebih dahulu 25 mL aquades dengan
menggunakan gelas ukur. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur.Pada tahap
ini, aquades melebihi tanda tera pada labu ukur, sehingga diberi tanda tera baru.
Kemudian ditimbang berat labu ukur dengan aquades dan didapatkan berat
sebesar 48,11 gram. Aquades yang melebihi tanda tera dapat dikarenakan oleh
beberapa hal yaitu kurang telitinya dalam melakukan pengukuran pada gelas ukur
dan atau tanda tera pada labu ukur yang tidak sampai 25 mL.
Pada percobaan ketiga yaitu kalibrasi pipet gondok 25 mL. Dimana pada
percobaan ini bertujuan untuk mengkalibrasikan atau menentukan kebenaran
konvensional penunjuk alat melalui cara perbandingan dengan standar ukur yang
telah ditelusuri dengan standar internasional pada pipet gondok. Pertama-tama
dicuci pipet gondok untuk menghilangkan kotoran yang ada pada labu ukur yang
akan mempengaruhi berat labu ukur saat ditimbang. Lalu ditimbang gelas kimia
dengan menggunakan neraca analitik. Neraca analitik berfungsi untuk
menimbangsuatu alat, bahan atau zat kimia agar didapatkan massa atau berat dari
alat tersebut. Sehingga massa gelas kimia yang didapatkan adalah 33,99 gram.
Setelah itu, diambil 25 mL aquades dengan menggunakan pipet gondok hingga
tanda tera.Pipet gondok berfungsi untuk mengambil larutan dalam jumlah atau
volume tertentu.Lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berada di timbangan
atau neraca analitik. Dan didapatkan massanya adalah sebanyak 58,70 gram. Dan
16

dari data tersebut dapat diperoleh berat aquades yaitu 24,71 gram. Dan didapatkan
hasil % kesalahan adalah 0,76%.
Faktor kesalahan yang terdapat pada percobaan ini yaitu:
Kurang teliti dalam melakukan penimbangan, sehingga berat yang di dapat dari
hasil penimbangan kurang maksimal.
Kurang bersih dalam mencuci labu ukur dan pipet gondok, sehingga hasil pada
saat kalibrasi tidak sesuai.
Kurang teliti pada saat memberikan tanda tera baru sehingga hasil yang
didapatkan tidak sesuai.
Digunakan alat ukur kaca adalah karena kaca bersifat kaku dan tidak mudah
bereaksi ketika dimasukkan larutan berbahaya, selain itu kaca juga merupakan
boraksilikat dimana tahan terhadap asam.Alat laboratorium menggunakan kaca
dikarenakan paling baik dan tahan terhadap larutan yang berbahaya dan mudah
dalam penglihatan karena transparan.Alat ukur gelas memiliki sifat-sifat yang
diperlukan dalam pengukuran, yaitu masif atau tidak mudah mengalami
perubahan bentuk dan transparan.Alat ukur gelas atau kaca sebagian besar
terbentuk dari material pokok SiO2. Pada kehidupan sehari-hari bahan gelas atau
kaca juga banyak dimanfaatkan dengan penambahan zat lain. Zirkonium
ditambahkan pada kaca mata dan alkali (MgCO3, CaCO3) ditambahkan pada
jendela rumah.Bahan gelas dengan penambahan alkali ini dikenal dengan alkali
gelas/soda gelas, penambahan alkali ini berfungsi untuk menurunkan titik
lebur.Pada ilmu kimia, borosilika gelas banyak digunakan karena memiliki
koefisien muai yang kecil.Alat ukur gelas dapat dibedakan menjadi alat ukur
kualitatif dan alat ukur kuantitatif.Setiap alat ukur gelas, khususnya alat ukur
kuantitatif wajib dikalibrasi.
Asas umum kalibrasi adalah dimana kalibrasi alat ukur pada volume
dilakukan dengan mengukur bobot suatu volume air destilat yang dilakukan alat
ukur volume. Bobot ini dibandingkan dengan bobot jenis air pada suhu
pengukuran terbentuk dilakukan sehingga dapat ditentukan nilai kerapatannya.
Rantai kalibrasi/mampu usut
17

Kalibrasi bukan harus dibuat pada alat ukur tetapi diwajibkan pula untuk
dipakai. Dalam hal ini mampu menghindari penipuan dari alat ukur karena satu
dan lain hal. Misalnya kehausan dari komponen-komponennya.
Kemudahan baca
Kemampuan sistem penunjukkan dari alat ukur untuk memberikan suatu angka
yang jelas dan berarti dinamakan kemudahan baca.
Kepekaan
Setia alat ukur mempunyai suatu kepekaan tertentu, yaitu kemampuan alat ukur
untuk merasakan auatu perbedaan jenis yang relatif kecil harga yang diukur.
Kapasitas
Kajadian dimana suatu perbedaan kecil dari harga yang diukur tidak
menimbulkan suatu perubahan apapun pada jarum penunjuk.
Pergeseran
Apabila terjadi perubahan logam yang ditunjukkan pada skala atau yang dicatat
pada kertas grafik.
Macam-macam sesatan yaitu:
Sesatan Operasional
Alat sesatan pribadi, sesatan ini disebabkan oleh faktor analisis baik dalam
mengamati atau membaca hasil pengukuran.
Sesatan Instrumen
Sesatan ini timbul dari kontruksi instrument atau teknik pada pembakuan skala
dari alat itu sendiri.
Sesatan metode
Sesatan ini bereaksi berasal penarikan contoh yang tak benar dari ketidak
lengkapan suatu reaksi.
Sesatan aditif dan sebanding
Dimana sesatan ini mempunyai nilai mutlak pada suatu sesatan aditif tak
langsung bergantung pada kuantitas konstituen yang ada dalam penetapan.
Sesatan tak tertetapkan atau sesatan aksidental
Sesatan ini disebabkan oleh sebab-sebab yang tak terkendalikan oleh si analisis
dan umumnya begitu sulit diketahui sehingga mereka tidak dapat dianalisis.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan kalibrasi labu ukur dapat diketahui % kesalahannya
sebesar 0,4% sehingga dapat diketahui bahwa labu ukur 25 mL masih layak
pakai.
Massa aquades yang diperoleh pada kalibrasi labu ukur seberat 24,80 gram.
Dari hasil percobaan kalibrasi pipet gondok 25 mL dapat diketahui %
kesalahannya sebesar 0,76%, sehingga dapat diketahui bahwa labu ukur 25
mL masih layak pakai.

5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat menggunakan alat yang
dikalibrasi lain seperti pipet volume dan gelas ukur agar diperoleh hasil yang lebih
bervariasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994.Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.


Day. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarata: Erlangga.
Khopkar, S. M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarata: Erlangga.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Svehla, G. 1985. Kimia Analisis Anorganik KualitatifMakro dan Semi Makro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Widodo, Didik Setiyo. dkk. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu

19

Anda mungkin juga menyukai