PANDAHULUAN
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas
pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua
labu takar dan buret. Ketelitian pengukuran merupakan cara pembacaan skala
yang tepat pada alat ukur volumetri (pipet volumterik, gelas ukur erlenmeyer,
dan ketelitian standar dari alat. Pembacaan skala pada alat ukur volumetri (pipet
diperhatikan, dalam hal melihat skala, kedudukan badan, jenis alat maupun jenis
Kalibrasi dilakukan agar hasil pengukuran selalu sesuai dengan alat ukur
standar/alat ukur yang sudah ditera. Alat-alat analisis kimia dapat diartikan
sebagai alat-alat yang sering digunakan dalam pekerjaan analisis kimia seperti:
pipet volumetri, labu takar, gelas ukur, labu erlenmeyer, neraca analitik ataupun
gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, tabung reaksi, pipet, corong, maupun batang
pengaduk. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam analisis kimia diperlukan
lebih besar maka sebelum pemakaian alat-alat volumetri yang terbuat dari gelas
pengukuran selalu sesuai dengan alat ukur standar/alat ukur yang sudah
volumetri.
berdasarkan peneraan terhadap alat-alat ukur volume seperti buret, gelas ukur,
2.1 Kalibrasi
nilai yang ditunjukkan oleh instrumen pengukur atau sistem pengukuran atau nilai
yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang
berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dari hasil kalibrasi
nilai-nilai yang mungkin merupakan nilai besaran ukur yang dicari. Suatu
pengukuran tidak dapat menentukan nilai dengan tepat, yang dapat dilakukan
yang diizinkan dalam produk atau hasil kerja yang ditetapkan dalam desain,
untuk mengetahui apakah suatu produk memenuhi toleransi yang telah ditetapkan
(Darmawan, 2016).
2.2 Pengukuran
suatu besaran. Kegiatan pengukuran mempunyai dampak yang luas terhadap ilmu
2.4 Aquades
Akuades atau air kondensat merupakan air hasil penyulingan yang bebas
dari zat-zat pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades biasa
digunakan sebagai pelarut dan untuk membersihkan alat-alat laboratorium dari zat
pengotor. Air murni diperoleh dengan cara destilasi, tujuan dari distilasi yaitu
memperoleh cairan murni dari cairan yang telah tercemari zat terlarut, atau
bercampur dengan cairan lain yang berbeda titik didihnya (Khotimah, dkk, 2017).
pipet volemtrik ini adalah untuk mengambil dan memindahkan cairan dengan
volume tertentu sebagaimana tertera pada batang pipet volumetrik (Masri, 2013).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas ukur 10 mL, labu
ukur 25 mL, erlenmeyer 100 mL, statif, filler, timbangan, pipet skala, dan botol
semprot.
3.2.2 Bahan
Disiapkan pipet volume yang bersih serta kering. Kemudian diisi dengan
aqudes sampai batas teranya.Setelah itu, dikeluarkan isi airnya perlahan lahan dan
tampung di erlenmeyer yang bersih dan kering dan beratnya telah diketahui.
Kemudian ditimbang erlenmeyer berisi air tersebut dan ditentukan berat airnya
tetapi harua ditentukan pada skala yang berurutan misalnya 5, 10, dan 20 mL,
Disiapkan labu takar yang kosong dan bersih serta kering. Lalu
,ditimbang labu takar dan catat beratnya. Kemudian,diisi labu takar tersebut
dengan aquades sampai batas tera. Setelah itu, ditentukan berat air di udara ( berat
labu takar - berat labu kosong ). Selanjutnya adalah ditentukan volume air pada
suhu kerja ( Vt ).
Disiapkan gelas ukur yang kosong dan bersih serta kering.Lalu ,ditimbang
labu takar dan dicatat beratnya. Kemudian,diisi gelas ukur tersebut dengan
aquades sampai batas tera. Setelah itu, ditentukan berat air di udara ( berat labu
takar - berat labu kosong ). Selanjutnya adalah ditentukan volume air pada suhu
kerja ( Vt ).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai yang ditunjukkan oleh instrumen pengukur atau sistem pengukuran atau nilai
yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang
berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dari hasil kalibrasi
ketidakpastiannya.
yaitu peneraan pipet volume. Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
pipet volume yang bersih dan kering, kemudian diisi dengan aquades sampai
dalam erlenmeyer bersih dan kering yang beratnya telah diketahui. Kemudian,
erlenmeyer berisi air tersebut ditimbang agar diketahui berat airnya. Berat air di
udara dapat diketahui dari hasil pengurangan antara berat erlenmeyer berisi air
dengan berat erlenmeyer kosong. Karena berat erlenmeyer berisi air adalah
62,9687 gram dan berat erlenmeyer kosong adalah 53,2150 gram maka dapat
diketahui berat air di udara, yaitu 26,0739 gram. Kemudian suhu yang digunakan
adalah 9,756 dan volume sesungguhnya dari pipet volume adalah 9,7547.
Kesalahan pengukuran pada pipet volume adalah -0,25 sedangkan toleransi yang
Percobaan kedua yaitu peneraan buret, dimana hal pertama yang dilakukan
yaitu menyiapkan buret bersih dan kering, lalu isi dengan aquades hingga batas
peneraannya. Pada percobaan ini dilakukan dalam tiga skala berbeda, yaitu 5, 10
perlahan-lahan dan ditampung dalam erlenmeyer bersih dan kering yang beratnya
persatu agar diketahui beratnya. Berat erlenmeyer berisi air 5 mL adalah 58,0706
gram, berat erlenmeyer berisi air 10 mL adalah 63,4306 gram dan berat
erlenmeyer berisi air 20 mL adalah 73,1359 gram. Selanjutnya berat air di udara
erlenmeyer kosong. Berat air di udara pada erlenmeyer berisi air 5 mL adalah
4,8556 gram dengan penyimpangan sebesar 0,1155 mL , berat air di udara pada
mL dan berat air di udara pada erlenmeyer berisi 20 mL air adalah 19,9209 gram
Percobaan ketiga yaitu peneraan labu takar. Hal pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan labu takar, botol semprot dan pipet tetes yang bersih dan
labu takar diisi dengan aquades sampai tanda peneraanya, lalu ditimbang kembali.
Selanjutnya berat air di udara dihitung dengan cara mengurangkan antara berat
labu takar berisi air dengan berat labu takar kosong. Karena berat labu takar berisi
air adalah 46,6805 gram dan berat labu takar kosong adalah 53,2150 gram maka
dapat diketahui berat air di udara yaitu sebesar 26,0739 gram. Kemudian volume
sesungguhnya dari labu takar adalah 26,0680. Kesalahan pengukuran pada labu
ukur adalah 1,07 sedangkan toleransi yang diizinkan adalah 0,08 dan 0,16.
Percobaan keempat yaitu peneraan gelas ukur. Hal pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan gelas ukur, botol semprot dan pipet tetes yang bersih dan
gelas ukur diisi dengan aquades sampai tanda peneraanya, lalu ditimbang kembali.
Selanjutnya berat air di udara dihitung dengan cara mengurangkan antara berat
gelas ukur berisi air dengan berat gelas ukur kosong. Karena berat gelas ukur
berisi air adalah 39,6070 gram dan berat gelas ukur kosong adalah 32,3435gram
maka dapat diketahui berat air di udara yaitu sebesar 7,2637 gram. Kemudian
volume sesungguhnya dari gelas ukur adalah 7,2621. Kesalahan pengukuran pada
5.1 Kesimpulan
nilai yang ditunjukkan oleh instrumen pengukur atau sistem pengukuran atau nilai
yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang
berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Peneraan pipet volume
diperoleh berat air di udara sebesar 9,7547 dan kesalahan pengukurannya dalah
-0,25. Peneraan buret diperoleh berat air di udara pada volume 5, 10 dan 20 mL
berturut-turut adalah 0,1155, -0,24 dan -0,24 mL Peneraan labu takar diperoleh
berat air di udara adalah 26,0739 dan kesalahan pengukurannya adalah 1,07.
Peneraan gelas ukur diperoleh berat air di udara sebesar 7,2637 gram dan
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu agar para praktikan lebih tenang
dan tertib saat berada di dalam laboratorium agar praktikum dapat berjalan dengan
Banyak ion-ion terlarut yang kita temui di sekitar kita, misalnya pada air
laut, sungai, limbah ataupun dalam bentuk padatannya seperti pada tanah dan
pupuk. Unsure logam dalam larutannya akan membentuk ion positif atau kation,
sedangkan unsure non logam akan membentuk ion negative atau anion. Metode
yang digunakan untuk menentukan keberadaan kation dan anion tersebut dalam
ion pada tingkat konsentrasi yang rendah. Namun, demikian kita juga dapat
menggunakan sifat fisika dan kimia untuk mengembangkan suatu metode analisis
laboratorium. Sifat fisika yang dapat diamati langsung seperti warna, bau,
berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagen. Reagen yang pakai
untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida,
dan asam karbonat. Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat
adanya kenaikan jumlah elektron. Misalnya, atom klorin (Cl) dapat memperoleh
tambahan satu elektron untuk mendapat ion klorida (Cl-). Namun, natrium klorida
(NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur disebut senyawa ionik (ionik
1.2 Tujuan
Adapun prinsip dasar dari percobaan praktikum uji kation dan anion ini
(Padmaningrum, 2010).
Analisis kualitatif dan kuantitatif unsur-unsur minor kation (Li +, Na+, NH4+,
K+, Ca2+ dan Mg2+) dalam berbagai jenis sampel air adalah salah satu parameter
untuk menentukan kualitas air. Ion aroganik bermuatan positif satu atau dua
tersebut adalah ion-ion yang paling umum ditemukan di hampir semua jenis air
alam (Amin,2016).
2.2 Kation
pori efektif. Kapasitas tukar kation tidak dipengaruhi oleh faktor dalam saja
(internal struktur zeolit) , tetapi juga faktor ekstenal. Di dalam proses tukar kation,
dapat pula terjadi fenomena ion sieving, karena ketidaksesuaian ukuran pori
dengan ion yang masuk, dimana volume lorong atau chanel pada struktur zeolit
mampu mengakomodasi sejumlah kation; adanya pengikatan kation pada tempat
lain di luar lokasi pertukaran, serta adanya perubahan fase zeolit setelah proses
2.3 Anion
jumlah molekul H2. Hidrostalsit uang masih jarang ditemukan di alam mempunyai
potensi untuk diteliti dana dikembangkan lebih lanjut. Bagian antar lapis pada
hidrotalsit berisi anion dan air yang bersifat bebas berpindah denan memutus
iktannya dan membentuk baru iar dapat dieliminasi tanpa merusak struktur inti
hidrotalsit. Muatan negatif anion tersebut dapat mengalami pertukran anion secara
reversibel. Penambahan kation dan molekul air terjadi daam pertukaran muatan
yang dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida bersifat lembab cair dan
secera spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas (Reliantari, 2017).
2.5. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)
pereduksi natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan timah (II) klorida (SnCl2) untuk
mereduksi Fe (III) menjadi Fe (II). Dari hasil yang diperoleh menunjukkan SnCl 2
lebih baik karena dapat mereduksi besi dengan baik sebesar 78,45% daripada
Na2S2O3 yang mereduksi besisebesar 78,23%, namun tidak jauh berbeda karena
(Pangastuti, 2017).
Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru dengan struktur kristal
triklin. Pentahidratnya kehilangan lima molekul air pada suhu yang berbeda.
Kristal ini dapat dibuat dengan mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan
asam nitrat yang kemudian dipanaskan hingga terbentuk kristal. Selain dengan
bahan baku logam tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga bisa dibuat dari tembaga
bekas ataupun tembaga dalam bentuk sponge yang diperoleh dari larutan CuCl2
(Rodiah, 2018)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik dengan judul “Uji Kation dan Anion”
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi dan rak
tabung.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah NaOH 0,1 N, Na 2S2O3
dan CuSO4.
endapan.
3.3.2 Langkah Pengujian Anion Y
Gambar 3. Kation X
suatu senyawa kimia dalam suatu larutan/sampel yang tidak diketahui. Analisis
kualitatif disebut juga analisa jenis yaitu suatu cara yang dilakukan untuk
banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis kualitatif digunakan
untuk menganalisa komponen atau jenis zat yang ada dalam suatu larutan. Analisa
kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia
dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Percobaan ini dilakukan untuk
mengidentifikasi kation x dan anion y pada suatu larutan melalui uji kation dan
anion.
NaOH menghasilkan endapan berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa kation
x adalah Cu2+ karena kation Cu2+ akan membentuk endapan berwarna biru ketika
dengan ciri-ciri anion SO42- yaitu berwarna bening yang apabila dilarutkan dengan
Na2S2O3 akan megasilkan larutan berwarna bening juga, atau dengan kata lain
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah semoga kedepannya
meteri yang berhubungan dengan uji kation dan anion agar bisa lebih mudah
Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis
Secara tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, kualitatif dan
kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam
penimbangan berat zat setelah diperlukan sedemikian rupa sehingga zat tersebut
diketahui rumus molekul dengan pasti dan berada dalam keadaan stabil.
Komponen yang ditentukan diubah menjadi suatu endapan yang stabil dan
selanjutnya dapat diubah menjadi bentuk senyawa yang mudah untuk ditimbang.
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam
sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar
analit dalam sampel hanya berupa unsur pelarut, maka metode gravimetri tidak
mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode
suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang secara
memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat
Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori
alat penyaring (kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan
elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion endapan. Hal ini dilakukan
130 derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius tergantung
suhu dekomposisi dari analit. Endapan yang digunakan pada percobaan ini adalah
merupakan salah satu garam borium yang paling umum larut dalam air.
Sedangkan besi (II) sulfat atau fero sulfat adalah senyawa kimia dengan rumus
FeSO4. Semua besi sulfat larut dalam air dan bersifat aquo complex [Fe(H2O)6]2+.
analisis gravimetri.
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan analisis
Prinsip dari percobaan ini yaitu menentukan jumlah mol air kristal yang
terikat dalam suatu senyawa dengan metode pengendapan serta menentukan kadar
pengukuran berat. Analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya
maupun dengan solvennya. Persyaratan yang harus dipenuhi agar gravimetri dapat
berhasil ialah terdiri dari proses pemisahan yang harus cukup sempurna sehingga
kualitas analit yang tidak mengendap secara analit tidak ditentukan dan zat yang
ditimbang harus mempunyai susunan tertentu dan harus murni atau mendekati
pembanding sehingga lebih mudah untuk penetapan kadar saponin. Pada peneltian
ini penetapan kadar saponin dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil perhitungan
kadar ratarata sebesar 3, 1258%. Saponin merupakan jenis glikosida yang banyak
monoklinik dan dapat larut dalam air. Titik lebur 64C dan pada suhu 90C air
bahan kimia yang banyak digunakan sebagai koagulan dalam pemurnian air,bahan
2.4 BaCl2
atau dengan menelan. Ini adalah iritasi kulit ringan. Ion barium dianggap sebagai
racun otot; melalui sistem saraf pusat pertama-tama merangsang otot yang terkena
dengan hipokalemia yang diinduksi ion barium, mungkin karena transfer kalium
2.5 Aquades
semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam
hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida
dan keton. Akuades atau air kondensat merupakan air hasil penyulingan yang
bebas dari zat-zat pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades
dari zat pengotor. Air murni diperoleh dengan cara destilasi, tujuan dari distilasi
yaitu memperoleh cairan murni dari cairan yang telah tercemari zat terlarut, atau
bercampur dengan cairan lain yang berbeda titik didihnya (Khotimah, 2017).
bahan dalam proses pickling pada penyamakan kulit selain H2SO4 dan HCOOH.
Asam klorida (HCl) sebagai bahan pengasaman merupakan salah satu jenis asam
kuat sehingga lebih banyak bereaksi dengan zat-zat didalam kulit yang
tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
(muntah), kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, radang sendi,
cacat lahir, gusi berdarah, kanker, sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing,
pada BaCl2.2H2O dan Penentuan Kadar Fe dalam FeO dilaksanakan pada hari
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cawan porselin, botol
timbang, gegep, eksikator, spatula, pipet volume, pipet tetes, botol semprot, gelas
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah BaCl 2.XH2O, FeSO4,
yang akan ditentukan air kristalnya sebanyak 2 gram ke dalam cawan porselin
yang telah diketahui beratnya. Kemudian cawan porselin yang berisi zat tersebut
Ditimbang dengan teliti garam besi (II) sulfat sebanyak 1,0 gram, lalu
yang terbentuk dituang melalui kertas saring. Dicuci endapan beberapa kali
hingga bebas dari zat lain. Selanjutnya, endapan dimasukkan ke dalam cawan
dalam senyawa.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
105C
BaCl2. 2H2O BaCl2 + 2H2O
4.3 Pembahasan
adalah pengukuran berat. Analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen
gravimetri dapat berhasil ialah terdiri dari proses pemisahan yang harus cukup
sempurna sehingga kualitas analit yang tidak mengendap secara analit tidak
ditentukan dan zat yang ditimbang harus mempunyai susunan tertentu dan harus
murni atau mendekati murni. Percobaan ini diawali dengan menimbang berat
kosong cawan porselin, hal ini dilakukan untuk mengetahui bobot kosong dari
cawan yaitu 48,11 gram. Selanjutnya memasukkan cawan ke dalam oven selama
menit. Hal ini berfungsi untuk mendinginkan cawan dan menghilangkan kadar air
yang terdapat dalam cawan karena dalam esikator terdapat selika gel yang dapat
menyerap air. Kemudian menimbang kembali cawan yang telah diisi 2 gram
BaCl2.XH2O yaitu didapat beratnya sebesar 50,11 gram, lalu dipanaskan dan
dipijarkan, didinginkan dan ditimbang kembali yaitu didapat berat bobotnya
sebesar 49,84 gram, sehingga dapat ditentukan berat kristal BaCl2 yaitu sebesar
1,73 gram dan berat kristal air pada BaCl2.XH2O adalah 2,04.
gram, lalu dilarutkan dengan 50 mL air dan 10 mL HCl (1:1) yang menghasilkan
larutan berwarna kuning cerah, warna kuning cerah ini mendandakan bahwa besi
(II) sulfat, air dan HCl (1:1) saling bereaksi sehingga membentuk warna kuning
cerah. Kemudian setelah ditambahkan 2 mL HNO3 pekat dan didihkan, maka akan
menghasilkan larutan berwarna kuning telur (larut), perubahan warna dari kuning
cerah ke kuning telur ini disebabkan karena larutan bereaksi dengan HNO 3 dan
kemudian endapan yang berada pada kertas saring dicuci dan ditimbang. Berat
endapan yang ditimbang setelah dicuci adalah 1,105 gram dan didapat kadar Fe
sebesar 86,19 %.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
penimbangan hasil reaksi pengendapan. Berat zat Kristal BaCl2 pada praktikum
ini adalah 1,73 gram dan berat kristal air pada BaCl 2.XH2O adalah 2,4 gram serta
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah agar kedepannya
praktikan bisa lebih teliti lagi dalam melakukan kegiatan praktikum dan mencatat
semua yang diteliti, misalnya mencatat berat kertas saring yang digunakan pada
saat praktikum agar nanti bisa lebih memudahkan membuat analis data dan
kuantitatif ialah pekerjaan yang dilakukan untuk untuk mengetahui kadar suatu
senyawa dalam sampel, dapat berupa satuan mol, ataupun persentase dalam gram.
sudah diketahui dengan tepat yang bereaksi secara kuantitatif dengan larutan yang
dianalisis. Analisis volumetri dibagi dalam beberapa jenis, yaitu asidimetri (titrasi
terhadap larutan basa bebas dan larutan garam terhidrolisa dari asam lemah,
larutan standarnya asam), alkalimetri ( titrasi terhadap larutan asam bebas dan
(Darsati, 2007).
Titrasi asam basa adalah penentuan kadar suatu larutan basa dengan
larutan asam yang diketahui kadarnya atau sebaliknya, kadar suatu larutan asam
dengan larutan basa yang diketahui, dengan didasarkan pada reaksi netralisasi.
Larutan yang diketahui konsentrasinya pada proses titrasi disebut larutan standar
Larutan standar atau larutan baku adalah suatu larutan yang mengandung
konsentrasi yang diketahui secara tepat dari unsur atau zat. Larutan standar
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Titrasi dinyatakan berhasil
apabila proses titrasi telah mencapai titik akivalen dan titik akhir titrasi (Freiser,
2019).
ditambahkan bereaksi seluruhnya dengan zat tang dititrasi. Dengan kata lain, pada
titik ekuivalen jumlah mol titran setara dengan jumlah mol titrat menurut
2016).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan analisis
Prinsip dasar percobaan ini, yaitu didasarkan pada pembuatan kadar asam
asetat dengan metode titrasi hingga titik ekivalen tercapai yamg ditandai dengan
perubahan warna suatu larutan sampel dan penentuan konsentrasi asam asetat
berbeda hingga tercapai titik ekivalen yang ditandai dengan perubahan warna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam
indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat
(Harjanti, 2008).
2.2 Alkalimetri
jumlah total suatu asam/basa dalam suatu larutan yang dilakukan dengan cara
indikator dalam titrasi alkalimetri. Pada abad 20, fenolftalein merupakan obat
yang populer digunakan sebagai pencahar. Pada bulan Agustus 1999, US Food
Jenis-jenis titrasi yaitu: Titrasi asam-basa, reaksi dasar dalam titrasi asam-
basa adalah netralisasi, yaitu reaksi asam dan basa yang dapat dinyatakan: H+ +
OH= H2O Bila larutan asam dengan kepekatan tertentu digunakan sebagai penitar
maka titrasi ini disebut asidimetri, sedangkan bila yang diketahui sebagai
penitarnya adalah basa, maka titrasi ini disebut alkalimetri. Titrasi pengendapan
menghasilkan endapan yang sukar larut. Yang termasuk titrasi golongan ini antara
rangkai (kompleks) yang mantap dan larut dalam air, bila larutan baku bereaksi
Asetat). Titrasi redoks, dalam reaksi ini terjadi perpindahan elektron atau
Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra pengecap kita terhadap
suatu rasa masam. Kata asam berasal dari bahasa latin yaitu acidus, yang berarti
masam. Secara kimia, asam didefinisikan sebagai senyawa yang menhasilkan ion
hidrogen ketika larut dalam pelarut (biasanya air). Asam merupakan salah satu
senyawa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Asam biasa
asam orgaanik yang digunakan sebagai pengawet makanan, seperti asam asetat,
asam askorbat, asam propanoat, asam benzoat, dan beberapa asam organik lemah
larut dalam pelarut air. Beberapa sifat basa yang dapat digunakan untuk
identifikasi antara lain rasanya pahit, terasa licin dikulit, mengubah warna
arus listrik, dan menetralkan sifat asam dan memiliki kemampuan untuk
melarutkan minyak dan debu sehingga basa digunakan untuk berbagai keperluan,
larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini, suatu larutan
secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi
ditambahkan harga pH adalah larutan asam kuat, sehingga pH < 7 dan ketika basa
ditambahkan sebelum titik ekivalen, harga pH ditentukan oleh asam lemah. Pada
titik ekivalen jumlah basa yang ditambahkan secara stokiometri ekivalen terhadap
jumlah asam yang ada. Oleh karena itu pH ditentukan oleh larutan garam (pH=7).
Titik ekivalen dalam titrasi adalah titik keadaan (kuantitas) asam-basa dapat
Titrasi asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatif untuk
menentukan konsentrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan
dalam titrasi asam-basa sangat ditentukan oleh kinerja indikator yang mampu
menunjukkan titik akhir dari titrasi. Indikator merupakan suatu zat yang
terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Suatu zat dapat dikatakan
sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat memberikan perubahan warna
perubahan pH. Indikator asam basa yang sering digunakan di laboratorium untuk
titrasi asam basa merupakan indikator sintetis contohnya fenolftalein (PP) dan
NIST,NIBCS yang dipakai untuk kalibrasi larutan standar y ang dibuat. Larutan
metode analitik yang dapat dipercaya. Padau mumnya larutan standarkit RIA
untuk kalibrasi bila larutan standar primer tidak tersedia (Darlina, 1998).
2.8 Asam Asetat
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah di mulia sejak
lama. Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air
dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2,
sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperti garam anorganik dan gula
maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan
iodin. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar
lainnya seperti air, klorofom dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan
bercampur dari asam asetat ini memuatnya digunakan secara luas dalam insudtri
Konsentrasi NaOH dan Asam Asetat dengan Metode Titrasi Asam Basa”
dilaksanakan pada hari Kamis, 21 November 2019 pada pukul 13.00 WITA-
Ditimbang 0,5 gram kalium biftalat yang telah dikeringkan (kurang lebih 1
indikator pp 2 tetes, kemudian melalui buret dititrasi dengan larutan NaOH yang
akan dibakukan sampai larutan tepat berwarna merah muda. Dicatat volume
dalam labu ukur 100 mL, lalu diencerkan dengan aquades sampai tanda garis.
baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Kemudian dicatat volume
indikator pp
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
4.3 Pembahasan
sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam
indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat.
Indikator merupakan suatu zat yang ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai
penanda yang menunjukkan telah terjadinya titik akhir titrasi pada analisis
volumetrik. Suatu zat dapat dikatakan sebagai indikator titrasi asam basa jika
konsentrasi ion hidrogen atau perubahan pH. Indikator asam basa yang sering
larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini, suatu larutan
secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi
ditambahkan harga pH adalah larutan asam kuat, sehingga pH < 7 dan ketika basa
ditambahkan sebelum titik ekivalen, harga pH ditentukan oleh asam lemah. Pada
titik ekivalen jumlah basa yang ditambahkan secara stokiometri ekivalen terhadap
jumlah asam yang ada. Oleh karena itu pH ditentukan oleh larutan garam (pH=7).
Titik ekivalen dalam titrasi adalah titik keadaan (kuantitas) asam-basa dapat
0,1 N dengan kalium biftatat. Tujuan dilakukannya standarisasi ini adalah agar
diketahui konsentrasi sebenarnya dari larutan NaOH 0,1 N, karena larutan NaOH
0,1 N sudah bereaksi dengan udara bebas. 10 mL larutan NaOH dan ditmbahkan 3
tetes indikator pp dan dititrasi sampai berubah warna menggunakan NaOH 0,1 N
(dilakukan duplo). Titrasi pertama mencapai titik akhir (berubah warna) pada
volume 19 mL sedangkan titrasi kedua mencapai titik akhir pada volume 22,5 mL,
konsentrasi NaOH dari 0,1 N menjadi 0,11 N. Hal ini terjadi karena pada saat
pembuatan larutan NaOH 0,1 N, larutan NaOH yang dipipet pada larutan induk
untuk membuat larutan NaOH 0,1 N melebihi sekian mL dari volume yang
seharusya dipipet serta pada saat dilakukan titrasi, ada yang melebihi warna merah
muda yaitu berwarna ungu, sehigga volume yang dipakai juga pasti akan ikut
bertambah.
berubah warna pada saat mencapai titik akhir. Selanjutnya, larutan dititrasi
proses titrasi ini dilakukan sebanyak tiga kali (triplo). Titrasi pertama mencapai
titik akhir pada volume 18 mL, sedangkan titrasi kedua mencapai titik akhir pada
volume 21 mL dan titrasi ketiga mencapai titik akhir pada volume 21,5 mL.
Sehingga didapat rata-rata volume NaOH yang dipakai untuk titrasi sebanyak 20,2
5.1 Kesimpulan
asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatif untuk menentukan
konsentrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan dalam titrasi
titik akhir dari titrasi. Indikator yang digunakan pada prcobaan ini adalah
indikator fenoftalein dan didapat konsentrasi NaOH 0,1 N yang sebenarnya adalah
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah agar praktikan bisa
lebih teliti lagi dalam menjaga kebersihan alat-alat laboratorium yang dipakai agar
proses pembuatan larutan yang akan digunakan, pipet tetes yang digunakan harus
benar-benar bersih setelah digunakan pada bahan lain karena jika tidak bersih
kuantitatif ialah pekerjaan yang dilakukan untuk untuk mengetahui kadar suatu
senyawa dalam sampel, dapat berupa satuan mol, ataupun persentase dalam gram.
kuantitatif pada umumnya dilakukan setelah analisa kualitatif. Salah satu metode
bilangan oksidasi pada suatu unsur, maupun molekul. Selain ditandai dengan
perubahan bilangan oksidasi, Reaksi ini juga ditandai dengan penambahan atau
pengurangan oksigen dalam suatu molekul. Reaksi redoks terjadi akibat adanya
reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi yang terjadi penurunan
suatu molekul, atom, maupun ion. Sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang
penambahan oksigen pada suatu molekul, atom, maupun ion. Ada dua macam
titrasi pada reaksi redoks yaitu titrasi oksidimetri (titrasi permanganomteri) dan
oksidator. Salah satu teknik ini adalah permanganometri. Pada metode ini, titran
yang digunakan adalah ion permanganat, khususnya dalam bentuk garam kalium
berupa ion Mn2+ (Skoog et al 2002). Metode ini biasa diterapkan pada proses
warna sehingga bias dijadikan sebagai indicator reaksi. Selain itu, harga
contoh lain dari oksidimetri adalah metode ion cerium (IV). Reduktometri adalah
teknik titrasi yang menggunakan titran sebagai suatu reduktor. Salah satu teknik
digunakan sebagai titran dan bahan yang dianalisis digunakan sebagai titrat.
Iodometri tidak langsung adalah metode titrasi berdasarkan reduksi zat analat oleh
ion iodium sehingga timbul I2. I2 kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat dan
ditentukan jumlahnya. Ion tiosulfat yang bereaksi dengan iodin membentuk ion
tidak mudah teroksidasi oleh udara. Baik iodometri langsung maupun iodometri
perpinda han elektron dengan pelibatan unsur yang mengalami perubahan tingkat
oksidasi. Titrasi I2 dan natrium sulfat merupakan salah satu teknik yang
sebagai pereaksi oksidasi dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi.
seacara kuantitatif dan dititrasi dengan natrium tiosulfat (Na 2S2O3) standar) dan
1.2 Tujuan
Prinsip dari percobaan ini didasarkan pada reaksi redoks antara analit
dengan titran. Dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi.
Analit yang mengandung spesi reduktor dititrasi dengan titran yang berupa larutan
2.1 Titrasi
yang amat penting sehingga adakalanya sampai saat ini banya korang yang
kehilangan elektron atau spesi yang mengalami kenaikan biloks. Reduksi adalah
spesi dalam reaksi redoks yang menerima elektron atau spesi yang mengalami
penurunan biloks. Umunya, jika reaksi oksidasi terjadi, maka reaksi reduksi juga
terjadi. Hal ini menerangkan mengapa reaksi seperti itu dinamakan reduksi-
laboratorium kimia analitik, karena metode yang relative mudah ini memberikan
hasil persis tinggi dengan ketidakpastian yang ditentukan eksperimental pada digit
tujuan belajar siswa umum untuk kimia analitik: menghasilkan hasil yang tepat
standar I2 sebagai titran dalam suasana netral atau sedikit asam. Titrasi tersebut
juga dapat dikatakan dengan titrasi langsung karena dalam proses titrasi ini I2
berfungsi sebagai pereaksi. Dalam proses reaksi redoks harus selalu ada oksidator
(melepaskan elektron), maka harus ada suatu unsur yang digunakan untuk
menangkap elektron yang terlepas. Sehingga dalam proses reaksi redoks tidak
mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Titrasi iodimetri
dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah sampai basa
pereduksi yang kuat untuk besi dan pereduksi ini mudah didapat. Penggunaan
yang menemukan bahwa pada kondisi pH 4,5 natrium tiosulfat 11 ppm sudah
mampu mereduksi larutan Fe3+ 5 ppm dengan prosen recovery sebesar 99,2438 %.
tiosulfat dan kalium oksalat untuk mereduksi Fe (III) menjadi Fe (II) dalam
dengan tembaga dan perak. Tembaga ini terdapat dalam jumlah yang relative
besar dan ditemukan selama pemisahan dari bijihnya (coal) pada elektrolisis dan
pemurnian tembaga. Berbagai jenis lgam pada tailing dalam bentuk mineral yaitu
Cu, As, Pb, Zn, Fe, Hg. Unsur ini merupakan salah satu hasil sampingan dari
proses pengolahan bijih logam non besi terutama emas, yang mempunyai sifat
sebagai fungisida yang merupakan pestisida yang secara spesifik membunuh atau
organik, pelapisan anti fokling pada kapal, sebagai kabel tembaga, electromagnet,
papan sirkuit, solder bebas timbal, dan magneton dalam oven microwave. Kristal
CuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan mereaksikan
tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian dipanaskan dan
(Fitrony, 2013).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah labu Erlenmeyer 250 mL,
labu takar 100 mL dan 250 mL, gelas kimia500 mL dan 50 mL, botol semprot,
buret, statif, klem, filler pipet ukur 10 mL, spatula, batang pengaduk dan pipet
tetes.
Na2S2O3 0,1 N, CuSO4.5H2O, padatan KI, dan indikator kanji, aluminium foil, dan
aquades.
dan 2 gram KI.Setelah itu ditutup Erlenmeyer dan dikocok selama 10 menit,
didiamkan sampai reaksi sempurna pada tempat yang gelap. Dititrasi dengan
larutan baku Na2S2O3 0,1 N sampai larutan berwarna kuning muda. Kemudian
warna
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3 Pemabahasan
Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu
dan titran. Dalam titrasi redoks terbagi dua yaitu oksidimetri (titrasi
titran dalam suasana netral atau sedikit asam. Titrasi tersebut juga dapat dikatakan
dengan titrasi langsung karena dalam proses titrasi ini I 2 berfungsi sebagai
pereaksi. Dalam proses reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor,
maka harus ada suatu unsur yang digunakan untuk menangkap elektron yang
terlepas. Sehingga dalam proses reaksi redoks tidak mungkin hanya ada oksidator
CuSO4.5H2O dalam 100 ml aquades, hasil dari pencampuran ini adalah larutan
berarna biru muda dimana iodium dilepas dan mengikat Cu 2+ sehingga menjadi
2CuI yang kemudian berrwarna kuning cokelat serta terbentuk endapan setelah
warna saat dititrasi Perubahan warna merupakan tanda bahwa larutan telah
kembali dititrasi dan berubah warna menjadi kuning muda pada volume ke 8 mL,
dimana warna kuning muda ini merupakan warna khas dari ion Cu2+.
Percobaan ini dinyatakan berhasil karena hasil sesuai dengan teori yaitu
keberhasilan suatu titrasi sangat ditentukan oleh kinerja indikator yang mampu
menunjukkan titik akhir dari titrasi. Indikator merupakan suatu zat yang
terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Suatu zat dapat dikatakan
sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat memberikan perubahan warna
sampel.
Namun, kadar ion Cu (II) yang dihasilkan adalah 57,8 7% dan ini tidak
sesuai dengan teori karena seharusnya kadar Cu dalam CuSO 4 adalah 39,81 %.
(larutan standar atau larutan baku) tidak distandarisasi terlebih dahulu sebelum
menitrasi larutan CuSO4 + KI + H2SO4 serta pada saat pencampuran larutan CuSO4
sementara ion Cu (II) mudah teroksidasi oleh cahaya sehingga ion Cu 2+ sudah
5.1 Kesimpulan
redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau
sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analat dan titran. Kadar
Cu(II) dalam CuSO4 dapat ditentukan dengan titrasi iodometri, dimana ion iodida sebagai
reduktor dan natrium tiosulfat sebagai titran, dari reaksi ini secara tidak langsung dapat
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah agar praktikan
lebih teliti lagi pada saat melakukan titrasi agar perubahan warna yang terjadi
yang amat penting sehingga adakalanya sampai saat ini banya korang yang
menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri (Simanjuntak, 2018). Salah satu
endapan AgCl berwarna putih. Apabila Cl- sudah habis bereaksi maka kelebihan
berarti titik akhir titrasi sudah tercapai (Antara, 2008). Pada titrasi argentometri
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata yang menunjukkan titik
akhir karena warnanya berbeda dengan warna endapan analat dengan Ag+. Pada
analisis Cl- mula-mula terjadi reaksi: Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (s) Sedangkan pada
titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi berikut : 2 Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Ag2CrO4(s) Menurut Harjadi (1993), Selama titrasi mohr larutan harus diaduk
dengan baik karena jika tidak maka secara lokal terjadi kelebihan titran yang
oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian sehingga titik akhir menjadi tidak
asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan konsentrasi ion
hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-
asam kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (pp).
Indikator ini merupakan indikator sintetis yang dijual di pasaran dengan harga
yang relatif mahal, dapat menyebabkan polusi kimia, ketersediaan yang terbatas
dan biaya produksi yang tinggi (Apriani, 2016). Metode yang dapat digunakan
yaitu metode titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
ion klorida yang terdapat pada NaCl dengan menggunakan larutan AgNO 3 dengan
Day (1992), Larutan AgNO3 dan larutan NaCl pada awalnya masingmasing
merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna. Ketika NaCl ditambahkan
dengan aquades larutan tetap jernih dan tidak berwarna dan aquades tersebut larut
dalam larutan. Penambahan aquades ini dimaksudkan agar pH larutan tidak terlalu
berwarna putih yang merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan
AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka AgNO3 kemudian bereaksi
keruh. Endapan tersebut adalah endapan AgCl. Setelah semua ion Cl- mengendap
dengan sempurna, kelebihan 1-2 tetes larutan AgNO3 akan bereaksi dengan ion
kromat membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah (Yusmita, 2017).
AgNO3. Senyawa ini adalah senyawa paling serbaguna di antara senyawa perak
lainnya, dan digunakan pada fotografi. Senyawa ini lebih tidak sensitif terhadap
sinar matahari daripada perak halida. Senyawa ini dulu disebut lunar kaustik
karena perak dulunya disebut luna oleh para alkemis kuno yang percaya bahwa
Tujuan dari percobaan ini yaitu, agar mahasiswa dapat melakukan anlisis
Prinsip dari percobaan ini yaitu menentukan titik akhir titrasi pengendapan
atau argentometri dan menentukan kadar NaCl dalam larutan garam dan kadar
pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit.
keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit,
tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi dan titik akhir titrasi mudah
klorida dalam NaCl berada pada suasana netral dengan tambahan larutan baku
sekunder perak nitrat (AgNO3) dan penambahan larutan indikator kalium kromat
(K2CrO4) pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida setelah titik
ekuivalen, maka dengan penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan
kromat dan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah kecokelatan.
yaitu metode titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
ion klorida yang terdapat pada NaCl dengan menggunakan larutan AgNO 3 dengan
menggunakan K2CrO4 sebagai indikator. Larutan AgNO3 dan larutan NaCl pada
Ketika NaCl ditambahkan dengan aquades larutan tetap jernih dan tidak berwarna
dan aquades tersebut larut dalam larutan. Penambahan aquades ini dimaksudkan
agar pH larutan tidak terlalu asam ataupun terlalu basa. Setelah ditambahkan
terbentuk endapan berwarna putih yang merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah
habis bereaksi dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka AgNO3
berwarna merah keruh. Endapan tersebut adalah endapan AgCl. Setelah semua ion
Cl- mengendap dengan sempurna, kelebihan 1-2 tetes larutan AgNO3 akan
bereaksi dengan ion kromat membentuk endapan perak kromat yang berwarna
Metode mohr terdiri atas titrasi klorida dengan larutan perak nitrat
berlebih, dengan kalium kromat sebagai indikator metode ini diaplikasikan dalam
nitrat dan titrasi kelebihan ini dengan standarlarutan amonium tiosianat. Metode
(Iacoban, 2005).
yaitu metode titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan pembentukan endapan bersama ion Ag+. Prinsip kerja
ion klorida yang terdapat pada NaCl dengan menggunakan larutan AgNO 3 dengan
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata yang menunjukkan titik
akhir karena warnanya berbeda dengan warna endapan analat dengan Ag+. Pada
analisis Cl- mula-mula terjadi reaksi: Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (s) Sedangkan pada
titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi berikut : 2 Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Ag2CrO4(s) Menurut Harjadi (1993), Selama titrasi mohr larutan harus diaduk
dengan baik karena jika tidak maka secara lokal terjadi kelebihan titran yang
oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian sehingga titik akhir menjadi tidak
asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan konsentrasi ion
hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-
asam kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (pp).
Indikator ini merupakan indikator sintetis yang dijual di pasaran dengan harga
yang relatif mahal, dapat menyebabkan polusi kimia, ketersediaan yang terbatas
dikromat ini merupakangaram kalium tidak stabil dalam bentuk bebas danjuga
2.5 NaCl
yang lebih tinggi didekat sekitar 1400-1450° Gambar 2. Natrium Klorida (NaCl)
uap seperti yang dapat dilihat garam dapat menyerap banyak sekali panas sebelum
mengalami perubahan fasa dari padat menjadi cair dan cair menjadi uap
(Rathod, 2015).
Air laut adalah cairan yang bersifat agak basa (pH 7,5-8,4) yang
faktor tempat (geografis) dan fisik pengukuran salinitas air laut dalam ppt (%)
yang menunjukkan konsentrasi senyawa terlarut. Ion-ion utama penyusun air laut
adalah: natrium 55%, klor 31%,sulfat 8%, magnesium 4%, kalsium 1% dan
kalium 1%. Laut di garis lintang subtropis memiliki salinitas tertinggi sebagai
akibat dari suhu yang lebih tinggi, sedanng laut di kawasan sedang (temperate)
banyak endapan yang berada pada larutannya. (2) Sifat alami pelarut garam
anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti
alkohol atau asam asetat. (3) Pengaruh ion sejenis, kelarutan endapan akan
dibandingkan dalam air saja. (4) Pengaruh pH, kelarutan endapan garam yang
mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan
mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut. (6)
peringkat. Ranked Set Sampling diperkenalkan pertama kali oleh McIntyre (1952).
Secara garis besar Ranked Set Sampling dapat digunakan pada data yang diamati
dan pada data dengan variabel konkomitan. Menurut Patil et al. (1994), ide dasar
dari Ranked Set Sampling dan Ranked Set Sampling konkomitan adalah
pembagian secara random dari sampel yang diambil dari populasi ke dalam
himpunan berukuran dengan masing – masing himpunan (set) berisi unit sampel.
peringkat yang diberikan, kemudian dilakukan pemilihan sampel yaitu sampel ke-
diambil dari peringkat ke- pada himpunan kelangkah pengambilan sampel tersebut
diulang sebanyak kali putaran (cycle) untuk mendapatkan ukuran sampel yang
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah labu Erlenmeyer 250 mL,
botol semprot, buret, statif, klem, filler, pipet ukur 10 mL dan pipet tetes.
Sedangkan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air laut, K2CrO4 2%,
Selanjutnya, dititrasi dengan AgNO3 0,1 N sampai berubah warna dan terbentuk
nitrat untuk menentukan kadar halogen (Antara, 2008). Metode mohr merupakan
salah satu bentuk metode titrasi argentometri, yaitu metode titrasi untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan pembentukan
endapan bersama ion Ag+. Prinsip kerja penentuan konsentrasi NaCl dengan
menggunakan metode Mohr adalah mentitrasi ion klorida yang terdapat pada
merupakan warna yang berasal dari K 2CrO4 2%. Selanjutnya larutan dititrasi
dengan AgNO3 0,1 N hingga mencapai titik akhir. Larutan berubah warna menjadi
merah bata dan terdapat endapan merah bata saat larutan mencapai titik akhir pada
volume 16 mL. Endapan awalnya berwarna putih yang merupakan AgCl yang
terbentuk dari hasil reaksi antara Ag+ dan Cl-, akan tetapi ketika NaCl havis
bereaksi dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada maka kemudian
merah bata. Kadar NaCl dalam larutan garam ini adalah sebesar 93,6%. Titrasi ini
metode mohr.
Apabila Cl- sudah habis bereaksi maka kelebihan Ag+selanjutnya bereaksi dengan
CrO42- yang berasal dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan dan membentuk
endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata, berarti titik akhir titrasi sudah
yaitu metode titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
ion klorida yang terdapat pada NaCl dengan menggunakan larutan AgNO 3 dengan
merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna. Ketika NaCl ditambahkan
dengan aquades larutan tetap jernih dan tidak berwarna dan aquades tersebut larut
dalam larutan. Penambahan aquades ini dimaksudkan agar pH larutan tidak terlalu
berwarna putih yang merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan
AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka AgNO3 kemudian bereaksi
keruh. Endapan tersebut adalah endapan AgCl. Setelah semua ion Cl- mengendap
dengan sempurna, kelebihan 1-2 tetes larutan AgNO3 akan bereaksi dengan ion
kromat membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah (Yusmita, 2017).
klorida dalam air laut denga cara memipet 5 mL air laut dan ditambahkan 2 tetes
memudahkan larutan air laut mencapai titik akhir atau berubah warna. Setelah
menggunakan AgNO3 0,1 N hingga mencapai titik akhir. Larutan mencapai titik
akhir pada volume 1,2 mL yaitu ditandai dengan perubahan warna dari warna
kuning menjadi warna putih dan terdapat endapan putih. Kadar klorida dalam air
laut pada percobaan ini adalah sebesar 852 ppm (mg/L). Titrasi ini dinyatakan
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata yang menunjukkan titik
akhir karena warnanya berbeda dengan warna endapan analat dengan Ag+. Pada
analisis Cl- mula-mula terjadi reaksi: Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (s) Sedangkan pada
titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi berikut : 2 Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Ag2CrO4(s) Menurut Harjadi (1993), Selama titrasi mohr larutan harus diaduk
dengan baik karena jika tidak maka secara lokal terjadi kelebihan titran yang
oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian sehingga titik akhir menjadi tidak
5.1 Kesimpulan
pembentukkan endapan tidak mudah larut antara titran dengan analit. Pada
penentuan kadar NaCl dalam larutan garam 0,01 N, larutan mencapai titik akhir
pada volume 16 mLdan didapat kadar NaCl sebesar 93,6%, sedangkan pada
penentuan kadar klorida dalam air laut mencapai titik akhir pada voluke 1,2 mL
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah sebaiknya pada
mohr saja tetapi juga metode fajans ataupun metode argentometri lainnya
BAB I
PENDAHULUAN
yang amat penting sehingga adakalanya sampai saat ini banya korang yang
menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri (Simanjuntak, 2018). Salah satu
pada reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam target dengan zat
asam etilena diamina tetra asetat (EDTA) yang akan membentuk kompleks kuat
larutan 12-13 untuk analisis kadar kalsium (Taufik, 2018). Keberhasilan suatu
asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan konsentrasi ion
hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-
asam kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (pp).
Indikator ini merupakan indikator sintetis yang dijual di pasaran dengan harga
yang relatif mahal, dapat menyebabkan polusi kimia, ketersediaan yang terbatas
dan biaya produksi yang tinggi (Apriani, 2016). Indikator yang dapat digunakan
dalam titrasi kompleksometri, mis. dalam proses penentuan kekerasan air. Ini
berwarna biru. Melalui titrasi komplesometri maka kita dapat menentukan nilai
(kation) logam valensi dua yang mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak
air. Definisi dari kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama. Air berdasarkan tingkat kesadahannya
diklasifikasikan sebagai berikut: kesadahan < 50 mg/L tergolong air lunak, 50-150
mg/L tergolong air menengah, dan > 300 mg/L merupakan air sangat sadah
(Musiam, 2015).
dengan menggunakan komplekson III (EDTA) sebagai zat pembentuk khelat yang
akan bereaksi dengan ion logam polyvalent, serta perubahan warna dari indikator
2.1 Titrasi
yang amat penting sehingga adakalanya sampai saat ini banya korang yang
pada reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam target dengan zat
oleh suatu senyawa yang memiliki lebih dari satu pasangan bebas. Pengiktan ion
pengelat dan ion logam dinamakan ion pusat, karena berada di titik pusat.
Mekanisme pengelatan ini terjadi karena adanya penggunaan elektron bersama
antara ion logam dan ion bahan pengkelat. Metode tersebut dinamakan metode
cara ini, kuantitatif model kimia untuk kelimpahan relatif spesies logam yang
bebas dan kompleks dalam sampel air yang dianalisis dapat diturunkan secara
komunitas peneliti yang terlibat dalam spesiasi logam jejak analisis, beberapa
aplikasi klasiknya ada dalam titrasi kompleksometri. Disini ion logam bereaksi
dengan ligan yang sesuai untuk membentuk titik akhir yang kompleks dan
stabilitas kompleks yang rendah dan titik akhir yang tidak jelas. Sebagai titran,
dua keuntungan dibandingkan rekan mereka yang tidak dikenal. Pertama, mereka
memberikan titik akhir yang lebih tajam. Kedua, mereka biasanya bereaksi
dengan ion logam dalam satu proses langkah tunggal, sedangkan formasi
kompleks dengan ligan tak dikenal biasanya dengan melibatkan dua atau lebih
ligan yang merupakan suatu basa dan mempunyai pasangan elektron bebas
dengan logam yang merupakan penerima pasangan elektron yang didonorkan oleh
ligan. Berdasarkan banyak elektron yang didonorkan oleh ligan maka ligan dapat
logam pada ligan multidentat. Ligan-ligan multidentat ini pula yang dapat
kation dan pH dari larutan, sehingga titrasi harus dilakukan pada pH tertentu.
Untuk menetapkan titik akhir titrasi (TAT) digunakan indikator logam, yaitu
indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam, yaitu
kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih lemah daripada ikatan
kompleks atau larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai
warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak
digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah kalkon, asam kalkon karboksilat,
hitam eriokrom-T dan jingga xilenol. Untuk logam yang dengan cepat membentuk
senyawa kompleks pada umumnya titrasi dilakukan secara langsung, sedang yang
(Triwahyuni, 2015).
Air sadah adalah istilah yang diguna-kan pada air yang mengandung
logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg,
tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
sulfat, khlorida dan nitrat, sementara itu magnesium dalam air kemungkinan
(kation) logam valensi dua yang mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak
air. Definisi dari kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama. Air berdasarkan tingkat kesadahannya
diklasifikasikan sebagai berikut: kesadahan < 50 mg/L tergolong air lunak, 50-150
mg/L tergolong air menengah, dan > 300 mg/L merupakan air sangat sadah
(Musiam, 2015).
2.5 Na2EDTA
Na2EDTA (dinatrium etylen diamin tetra asetat) yang dalam titrasi dapat
Alat yang digunakan adala Erlenmeyer, gelas kimia, labu ukur, buret,
filler, batang pengaduk, spatula, pipet tetes, statif dan klem, pipet skala, botol
semprot.
Bahan yang digunakan adalah air keran, buffer ammonia pH=10, dan
mL buffer ammonia (pH = 10) dan ditetesi EBT sebanyak 2 tetes. Selanjutnya,
dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,05 M (komplekson III) sambil dikocok
4.3 Pembahasan
pada reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam target dengan zat
Perlakuan pertama pada percobaan ini adalah dengan memipet air keran
berwarna bening. Larutan berwarna bening karena air keran dan aquades sama-
(PH=10) dan seujung spatula indikator EBT dan kemudian digoyang hingga
berubah warna menjadi anggur merah. Tujuan ditambahkan indikator EBT adalah
agar memudahkan larutan berubah warna pada saat dititrasi. Indikator sangat
asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan konsentrasi ion
hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-
asam kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (pp).
Indikator ini merupakan indikator sintetis yang dijual di pasaran dengan harga
yang relatif mahal, dapat menyebabkan polusi kimia, ketersediaan yang terbatas
larutan standar EDTA 0,05 M hingga larutan sampel mencapai titik akhir. Titrasi
ini dilakukan dua kali (duplo). Larutan mencapai titik akhir pada volume 0,4 mL
yang ditandai dengan perubahan warna dari warna anggur merah menjadi warna
biru. Sedangkan titrasi kedua mencapai titik akhir pada volume 0,2 mL. Sehingga
volume total larutan standar EDTA 0,05 M yang digunakan adalah sebanyak 0,6
mL dengan rata-rata 0,3 mL. Dengan mengetahui rata-rata volume EDTA 0,05 M
yang digunakan, maka dapat ditentukan kadar CaCO3, magnesium dan Kalsium
dalam sampel. Dimana kadar CaCO3 adalah 300 mg/L, kadar magnesium adalah
5.1 Kesimpulan
tetraasetat (EDTA). Dari hasil titrasi dapat di lihat bahwa terjadi perubahan warna
pada sampel setelah dititrasikan dengan EDTA 0,05 M. Volume rata-rata EDTA
0,05 M adalah 0,3 mL sehingga kadar logam CaCO3 adalah 300 mg/L, kadar
magnesium adalah 120,234 mg/L dan kadar kalsium adalah 48,6 mg/L.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah sebaiknya pada
praktikum selanjutnya meggunakan lebih dari satu sampel agar dapat diketahui
logam apa saja yang terkandung di dalamnya serta seberapa banyak jumlahnya
dalam sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Darlina. 1998. Pembuatan Larutan Standar dan Pereaksi Pemisah Kit Ria T3.
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka. 1(2).
Darmawan dan Titik Istirohah. 2016. Studi Analisis Ketdakpastian Hasil Kalibrasi
Timbangan dan Mistar terhadap Keberterimaan Pengujian Gramatur
Kertas. Jurnal Selulosa. 6(2).
Erwanto, D., Yudho B.U., Farrady A.F., dan Mochtar Y. 2018. Pengolahan Citra
Digital untuk Menentukan Kadar Asam Askorbat pada Buah dengan
Metode Titrasi Iodimetri. Jurnal Ilmiah. 12(2).
Harjanti, R.S. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.)
dan Pemakaiannya sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa
Proses. 2(2).
Fatimah A., Harmadi., dan Wildian. 2014. Perancangan Alat Ukur TSS (Total
Suspended Solid) Air menggunakan Sensor Serat Optik Secara Real Time.
Jurnal Ilmu Fisika (JIF). 6(2).
Khotimah, H., Erika W.A., dan Ari S. 2017. Karakterisasi Hasil Pengolahan Air
Menggunakan Alat. Jurnal Chemurgy. 1(2).
Nuriadi. Napitupulu, M., Rahman, N. 2013. Analisis Logam Tembaga (Cu) pada
Buangan Limbah Tromol (Tailing) Pertambangan Poboya. J. Akad. Kim.
2(2).
Rodiah S., Annisa W.B., Desti E., Riska A., Ade O., Fitria W., Nurul K.,
Mariyamah., dan Rima D. 2018. Pembuatan Kristal Tembaga (II) Sulfat
Pentahidrat Dengan Variasi Ukuran Tembaga Bekas. Jurnal Sseminar
Nasional Sains dan Teknologi Terapan 2018.
Roto, Iqmal Tahir., dan Umi Nur Sholikhah. 2009. Aplikasi Pengolahan Polutan
Anion Khrom dengan Menggunakan Agen Penukar Ion. Jurnal Manusia
dan Lingkungan. Vol 16(1).
Sobirin M., Yulianto A., Aji P. M. 2016. Efek Penambahan Karbon Aktif pada
Magnetit dari Pasir Besi Sebagai Adsorpsi Ion Kalsium dalam Air.Unnes
Physics Journal.5(2).
Sunardi., Maria E.P., dan Sutrisno. 2016. Teachnopreneur Ferro Sulfat dari Scrap
Besi Bengkel Bubut bagi Siswa SMK. Journal Dianmas.5(2).
Wt = 9,7547 gram
Wt Wt
Wo = Wt + 0,0012 ⟦ −
Bj (t) 8,4 ⟧
9,7547 9,7547
= 9,7547+ 0,0012 [ 1
−
8,4 ]
= 9,7547+ 0,0012 (9,7537 – 1,3547)
= 9,7547+ 0,0101
= 9,765
Wt
Vt=
Bj (t )
9,7547
=
1
= 9,756
Vo = Vt + 0,000025 Vt (to – t)
= 9,756 + (-0,0022)
= 9,7538
Penyimpangan = volume sesungguhnya – pipet yang digunakan
= 9,7538 – 10
= -0,45
Labu takar 25 mL
Wt = 26,0739gram
Wt Wt
Wo = Wt + 0,0012 ⟦ −
Bj (t) 8,4 ⟧
26,0739 26,0739
= 26,0739 + 0,0012 [ 1
−
8,4 ]
= 26,0739 + 0,0012 (26,0739 – 3.1040)
= 26,0739 + 0,0276
= 26,1015 gram
Wt
Vt =
Bj (t )
26,0739
=
1
= 26,0739
Vo = Vt + 0,000025 Vt (to – t)
= 26,0680
Gelas ukur 10 mL
Wt = 7,2637 gram
Wt Wt
Wo= Wt + 0.0012 ⟦ −
Bj (t) 8,4 ⟧
7,2637 7,2637
= 7,2637 + 0,0012 [ 1
−
8,4 ]
= 7,2637 + 0,0012 (7,2637 – 0,8647)
= 7,2637 + 0,0077
= 7,2714
Wt
Vt=
Bj (t )
7,2637
=
1
= 7,2637
= 7,2637 + (-0,0016)
= 7,2621
= 7,2621 – 10
= 1,07
4. Peneraan Buret
Buret 5 mL
Wt = 4,8556 gram
Wt Wt
Wo= Wt + 0.0012 ⟦ −
Bj (t) 8,4 ⟧
4,8556 4,8556
= 4,8556 + 0,0012 [ 1
−
8,4 ]
= 4,8556 + 0,0012 (4,8556 – 0,5780)
= 4,8556 + 0,0051
= 4,8607
Wt
Vt=
Bj (t )
4,8556
=
1
= 4,8556
Penentuan volume sesungguhnya
= 4,8556 + (-0,0011)
= 4,8545
Penyimpangan = (5 mL – V0 ) – 0,03 mL
= (5 mL – 4,8545) – 0,03
= 0,1455 mL -0,03 mL
= 0,1155 mL
Buret 10 mL
Wt = 10,2156 gram
Wt Wt
Wo= Wt + 0.0012 ⟦ −
Bj (t) 8,4 ⟧
10,2156 10,2156 ,
= 10,2156 + 0,0012 [ 1
−
8,4 ]
= 10,2156 + 0,0012 (10,2156 – 1,2161)
= 10,2156 + 0,0108
= 10,2264
10,2156
=
1
= 10,2156
= 10,2156 + (-0,0023)
= 10,2133
= 0,1455 ml -0,03 mL
= -0,24 mL
Buret 20 mL
Wt = 19,9209 gram
Wt Wt
Wo= Wt + 0.0012 ⟦ −
Bj (t) 8,4 ⟧
19,9209 19,9209
= 19,9209 + 0,0012 [ 1
−
8,4 ]
= 19,9209 + 0,0012 (19,9209 – 2,3715)
= 19,942
Wt
Vt=
Bj (t )
19,9209
=
1
= 19,9209
= 19,9209 + (-0,0045)
= 19,9164
= 0,0536 mL
= -0,24 mL
LAMPIRAN ANALISIS DATA PERCOBAAN III
Dik:
Penyelesaian:
2 1,7
=
208+18 x 208
416
= 208 + 18x
1,7
36,7
x =
18
x = 2,04
b. Penentuan Kadar Besi sebagai Besi Oksida
Ar Fe 56
Faktor gravimetri = Mr FeO = 72 = 0,78
Dit :% Fe = ...... ?
Peny :% Fe
0,78 × 1,105
×100 %
= 1,00
= 86,19 %
LAMPIRAN ANALISIS DATA PERCOBAAN IV
19+25,5
Rata-rata volume NaOH =
2
44,5
=
2
= 22,25 mL
V1M1 = V2M2
25 × 0,1 = 22,25 × M2
2,5 = 22,25 × M2
2,5
M2 =
22,25
M2 = 0,11 M
18+21+21,5
Rata-rata volume NaOH =
3
61,5
=
3
= 20,2 mL
V1M1 = V2M2
10 × M1 = 20,2 × 0,1
2,02
M1 =
10
M1 = 0,202 M
Diketahui : VAgNO3 = 16 mL
N AgNO3 = 0,1 N
BE NaCl = 58,5
Ditanyakan : %NaCl = …ˀ
FP (V x N) AgNO3 x BE NaCl
Penyelesaian %NaCl = x 100%
Berat Sampel
250
(1 6 x 0,1) x 58,5
= 50 x 100%
100 mg
936
= 1ooo mg x 100%
= 93,6%
N AgNO3 = 0,1 N
V sampel = 5 mL
Ditanyakan : ppm Cl = …ˀ
= 300 mg/L
= 120,234 mg/L
= 48,6 mg/L
LAMPIRAN ROSEDUR KERJA PERCOBAAN I
Pipet Volume
-0,45
1,07
3. Peneraan Gelas Ukur
Gelas Ukur
1,07
4. Peneraan Buret
Buret
-0,24 mL
LAMPIRAN PROSEDUR KERJA PERCOBAAN II
1. Uji Kation X
Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
Ditambahkan 1 mL
NaOH 0,1 N
2. Uji Anion Y
Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
Ditambahkan 1 mL
Na2S2O3
Larutan NaCl
- dipipet 5 mL
- dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Hasil Pengamatan
- dipipet 5 mL
- dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- ditambahkan aquades 25 mL
Hasil Pengamatan
LAMPIRAN PROSEDUR KERJA PERCOBAAN VII
Air Kran
Hasil Pengamatan