Anda di halaman 1dari 116

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peralatan laboratourium sebelum digunakan dalam analisis maupun


pengukuran terlebih dahulu dilakukan peneraan atau dikalibrasi misalnya
pengerjaan-pengerjaan volumetri alat-alat gelas yang ada teranya harus ditera
terlebih dahulu pada suhu dan tekanan saat pengukuran dilakukan. Seperti alat-
alat yang digunakan untuk mengukur volum atau massa. Alat pengukur
volumetric diantaranya pipet volume, labu takar dan buret. Pengetahuan alat
merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung kegiatan praktikum
(Juvitasari, dkk., 2018).
Pengukuran merupakan suatu cara mendapatkan hasil atau data. Dalam
sebuah pengamatan. menjelaskan bahwa dalam proses pengukuran, dibutuhkan
pengetahuan mengenai identifikasi, pengolahan, pengaturan, dan analisis.
Mengukur berarti membandingkan suatu nilai yang terukur dengan alat yang telah
distandarisasi (Romadhon., 2017).
Pembacaan skala pada alat ukur volumetri (buret, pipet gondok, labu takar,
labu ukur) harus benar-benar diperhatikan, dalam hal melihat skala, jenis alat
maupun jenis larutan, dengan memperhatikan angka signifikan dan sifat ketelitian
alat. Kalibrasi dilakukan agar hasil pengukuran selalu sesuai dengan alat ukur
standar/alat ukur yang sudah ditera. Ketelitian pengukuran merupakan cara
pembacaan skala yang tepat pada alat ukur volumetri (labu takar, pipet gondok,
ataupun buret) memperhatikan angka signifikan, toleransi pembacaan skala, dan
ketelitian standar dari alat. Berdasarkan uraian-uraian diatas maka perlu dilakukan
praktikum peneraan volumetri (kalibrasi alat-alat volumetri).

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan agar mampu melakukan peneraan terhadap alat-


alat volumetrik kimia.
2

1.3 Prinsip Praktikum

Prinsip praktikum peneraan volumetri adalah dilakukan peneraan


atau kalibrasi terhadap alat-alat ukur volumetri seperti labu takar, gelas
kimia, gelas ukur dan pipet volumetrik.

1.4 Manfaat Praktikum

Mafaat dilakukannya praktikum ini adalah mampu melakukan


peneraan terhadap alat-alat volumetrik kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Volumetri

Analisis volumetri adalah teknik analisis kuantitatif berdasarkan jumlah,


yaitu volume suatu larutan yang diketahui konsentrasinya supaya bereaksi
sempurna dengan sejumlah tertentu komponen cuplikan. Analisis volumetri biasa
dikenal dengan nama titrasi atau dengan kata lain analisis volumetri disebut juga
analisis titrimetri (Mundriyastutik, dkk., 2021).

2.2 Pengukuran

Pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara


sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan
karakteristik suatu objek. Kemampuan seseorang dalam bidang tertentu
dinyatakan dengan angka. Kesalahan yang terjadi pada pengukuran ilmuilmu
sosial biasanya disebabkan oleh alat ukur, cara mengukur dan keadaan objek yang
diukur. Masalah evaluasi hasil belajar meliputi alat ukur yang digunakan, cara
menggunakan, cara penilaian dan evaluasinya. Kesalahan alat ukur dapat dilihat
dari konstruk alat ukur, yaitu mengukur seperti yang direncanakan. Alat ukur
yang baik memberi hasil yang konstan bila digunakan berulang-ulang, asalkan
kemampuan yang diukur tidak berubah (Sarifuddin, dkk. 2022).

2.3 Kalibrasi

Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara


nilai yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau sistem ukur, atau nilai yang
diwakili oleh benda ukur, dan nilai yang telah diketahui yang berkaitan besaran
yang diukur dalam kondisi tertentu. Tujuan utama kalibrasi adalah mencapai
ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke
standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan internasional), melalui
rangkaian perbandingan yang tak terputus. Dengan melakukan kalibrasi, bisa
diketahui
4

seberapa jauh penyimpangan antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan
oleh alat ukur (Leonardo dkk., 2021).

2.4 Ketidakpastian Pengukuran

Analisis ketidakpastian digunakan untuk mengukur seberapa baik data


eksperimental mengambarkan nilai–nilai faktor gesekan aktual. Untuk
ketidakpastian pengukuran sampel tunggal digunakan untuk melakukan analisis.
Kesalahan (error) meruapakan unsur yang tak dapat dihidari dalam proses
pengukuran. Kesalahan dalan pengukuran biasanya didefinisikan sebagai
perbedaan antara nilai sebenarnya dengan nilai terukur. Efek kesalahan adalah
menciptakan ketidakpastian (uncertainty) dalam nilai sebuah hasil pengukuran.
Ketika digunakan dalam konteks pengukuran, ketidakpastian mempunyai sebuah
angka dan satuan yang berhubungan dengannya. Lebih spesifik lagi,
ketidakpastian pengukuran mempunyai satuan yang sama dengan hasil
pengukuran. Perhitungan ketidakpastian yang teliti tak hanya memberikan
perkiraan yang tepat mengenai data penelitian yang didapat, tapi juga dapat
digunakan untuk menentukan pengukuran yang memerlukan kepresisian lebih
tinggi agar didapat hasil yang akurat. Analisis ketidakpastian merupakan alat yang
sangat berguna untuk menetapkan tingkat reliabilitas sebuah pengukuran dan
untuk validasi model – model teoritis dan simulasi. (Istanto dkk., 2010).

2.5 Aquades

Aquadest (H2O), merupakan air murni yang biasanya terdapat di


laboratorium, dan diperoleh dengan cara destilasi (penyulingan). Tujuan dari
destilasi ini memperoleh cairan yang memiliki nilai tertentu, yang didapatkan dari
hasil penguapan, kemudian uap diembunkan melalui kondensor, sehingga uap
akan mencair kembali. Aquadest merupakan salah satu bahan yang biasanya
digunakan untuk melarutkan bahan kimia serta dapat digunakan untuk mencuci
peralatan laboratorium. Aquadest tidak berwarna tidak berbau, dan tidak memiliki
rasa (Risbandini, 2020).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik “Peneraan Volumetri (Kalibrasi


Alat-Alat Volumetri)” dilaksanakan pada hari Jumat, 17 November 2023, pukul
13.30 WITA-Selesai. Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada saat melakukan praktikum yaitu gelas
kimia 50 mL, gelas ukur 5 mL, pipet volume 10 mL, pipet ukur 10 mL, filler, labu
takar 25 mL, botol semprot, dan neraca analitik.
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu aquades.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Peneraan Pipet Skala

Proses pengerjaannya yaitu siapkan pipet skala yang bersih dan kering
kemudian isilah dengan aquades sampai tanda peneraanya. Timbang berat kosong
piknometer. Keluarkan isi air dari dalam pipet skala secara perlahan-lahan dan
tampung dipiknometer yang bersih dan kering yang telah diketahui beratnya.
Kemudian timbang piknometer yang berisi air dan tentukan berat airnya.

3.3.2 Peneraan Pipet Gondok

Proses pengerjaannya yaitu siapkan pipet gondok yang bersih dan kering
kemudian isilah dengan aquades sampai tanda peneraanya. Timbang berat kosong
piknometer. Keluarkan isi air dari dalam pipet gondok secara perlahan-lahan dan
tampung dipiknometer yang bersih dan kering yang telah diketahui beratnya.
Kemudian timbang piknometer yang berisi air dan tentukan berat airnya.
6

3.3.3 Peneraan Gelas Ukur

Proses pengerjaannya yaitu siapkan gelas ukur 10 mL yang bersih serta


kering. Timbanglah gelas ukur dan catat beratnya. Isi gelas ukur dengan aquades
sampai tanda batas (10 mL). Kemudian timbang gelas ukur yang sudah diisi
dengan aquades 10 mL. Tentukan berat air diudara.

3.3.4 Peneraan Gelas Kimia

Proses pengerjaannya yaitu siapkan gelas kimia 50 mL yang bersih serta


kering. Timbanglah gelas ukur dan catat beratnya. Isi gelas kimia dengan aquades
sampai tanda batas (30 mL). Kemudian timbang gelas kimia yang sudah diisi
dengan aquades 30 mL. Tentukan berat air diudara.

3.3.5 Peneraan Labu Takar

Proses pengerjaannya yaitu siapkan labu takar 25 mL yang bersih serta


kering. Kemudian timbanglah labu takar dan catat beratnya. Isi labu takar dengan
aquades sampai tanda batas tera. Kemudian timbang labu takar yang sudah diisi
dengan aquades hingga batas tera. Tentukan berat air diudara.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

4.1.1 Peneraan Gelas Ukur 50 mL


Tabel 1. Data Pengamatan Gelas Kimia 50 mL
No Spesifikasi Berat Berat Penyimpangan
Kosong (g) Berisi (g) (mL)
1 50 mL 30,91 77,44
2 50 mL 30,90 77,25 3,328
3 50 mL 30,88 77,57
Rata-rata 30,897 77,42

4.1.2 Peneraan Labu Takar 25 mL


Tabel 2. Data Pengamatan Gelas Takar 25 mL
No Spesifikasi Berat Berat Penyimpangan
Kosong (g) Terisi (g) (mL)
1 25 mL 23,29 47,87
2 25 mL 23,17 47,83 0,304
3 25 mL 23,15 47,86
Rata-rata 23,203 47,853

4.1.3 Peneraan Gelas Ukur 5 mL


Tabel 3. Data Pengamatan Gelas Ukur 5 mL
No Spesifikasi Berat Berat Penyimpangan
Kosong (g) Terisi (g) (mL)
1 5 mL 16,24 21,09
2 5 mL 16,22 21,13 -11,381
3 5 mL 16,21 21,12
Rata-rata 16,23 21,11

4.1.4 Pengamatan Penerapan Pada Pipet Volume 10 mL dengan Alat Bantu


Gelas Kimia 50 mL
Tabel 4. Data Pengamatan Pipet Volume 10 mL dengan Alat Bantu Gelas Kimia
50 mL
No Spesifikasi Berat Berat Penyimpangan
Kosong (g) Berisi (g) (mL)
1 50 mL 30,91 40,83
2 50 mL 30,90 40,76 21,11
3 50 mL 30,88 40,78
Rata-rata 30,897 40,79
8

4.1.5 Pengamatan Penerapan Pada Pipet Skala 10 mL dengan Alat Bantu


Gelas Kimia 50 mL
Tabel 5. Data Pengamatan Pipet Skala 10 mL dengan Alat Bantu Gelas Kimia 50
mL
No Spesifikasi Berat Berat Penyimpangan
Kosong (g) Berisi (g) (mL)
1 50 mL 30,91 42,13
2 50 mL 30,90 42,09
3 50 mL 30,88 42,10 11,716
Rata-rata 30,897 42,106

4.2 Pembahasan

Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai
dengan rancangannya. Kalibrasi bertujuan untuk mendapatkan hasil pengukuran
yang benar dan dalam hal ini dilakukan dengan menentukan nilai faktor kalibrasi
yang digunakan untuk menentukan besarnya sudut putar pada tiga sumbu x, y dan
z. Gerak rotasipada sumbu x disebut roll, rotasi pada sumbu y disebut pitch, dan
rotasi pada sumbu z disebut yaw/azimuth (Wahyudi, 2012). Kegiatan mengukur
dapat diartikan sebagai proses perbandingan suatu obyek terhadap standar yang
relevan dengan mengikuti peraturan-peraturan terkait dengan tujuan untuk dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang obyek ukurnya (Atika dkk., 2012).
Alat pengukur volume merupakan alat bantu yang penting untuk setiap
penentuan kuantitatif. Hal ini karena kebanyakan pekerjaan analitik menyangkut
larutan yang ingin diketahui konsentrasi atau kandungannya melalui pengukuran
volumetri. Alat-alat umum yang digunakan dalam pengukuran volumetri ini
adalah buret, labu takar, dan pipet volume. Alat-alat inilah yang kita tera/kalibrasi.
Peralatan volumetrik umumnya dikalibrasi pada temperatur 20°C. bila peralatan
tersebut digunakan pada lingkungan dengan temperatur yang lebih tinggi, seperti
di negara-negara tropis ISO merekomendasikan temperatur 28°C digunakan
sebagai alternatif untuk menyatakan hasil kalibrasi peralatan volumetri.
Percobaan pertama, peneraan gelas kimia dengan kapasitas skala ialah 50
mL. Gelas kimia ini biasa digunakan untuk pembuatan dan pengenceran larutan
pada volume kecil. Pada peneraan ini, kita mendapatkan penyimpangan sebesar
9

3,328 mL, ini merupakan angka yang sangat kecil namun melebihi batas toleransi
peralatan volumetrik dimana batas. Hal ini menunjukan bahwa alat volumetri ini
sudah tidak sesuai dan tidak layak digunakan.
Percobaan kedua, peneraan labu takar dengan kapasitas skala ialah 25 mL.
Labu takar ini biasa digunakan untuk pembuatan dan pengenceran larutan pada
volume tertentu. Peneraan pada labu takar ini sangat penting untuk ketelitiannya
sehingga kita mendapatkan larutan sesuai yang diharapkan. Pada peneraan ini,
kita mendapatkan penyimpangan sebesar 0,304 mL, ini merupakan angka yang
sangat kecil namun melebihi batas toleransi peralatan volumetrik dimana batas.
Hal ini menunjukan bahwa alat volumetri ini sudah tidak sesuai dan tidak layak
digunakan.
Percobaan ketiga, peneraan gelas ukur dengan kapasitas skala yang
digunakan 5 mL. Berdasarkan hasil pengamatan penyimpangan terhada gelas ukur
5 mL sebesar -11,381 mL. Penyimpangan ini terbilang cukup besar terhadap batas
toleransi penyimpangannya yaitu 0,02 mL. Hal ini menunjukan bahwa gelas ukur
yang dikalibrasi sudah tidak sesuai dengan rancangannya (peneraannya). Hal ini
terbukti dengan nilai penyimpangannya yang cukup besar.
Percobaan keempat, peneraan pipet volume kapasitas skala yang
digunakan 10 ml. Pipet volume digunakan untuk memindahkan suatu volume
tertentu (pipet transfer). Kita melakukan peneraan dengan mengukur volume air
yang diisikan pada pipet volum hingga tanda teranya. Dari hasil pengamatan kita
mendapatkan berat air diudara sedikit lebih besar dibanding berat air pada suhu
yang kerja. Dari hasil ini, kita mendapatkan volume air atau volume air yang
sesungguhnya (Va) sedikit lebih kecil dibanding volume air pada suhu
pengamatan (Vt). Penyimpangan yang kita dapat dalam peneraan ini hanyalah
sebesar 21,11. Dimana nilai-nilai tersebut sesuai dengan batas penyimpangan pada
pipet volume. Hal ini menunjukan bahwa pipet volume yang kita kalibrasi sudah
cukup sesuai dengan rancangannya (peneraannya).
Percobaan kelima, peneraan pipet skala kapasitas skala yang digunakan 10
ml. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh rata-rata berat air di udara 42,106
gram. Dari hasil ini diperoleh volume air sesungguhnya (V 0) sedikit lebih kecil
10

dibandingkan volume air pada suhu pengamatan (V t). Penyimpangan yang


didapatkan dari peneraan pipet volume 10 mL adalah sebesar 11,716mL. Hal ini
menunjukan bahwa pipet vuleme yang dikalibrasi sudah cukup sesuai dengan
rancangannya (peneraannya). Hal ini terbukti denggan nilai penyimpangannya
yang kecil.
Hasil peneraan yang telah dilakukan distandarisasi dengan nilai yang telah
ditetapkan sebagai batas toleransi untuk mengukur apakah alat yang akan
digunakan masih layak pakai atau tidak. Dari hasil pengamatan, alat-alat yang
terdapat di dalam laboratorium ini masih layak pakai dalam praktik. Untuk
mendapatkan nilai penyimpangan yang baik, maka ketelitian baik pada saat
peneraan maupun saat perhitungan harus diperhatikan. Dalam peneraan ini ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain kerapatan air bervariasi terhadap
perubahan suhu, volume wadah dari bahan gelas juga bervariasi terhadap
perubahan suhu dan air yang mengisi suatu wadah terlebih dahulu
ditimbang di udara.
11
BAB V
SIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


alat-alat ukur volumetri kimia sebelum digunakan dalam pengukuran, terlebih
dahulu dilakukan kalibrasi untuk mengetahui layak tidaknya suatu alat ukur
laboratorium digunakan. Peneraan alat ukur volumetri dilakukan untuk
mengetahui nilai pasti dari volume cairan sama dengan nilai sebenarnya dari
volume larutan tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia analitik merupakan cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan


identifikasi dan penentuan komposisi suatu bahan. Lebih spesifiknya terdapat
kimia analitik kualitatif, kimia analitik kuantitatif, dan kimia analitik instrumen.
Kimia analitik kualitatif adalah kimia analisa yang hanya membahas tentang
identifikasi atau ada/tidaknya unsur/zat di dalam suatu bahan. Adapun kimia
analitik kuantitatif adalah kimia analisa yang berhubungan dengan komposisi atau
jumlah unsur/zat dalam suatu bahan. Sedangkan kimia analitik instrumen adalah
cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan identifikasi atau penentuan
komposisi dengan bantuan instrumen (alat) khas, keuntungan analisis berlangsung
cepat dengan sedikit pereaksi baik jenis maupun jumlahnya, dan kelemahannya
tergantung pada ketelitian alat (Maharani dan Yusrin. 2019).
Kation merupakan ion yang bermuatan positif, yang kehilangan satu atau
lebih electron. Kation dikelompokkan dalam beberapa golonganyang tujuannya
untuk menganalisis kualitatif sistematik. Kation digolongkan dengan berdasarkan
sifat-sifat kation terhadap beberapa reagnesia. Reagnesia golongan biasanya
digunakan untuk klasifikasi kation seperti asam klorida, hidrogen sulfida,
ammonium sulfide, dan ammonimum karbonat. Klasifikasi ini untuk memelihat
kemampuan suatu kation untuk bereaksi dengan reagnesia-reagnesia dengan
membentuk suatu endapan atau tidak. Untuk mengetahu akan hal itu maka
terjadilah percampuran-percampuran kation, yang dimana campuran ini
memerlukan pemisahan secara sistematik dalam golongan , kemudian diikuti
pemisahan golongan kedalam sub golongan dan komponen-komponennya.
Pemisahan dalam golongan didasarkan atas perbedaan sifat kimianya dengan cara
menambahkan pereaksi yang dapat mengendapkan ion tertentu dan
memisahkannya dari ion-ion kainnya (Yusuf. 2019).
15

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan analisis


kualitatif senyawa kimia melalui uji kation dan anion.

1.3 Prinsip Praktikum

Prinsip dari percobaan ini yaitu menentukan suatu zat kation dan
anion melalui identifikasi menggunakan pereaksi spesifik dengan
menggunakan sampel dari kation dan anion hingga terjadi perubahan
dalam bentuk endapan atau perubahan warna dari pelepasan gas.

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat dilaksanakannya praktikum ini adalah mahasiswa dapat


melakukan analisis kualitatif senyawa kimia melalui uji kation dan anion.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi


elemen, spesies dan senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Analisis
kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit
yang dituju dalam suatu sampel (Ayuchecaria, 2017). Analisis kualitatif adalah
analisis yang digunakan untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam
cuplikan dari jenis reaksi inti yang terjadi. Analisa kualitatif atau disebut juga
analisa jenis adalah untuk menentukan macam atau jenis zat atau komponen-
komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kita mempergunakan
sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya.
Berdasarkan metodenya, analisa kualitatif dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok. Pertama, analisis bahan berdasarkan karakterisasi fisis, yaitu penentuan
sifat fisis dan keasaman. Kedua, analisis bahan berdasarkan metode H 2S, yaitu
analisis kation dan analisis anion. Pada bab ini akan diuraikan bagaimana cara
melakukan analisa kualitatif tersebut (Setiawan, 2004).

2.2 Kation

Kation adalah ion yang bermuatan positif dikarenakan terjadi pelepasan


elektron untuk mencapai tingkat kestabilan sesuai kaidah duplet atau oktet. Kation
merupakan ion yang bermuatan positif. Kation dapat berasal dari unsur dengan
elektron yang telah tereksitasi, seperti Ca 2+, Na+, Ni2+, maupun senyawa
bermuatan positif, seperti NH4+. Masing-masing kation dari setiap golongan dapat
diidentifikasi dengan cara yang berbeda-beda. Kation merupakan ion yang
bermuatan positif dan tertarik ke katoda (elektroda negatif) selama elektrolisis
(Asmah dkk, 2020).
17

2.3 Perak Nitrat

Perak nitrat merupakan hasil reaksi dari logam perak dengan


larutan asam nitrat pekat (HNO3). Larutan perak nitrat di bidang
kedokteran manusia banyak dimanfaatkan sebagai bahan antimikroba
untuk digunakan sebagai pengobatan infeksi. Efek yang ditimbulkan dari
sifat toksik perak nitrat yaitu dapat menggangu kondisi fisiologis tubuh.
Sehingga perlu dilakukan pengujian pada hewan untuk mengetahui sifat
toksik dari perak nitrat pada beberapa jenis hewan. Tindakan ini berguna
mengetahui batasan sifat toksik perak nitrat dan maafaat yang dapat
diperoleh untuk pengobatan di dunia kedokteran hewan (Amri dkk, 2020).

2.4 Kalium Permanganat (KMnO4)

Kalium Permanganat adalah garam kalium dari asam permanganate


(MnO4) yang tidak diketahui dalam keadaan bebas..Kalium permanganat adalah
agen pengoksidasi kuat.Ini digunakan dalam proses industri dan pertanian dan
dalam sintesis kimia. Sifat pengoksidsi yang kuat dari KMnO 4 ini digunakan
dalam berbagai proses industry termasuk dekontaminasi/ disenfeksi air, sebagai
suatu algicide dan sebagai agen pemutih dalam finishing tekstil. Kalium
permanganat merupakan kristal perunggu dan stabil.Kalium permanganat dapat
bereaksi dengan senyawa yang mudah menyala sehingga menyebabkan kebakaran
dan dijauhkan dari senyawa pereduksi,asam kuat,material
organic,peroksida,alcohol dan senyawa kimia logam aktif (Feronika
dan Zainul, 2018).

2.5 Aquades

Aquades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir


semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam
akuades mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus
fungsional polar seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya
disebabkan oleh kecenderungan molekul akuades untuk membentuk ikatan
18

hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida
dan keton. Aquades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat
pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Aquades berwarna bening,
tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Aquades biasa digunakan untuk
membersihkan alatalat laboratorium dari zat pengotor (Khotimah dkk, 2017).

2.5 Kelarutan

Kelarutan secara kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut


dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu. Secara kualitatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi
molekuler homogen. Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah larutan
yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untuk penjenuhan yang sempurna pada temperatur tertentu. Larutan
jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam keadaan setimbang
dengan fase padat. Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari yang seharusnya
pada temperatur tertentu terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (Redjeki dkk,
2020).
19
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Uji Kation dan Anion dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Oktober
2023, pukul 13.00 WITA-selesai. Bertepatan di Laboratorium Jurusan Pendidikan
Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pipet tetes, tabung
reaksi, rak tabung, batang pengaduk, botol semprot, cawan petri, labu ukur 50
mL-100 mL, gelas kimia 50 mL, dan spatula.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah HCl 2 M, H 2SO4


6N, K4Fe (CN)6 0,01 M, KMnO4 0,02 M, ammonium karbonat, FeCl3 0,1 M, dan
aquades.

3.2 Prosedur Kerja

3.3.1 Uji Kation Ag+

Dimasukkan 1 mL larutan AgNO3 kedalam tabung reaksi kemudian


ditambahkan 5 tetes HCl.

3.3.2 Uji Kation Cu2+

Dimasukkan 1 mL larutan Cu2+ kedalam tabung reaksi kemudian


ditambahkan 1 tetes HCl 2 M dan ditambahkan 1 tetes K4Fe(CN)6.

3.3.3 Uji Anion SCN-

Dimasukkan 1 mL larutan KSCN kedalam tabung reaksi kemudian


ditambahkan beberapa tetes FeCl3.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel 6. Data Hasil Pengamatan Uji Spesifik Kation


No Jenis Perlakuan Pengamatan Gambar
Uji
1 Ag+ 1 mL AgNO3 + 5 tetes Berwarna bening,
HCl kemudian
berubah menjadi
keruh dan ada
endapan,
kemudian
berubah menjadi
bening kembali
2+ 2+
2 Cu 1 mL Cu + 1 tetes Berwarna biru,
HCl + 1 tetes kemudian
K4Fe(CN)6 berubah menjadi
warna coklat dan
terbentuk
endapan

Reaksi-Reaksi Yang Terjadi:

1. Larutan AgNO3 --> Bening+HCl 5 tetes --> putih keruh dan terbentuk
endapan.
2. Larutan CU + K4Fe(CN)6,5 tetes +HCl 5 tetes --> coklat dan terdapat endapan
merah bata.
3. Larutan Cu+HCl 2M, 1tetes+ K4Fe (CN)6 0,1 M, 1 tetes --> Coklat muda dan
terdapat endapan.
4. Larutkan AgNO3 0,1 N 2 tetes+ HCl 1mL+ HNO3 5 Tetes--> Putih keruh.
5. KSCN 1mL + FeCL3--> hangat, merah kehitaman.

Analisis kualitatif adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui


unsur-unsur yang terkandung dalam cuplikan dari jenis reaksi inti yang terjadi.
Analisa kualitatif atau disebut juga analisa jenis adalah untuk menentukan macam
atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan
22

analisa kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun
sifat-sifat kimianya (Setiawan, 2004).
Percobaan pertama dilakukan pengujian kation Ag +, sampel yang
digunakan adalah 1 mL AgNO3 dengan ditambahkan 5 tetes larutan HCl
perubahan yang terjadi pada larutan sampel tersebut mengalami perubahan warna
dan terbentuk endapan. Endapan tersebut menandakan bahwa larutan sampel
tersebut positif mengandung ion Ag+. Percobaan selanjutnya dilakukan pengujian
kation Cu2+, larutan sampel yang digunakan yaitu 1 mL Cu 2+ dengan ditambahkan
1 tetes HCl dan 1 tetes K 4Fe(CN)6, pada larutan sampel ini mengalami perubahan
warna menjadi coklat dan terbentuk endapan . Pada reaksi yang terjadi larutan
sampel ini positif mengandung ion Cu2+.

Tabel 7. Data Hasil Pengamatan Uji Spesifik Anion


No Jenis Perlakuan Pengamatan Gambar
Uji
1 SCN- 1 mL KSCN + Berwarna bening
beberapa tetes FeCl3 dan agak hangat
kemudian
berubah warna
menjadi coklat
kemerahan

Pada percobaan terakhir dilakukan pengujian anion SCN -, larutan sampel


yang digunakan yaitu KSCN sebanyak 1 mL dengan ditambahkan beberapa tetes
FeCl3, pada larutan sampel ini perubahan yang terjadi pada larutan sampel ini
mengalami penaikan suhu menjadi hangat dan warna dari larutan tersebut
mengalami perubahan menjadi coklat kemerahan. Hal ini terjadi karena
23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah uji kation dan
anion dilakukan dengan menambahkan pereaksi tertentu yang memungkinkan
terpisahnya kation dan anion dari suatu sampel berdasarkan sifat fisik kimianya
dengan adanya endapan, perubahan warna maupun terbentuknya gas.

5.2 Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya
untuk uji identifikasi suatu anion dan kation jangan hanya menggunakan analisis
kualitatifnya saja, tetapi juga menggunakan analisis kuantitatif.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu titik berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan
berat atom unsur-unsur penyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang
dikandung dilakukan dengan beberapa cara seperti metode pengendapan metode
penguapan atau berbagai metode lainnya. Metode gravimetri memakan waktu
yang cukup lama adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu
faktor-faktor koreksi dapat digunakan (Rahmelia dkk., 2015).
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam
keadaan murni setelah melalui proses pemisahan titik bagian terbesar dari
penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke
senyawaan murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri adalah metode yang mempunyai
kelebihan, yaitu tidak adanya zat pembanding (saponin baku) dan k cara analisis
yang paling sederhana dibandingkan dengan metode lain karena dalam metode
gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara penimbangan langsung massa zat
yang telah dipisahkan (Noviyanty dkk., 2020).
Air kristal merupakan bagian dari struktur kristal pada senyawa tertentu
dan disebut sebagai hidrat kristal. Jumlah air kristal pada tiap senyawa tidak sama.
Hal inilah yang menjadi dasar metode penetapan jumlah air kristal dalam sebagian
senyawa berair kristal. Metode ini dalam analisis kimia disebut gravimetri dimana
pada dasarnya penetapan jumlah zat didasarkan penimbangan pada berat konstan.
Tahap-tahap dalam gravimetri yang meliputi pengendapan penyaringan pencucian
endapan, pengeringan endapan dengan satu atau tanpa pemijaran serta
penimbangan dapat dilakukan secara benar (Darmawan dan Soebiyanto., 2018).
Barium klorida adalah senyawa anorganik dengan rumus molekul
BaCl2 yang dapat ditemukan dalam bentuk hidratnya BaCl2.2H2O. Barium klorida
26

merupakan salah satu garam barium yang paling umum larut dalam air.
BaCl2 mengkristal dalam dua bentuk sehingga disebut dengan kristal polimorf .
Barium klorida memiliki bentuk struktur kristal kubik fluorit (CaF 2) dan struktur
ortorombik cotunnite (PbCl2). BaCl2 bersifat racun sehingga tidak bisa digunakan
secara sembarangan. Besi sulfat adalah garam anorganik memiliki satu rumus
kimia FeSO4. Ini terdiri dari padatan kristal warna variabel, diperoleh secara
industri sebagai produk sampingan dari pengolahan baja.
Kadar logam adalah suatu proses analisis untuk mengukur jumlah atau
persentase logam yang terkandung dalam suatu sampel. Proses ini dapat
melibatkan beberapa metode analisis tergantung pada sifat-sifat kimia logam
tersebut dan jenis sampel yang sedang dianalisis. Berdasarkan latar belakang
diatas maka perlu dilakukan praktikum analisis gravimetri.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat


melakukan analisis kuantitatif dengan metode gravimetri.

1.3 Prinsip Praktikum

Prinsip dasar praktikum ini yaitu dapat melakukan analisis kuantitatif


berdasarkan berat zat unsur atau senyawa tertentu dalam kondisi yang semurni
mungkin.

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat dilaksanakannya praktikum ini adalah mahasiswa dapat


melakukan analisis kuantitatif dengan metode gravimetri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Gravimetri

Analisis gravimetri merupakan bagian analisis kuantitatif untuk


menentukan jumlah zat berdasarkan penimbangan dari hasil reaksi setelah
bahan/analit dianalisis diperlakukan terhadap pereaksi tertentu. Hasil reaksi
dapat berupa gas atau endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisis. Dalam
analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan
yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur
atau gugus dari senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan
mantap (stabil), sehingga dapat diketahui berat tetapnya (Marpaung, 2018).
Secara umum tahapan yang dilakukan dalam analisis gravimetri dengan cara
pengendapan adalah endapan dibentuk dengan cara menambahkan pereaksi
pengendap secara berlebih agar semua unsur atau senyawa dapat terendapkan
dengan sempurna. Pengendapan dilakukan pada temperatur dan pH tertentu yang
merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan, menumbuhkan kristal-kristal
endapan, penyaringan, pencucian, pemijaran, dan penimbangan (Pursitasari,
2014).
Metode gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat dengan cara
penimbangan hasil reaksi pengendapan. Dalam gravimetri jumlah zat ditentukan
dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain.
Metode ini memiliki kepekaan yang tinggi, pelaksanaan yang relatif sederhana
dan murah (Muwanah dkk., 2020). Metode Gravimetri memiliki kelebihan yaitu
tidak membutuhkan zat pembanding (saponin baku) dan salah satu cara analisis
paling sederhana. Kesederhanaan itu terlihat karena dalam gravimetri dapat
mendeteksi jumlah zat- zat lain (Noviyanty, 2020).

2.2 Kadar Air


28

Kadar air adalah salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakkan, tekstur, dan cita rasa pada
bahan pangan (Fikriyah dan Nasution, 2021). Kadar air adalah salah satu metode
29

uji laboratorium kimia yang sangat penting dalam industri pangan untuk
menentukan kualitas dan ketahanan pangan terhadap kerusakan yang mungkin
terjadi. Semakin tinggi kadar air suatu bahan pangan, akan semakin besar
kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal
(metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak. Pengurangan kadar air bahan
pangan akan berakibat berkurangnya ketersediaan air untuk menunjang kehidupan
mikroorganisme dan juga untuk berlangsungnya reaksi-reaksi fisikokimiawi.
Dengan demikian baik pertumbuhan mikroorganisme maupun reaksi
fisikokimiawi keduanya akan terhambat, bahan pangan akan dapat bertahan lebih
lama dari kerusakan (Daud dkk., 2019).
Pengukuran kadar air pada dasarnya dapat dilakukan menggunakan
metode oven. Pengukuran dengan metode oven atau pengeringan merupakan salah
satu cara yang digunakan untuk mengukur kadar air dalam suatu bahan pangan
dengan prinsip bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila
bahan tersebut dipanaskan pada suhu 1050C selama waktu tertentu dan perbedaan
antara berat sebelum dan sesudah adalah kadar air bahan tersebut (Prasetyo dkk.,
2019).

2.3 Air Kristal

Air kristal merupakan bagian dari struktur kristal pada senyawa tertentu
dan disebut sebagai hidrat kristal. Jumlah air kristal pada tiap senyawa tidak
sama. Hal inilah yang menjadi dasar metode penetapan jumlah air kristal dalam
sebagian senyawa berair kristal. Metode ini dalam analisis kimia disebut
gravimetri dimana pada dasarnya penetapan jumlah zat didasarkan penimbangan
pada berat konstan. Tahap-tahap dalam gravimetri yang meliputi pengendapan
penyaringan pencucian endapan, pengeringan endapan dengan satu atau tanpa
pemijaran serta penimbangan dapat dilakukan secara benar (Darmawan dan
Soebiyanto, 2018).

2.4 Besi (II) Sulfat (FeSO4)


30

Besi (II) sulfat atau ferri sulfat adalah senyawa kimia dengan rumus
FeSO4 dan memiliki bentuk umum heptahidrat biru-hijau. Besi (II) sulfat
heptahidrat biru- hijau adalah bentuk yang paling umum dari bahan ini, dan
dikenal sejak zaman kuno sebagai copperas dan vitriol hijau. Semua besi sulfat
larut dalam air dan membentuk kompleks logam air Fe (H₂O) 62+. Besi sulfat
mempunyai geometri molekul oktahedral dan bersifat paramagnetik (Warsiki
dan Iskandar, 2017).

2.5 Asam Klorida

Asam klorida (HCl) adalah salah satu yang paling banyak digunakan
beberapa industri sebagai untuk menghilangkan oksida yang tidak diinginkan
seperti film dan produk korosi dari permukaan baja. Bahan-bahan kasar, terutama
baja ringan digunakan dalam media asam disebagian besar industri termasuk
eksplorasi minyak dan gas serta berbagai aktifitas industri lainnya. Asam klorida
banyak digunakan dalam pengawetan, perataan permukaan dan stimulasi sumur
minyak untuk meningkatkan aliran minyak dan gas. Karena sifat korosifnya
yang tinggi, asam dapat menyebabkan kerusakan pada komponen sistem (Stiadi
dkk., 2019).

2.6 Penentuan Kadar Gravimetri

Metode gravimetri didasarkan atas pengukuran perubahan berat setelah


proses pemananasan. Dalam kegiatan ini pemanasan dilakukan pada suhu tinggi
(kalsinasi). Kalsinasi dialkukan pada temperatur 9000C selama 3 jam didalam
tungku, prinsip dari analisis gravimetri adalah oksidasi UO2 menjadi U3O8 melalui
pemanasan pada suhu dan waktu tersebut diharapkan akan membentuk senyawa
U3O8 keseluruhan (Windaryati dkk., 2016). Proses pengeringan merupakan proses
pemindahan sejumlah masa uap air secara stimulan, dengan membutuhkan energi
untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan ke
media pengering. Proses berpindahnya sejumlah massa uap air terjadi karena
adanya perbedaan konsentrasi uap air antara suatu bahan dengan lingkungannya
(Suarnadwipa dan Hendra, 2008).
31

2.7 Proses Pengendapan dalam Analisa Gravimetri

Partikel hasil proses pengendapan ditentukan oleh proses nukleasi dan


pembentukan nukleus. Dalam analisa gravimetri harus selalu diupayakan agar
didapat endapan yang murni dan partikel-partikelnya cukup besar sehingga mudah
disaring dan dicuci. Pembentukan partikel endapan terjadi dalam larutan yang
jenuh (Lukum, 2022).

2.8 Roti Pawa

Kue Pawa merupakan jajanan khas Bugis Makassar yang menyerupai


bakpao. Pawa adalah jenis roti isi namun tidak melalui proses pembakaran
(dipanggang) melainkan melalui proses pengukusan. Pawa biasanya berisi kacang
gula biasa juga berisi cangkuli (kelapa). Pawa memiliki tekstur yang empuk
dengan rasa yang gurih dan manis (Rudi, 2022)

2.9 BaCl2

Barium Clorida merupakan senyawa anorganik dengan rumus molekul


BaCl2 yang dapat ditemukan dalam bentuk hidratnya BaCl 2.H2O. Barium clorida
merupakan barium yang paling umum larut dalam air. Dalam bidang kimia
barium sering digunakan sebagai tes untuk ion sulfat, pengerasan baja, dan
pembuatan garam barium lainnya serta mendapatkan logam barium dengan cara
elektrolisi. Selain itu barium clorida banyak digunakan dalam pembuatan
kembang api untuk memberikan warna hijau terang (Izzatun, 2022).
32
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum

Praktikum dasar dasar kimia analitik percobaan III dengan judul “Analisis
gravimetri” dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Oktober 2023 pukul 13.00 WITA-
Selesai. Bertempat Di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu cawan porselin, eksikator, neraca analitik, botol
semprot, spatula, tanur, gelas kimia 500 mL, batang pengaduk, corong, gegep,
filler dan pipet skala, erlenmeyer, pipet tetes, gelas ukur 250 mL, hot plate, dan
oven. Kemudian bahan yang digunakan yaitu Barium Klorida, aquades, kertas
saring, Asam Nitrat, roti pawang, Besi (II) Sulfat, Asam Klorida (1:1), dan
Amonia (1:1).

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Penentuan Kadar Air pada Roti Pawang

Dipanaskan cawan porselin dalam suhu 600℃ selama 15 menit,


didinginkan dalam eksikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. Selanjutnya
ditimbang roti pawang sebanyak x gram kedalam cawan porselin yang telah
diketahui beratnya. Cawan porselin yang berisi zat tersebut dipanaskan kembali
pada suhu 105℃ selama 90 menit dengan menggunakan tanur, didinginkan dalam
eksikator kemudian ditimbang. Kemudian dihitung banyaknya kadar air yang
terikat pada senyawa.

3.3.2 Penentuan Molekul Air pada Barium Klorida BaCl2.XH2O

Dipanaskan cawan porselin dalam suhu 600℃ selama 15 menit,


didinginkan dalam eksikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. Selanjutnya
ditimbang padatan BaCl2.XH2O sebanyak x gram kedalam cawan porselin yang
34

telah diketahui beratnya. Cawan porselin yang berisi zat tersebut dipanaskan
kembali
35

pada suhu 105℃ selama 90 menit dengan menggunakan tanur, didinginkan dalam
eksikator kemudian ditimbang. Kemudian dihitung banyaknya molekul air yang
terikat pada senyawa.

3.3.3 Penentuan Kadar Fe Sebagai FeO

Ditimbang garam besi (II) sulfat sebanyak x gram kemudian dimasukkan


kedalam gelas kimia 500 Ml dan dilarutkan dengan 50 mL aquades dan 10 mL
Asam Klorida (1:1). Kemudian ditambahkan 2 mL Asam Nitrat pekat dan
dipanaskan pada suhu 600C menggunakan hot plate selama 3 menit. Setelah itu
ditambahkan 200 mL aquades dan dipanaskan kembali selama 5 menit. Kemudian
ditambahkan amonia (1:1) hingga terbentuk endapan orange yang konstan.
Setelah itu disaring menggunakan kertas saring dan dimasukkan ke dalam oven
pada suhu 700 sampai kering.

3.4 Teknik Analisis Data

3.4.1 Persentase Kadar Air dalam Roti Pawang

Persentase analit dalam contoh dapat dihitung :


Berat analit
x 100
%A = Berat contoh
3.4.1 Persentase Kadar Air dalam Roti Pawang
Berat analit = factor gravimetric x berat endapan, maka
Berat gravimetri x berat endapan setelah pemijaran
x 100
%A = Berat sampel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Kadar Air pada Roti Pawang

Analisis gravimetri merupakan bagian analisis kuantitatif untuk


menentukan jumlah zat berdasarkan penimbangan dari hasil reaksi setelah
bahan/analit dianalisis diperlakukan terhadap pereaksi tertentu. Hasil reaksi dapat
berupa gas atau endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisis. Kadar air
adalah salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air
dapat mempengaruhi penampakkan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan.
Pada percobaan pertama dilakukan penentuan kadar air pada roti pawang,
cawan porselin yang telah dipanaskan kurang lebih 15 menit pada suhu 105 ℃
kemudian didinginkan dan dilakukan penimbangan. Kemudian ditimbang roti
pawang yang telah dipisahkan dengan isiannya kemudian roti pawang dipanaskan
105℃ selama 90 menit dan kemudian dinginkan, timbang dan dihitung berapa
banyak kada air yang terikat pada roti pawang.

Tabel 8. Data Pengamatan Penentuan Kadar Air pada Roti Pawang


Cawan keterangan
No. Sampel Cawan awal Rendemen
akhir
1 Roti pawang 12,17 gram 8,45 gram 30% Terjadi
penguapan

Berdasarkan data diatas, rendemen dalam roti pawang adalah 30%. Pada
roti pawang setelah dipijarkan terjadi penguapan menunjukkan bahwa selama
pengeringan, ada penguapan air dari sampel roti pawang, yang menghasilkan
perubahan berat dari cawan awal ke cawan akhir.

4.2 Penentuan Barium Klorida BaCl2.XH2O

Pada percobaan kedua dilakukan penentuan pada BaCl 2.XH2O, silakukan


pemanasan cawan porselin dengan suhu 105℃ kurang lebih selama 15 menit dan
dinginkan, kemudian timbang BaCl2.XH2O sebanyak 1 gram, selanjutnya
37

dipanaskan, ditimbang dan dihitung berapa banyak molekul yang terikat pada
senyawa, pada penentuan BaCl2.XH2O dapat dilihat data dibawah ini.

Tabel 9. Data Pengamatan Penentuan Barium Klorida BaCl2.XH2O


Cawan Cawan Keterangan
No. Sampel Rendemen
awal akhir
1. BaCl2.XH2O 1,5 gram 1,298 gram 2 mol Terjadi
penguapan

Berdasarkan data pengamatan diatas rendemen pada BaCl2.XH2O adalah 2


mol . Pada BaCl2.XH2O terjadi penguapan, hal ini menunjukkan bahwa untuk
setiap 1 mol BaCl2, terdapat 2 mol H2O dalam metode gravimetri penguapan.
Metode penguapan dapat dilihat pada penentuan kadar air dalam suatu sampel.
Hal ini menunjukkan bahwa stoikiometri antara BaCl 2 dan H2O dalam analisis
gravimetri, selama pengeringan, ada penguapan air pada BaCl 2. XH2O yang
menghasilkan perubahan berat cawan awal ke cawan akhir.

4.3 Penentuan Kadar Fe Sebagai Fe2O3

Pada percobaan ketiga dilakukan penentuan kadar Fe sebagai Fe 2O3,


ditimbang Iron (II) atau besi (II) kemudian larutkan aquades dan HCl pekat
masing masing 1:1 sebanyak 5 mL, kemudian tambahkan aquades dan HCl ke
dalam Iron (II) sulfat, perubahan yang terjadi warna awal larutan bening beerubah
menjadi warna kuning. Kemudian tambahkan 2 mL HNO 3 pekat, selanjutnya
ditambahkan aquades sebanyak 200 mL secara perlahan, perlakuan ini mengalami
perubahan warna menjadi kuning bening. Kemudian dipanaskan perlahan-lahan
dan ditambahkan ammonia sampai terbentuk endapan, mengalami perubahan
warna coklat dan terdapat endapan. Kemudian disaring dan dipanaskan kedalam
oven pada suhu 70℃ hingga kering, setelah dipanaskan sampel kemudian
ditimbang dan menghasilkan 2,643 gram. Kemudian dihitung kadar air yang
terikat dalam senyawa, penentuan kadar ini dapat dilihat pada data dibawah ini.
38

Tabel 10. Data Pengamatan Penentuan Kadar Fe Sebagai Fe2O3


Cawan Cawan Keterangan
No. Sampel Rendemen
awal akhir
1. FeSO4.5H2O 1 gram 1,614gram 112,98% Terjadi
pengendapan

Bedasarkan data pengamatan diatas rendemen kadar Fe Sebagai Fe 2O3


adalah 112,98%. Pada penentuan kadar Fe Sebagai Fe 2O3 terjadi penguapan
selama pengeringan dan menghasilkan perubahan berat cawan awal ke cawan
akhir. Kadar besi yang dianggap sesuai untuk air bervariasi tergantung pada
standar kualitas air yang berlaku di suatu wilayah atau negara. Umumnya, batas
kadar besi dalam air minum harus rendah, karena konsentrasi besi yang tinggi
dapat menghasilkan rasa dan warna yang tidak diinginkan pada air. Selain itu,
kadar besi yang tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan dan kerusakan
peralatan pipa. Standar internasional yang umum diterima, seperti standar dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menetapkan batas maksimum kadar besi
dalam air minum sekitar 0,3 mg/L (miligram per liter).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan analisis kuantitatif dengan metode gravimetri


adalah dari proses penentuan air kristal pada BaCl2.XH2O dapat diketahui bahwa
metode gravimetri merupakan jenis analisis yang mudah untuk di lakukan, dimana
pengukurannya melalui penimbangan. Berdasarkan hasil perhitungan di dapatkan
mol air kristalnya sebesar 2 mol H2O dan banyaknya molekul air yang terikat
dalam senyawa roti pawang adalah 30 %. Kemudian pada percobaan penentuan
kadar Fe sebagai FeO diperoleh kadar air yang terikat pada
senyawa adalah112,98%.

5.2 Saran

Sebaiknya sebelum dilakukannya praktikum pihak laboratorium mengecek


kembali bahan-bahan dan alat-alat yang akan digunakan nanti sehingga tidak ada
kekurangan bahan dan alat yang menjadi penghambat dalam praktikum.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia analitik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang di dalamnya
terdapat suatu cara untuk menentukan kadar ion tertentu dengan menggunakan
pereaksi yang selektif dan spesifik. Pereaksi merupakan pereaksi yang
memberikan suatu reaksi tertentu untuk suatu jenis atau jenis tertentu pula.
Pereaksi-pereaksi ini diharapkan mampu mengubah- perubahan kimia seperti
terbentuknya endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas
(Erviana., 2018).
Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia
yang luas penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya
yang mudah dan cepat, ketelitian dan kecepatan cukup tinggi, juga dapat
digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat berbeda-
beda. Metode volumetri secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori
yaitu titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat maupun
lemah, titrasi redoks yaitu titrasi yang meliputi hasil semua reaksi oksidasi reduksi
titrasi pengendapan yaitu titrasi yang meliputi pembentukan endapan, dan titrasi
kompleksometris seperti titrasi EDTA.
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam
air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam dinyatakan
sebagai suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan berdisosiasi dengan
menghasilkan ion hidrogen [H+] atau ion hidronium [H3O+] sebagai satu-satunya
ion positif. Salah satu contoh lautan asam adalah CH 3COOH. CH3COOH adalah
suatu asam karena didalam larutannya dapat melepas ion hidrogen [H +]. Definisi
umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Istilah basa ditujukan untuk unsur atau senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. NaOH merupakan salah satu senyawa basa. NaOH
didalam air dapat melepas ion hidroksil/OH- (Chandra., 2012).
Titrasi adalah suatau proses atau prosedur dalam analisis volumetrik
dimana suatu titran atau larutan standar (yang telah diketahui konsentrasinya)
ditetesi
42

melalui buret ke larutan lain yang dapat bereaksi dengannya (belum diketahui
konsentrasinya) hingga tercapai titik ekivalen atau titik akhir. Artinya, zat yang
ditambahkan tepat bereaksi dengan zat yang ditambahkan. Zat yang akan
ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakkan di dalam
erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
“titer” dan biasannya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant
biasanya barupa larutan (Dani., 2009).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum mengenai
analisis volumetri (titrasi asam basa), guna mengetahui metode atau cara
menetrasi suatu larutan yang bersifat basa ataupun asam.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu dapat melakukan analisis


kuantitatif dengan metode titrasi asam basa.

1.3 Prinsip Praktikum

Prinsip dasar dari praktikum ini adalah standarisasi larutan NaOH


menggunakan CH3COOH dan penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH
hasil standarisasi menggunakan metode titrasi asam basa hingga tercapai titik
ekuivalen yang ditandai dengan perubahan warna pada analit.

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat dari percobaan ini adalah praktikan dapat melakukan analisis


volumetri dengan menggunakan titik ekuivalen, yaitu titik dimana jumlah
ekuivalen zat yang dititrasi sama dengan jumlah ekuivalen zat standar yang
ditambahkan.
43
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Volumetri

Volumetric analysis is used to determine the concentration of analyte. It is


a quantitative analytical method that involves the measurement of volume of a
solution of known concentration. Since the sodium hydroxide is a strong base, the
concentration of excess sodium hydroxides can be measured by direct acid-base
titration. The acid and base react quantitatively with each other where the
product are water and salts and a neutralization reaction. So, it is possible to
determine the concentration of excess sodium hydroxide in aqueous solution with
high accuracy (Sani., 2016).
Analisis volumetrik digunakan untuk menentukan konsentrasi analit. Ini
adalah metode analitik kuantitatif yang melibatkan pengukuran volume larutan
yang konsentrasinya diketahui. Karena natrium hidroksida adalah basa kuat,
konsentrasi kelebihan natrium hidroksida dapat diukur dengan titrasi asam basa
langsung. Asam dan basa bereaksi secara kuantitatif satu sama lain di mana
produknya adalah air dan garam dan reaksi netralisasi. Jadi, adalah mungkin untuk
menentukan konsentrasi natrium hidroksida berlebih dalam larutan berair dengan
akurasi tinggi (Sani., 2016).

2.2 Titrasi

Titrasi adalah suatau proes atau prosedur dalam analisis volumetrik


dimana suatu titran atau larutan standar (yang telah diketahui konsentrasinya)
ditetesi melalui buret ke larutan lain yang dapat bereaksi dengannya (belum
diketahui konsentrasinya) hingga tercapai titik ekivalen atau titik akhir. Artinya,
zat yang ditambahkan tepat bereaksi dengan zat yang ditambahkan. Zat yang akan
ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakkan di dalam
erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
“titer” dan biasannya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant
biasanya barupa larutan (Dani., 2009)
45

Titration can be finding to the origins of volumetric analysis, which


started in the late eighteenth century, Study of analytical chemistry emerge in
France and the first burette was made by Francois Antoine Henri Descroizilles
the first book containing titration was titled Lehrbuch der chemischanalytischen
Titrirmethode (Instructional Book of Titration Methods in Analytical Chemistry)
and was published in 1855 in Germany by Gay–Lussac invented. The volumetric
method which subsequently leads to the origin of term titration (Talcuzzaman and
Sadaf., 2017).
Titrasi dapat menentukan asal usul analisis volumetrik yang dimulai pada
akhir abad kedelapanbelas. Studi kimia analitik muncul diprancis dan buret
pertama dibuat oleh francos Antone Henri Descrizilles. Buku pertama yang berisi
tentang titrasi berjudul lehrbuch der chemych analytischen titritmethode (buku
intruksi metode dalam kimia analitik) dan diterbitkan pada tahun 1855 di jerman
oleh Gay-Lussac. Metode volumetrik yang selanjutnya mengarah pada asal usul
istila titrasi (Talcuzzaman dan Sadaf., 2017).
Titration of sodium or potassium hydroxide (NaOH/KOH) is the standard
alkaline electrolyte for many of the most important dilute energy storage
processes, such as alkene batteries, supercapacitors, overall water spilling
(OWS). In this energy storage process, the investigated thermodynamics and
reaction kinetics depend on pH (Hausman., 2021).
Titrasi natrium atau kalium hidroksida (NaOH/KOH) adalah elektrolit
basa standar untuk banyak encer proses penyimpanan energi yang palinh penting,
seperti baterai alkena, superkapasitor, overall water spilitting (OWS). Dalam
proses penyimpana energi ini, termodinamika dan kinetika reaksi yang diselidiki
bergantung pada pH (Hausman., 2021).

2.3 Asam Basa

Asam basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal
dari bahasa latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa
arab yang berarti abu. Asam dan basa secara tidak sadar merupakan bagian dari
kehidupan kita. Kita senantiasa berinteraksi dengan asam dan basa setiap hari.
46

Makanan yang kita konsumsi sebagian besar bersifat asam, sedangkan pembersih
yang kita gunakan (sabun, deterjen, dll) adalah basa. Enzim dan protein dalam
tubuh kita juga merupakan asam.Selain itu, asam dan basa sangat berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan. Keasaman tanah akan berpengaruh terhadap kondisi
tumbuhan yang ada diatasnya. Kebanyakan asam dan basa (yang belum
bercampur dengan senyawa lain) di alam berupa liquid (larutan). Karena bentuk
inilah yang mudah untuk direaksikan dengan senyawa lainnya. Meskipun asam
dan basa yang kita konsumsi sehari-hari berupa padatan dan sabun, namun pada
akhirnya tetap butuh diencerkan juga (direaksikan atau dicampur dengan air) agar
lebih mudah diserap atau digunakan (Riyayanti., 2021).
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam
air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam dinyatakan
sebagai suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan berdisosiasi dengan
menghasilkan ion hidrogen [H+] atau ion hidronium [H3O+] sebagai satu-satunya
ion positif. Salah satu contoh lautan asam adalah CH 3COOH. CH3COOH adalah
suatu asam karena didalam larutannya dapat melepas ion hidrogen [H +]. Definisi
umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Istilah basa ditujukan untuk unsur atau senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. NaOH merupakan salah satu senyawa basa. NaOH
didalam air dapat melepas ion hidroksil/OH- (Chandra, 2012).

2.4 Natrium Hidroksida

NaOH is an important chemical serving multiple purposes in desalination,


mostly related to raising pH. By raising the pH during reverse osmosis (RO) a
major technique for water desalination mineral salts such as CaCO 3 can become
supersaturated in the effluent causing them to precipitate onto the membrane.
This phenomenon, known as scaling, can significantly reduce performance.
Pretreating the effluent with NaOH to raise pH has been shown to cause Ca(OH)
and other ions to precipitate, which in turn prevents scaling later in the process.
Additionally, certain harmful elements such as boron in the form of boric acid are
47

able to pass through RO membranes due to their neutral charge (Kumar et all,
2019).
NaOH adalah bahan kimia penting yang melayani berbagai tujuan dalam
desalinasi, sebagian besar terkait dengan peningkatan pH. Dengan menaikkan pH
selama reverse osmosis (RO) teknik utama untuk desalinasi air garam mineral
seperti CaCO3 dapat menjadi sangat jenuh dalam limbah sehingga
menyebabkannya mengendap ke membran. Fenomena ini, dikenal sebagai
penskalaan, dapat mengurangi kinerja secara signifikan. Perlakuan awal efluen
dengan NaOH untuk menaikkan pH telah terbukti menyebabkan Ca(OH) dan ion
lainnya mengendap, yang pada gilirannya mencegah penskalaan di kemudian hari
dalam proses. Selain itu, elemen berbahaya tertentu seperti boron dalam bentuk
asam borat dapat melewati membran RO karena muatan netralnya
(Kumar dkk., 2019).
NaOH (sodium hydroxide or caustic soda) is a by-product of the chlorine-
alkali process. As this process is determined by the long-term demand for
chlorine, changes in demand for NaOH does not affect the output of NaOH from
this process. An analysis of the NaOH market reveals that long-term changes in
demand for NaOH will affect the least essential uses of NaOH, i.e. those uses
where NaOH can readily displace sodium carbonate (soda ash) (Ahmadi and
Seyedin, 2019).
NaOH (natrium hidroksida atau soda kaustik) adalah produk
sampinganproduk dari proses klorin-alkali. Sebagai proses ini ditentukan oleh
permintaan jangka panjang untuk klorin, perubahan permintaan NaOH tidak
mempengaruhi output NaOH dari proses ini. Analisis dari pasar NaOH
mengungkapkan bahwa perubahan jangka panjang dalam permintaan NaOH akan
mempengaruhi penggunaan yang paling tidak pentingNaOH, yaitu penggunaan di
mana NaOH dapat dengan mudah menggantikan natrium karbonat (soda abu)
(Ahmadi dan Seyedin, 2019).
Natrium hidroksida merupakan salah satu senyawa kimia yang bersifat
alkali/basa dan berfungsi untuk menghilangkan atau membersihkan zat-zat dan
kotoran-kotoran yang melekat pada serat sisal. Disamping itu, alkali natrium
48

hidroksida dapat memodifikasi bentuk kristal dari penguat sehingga dapat


mereduksi sifat hidrofilik dan meningkatkan kristalisasi fiber sehingga dapat
mengoptimalkan adhesi serat dengan matriks (Kusmiran & Desiasni, 2020).

2.5 Asam Asetat (CH3COOH)

Acetic acid is an important platform chemical and a traditional ally used


as a food preservative. It is a clear, colorless, corrosive carboxylic acid with a
sour taste and pungent odor. Acetic acid is produced either synthetically or by
bacterial fermentation. Synthetic production mainly relies on stocks of petro leum
derivatives such as methanol, acetaldehyde, butane or ethylene. Currently
biological routes only account for about 10 percent of world production. This
remains importantfor vinegar production, as many of the world's food purity laws
stipulate that vinegar used in food must come from a biological source. Vinegar
which is mostly a 4-6% dilute acetic acid solution is directly used as a food
flavoring agent and also as a food preservative (Vidra and Nemeth., 2018).
Asam asetat adalah bahan kimia platform penting dan sekutu tradisional
yang digunakan sebagai pengawet makanan. Ini adalah asam karboksilat yang
jernih, tidak berwarna, korosif dengan rasa asam dan bau yang menyengat. Asam
asetat diproduksi baik secara sintetis maupun dengan fermentasi bakteri. Produksi
sintetis terutama bergantung pada stok turunan petro leum seperti metanol,
asetaldehida, butana atau etilen. Saat ini rute biologis hanya menyumbang sekitar
10 persen dari produksi dunia. Ini tetap penting untuk produksi cuka, karena
banyak undang-undang kemurnian makanan dunia menetapkan bahwa cuka yang
digunakan dalam makanan harus berasal dari sumber biologis. Cuka yang
sebagian besar merupakan larutan asam asetat encer 4-6% langsung digunakan
sebagai bahan penyedap makanan dan juga sebagai pengawet makanan (Vidra dan
Nemeth., 2018).

2.6 Asam Klorida (HCl)

Asam Klorida adalah suatu gas, tetapi tidak cukup mudah menguap dari
larutan dalam rentang konsentrasi yang biaa digunakan karena sangat terdisosiasi
49

dalam larutan berair larutan sepekat 0,5 N dapat dididihkan untuk sementara
waktu tanpa kehilangan hidrogen klorida jika larutan tersebut tidak diijinkan
untuk memekat dalam penguapan. Asam klorida banyak digunakan sebagai
larutan standar, walaupun tidak semua sifat asam klorida memenuhi karakteristik
larutan standar. Garam-garam klorida dari ion timah, perak dan raksa tidak mudah
larut. (Day, 2002).

2.7 Indikator

Indikator merupakan suatu zat yang ditambahkan ke dalam larutan sampel


sebagai penanda yang menunjukkan telah terjadinya titik akhir titrasi pada analisis
volumetrik. Penggunaan indikator pada titrasi dapat menunjukan titik ekuivalen
atau titik akhir titrasi dengan adanya perubahan warna larutan (Indrajaya, 2021).
Indikator adalah pigmen atau pewarna yang dapat diisolasi berbagai
sumber, termasuk tanaman, jamur, dan ganggang. Hampir semua bunga yang
berwarna merah, biru, atau ungu mengandung kelas pigmen organik yang dikenal
sebagai antosianin yang bisa berubah warna dengan pH. Zat mengubah warna
ketika keasaman atau alkalinitas lingkungan mereka berubah, misalnya jus
anggur, coklat teh, dan beberapa pigmen bunga. Zat-zat ini disebut indikator
asam/basa. Indikator berubah warna pada tertentu tahap reaksi kimia. Sejumlah
umumnya indikator yang digunakan di laboratorium adalah metil merah, methyl
orange, phenolphthalein, phenol red, methyl yellow, pentamethoxy merah,
bromophenol blue, thymol blue, dan sebagainya. Indikator yang berbeda jenis
tersedia untuk jenis yang berbeda analisis titrimetri untuk titrasi asam-basa,
pewarna organik, yang merupakan asam lemah atau basa, melayani dengan sangat
baik sebagai indikator (Stanley, 2015).

2.8 Aquades

Aquadest (H2O), merupakan air murni yang biasanya terdapat di


laboratorium, dan diperoleh dengan cara destilasi (penyulingan). Tujuan dari
destilasi ini memperoleh cairan yang memiliki nilai tertentu, yang didapatkan dari
hasil penguapan, kemudian uap diembunkan melalui kondensor, sehingga uap
50

akan mencair kembali. Aquadest merupakan salah satu bahan yang biasanya
digunakan untuk melarutkan bahan kimia serta dapat digunakan untuk mencuci
peralatan laboratorium. Aquadest tidak berwarna tidak berbau, dan tidak memiliki
rasa (Risbandini, 2020).
Aquades merupakan hasil air sulingan yang murni dan tidak mengandung
kandungan logam–logam ataupun anion, dan mempunyai pH 7 atau netral
sementara air dari AC atau limbah AC tidak mempunyai kandungan kation
ataupun anion serta mempunyai pH 7 atau netral. Air murni diperoleh dengan cara
penyulingan (destilasi), tujuan dari destilasi yaitu memperoleh cairan murni dari
cairan yang telah tercemari zat terlarut, atau bercampur dengan cairan lain yang
berbeda titik didihnya. Cairan yang dikehendaki dididihkan hingga menguap
kemudian uap diembunkan melalui kondensor, sehingga uap mencair kembali.
Cairan hasil destilasi ini disebut destilat. Air murni antara lain dipergunakan untuk
keperluan di laboratorium kimia, dan perawatan kesehatan (Dwantari dkk., 2019).

2.9 Standarisasi Larutan

Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar


sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar
primer. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat
berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titik ekivalen adalah titik
yang menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit.
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. (Padmaningrum,
2006).
Larutan standar merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya.
Larutan standar dapat berupa asam atau basa yang diperlukan untuk menetapkan
konsentrasi suatu larutan. Larutan standar asam diperlukan untuk menetapkan
konsentrasi larutan basa dan larutan basa diperlukan untuk menetapkan
konsentrasi larutan asam. Cuka merupakan asam lemah, oleh karena itu
diperlukan larutan standar basa kuat seperti NaOH dll untuk mengetahui
kebenaran kadarnya (Febriana dan Kasmui., 2021).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Praktikum

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik “Analisis Volumetri (Titrasi Asam


Basa)” dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Oktober 2023 pukul 13.00 WITA-selesai.
Bertempat pada Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan adalah erlenmeyer 100 mL, batang pengaduk,
spatula, buret 50 mL, statif, klem, pipet ukur 10 mL, gelas ukur 10 mL,labu takar
1000 mL dan 100 mL, pipet tetes, timbangan analitik, botol semprot, gelas kimia
50 mL dan 500 mL dan filler.

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan adalah CH3COOH 0,1 N, indikator PP 5%,
larutan NaOH 0,1 N, HCl 0,055 M, dan aquades.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

Ditimbang NaOH (natium hidroksida) 4 gram lalu dilarutkan dengan


aquades di dalam gelas kimia 50 mL. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu takar
1000 mL dan ditambahkan aquades hingga batas tera. Kemudian dihomogenkan.

3.3.2 Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dengan CH3COOH

Dimasukan 10 mL larutan CH3COOH (asam asetat) ke dalam erlenmeyer


100 mL, kemudian ditambahkan indikator fenolftalen sebanyak 2-3 tetes, dititrasi
dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Dicatat volume
NaOH yang digunakan ketika mencapai titik ekivalen. Dilakukan proses titrasi
sebanyak tiga kali (triplo).

3.3.3 Penentuan Konsentrasi HCl

Dipipet 15 mL larutan HCl yang akan ditentukan kadarnya kedalam


erlenmeyer 100 mL, kemudian ditambahkan indikator fenolftalen sebanyak 2-3
tetes, dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi
sampai terjadi perubahan warna. Dicatat volume NaOH yang digunakan ketika
mencapai titik ekivalen. Dilakukan proses titrasi sebanyak tiga kali (triplo).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Standarisasi Larutan NaOH dengan CH3COOH

Tabel 11. Standarisasi larutan NaOH dengan CH3COOH


No Perlakuan Pengamatan
1 Dimasukan 10 mL larutan CH3COOH Warna bening
ke dalam erlenmeyer
2 Ditambahkan 2 – 3 tetes indikator PP Larutan bening
3 Dititrasi dengan NaOH 0,1 N Larutan berwana merah muda
(dilakukan tiplo)
4 Dicatat konsentrasi NaOH yang 0,0781 N, 0,082 N, 0,083 N
digunakan
5 Ditentukan konsentrasi rata – rata 0,081 N
NaOH

Larutan standar merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya.


Larutan standar dapat berupa asam atau basa yang diperlukan untuk menetapkan
konsentrasi suatu larutan. Larutan standar asam diperlukan untuk menetapkan
konsentrasi larutan basa dan larutan basa diperlukan untuk menetapkan
konsentrasi larutan asam. Cuka merupakan asam lemah, oleh karena itu
diperlukan larutan standar basa kuat seperti NaOH untuk mengetahui
kebenaran kadarnya (Febriana & Kasmui. 2021).
Percobaan pertama dilakukan standarisasi larutan NaOH karena larutan ini
bersifat hidroskopis yang mudah menyerap air dari lingkungannya sehingga
terjadi pengenceran atau mengalami perubahan konsentrasi sehingga harus
distandarisasi terlebih dahulu. Larutan CH 3COOH distandarisasi agar mengetahui
konsentrasi larutan secara akurat. Percobaan ini indikator yang digunakan pada
standarisasi NaOH adalah indikator PP, untuk membantu mengidentifikasi titik
ekivalensi selama reaksi netralisasi. Titik ekivalensi adalah titik di mana jumlah
asam yang ditambahkan (CH3COOH) sama dengan jumlah basa yang ada
(NaOH), sehingga larutan menjadi netral (pH 7). Penggunaan fenolftalein
membantu dalam mendeteksi perubahan pH yang terjadi selama reaksi. Sehingga
mendapatkan konsentrasi rata-rata adalah 0,081 N.
54

4.2 Penentuan Konsentrasi HCl

Tabel 12. Penentuan Konsentrasi HCl


N Perlakuan Pengematan
o
1 Dipipet 15 mL HCl ke dalam erlenmeyer Berwarna bening
2 Ditambahkan 2 – 3 tetes indikator PP Berwarna bening
3 Dititrasi dengan NaOH yang telah di Berubah warna merah muda
standarisasi (dilakukan triplo)
4 Dicatat volume NaOH yang digunakan 12,5 mL, 11 mL, 12 mL

5 Ditentukan volume rata – rata NaOH 11,8 mL


yang digunakan
6. Ditentukan konsentrasi HCl 0,127 N

Percobaan kedua dilakukan penentuan konsentrasi HCl, penentuan


konsentrasi HCl digunakan untuk mengontrol dan mengawasi proses-proses
produksi yang melibatkan penggunaan asam klorida. Kemudian ditambahkan
indikator PP sebanyak 2-3 tetes, sehingga warna yang dihasilkan berwarna
bening, apabila larutan tersebut berubah warna menjadi merah muda atau ungu
muda maka titrasi harus dihentikan. Volume titran akan mempengaruhi hasil
konsentrasi asam asetat sehingga dalam menitrasi larutan tersebut kita harus
memperhatikan perubahan warna dan volume titrat yang digunakan. Setelah
volume titrat diketahui maka kadar asam asetat dapat dihitung. Dari hasil
perhitungan, kadar HCl yang didapatkan adalah 0,127 N. Kadar HCl dengan
NaOH yang telah distandarisasikan mengalami perubahan warna merah muda,
setelah perubahan ini menunjukkan titik akhir telah tercapai.
Proses titrasi ini terdapat kesalahan yang terjadi yaitu pada konsentrasi
HCl dimana konsentrasi larutan adalah jumlah zat yang terlarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut secara sederhana konsentrasi larutan dapat memberikan
gambaran tentang perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarutnya.
Berdasarkan data pengamatan terjadi pergeseran konsentrasi pada titrasi pertama
konsentrasi 12,5 mL, konsentrasi kedua menjadi 11 mL dan pada konsentrasi
ketiga menjadi 12 mL sehingga dapat ditentukan konsentrasi HCl adalah 0,127 N
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan


bahwa Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan kadar atau konsentrasi
suatu larutan dengan menggunakan larutan lain yang telah diketahui
konsentrasinya. Pada praktikum ini didapatkan konsentrasi NaOH hasil
standarisasi sebesar 0,081 N dan volume rata-rata NaOH hasil standarisasi yang
digunakan untuk penentuan konsentrasi HCl adalah 0,127 N.

5.2 Saran

Dalam praktikum analisis volumetri (titrasi asam basa), penting untuk


melaksanakan tugas tersebut dengan penuh kecermatan dan ketelitian, fokus
dalam mengamati perubahan warna sehingga volume dan konsentrasi yang
diperoleh dapat akuarat.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia analitik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang di dalamnya
terdapat suatu cara untuk menentukan kadar ion tertentu dengan menggunakan
pereaksi yang selektif dan spesifik. Pereaksi merupakan pereaksi yang
memberikan suatu reaksi tertentu untuk suatu jenis atau jenis tertentu pula.
Pereaksi-pereaksi ini diharapkan mampu mengubah- perubahan kimia seperti
terbentuknya endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas
(Erviana., 2018).
Analisis kualitatif adalah kimia analisa yang hanya membahas tentang
identifikasi atau ada/tidaknya unsur/zat di dalam suatu bahan. Kimia analitik
kuantitatif adalah kimia analisa yang berhubungan dengan komposisi atau jumlah
unsur/zat dalam suatu bahan. Kimia analitik instrumen adalah cabang ilmu kimia
yang berhubungan dengan identifikasi atau penentuan komposisi dengan bantuan
instrumen (alat) khas; keuntungan analisis berlangsung cepat dengan sedikit
pereaksi baik jenis maupun jumlahnya, dan kelemahannya bergantung pada
ketelitian alat.
Titrasi merupakan suatu cara analisis untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya, yaitu dengan
cara mencampurkan keduanya agak terjadi reaksi antara kedua zat 2 tersebut. Zat
yang dalam metode umumnya telah diketahui secara pasti konsentrasinya
(standar) disebut dengan titran/titer dan diisikan pada buret, sedangkan zat yang
akan dianalisis konsentrasinya disebut dengan titrat dan diisikan dalam
erlenmeyer. Titer dan titrat pada analisis volumetri harus berupa larutan agar
dapat dianalisis dengan mudah volumenya. Salah satu jenis titrasi yang biasa
digunakan adalah titrasi redoks.
Titrasi redoks adalah suatu proses titrasi redoks adalah suatu proses titrasi
yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan valensi atau perpindahan
elektron antara zat-zat yang saling bereaksi. Pada titrasi redoks terjadi reaksi
ruduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi rduksi adalah reaksi penangkapan eektron dan
mengalami
58

penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan, reaksi oksidasi adalah reaksi yang


melepas elektron dam mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Berdasarkan
uraian-uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum titrasi redoks.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah agar dapat melakukan analisis kuantitatif
dengan metode titrasi redoks.

1.3 Prinsip Percobaan

Percobaan ini didasarkan pada penentuan kadar Fe 2+ dan Cu2+ dengan


menggunakan analisis volumetri titrasi redoks berdasarkan perubahan warna yang
terjadi pada ekuivalen saat penitrasian.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan titrasi redoks yaitu


mengetahui cara menentukan kadar besi Fe2+ dalam sampel dan kadar Cu2+ dengan
metode titrasi redoks
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi

Titrasi merupakan teknik analisis yang memungkinkan penentuan


kuantitatif zat yang terlarut. Teknik ini membutuhkan reaksi kimia lengkap antara
analit (titrat) dan reagen (titran). Titran yang diketahui konsentrasinya akan
direaksikan dengan titrat untuk ditentukan konsentrasinya. Titrasi dilakukan
dengan cara merekasikan larutan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat
mencapai titik setara atau titik stoikiometri. Indikator merupakan suatu zat yang
ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai penanda yang menunjukkan telah
terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Penggunaan indikator pada
titrasi dapat menunjukan titik ekuivalen atau titik akhir titrasi dengan adanya
perubahan warna larutan (Indrajaya dkk., 2021).

2.2 Iodimetri

Titrasi Iodimetri merupakan titrasi redoks. Titrasi-titrasi redoks


berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dengan analit. Jenis titrasi ini
biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir, meskipun
demikian, penggunaan indikator yang dapat merubah warnanya dengan adanya
kelebihan titran juga sering digunakan. Penentuan jumlah vitamin C dapat
dilakukan dengan metode titrasi Iodimetri. Prinsip dasar dari metode titrasi
Iodimetri ini adalah penambahan berlebih ion iodida ke dalam larutan kromium
yang merupakan oksidator, kemudian ion kromium inilah yang mengoksidasi ion
iodida menjadi iod, iod yang bebas kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat
(Feladita dkk., 2018).

2.3 Oksidimetri (Titrasi Permanganometri)

Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang menggunakan


prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Metode ini merupakan suatu metode yang
60

sering digunakan karena permanganometri memiliki kelebihan antara lain


Permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan indikator, mudah
61

diperoleh dan terjangkau. Adapun kekurangan dari metode ini adalah larutan ini
tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus sering dilakukan pembakuan (Putra
dan Sugiarso, 2016).

2.4 Natrium Tiosulfat (Na2S2O3.5H2O)

Larutan Natrium Tiosulfat merupakan larutan standar yang digunakan


dalam kebanyakan proses iodometri. Larutan ini biasanya dibuat dari garam
pentahidratnya (Na2S2O3.5H2O). Garam ini mempunyai berat ekivalen yang sama
dengan berat molekulnya (248,17) maka dari segi ketelitian penimbangan, hal ini
menguntungkan. Larutan ini perlu distandarisasi karena bersifat tidak stabil pada
keadaan biasa (pada saat penimbangan). Kestabilan larutan mudah dipengaruhi
oleh pH rendah, sinar matahari dan adanya bakteri yang memanfaatkan Sulfur.
Kestabilan larutan Na2S2O3 dalam penyimpanan ternyata paling baik bila
mempunyai pH antara 9-10. Cahaya dapat mempengaruhi larutan ini, oleh karena
itu larutan ini harus disimpan di botol yang berwarna gelap dan tertutup rapat agar
cahaya tidak dapat menembus botol dan kestabilan larutan tidak terganggu karena
adanya oksigen di udara (Silviana dkk., 2019).

2.5 Asam Sulfat (H2SO4)

Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral anorganik yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Asam sulfat
murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh
karena sifatnya yang higroskopis. Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai
asam sulfat pekat. Terdapat berbagai jenis konsentrasi asam sulfat yang digunakan
untuk berbagai keperluan seperti kegunaan laboratorium, asam baterai, asam bilik
atau asam pupuk, asam menara atau, asam pekat. Mutu teknis H 2SO4 tidaklah
murni dan seringkali berwarna. Mutu murni asam sulfat digunakan untuk
membuat obat-obatan dan zat warna (Arita dkk., 2015).
62

2.6 Besi (Fe)

Ion Fe2+ (fero) dan Fe3+ (feri) memiliki beberapa sifat umum diantaranya
adalah Ion Fe2+ (fero) tidak membentuk endapan, mudah berubah menjadi Fe 3+
(feri) jika dikontakkan dengan udara, dan berwarna kehijauan. Ion Fe 3+ (feri)
memiliki sifat umum yaitu mudah terhidrolisis, lebih mudah membentuk ion
kompleks daripada Fe2+. Pada pH rendah sekitar 3 sampai 4 ion Fe3+ cukup terlarut
dan sulit diendapkan, sedangkan pada pH tinggi di atas 7,5 ion Fe 2+. berada pada
bentuk zat padat yang mudah diendapkan (Aizar, 2015).

2.7 Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) merupakan salah satu jenis logam berat yang dapat kita
temui di alam. Umunya logam Cu berwarna kuning kemerahan (orange). Logam
Cu memiliki titik didih yang tinggi, sekitar 2595°C dan titik leleh 1083°C. Logam
Cu merupakan salah satu logam dari golongan transisi IB, dengan nomor atom 29.
Di dalam larutan, logam Cu dapat membentuk ion Cu 2+ dengan jari-jari ion 0,96
A°. Logam ini dalam kadar yang melebihi ambang batas normal, dapat
menyebabkan keracunan (Pambudi dan Suprapto, 2018).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Praktikum

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik dengan judul Titrasi Redoks


dilaksanakan pada hari Rabu, 1 November 2023 pukul 13.00 WITA-selesai.
Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan yaitu gelas kimia 50 dan 100 mL, Erlenmeyer
250 mL, pipet ukur 10 mL, statif, klem, buret 50 mL, filler, labu ukur 250 mL
dan 100 mL, botol semprot, spatula, neraca analitik, water bath, dan batang
pengaduk.

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan KMnO 4
(Kalium Permanganat) 0,1 N, larutan Na 2S2O3 (Natrium Tiosulfat) 0,1 N, H2SO4
(Asam Sulfat) 4 N dan 1 N , KI (Kalium Iodida), CuSO4.5H2O (Tembaga (II)
Sulfat Pentahidrat), Amilum (C6H10O5), aquades dan sampel air keran
laboratorium kimia UHO.

3.3 Prosedur Kerja.


3.3.1 Pembuatan Larutan KMnO4

Ditimbang 3,95 gram KMnO4 lalu dilarutkan didalam gelas kimia 50 mL


dengan aquades. Dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL dan ditambahkan
aquades hingga batas tera. Dihomogenkan.

3.3.2 Pengenceran H2SO4 1 N


64

Diambil 16,67 mL H2SO4 6 N lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100


mL. Kemudian ditambahkan aquades hingga batas tera. Dihomogenkan.
65

3.3.3 Pengenceran H2SO4 4 N

Diambil 66,67 mL H2SO4 6 N lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100


mL. Kemudian ditambahkan aquades hingga batas tera. Dihomogenkan.

3.3.4 Penentuan Konsentrasi Fe dengan Pemanasan dalam Air Keran

Dimasukkan 25 mL air keran ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 10 mL,


H2SO4 4 N, dipanaskan erlenmeyer didalam water bath pada suhu 70oC selama
15 menit dan ada erlenmeyer yang tidak dipanaskan, kemudian dititrasi dengan
KmnO4 0,1 N sampai warna berubah.

3.3.5 Penentuan Konsentrasi Fe Tanpa Pemanasan dalam Air Keran

Dimasukkan 25 mL air keran ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 10 mL,


H2SO4 4 N, kemudian dititrasi dengan KmnO4 0,1 N sampai warna berubah.

3.3.6 Penentuan Ion Cu (II) dalam CuSO4

Ditimbang 2 gram CuSO4 5 H2O lalu dilarutkan didalam gelas kimia 50 mL


dengan aquades. Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan
aquades hingga batas tera. Dihomogenkan lalu dimasukkan 25 mL larutan
tersebut ke dalam 2 erlenmeyer lalu ditambahkan 2 gram KI ke dalam kedua
erlenmeyer. Ditutup Erlenmeyer dan dikocok selama 5 menit. Didiamkan sampai
reaksi sempurna pada tempat yang gelap selama 5 menit dan dititrasi dengan
larutan abaku Na2S2O3 0,1 N sampai larutan berwarna kuning muda. Ditambahkan
2 mL indikator kanji dan dititrasi lagi sampai terjadi perubahan warna.
.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

Tabel 12. Penentuan Konsentrasi Fe2+ dalam sampel


No Perlakuan Pengamatan
1 Dimasukan 25 mL air keran Bening
2 Ditambahkan 10 mL H2SO4 4 N Bening
3 Dipanaskan 700C Panas
4 Dititrasi dengan larutan KMnO4 Warna lembayung
mudah
5 Dicatat volume KMnO4 yang digunakan V1 = 0,1
Dicatat volume KMnO4 tanpa pemanasan V2 = 0,1

Pada penentuan konsentrasi Fe2+ dengan pemanasan melibatkan reaksi


oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang bisa diukur. Reaksi Oksidasi, Dalam larutan
sampel, Fe2+ hadir dalam bentuk ion besi (II) (Fe2+). Pemanasan larutan
menyebabkan oksidasi Fe2+ menjadi ion besi (III) (Fe3+) dengan melepaskan satu
elektron Fe3+ (aq) → Fe3+ (aq) + e-. Pada penggunaan Indikator Setelah pemanasan,
penambahkan indikator yang dapat menunjukkan titik akhir reaksi. Salah satu
indikator yang umum digunakan adalah kalium permanganat akan berubah warna
ketika semua Fe2+ telah teroksidasi menjadi Fe3+. Pada titrasi, menggunakan
larutan standar yang mengandung Fe2+ untuk menentukan jumlah Fe2+ yang tersisa
dalam sampel setelah oksidasi. Reaksi terjadi selama titrasi Ketika semua Fe 2+
dalam sampel telah teroksidasi menjadi Fe 3+, perubahan warna yang diindikasikan
oleh kalium permagamat berubah menjadi warna lembayung muda, menunjukkan
titik akhir titrasi.
Penentuan konsentrasi Fe2+ tanpa pemanasan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode titrasi. Metode ini melibatkan reaksi antara Fe 2+ dengan zat
pereaksi yang dapat mengoksidasi ion besi (II) menjadi ion besi (III). Dari
volume zat pereaksi yang digunakan dan stok zat pereaksi, dapat ditentukan
jumlah Fe2+ yang bereaksi. Dalam hal ini, jumlah Fe 2+ yang bereaksi setara dengan
jumlah zat pereaksi yang digunakan. Maka, konsentrasi Fe 2+ dapat dihitung
67

dengan menggunakan rumus konsentrasi, yakni mol Fe 2+ yang bereaksi dibagi


dengan
68

volume sampel. Titrasi berhenti ketika warna berubah menjadi lembayung muda,
yang menunjukkan bahwa ion besi (II) telah habis bereaksi dengan zat pereaksi.

Tabel 13. Penentuan Ion Cu2+ dalam CuSO4.5H2O


No Perlakuan Pengamatan
.
1 Ditimbang 2 gram CuSO4.5H2O dan dimasukkan berwarna biru
dalam labu ukur dan larutkan dengan aquades
2 Dipipet 25 mL larutan CuSO4.5H2O ke dalam Berwarna biru
dua buah Erlenmeyer
3 Ditambahkan 10 mL H2SO4 4 N dan Berwarna kuning
ditambahkan 2 gram KI kunyit
4 Ditutup Erlenmeyer menggunakan lap kasar dan Berwarna kuning
kocok selama 5 menit kemerahan
5 Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N pada kedua V1 = 15,2
erlenmeyer V2 = 4,1
6 Ditambahkan 2 mL indikator kanji dan dititrasi Berwarna kuning
dengan Na2S2O3 0,1 N pekat
7 Dicatat voume Na2S2O3 pada kedua Erlenmeyer V1 = 1,7
V2 = 5,1

Penentukan konsentrasi ion Cu2+ dalam CuSO4·5H2O, digunakan metode


titrasi redoks untuk menentukan konsentrasi ion Cu 2 dalam CuSO4 yang telah
dipisahkan. Pada praktikum ini digunakan larutan standar natrium tiosulfat
(Na2S2O3) yang dapat mengoksidasi Cu2 menjadi ion Cu3+ dalam suasana asam.
Titrasi ditandai terjadi titik ekivalen yang ditandai oleh perubahan warna indikator
yaitu berwarna kuning pekat. Konsentrasi Cu2+ dapat dihitung berdasarkan
stoikiometri reaksi antara ion Cu2+ dan natrium tiosulfat yang digunakan selama
titrasi.
69
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan


bahwa metode titrasi redoks dapat digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif
penentuan kadar dalam suatu sampel.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah agar praktikan lebih teliti dalam
melakukan titrasi, fokus dalam mengamatai perubahan warna sehingga volume
dan konsentrsi yang diperoleh dapat akurat.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia Analitik adalah analisis cuplikan bahan untuk memperoleh


pemahaman tentang susunan kimia dan strukturnya. Kimia Analitik melibatkan
metode eksperimen standar dalam kimia. Analisa bertujuan untuk menentukan
susunan bahan, baik secara kualitatif, kualititatif maupun secara struktur. Susunan
kualitatif adalah metode penentuan komponen bahan, sedangkan susunan
kuantitatif berupa banyaknya atau setiap komponen tersebut. Dalam ilmu Kimia
Analitik untuk menganalisa suatu komponen kimia terdiri atas analisis gravimetri
dan analisis volumetri (Abadi, 2015).
Titrasi merupakan teknik analisis yang memungkinkan penentuan
kuantitatif zat yang terlarut. Teknik ini membutuhkan reaksi kimia lengkap antara
analit (titrat) dan reagen (titran). Titran yang diketahui konsentrasinya akan
direaksikan dengan titrat untuk ditentukan konsentrasinya. Titrasi dilakukan
dengan cara merekasikan larutan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat
mencapai titik setara atau titik stoikiometri. Indikator merupakan suatu zat yang
ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai penanda yang menunjukkan telah
terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Penggunaan indikator pada
titrasi dapat menunjukan titik ekuivalen atau titik akhir titrasi dengan adanya
perubahan warna larutan (Indrajaya dkk., 2021).
Titrasi argentometri merupakan titrasi pengendapan yang melibatkan
pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit.
Hasil yang diperlukan dari titrasi jenis argentometri adalah pencapaian
keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit,
tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi dan titik akhir titrasi mudah
diamati. Prinsip Argentometri Mohr adalah reaksi pengendapan dimana senyawa
klorida dalam NaCl berada pada suasana netral dengan tambahan larutan baku
sekunder perak nitrat (AgNO3) dan penambahan larutan indikator kalium kromat
(K2CrO4) pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida setelah titik
72

ekuivalen, maka dengan penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan
kromat dan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah kecokelatan.
Penambahan Indikator kalium kromat (K2CrO4) bertujuan untuk mengetahui
warna dari titik akhir titrasi (Santoso & Purbaningtias. 2017).
Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan lon
halida akan tetapi dapat dipakai untuk menentukan asam lemak, dan beberapa
anion divalent seperti ion fosfat PO, dan ion arsenat AsO 43-. Salah satu jenis titrasi
pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan
antara lon halida (CI, Br, I) dengan ion perak Ag +. Berdasarkan uraian-uraian di
atas maka perlu dilakukan praktikum titrasi pengendapan atau argentometri.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan analisis


kuantitatif dengan metode titrasi pengendapan atau argentometri.

1.3 Prinsip Praktikum

Prinsip praktikum ini adalah dilakukan titrasi yang mengakibatkan


terbentuknya endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran).

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah dapat melakukan analisis kuantitatif


dengan metode titrasi pengendapan atau argentometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi

Titrasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau
basa dengan menggunakan larutan standar. Larutan standar merupakan larutan
yang telah diketahui konsentrasinya (Febriana & Kasmui. 2021). Titrasi
merupakan teknik analisis yang memungkinkan penentuan kuantitatif zat yang
terlarut. Teknik ini membutuhkan reaksi kimia lengkap antara analit (titrat) dan
reagen (titran). Titran yang diketahui konsentrasinya akan direaksikan dengan
titrat untuk ditentukan konsentrasinya. Titrasi dilakukan dengan cara merekasikan
larutan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik setara atau
titik stoikiometri. Indikator merupakan suatu zat yang ditambahkan ke dalam
larutan sampel sebagai penanda yang menunjukkan telah terjadinya titik akhir
titrasi pada analisis volumetrik. Penggunaan indikator pada titrasi dapat
menunjukan titik ekuivalen atau titik akhir titrasi dengan adanya perubahan warna
larutan (Indrajaya dkk., 2021).

2.2 Titrasi Argentometri

Titrasi argentometri merupakan metode analisis kuantitatif berdasarkan


reaksi pengendapan senyawa halogenida dan senyawa-senyawa lain ketika
ditambahkan dengan AgNO3. Reaksi pengendapan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain adalah pengendapan diantaranya temperatur, sifat alami pelarut,
pengaruh ion lain, pH, hidrolisis dan pembentukan kompleks. Ada beberapa
macam titrasi argentometri yaitu metode Volhard, Mohr, Fajans dan Leibig
(Cahyadi, dkk., 2019).
Metode Volhard (Volhard Method) adalah suatu metode dalam analisis
kimia untuk menentukan kandungan klorida, bromida, dan iodida melalui reaksi
pengendapan dengan larutan AgNO3, dan selanjutnya kelebihan larutan AgNO 3
dititrasi dengan menggunakan larutan tiosianat. Metode ini dikembangkan oleh
Jakob Volhard seorang ilmuwan asal Jerman pada tahun 1874, pada saat titrasi
74

digunakan larutan ammonium ferrisulfat (NH4FeSO4) sebagai indikator (Cahyadi,


dkk., 2019).
Metode Mohr merupakan salah satu bentuk Titrasi Argentometri, yaitu
metode titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan
dengan pembentukan endapan bersama ion Ag+. Prinsip kerja dengan konsentrasi
NaCl dengan menggunakan metode Mohr adalah mentitrasi ion klorida yang
terdapat pada NaCl dengan menggunakan larutan AgNO 3 menggunakan K2CrO4
sebagai indicator (Yunita. 2017).

2.3 K2CrO4

Kalium kromat K2CrO4 Ini adalah senyawa padat anorganik, yang


memiliki warna kuning untuk garam kalium kromat anion. Ini dikenal sebagai
bahan kimia laboratorium bahan, sedangkan natrium kromat adalah penting dalam
bahan industri. Kalium dikromat adalah salah satu kristalin reagen kimia
anorganik. Hexavalent senyawa kromium berbahaya bagi kesehatan. K2Cr2O7
banyak digunakan di laboratorium dan industri sebagai agen pengoksidasi karena
tidak deliquescent. Kalium dikromat tampak sangat warna cerah dan merah
orange menunjukkan sifat fisik dan kimia dari baik senyawa K 2CrO4 dan K2Cr2O7
(Mohammad. 2019).

2.4 AgNO3

Larutan AgNO3 adalah larutan standar sekunder yang konsentrasinya


dalam hal kemurnian dan stabilitas tidak dapat ditentukan secara langsung dalam
proses penimbangan, pelarutan, dan penyimpanan. Oleh karena itu,
konsentrasinya ditentukan dengan standardisasi. Standardisasi adalah proses
ketika konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan secara tepat dengan titrasi
menggunakan larutan standar primer. Standarisasi larutan AgNO3 pada penelitian
ini menggunakan NaCl. NaCl merupakan garam yang dapat bereaksi dengan
AgNO3 membentuk endapan AgCl yang sulit larut dan memiliki tingkat
kemurnian yang tinggi, stabil dalam pemanasan dan mudah larut dalam air,
75

sehingga NaCl dapat digunakan untuk standarisasi larutan AgNO3 (Suardi and
Putri., 2023).

2.5 Garam Dapur

Garam dapur merupakan senyawa yang tersusun dari asam kuat HCl dan
basa kuat NaOH. Apabila unsur ini direaksikan, maka akan terbentuk NaCl dan
H2O. Dari senyawa tadi bila disatukan akan membentuk suatu larutan yang
disebut larutan garam. Larutan yang terbentuk merupakan campuran yang
homogen, partikel-partikelnya sangat kecil namun tersebar merata meskipun
dibiarkan dalam waktu yang lama. NaCl atau garam dapur akan mengendap bila
dibiarkan dan tidak dapat dipisahkan dari air dengan cara penyaringan (Feladita
dkk., 2019).

2.6 Asam Klorida (HCl)

Asam Klorida adalah suatu gas, tetapi tidak cukup mudah menguap dari
larutan dalam rentang konsentrasi yang biaa digunakan karena sangat terdisosiasi
dalam larutan berair larutan sepekat 0,5 N dapat dididihkan untuk sementara
waktu tanpa kehilangan hidrogen klorida jika larutan tersebut tidak diijinkan
untuk memekat dalam penguapan. Asam klorida banyak digunakan sebagai
larutan standar, walaupun tidak semua sifat asam klorida memenuhi karakteristik
larutan standar. Garam-garam klorida dari ion timah, perak dan raksa tidak mudah
larut. (Day. 2002).

2.7 Aquades

Aquadest (H2O), merupakan air murni yang biasanya terdapat di


laboratorium, dan diperoleh dengan cara destilasi (penyulingan). Tujuan dari
destilasi ini memperoleh cairan yang memiliki nilai tertentu, yang didapatkan dari
hasil penguapan, kemudian uap diembunkan melalui kondensor, sehingga uap
akan mencair kembali. Aquadest merupakan salah satu bahan yang biasanya
digunakan untuk melarutkan bahan kimia serta dapat digunakan untuk mencuci
76

peralatan laboratorium. Aquadest tidak berwarna tidak berbau, dan tidak memiliki
rasa (Risbandini, 2020).
Aquades merupakan hasil air sulingan yang murni dan tidak mengandung
kandungan logam–logam ataupun anion, dan mempunyai pH 7 atau netral
sementara air dari AC atau limbah AC tidak mempunyai kandungan kation
ataupun anion serta mempunyai pH 7 atau netral. Air murni diperoleh dengan cara
penyulingan (destilasi), tujuan dari destilasi yaitu memperoleh cairan murni dari
cairan yang telah tercemari zat terlarut, atau bercampur dengan cairan lain yang
berbeda titik didihnya. Cairan yang dikehendaki dididihkan hingga menguap
kemudian uap diembunkan melalui kondensor, sehingga uap mencair kembali.
Cairan hasil destilasi ini disebut destilat. Air murni antara lain dipergunakan untuk
keperluan di laboratorium kimia, dan perawatan kesehatan (Dwantari dkk., 2019).
77
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum “Titrasi Pengendapan atau Argentometri” dilaksanakan pada


hari Rabu, 8 November 2023 pukul 13:00 WITA-Selesai, bertempat di
Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1. Alat

Alat yang digunakan adalah erlenmeyer 250 mL sebanyak 6 buah,


spatula, batang pengaduk, filler, statif, klem, buret 50 mL, gelas kimia 50
mL dan 150 mL, labu ukur 100 mL dan 250 mL, pipet ukur 10 mL dan 25
mL, corong, dan botol semprot.
3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah AgNO3 0,01 N dan 0,1 N, K2CrO4


2%, aquades, air laut, air sumur, kertas saring, dan garam dapur.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur

Ditimbang dengan teliti 1,0 gram garam dapur dan dilarutkan


dengan aquades dalam labu ukur 250 mL sampai tanda batas. Dipipet 25
mL larutan tersebut, dimasukan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, dan
ditambahkan 1 mL K2Cr04 2% sebagai indikator. Dititrasi dengan AgNOз
0,1 N perlahan-lahan sambil dikocok hingga terbentuk endapan. Dilakukan
triplo.

3.3.2 Penentuan kadar klorida dalam aquades

Dipipet 25 mL sampel aquades dan dimasukkan dalam Erlenmeyer


250 mL. Ditambahkan 1 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
79

Dititrasi dengan larutan AgNOз 0,01 N, sampai pertama kali terbentuk


perubahan warna. Dilakukan triplo.
80

3.3.3 Penentuan kadar klorida dalam air sumur

Dipipet 25 mL sampel air sumur dan dimasukkan dalam Erlenmeyer 250


mL. Ditambahkan 1 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator. Dititrasi dengan
larutan AgNOз 0,01 N, sampai pertama kali terbentuk perubahan warna.
Dilakukan triplo.

3.3.4 Penentuan kadar klorida dalam air laut

Disaring air laut menggunakan kertas saring. Diencerkan 1 mL dalam labu


takar 100 mL. Dipipet 25 mL sampel air laut dan dimasukkan dalam Erlenmeyer
250 mL. Ditambahkan 1 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator. Dititrasi
dengan larutan AgNOз 0,01 N, sampai pertama kali terbentuk perubahan warna.
Dilakukan triplo.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Tabel 14. Penentuan Kadar Klorida


No Perlakuan Hasil
1. 25 mL air sumur bor Larutan berwarna kuning
ditambahkan 1 mL indikator
K2CrO4 2%
2. Dititrasi dengan larutan AgNo3 Larutan berwarna kuning menjadi
0,01 N merah bata dan terbentuk endapan
3. Dilakukan triplo V1= 4 mL
V2= 3,9 mL
V3= 4 mL
Vrata-rata= 3,97 mL
4. 25 mL air laut + 3 tetes indikator Larutan berwarna kuning
K2CrO4 2%
5. Dititrasi dengan larutan AgNo3 Larutan berwarna kuning menjadi
0,01 N merah bata dan terbentuk endapan
6. Dilakukan triplo V1= 7,2 mL
V2= 7 mL
V3= 7,9 mL
Vrata-rata= 7,37 mL
7. 25 mL aquades ditambahkan 1 Larutan berwarna kuning
mL indikator K2CrO4 2%
8. Dititrasi dengan larutan AgNo3 Larutan berwarna kuning menjadi
0,01 N merah bata dan terbentuk endapan
9. Dilakukan triplo V1= 2,6 mL
V2= 0,6 mL
V3= 0,7 mL
Vrata-rata= 1,3 mL

Penentuan kadar klorida dilakukan untuk mengukur jumlah ion


klorida (Cl-) dalam suatu sampel, dalam praktikum ini sampel yang
digunakan yaitu sumur bor, air laut dan aquades. Pada praktikum ini
salah satu metode yang digunakan adalah metode Mohr. Argentometri
Mohr digunakan untuk penetapan kadar garam-garam halogenide
dengan larutan AgNO3. Indikator yang sering digunakan adalah
larutan K2CrO4 dan titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya
82

endapan merah bata muda. Perlu diperhatikan bahwa titrasi harus


dilakukan dalam keadaan netral sedikit basa. Titrasi tidak boleh
83

dilakukan dalam keadaan yang terlalu basa maupun dalam keadaan


asam. Selama titrasi, larutan harus dikocok dengan kuat agar titik
akhir titrasi jelas terlihat (Mardiyono, dkk., 2008).
Tahap pertama dilakukan penentuan kadar klorida pada sampel
sumur bor dengan menggunakan metode Mohr. Metode Mohr, yang
berbasiskan pembentukan endapan perak klorida (AgCl), digunakan
untuk mengukur kandungan klorida dalam sampel air sumur bor.
Dalam proses ini diambil sebanyak 25 mL air sumur bor dan
ditambahkan 1 mL indikator K 2CrO4 2%, kemudian dititrasi dengan
menggunakan larutan AgNO3 0,01 N. Sampel mengalami perubahan
warna yang dihasilkan menjadi merah bata dan terbentuk endapan,
warna merah bata yang terbentuk saat menambahkan indikator K2CrO4
(kalium kromat) dan titrasi dengan larutan AgNO 3 (perak nitrat) dapat
menunjukkan bahwa larutan tersebut telah mencapai titik akhir titrasi.
Titik akhir ini biasanya terjadi ketika ion klorida (Cl -) dalam sampel
habis bereaksi dengan ion perak (Ag+) dari larutan AgNO3. Ion perak
(Ag+) dari larutan AgNO3 bereaksi dengan ion kromat (CrO42-) dari
indikator K2CrO4, membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna
merah bata. Perubahan warna ini menandakan titik akhir titrasi.
Tahap kedua dilakukan penentuan kadar klorida pada sampel air
laut dengan menggunakan metode Mohr. Metode Mohr, yang berbasiskan
pembentukan endapan perak klorida (AgCl), digunakan untuk mengukur
kandungan klorida dalam sampel air laut. Dalam perlakuan ini diambil 25
mL air laut dan ditambahkan 3 tetes K2CrO4 2%, kemudian dititrasi
dengan menggunakan larutan AgNo3 0,01 N. Larutan mengalami
perubahahan warna menjadi merah bata dan terbentuk endapan, warna
merah bata dan pembentukan endapan pada saat menambahkan indikator
CrO4 (kalium kromat) dan melakukan titrasi dengan AgNO 3 (perak nitrat)
menunjukkan tercapainya titik akhir titrasi. Proses ini berkaitan dengan
pembentukan endapan Ag2CrO4 yang memiliki warna merah bata. saat
ditambahkan AgNO3 ke dalam sampel air laut, ion Ag+ bereaksi dengan
84

ion Cl− dalam air laut membentuk endapan AgCl. Setelah ion Cl − habis
bereaksi, Ag+ yang tersisa bereaksi dengan ion CrO 42− dari indikator
K2CrO4, membentuk endapan Ag2CrO4. Pada saat ini, terjadi perubahan
warna dari oranye hingga merah bata. Warna merah bata dari endapan Ag 2
CrO4 memberikan indikasi bahwa ion CrO 42− pada saat titik akhir titrasi
telah habis bereaksi dengan ion Ag+. Perubahan warna ini digunakan
sebagai petunjuk titik akhir titrasi dalam analisis klorida dengan Metode
Mohr. Titik akhir titrasi dicapai ketika jumlah ion Ag + setara dengan
jumlah ion Cl− dalam sampel air laut.
Tahap ketiga dilakukan penentuan kadar klorida pada sampel
aquades dengan menggunakan metode Mohr. Titrasi argentometri metode
Mohr dapat digunakan untuk menentukan kadar klorida dalam rentang pH
7-10 dengan larutan standar AgNO3 sebagai penitran dan K2CrO4 sebagai
indikator pada saat titik akhir titrasi (TAT). Pada saat titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan timbulnya endapan berwarna merah bata yang
merupakan senyawa Ag2CrO4 (Ngibad & Herawati., 2019). Dala proses ini
diambil 25 mL aquades dan ditambahkan 1 mL K 2CrO4 2%, kemudian
dititrasi dengan menggunakan larutan AgNO3 0,01 N. Larutan mengalami
perubahahan warna menjadi merah bata dan terbentuk endapan, saat
larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam aquades, ion Ag+ bereaksi dengan
ion Cl− yang mungkin ada dalam air, membentuk endapan AgCl. Pada titik
akhir titrasi, jumlah ion Ag + yang masih tersisa bereaksi dengan ion CrO 42−
dari indikator, membentuk endapan Ag 2CrO4. Endapan Ag2CrO4 ini
memberikan warna merah bata atau merah kecoklatan pada larutan.
Perubahan warna ini menandakan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai.
Pada dasarnya, warna merah bata yang terbentuk adalah hasil dari
pembentukan senyawa Ag2CrO4. Warna ini adalah indikasi visual bahwa
semua ion Cl− telah bereaksi dan menghabiskan ion Ag +, menandakan titik
akhir titrasi.
Tabel 15. Penentuan Kadar NaCl pada Garam Dapur
No Perlakuan Hasil
1. 1 gram garam dapur diencerkan Bening
85

dalam labu ukur 250 mL


2. 25 mL larutan garam dapur Larutan berwarna kuning
ditambahkan 1 mL indikator
K2CrO4 2%
3. Dititrasi dengan larutan AgNo3 Larutan berwarna kuning menjadi
0,1 N merah bata dan terbentuk endapan
4 Dilakukan triplo V1= 18,2 mL
V2= 18,4 mL
V3= 18,5 mL
Vrata-rata= 18,37 mL

Penentuan kadar NaCl (natrium klorida) pada garam dapur dapat


dilakukan menggunakan berbagai metode analisis kimia. Salah satu
metode yang umum digunakan adalah titrasi argentometri atau lebih
dikenal dengan Metode Mohr. Dalam proses ini diambil 25 mL larutan
garam dan ditambahkan K2CrO4 2%, kemudian ditambahkan AgNo3 0,1 N.
Larutan mengalami perubahahan warna menjadi merah bata dan terbentuk
endapan, warna merah bata dan pembentukan endapan saat menambahkan
indikator K2CrO4 (kalium kromat) dan melakukan titrasi dengan AgNO3
(perak nitrat) pada air garam menunjukkan bahwa terjadi pembentukan
senyawa endapan Ag2CrO4. Warna merah bata dari endapan Ag 2CrO4
adalah karakteristik dari titik akhir titrasi dalam Metode Mohr untuk
analisis klorida. Warna ini mengindikasikan bahwa ion Cl − dalam sampel
air garam telah habis bereaksi dengan ion Ag+, dan jumlah Ag+ yang
tersisa bereaksi dengan ion CrO42− membentuk endapan yang memberikan
warna tersebut. Perubahan warna ini menandakan bahwa titik akhir titrasi
telah tercapai.
86
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan pada percobaan titrasi


pengendapan atau argentometri dapat disimpulkan bahwa penentuan kadar Cl
dalam garam dapur (NaCl) dan klorida dalam sampel air laut dapat ditentukan
dengan cara titrasi pengendapan dengan menggunakan metode mohr, dimana
digunakan larutan standart AgNO3 00,1 N, 0,1 N sebagai titrannya, dan K2CrO4
2% sebagai indikatornya. Sehingga pada titik akhir titrasi mengalami perubahan
warna dari kuning menjadi merah bata dan ada endapan. Dengan demikian
berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, kadar Cl dalam larutan garam
dapur (NaCl) 10,74645% ,kadar klorida dalam sampel air sumur bor 47,365208
mg/L dan kadar klorida air laut diperoleh 9.558,1288 ppm

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada percobaan kali ini adalah untuk
percobaan selanjutnya agar dilakukan titrasi argentometri pada metode selain
metode Mohr sehingga metode yang digunakan dalam titrasi pengendapan ini
tidak monoton, serta dapat diketahui kadar NaCl dalam garam dapur dan kadar
klorida dalam sumur bor dan air laut dengan menggunakan metode yang lain.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
penting bagi hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Air
adalah asal muasal dari segala macam bentuk kehidupan di planet bumi ini. Dari
air bermula kehidupan dan karena air peradaban tumbuh dan berkembang. Tanpa
air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung, sehingga penyediaan air
baku untuk kebutuhan domestik, irigasi dan industri menjadi menjadi perhatian
dan prioritas utama. Karena itulah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
mendeklarasikan bahwa air merupakan hak asasi manusia. Di Indonesia, hak
masyarakat terhadap penggunaan air dijamin melalui Undang–Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang- Undang No. 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air (Samekto dan Ewin, 2010).
Salah satu jenis titrasi dalam analisis volumetri adalah titrasi
kompleksometri. Dalam titrasi ini, senyawa kompleksan seperti EDTA (asam
etilendiamintetraasetat) digunakan sebagai titran. EDTA adalah senyawa yang
dapat membentuk kompleks dengan berbagai ion logam, terutama ion logam
bertransisi, membentuk senyawa kompleks yang stabil. Proses titrasi
kompleksometri melibatkan penyiapan sampel, penambahan titran ke dalam
sampel, deteksi titik akhir reaksi menggunakan indikator khusus, dan perhitungan
konsentrasi ion logam dalam sampel berdasarkan jumlah titran yang digunakan.
Titrasi kompleksometri adalah metode yang sangat berguna dalam berbagai
aplikasi analisis kimia, terutama dalam penentuan konsentrasi ion logam dalam
sampel seperti air, tanah, dan sampel lainnya yang mengandung ion logam (Alfah,
2016).
Air sumur adalah air tanah dangkal sampai kedalaman kurang dari 30
meter, air sumur umumnya pada kedalaman 15 meter dan dinamakan juga sebagai
air tanah bebas karena lapisan air tanah tersebut tidak berada di dalam tekanan.
Air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal terlarut, seperti Na,
Mg, Ca dan
90

Fe. Air yang mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi


disebut air sadah (Prafitasari, 2015).
Penentuan kesadahan total pada air sumur menggunakan metode titrasi
kompleksometri. Kesadahan total menggunakan titrasi kompleksometri karena ion
logam Ca2+ dan Mg2+ dapat membentuk kompleks dengan ligan atau senyawa
pengompleks seperti EDTA. Prinsip titrasi kompleksometri didasarkan pada
pembentukan ion-ion kompleks dalam larutan. Garam dinatrium Etilen diamin
(EDTA) sebagai pengompleks akan membentuk senyawa kompleks kelat yang
larut saat bereaksi dengan kation logam tertentu. Titrasi dilakukan setelah
penambahan larutan buffer pH 10 ± 0,1 dan indikator Eriochrome Black T saat
larutan dalam suasana basa. Larutan buffer pH 10 ± 0,1 digunakan untuk
memastikan hanya ada satu bentuk EDTA dalam air yaitu Y + dan reaksi antara
indikator EBT dengan EDTA berlangsung sempurna pada pH 8-10 dalam keadaan
stabil. Titik akhir titrasi ditandai oleh larutan yang berubah warna menjadi biru
saat EDTA mengikat seluruh ion Ca2+ dan Mg2+ (Dwantari dan Wiyantoko, 2019).
Salah satu alasan dilakukan titrasi pada air adalah untuk menentukan
konsentrasi zat terlarut didalamnya, seperti ion-ion logam, ion karbonat, atau zat-
zat organik yang terkandung dalam air. Titrasi ini dilakukan untuk menentukan
bahwa air minum tidak mengandung kadar zat-zat yang melebihi batas yang
ditetapkan oleh peraturan kesehatan, kandungan zat-zat seperti logam berat atau
senyawa organik dalam air limbah dapat diukur dengan melakukan titrasi.
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dilakukanlah praktikum titrasi
kompleksometri dengan menggunakan sampel air sumur bor dan air sumur gali
untuk mengetahui kesadahan total dalam sampel tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari percobaan ini yaitu agar Mahasiswa dapat melakukan analisis
kuantitatif dengan metode titrasi Kompleksometri.
91

1.3 Prinsip Praktikum

Prinsip praktikum ini adalah titrasi kompleksometri merupakan jenis titrasi


dimana titran dan titrat saling mengompleks, membentuk hasil berupa senyawa
kompleks.

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum ini adalah agar dapat melakukan analisis kuantitatif


dengan metode titrasi kompleksometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri merupakan salah satu jenis titrasi yang didasarkan


pada reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam target dengan zat
pembentuk kompleks. Zat pembentuk kompleks yang umum digunakan adalah
asam etilen diaminatetra asetat (EDTA) yang akan membentuk kompleks kuat
dengan perbandingan 1:1 dengan logam. pH larutan dalam titrasi kompleksometri
harus dikontrol, karena akan menentukan selektivitas pembagian kompleks antara
EDTA dengan logam target (Taufik dkk., 2018).
Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks
ataupun pembentukan molekul-molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya senyawa kompleks adalah tingkat kelarutan
tinggi. Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, jadi membentuk hasil berupa senyawa kompleks. Reaksi
kompleks yang terbentuk dianggap sebagai reaksi asam basa Lewis dengan ligan
bertindak sebagai Metode titrasi kompleksometri didasarkan atas pembentukan
senyawa kompleks antara logam dengan ligan (zat pembentuk kompleks), sebagai
zat pembentuk kompleks yang digunakan adalah dinatrium etilen diamina tetra
asetat (Na2EDTA), untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator
logam. Salah satu indikator yang digunakan pada titrasi kompleksometri adalah
Eriocrome Black T (Bakhtra dkk., 2015).
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana
reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu senyawa
kompleks, misalnya penetapan kadar Ca2+ (ion logam) dengan EDTA (Ethylene
Diamine Tetra Asetat). Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang
meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan persyaratan mendasar terbentuknya
kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi, prinsip dari metode ini
membentuk
93

kompleks yang dipakai berupa garam EDTA yang dapat bereaksi dengan logam
Ca2+ (Adriani, 2019).

2.2 Air Sumur

Air merupakan sumber daya alam yang paling unik jika dibandingkan
dengan sumber daya lain karena sifatnya yang terbarukan dan dinamis. Artinya
sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang pada musimnya sesuai
dengan waktu. Namun, pada kondisi tertentu air bisa bersifat tak terbarukan, misal
pada kondisi geologi tertentu dimana proses perjalanan air tanah memerlukan
waktu ribuan tahun, sehingga bila pengambilan air tanah dilakukan secara
berlebihan, air akan habis. Air merupakan sumber daya yang vital bagi kehidupan.
Pada dasarnya air digunakan untuk kegiatan sehari - hari seperti minum, mandi,
memasak, maupun mencuci. Oleh karena itu, ketersediaan air yang mencukupi
sangat diprioritaskan baik di Perkotaan dan Pedesaan. Ketersediaan air yang
kurang mencukupi jika dibandingkan dengan kebutuhan air bersih akan
menimbulkan krisis dan kelangkaan air yang tentu saja menyulitkan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehari-hari (Amalia dan Sugiri, 2014).
Air sumur adalah air yang diambil dari sumur yang dibuat dengan cara
menggali sampai kedalam lapisan tanah kedap air pertama dibawah lapisan air
tanah dangkal antara 6-15 m dari permukaan tanah. Air tanah dapat berupa air
sumur dalam maupun air sumur dangkal. Sumur gali adalah satu konstruksi sumur
yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi
masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum dengan
kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang
berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu
dengan mudah terkena kontaminasi. Sumur bor (pompa) merupakan lapisan air
tanah yang dilakukan pengeboran lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh
dari tanah permukaan (Ningrum, 2018).
Air sumur adalah air yang diambil dari sumur yang dibuat dengan cara
menggali sampai ke dalam lapisan tanah kedap air pertama dibawah lapisan air
tanah dangkal antara 6-15 m dari permukaan tanah. Air sumur saat ini masih
94

digunakan sebagai air minum, Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air


minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung
mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010). Air sadah adalah air yang mengandung ion
Kalsium (Ca2+) dan Magnusium (Mg2+) yang mempunyai pengaruh dapat
membentuk kerak pada ketel dan menghambat pembentukan buih pada sabun. Air
sadah tetap adalah air sadah yang mengadung bikarbonat, & anion Cl -, NO3 - dan
2-
SO4 . Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap,
karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan dengan cara pemanasan. Kesadahan
tetap dapat berkurang dengan penambahan larutan soda kapur yang terdiri dari
larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida terbentuk endapan kaslium
karbonat (Rosvita, dkk., 2019).

2.3 Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA)

EDTA adalah agen pengompleks umum, yang sering digunakan di flotasi


mineral sulfida untuk menghilangkan lapisan hidroksida logam hidrofilik dari
permukaan mineral dan dengan demikian mengembalikan daya apung mineral
sulfida teroksidasi. EDTA Acid juga telah digunakan dalam pemisahan feldspar
dan kuarsa, serta, monasit dan kalsit karena kemampuan pengompleksannya yang
kuat dengan ion kalsium. Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid (EDTA) dapat
digunakan secara efektif menekan mineral alkali tanah seperti fluorit dalam flotasi
Rare Elements (Cao et all., 2019).
Etilen diamintetraasetat (EDTA) adalah asam lemah polibasa (memiliki
empat nilai pKa), sekaligus ligan polidentat yang membentuk senyawa berbentuk
cincin atau kelat sehingga dapat disebut kelator atau chelant. Senyawa kompleks
logam EDTA adalah senyawa kompleks berupa kelat dengan dasar interaksi
banyak pasangan elektron atom N dan O pada EDTA. Kelator EDTA sangat
banyak dipakai karena mampu membentuk senyawa kompleks yang sangat stabil
95

dengan sangat banyak ion logam yang tercermin dari nilai tetapan kestabilan
kompleks (Himawan, 2019).
Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan senyawa pengompleks yang
berperan sebagai agen khelat karena kemampuannya untuk mengikat ion logam,
sehingga dapat digunakan sebagai agen pendesorpsi logam Ce (IV). Optimasi
desorpsi logam Ce (IV) dilakukan bertujuan untuk menentukan konsentrasi
optimum dari Na2EDTA yang digunakan sebagai pendesorpsi. Pada umumnya,
stabilitas ion kompleks dipengaruhi oleh jenis-jenis ligan. EDTA merupakan ligan
khelat, sedangkan hidroksil dan amina merupakan ligan monodentat. Kompleks
khelat lebih stabil dibandingkan kompleks non-khelat. Oleh sebab itu kemampuan
EDTA untuk melepas Ce dalam jumlah besar mengidikasikan bahwa konstanta
stabilitas [Ce-EDTA] lebih besar dibandingkan Ce-kitosan, serta kontribusi
karbon dalam pengikatan Ce secara fisik juga membuat ikatan Ce pada adsorben
relative lebih lemah dibandingkan [Ce-EDTA] (Sa’adah, 2018).

2.4 Eriocrome Black T (EDT)

Eriochrome Black T adalah senyawa azo, bersifat karsinogenik. Hal ini


terutama digunakan sebagai indikator dalam titrasi kompleksometri untuk
menentukan kesadahan total air karena untuk unsur-unsur seperti kalsium, seng,
magnesium dan ion logam lainnya. Diketahui bahwa EBT memiliki sifat
chelating. Oleh karena itu, EBT telah banyak digunakan untuk penentuan kalsium,
magnesium, mangan, seng, zirkonium, nikel, tembaga, thulium dan kobalt. Survei
literatur menunjukkan polarografi yang luas, studi spektroskopi dan
kolorimetripada beberapa kompleks logam dengan EBT. Tinjauan literatur
menunjukkan bahwa kompleks EBT-Zn2+ tidak disintesis dengan metode
elektrokimia dan kinetika pembentukan kompleks belum telah dipelajari. Oleh
karena itu kami telah mengembangkan metode elektrokimia untuk sintesis
kompleks EBT-Zn2+ dengan elektroda Seng sebagai anoda dan elektroda platinum
sebagai katoda. Kinetika pembentukan kompleks EBT-Zn 2+ dipelajari
(Sowbhagya and Ananda., 2014).
96

Eriochrome Black-T (EBT) merupakan zat warna yangbanyak digunakan


dalam pewarnaan sutra, wol, nilon, serat ganda dan di laboratorium sebagai titran
kompleksometri untuk estimasi Ca2+, Mg2+ dan Zn2+. Zat warna EBT ini berbahaya
jika dilepaskan ke perairan alami yang secara signifikan dapat mempengaruhi
aktivitas fotosintesis lingkungan akuatik karena produk penguraiannya seperti
naphthoquinone yang bersifat karsinogenik. Jadi, keberadaannya di air minum dan
air permukaan bisa mematikan (Putri dan Sanjaya, 2023).
Eriochrome Black T merupakan indikator titrasi kompleks sebagai
kesadahan air, sebagai pewarna azo, berwarna biru dalam bentuk terdeporotonasi,
dan berubah menjadi merah jika membentuk kompleks dengan ion logam seperti
Ca, Mg, Cd. Panjang gelombang pewarna EBT adalah (530) nm dan EBT sulit
dihilangkan dari air karena stabilitas kimianya dan kelarutan dalam air yang tinggi
(Mahmood., 2022).

2.5 Amonia

Amonia (NH4) merupakan senyawa nitrogen. Pada bentuk cairan, amonia


terdapat dalam 2 bentuk yaitu amonia bebas atau tidak terionisasi (NH 3) dan
dalam bentuk ion amonia (NH4+). Standar kualitas air menggunakan bentuk total
ammonia. Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH 4 pada pH
rendah. Amoniak dalam air buangan industri berasal dari oksidasi bahan - bahan
organik oleh bakteri diubah menjadi CO2, H2O, NH3 (Muryanto., 2020).
Amonia merupakan senyawa kimia yang terdiri dari suatu atom nitrogen
dan tiga atom terikat erat, dengan simbol NH 3. Bahan kimia NH3 berbahaya, dan
bahkan dalam kosetrasi rendah, meghirup atau terkena larutan pada kulit dapat
menyebabkan pingsan atau mungkin kematian. Amonia terdapat dalam atmosfir
bahkan dalam kondisi tidak tercemar. Berbagai sumber amonia antara lain
mikroorganisme, perombakkan limbah binatang, pengolahan limbah, industri
amonia, dan dari sistem pendingin dengan bahan amoniak. Konsentrasi yang
tinggi dari amonia (NH3) dalam atmosfer secara umum menunjukkan adanya
pelepasan secara eksidental dari gas tersebut. Amonia dihilangkan dari atmosfer
97

dengan afinitasnya terhadap air dan aksinya sebagai basa (Putri dan Samsunar.,
2020).
Amonia dapat bersifat racun pada manusia jika jumlah yang masuk tubuh
melebihi jumlah yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh. Pada manusia, resiko
terbesar adalah dari penghirupan uap amonia yang berakibat beberapa efek
diantaranya iritasi pada kulit, mata dan saluran pernapasan. Pada tingkat yang
sangat tinggi, penghirupan uap amonia sangat bersifat fatal. Jika terlarut di
perairan akan meningkatkan konsentrasi amonia yang menyebabkan keracunan
bagi hampir semua organisme perairan (Azizah, 2015).

2.6 Besi (Fe)

Besi (Fe) adalah logam transisi dan memiliki nomor atom 26. Identifikasi
unsur berdasarkan bilangan oksidasinya merupakan tantangan penting dalam
kimia analitik. Besi termasuk salah satu unsur yang memiliki beberapa bilangan
oksidasi. Spesi besi yang kelimpahannya besar di alam memiliki bilangan oksidasi
+2 dan +3, namun besi dengan bilangan oksida +3 lebih banyak dibanding besi
dengan bilangan oksida +2. Kedua spesi tersebut berperan penting dalam sistem
biologis tanaman, hewan, dan manusia (Sulistyani dkk., 2022).
Ion besi (Fe) merupakan salah satu senyawa yang terkandung dalam logam
berat yang sangat berbahaya bagi kelangsungan makhluk hidup apabila berada
dilingkungan sekitar tempat tinggal yang telah melebihi ambang batasnya. Ion Fe
dapat menyebabkan kekeruhan, korosi, dan dampak lainnya. Limbah yang biasa
mengandung logam berat berasal dari pabrik kimia, listrik, dan elekronik, logam
dan penyepuhan elektro (electroplating), kulit, metalurgi dan cat serta bahan
pewarna. Ambang batas untuk tiap macam logam berat dan untuk tiap jenis
makhluk hidup berbeda-beda. Pemasukan logam berat ke dalam sistem
metabolisme manusia dan hewan dapat secara langsung terjadi bersamaan dengan
air yang diminum (Karim dkk., 2017).
Ion Fe2+ (fero) dan Fe3+ (feri) memiliki beberapa sifat umum diantaranya
adalah Ion Fe2+ (fero) tidak membentuk endapan, mudah berubah menjadi Fe 3+
(feri) jika dikontakkan dengan udara, dan berwarna kehijauan. Ion Fe 3+ (feri)
98

memiliki sifat umum yaitu mudah terhidrolisis, lebih mudah membentuk ion
kompleks daripada Fe2+. Pada pH rendah sekitar 3 sampai 4 ion Fe3+ cukup terlarut
dan sulit diendapkan, sedangkan pada pH tinggi di atas 7,5 ion Fe 2+. berada pada
bentuk zat padat yang mudah diendapkan (Aizar, 2015).

2.7 Kesadahan

Kesadahan merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion


logam valensi dua (kation) seperti Ca 2+ dan Mg2+. Pada umumnya air sadah
berasal dari daerah dimana lapis tanah atas tebal dan ada pembentukan batu kapur.
Kesadahan air dapat dibagi berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation Ca 2+
dan Mg2+ yaitu kesadahan sementara (ikatannya dengan ion karbonat dan
bikarbonat) dan kesadahan permanen (ikatannya dengan ion klorida dan sulfat)
(Djama dkk., 2016).
Kesadahan pada prinsipnya adalah terkontaminasi air dengan unsur kation
seperti Na, Ca, Mg. Didalam kesadahan yang paling banyak dijumpai adalah air
laut. Pada air tawar permukaan umumnya kandungan Ca dan Mg dalam kadar
yang tinggi (>200 ppm) CaCO3. Sehingga air yang mengalir pada daerah batuan
kapur akan mempunyai tingkat kesadahan tinggi. Kesadahan yang tinggi dan
mulai berakubat pada peralatan rumah tangga apabila jumlah diatas 100 mL/L.
Kesadahan ini dapat digolongkan pada kesadahan sementara dan kesadahan tetap.
Kesadahan sementara akan terendap pada saat pemanasan. Kesadahan tetap akan
lebih permanen di dalam air. Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal
dari kontaknya dengan tanah dan pembentukan batuan. Umumnya air sadah
berasal dari daerah di mana lapisan tanah atas tebal, dan adanya pembentukan
kapur. Kesadahan total adalah yang disebabkan oleh adanya ion Ca dan Mg secara
bersama-sama (Astuti dkk., 2016).
Tingkat kesadahan air dan kadar besi maksimum yang diperbolehkan
menurut Kementerian Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
kualitas air minum berturut-turut yaitu 500 mg/L dan 0,3 mg/L. Konsumsi air
berkapur yang melewati ambang batas tersebut dapat menyebabkan beberapa
masalah kesehatan antara lain dapat menyebabkan cardiovascular desease
99

(penyumbatan pembuluh darah jantung), urolithiasis (batu ginjal), keropos tulang,


kerusakan gigi, serta kerusakan ginjal dan hati. Sedangkan dibidang industri
penggunaan air berkapur dapat menyebabkan kerak pada dinding peralatan sistem
pemanasan sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan industri.
Sedangkan kelebihan kadar Fe dalam tubuh dapat menyebabkan keracunan
(muntah), kerusakan usus, gangguan penyerapan vitamin dan mineral, serta
hemokromatis. Banyaknya masalah yang dapat ditimbulkan oleh tingginya zat
kapur dan zat besi dalam air maka diperlukan upaya untuk mengurangi tingkat
kesadahan dan zat besi suatu air bersih. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan teknologi membran (Aldian dkk., 2022).
100
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik “Titrasi Kompleksometri”


dilaksanakan pada hari Rabu, 15 November 2023, pukul 13.30 WITA-Selesai.
Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang akan digunakan adalah elenmeyer 250 mL, pipet skala 25
mL, buret, statif dan klem, batang pengaduk, spatula dan timbangan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah dapar ammonia (pH=10), Eriochrom
black T, air sumur bor, air sumur gali, EDTA 0,1 N, ZnSO 4.7H2O 0,05 M dan
aquades.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Prosedur Penentuan Konsentrasi Logam Pada Air Sumur Bor
Perlakuan yang dilakukan dalam menentukan konsentrasi logam pada air
sumur bor dipipet 5 mL sampel air sumur bor, dimasukan ke dalam labu
Erlenmeyer 250 mL ditambahkan dengan 5 mL aquades. Menambahkan 1 mL
dapar ammonia (pH = 10) dan indikator Eriochrom Black T (EBT) secukupnya,
titrasi dengan larutan standar EDTA 0,1 N (komplekson III) dan dikocok hingga
homogen. Selanjutnya menstandarisasi larutan komplekson III dengan larutan
ZnSO4.7H2O 0,05 M menghasilkan perubahan warna dari pink muda menjadi
warna biru muda. Kemudian dilakukan triplo.

3.3.2 Prosedur Penentuan Konsentrasi Logam Pada Air Sumur Gali

Perlakuan yang dilakukan dalam menentukan konsentrasi logam pada air


sumur dipipet 5 mL sampel air sumur gali, dimasukan ke dalam labu Erlenmeyer
250 mL ditambahkan dengan 5 mL aquades. Menambahkan 1 mL dapar ammonia
102

(pH = 10) dan indicator Eriochrom Black T (EBT) secukupnya, titrasi dengan
larutan standar EDTA 0,1 N (komplekson III) dan dikocok hingga homogen.
Selanjutnya menstandarisasi larutan komplekson III dengan larutan ZnSO 4.7H2O
0,05 M menghasilkan perubahan warna dari pink muda menjadi warna biru muda.
Kemudian dilakukan triplo.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 16. Penentuan Kesadahan Total Pada Sampel Air Bor


No Perlakuan Pengamatan
1 Dipipet 5 mL air sumur bor, lalu Larutan bening
dituangkan kedalam erlenmeyer 250 mL
dan ditambahkan dengan aquades
sebanyak 5 mL
2 Ditambahkan 1 ml Buffer dan Larutan berwarna anggur
ditambahkan EBT seujung spatula merah
3 Dititrasi dengan larutan standar EDTA Larutan berwarna biru
0,1 N (komplekson III) sambil dikocok Larutan berwarna biru
sampai larutan tepat berubah warna. Larutan berwarna biru
Dilakukan triplo
4 Volume titran V1 = 0,8 mL
V2 = 0,5 mL
V3 = 0,5 mL
V rata−rata = 0,6 mL

Tabel 17. Penentuan Kesadahan Total Pada Sampel Air Sumur Gali
No Perlakuan Pengamatan
1 Dipipet 5 mL air sumur gali, lalu Larutan bening
dituangkan kedalam erlenmeyer 250 mL
dan ditambahkan dengan aquades
sebanyak 5 mL
2 Ditambahkan 1 mL Buffer dan Larutan berwarna merah
ditambahkan EBT seujung spatula anggur
3 Dititrasi dengan larutan standar EDTA Larutan berwarna biru
0,1 N (komplekson III) sambil dikocok Larutan berwarna biru
sampai larutan tepat berubah warna. Larutan berwarna biru
Dilakukan triplo
4 Volume titran V1 = 0,5 mL
V2 = 0,5 mL
V3 = 1 mL
V rata−rata = 0,516 mL
104

4.2 Pembahasan

Titrasi kompleksometri merupakan titrasi yang berdasarkan pembentukan


senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks.
Kompleksometri adalah pembentukan kompleks berwarna oleh logam dengan
menggunakan larutan standar. Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak di
gunakan dalam kompleksometri, yaitu garam dinatrium etilendiamina tetraasetat.
Ketergantungan campuran (senyawa) kompleks yang bergantung pada sifat kation
dan pH dari larutan, dengan cara ini titrasi ditunjukkan dengan menggunakan
indikator tertentu. Untuk menentukan titik akhir titrasi ditunjukkan dengan
menggunakan indikator logam serta ditandai dengan adanya perubahan warna.
Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang sederhana dan titrasi berdasarkan
pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks.
Metode kompleksometri ini mempunyai prinsip pembentukan senyawa kompleks.
Zat pembentuk kompleks yang sering digunakan pada titrasi kompleksometri
ialah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). EDTA adalah
asam karboksilat poliamino, berwarna, larut dalam air (Nurwanti, dkk., 2023).
Penyebab kesadahan air adalah akibat adanya ion Ca 2+ dan Mg2+ dengan
penyebab lain karena adanya ion lain yang berasal dari polyvalent metal (logam
bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr, dan Zn dalam bentuk garam sufat,
klorida, dan bikarbonat dalam jumlah kecil. Kesadahan total adalah kesadahan
yang disebabkan oleh adanya ion Ca 2+ dan Mg2+ secara bersama-sama (Miftahul,
2021). Menurut WHO, Kesadahan adalah ukuran kapasitas air untuk bereaksi
dengan sabun, air sadah memerlukan banyak sabun dalam menghasilkan busa.
Kesadahan air disebabkan oleh banyaknya mineral dalam air yang berasal dari
batuan dalam tanah, baik dalam bentuk ion maupun ikatan molekul. Elemen
terbesar (major elemen) yang terkandung dalam air adalah Kalsium (Ca 2+),
Magnesium (Mg2+), Natrium (Na+), dan Kalium (K+). Ion-ion tersebut dapat
berikatan dengan CO3- , HCO3, SO4- , Cl-, NO3- , dan PO4- . Kadar mineral tersebut
dalam tanah sangat bervariasi, tergantung jenis tanahnya (Fitriana, 2018).
Percobaan pertama yang dilakukan adalah titrasi secara triplo untuk
menentukan logam dalam sampel air sumur bor. Sebelum sampel dititrasi, diambil
105

sampel air sumur bor sebanyak 5 mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL


dan ditambahkan 5 mL aquades, kemudian dimasukkan 1 mL amonia buffer
kedalam sampel dan ditambahkan indikator Eriocrome Black T (EBT)
secukupnya hingga larutan berwarna merah anggur. Amonia buffer digunakan
untuk menjaga stabilitas pH dalam sampel air, sedangkan Eriochrome Black T
berubah warna tergantung pada pH larutan. Perubahan warna Eriochrome Black T
dapat memberikan petunjuk tentang pH larutan, yang dapat berkaitan dengan
keberadaan atau reaktivitas logam. Kemudian larutan sampel dititrasi dengan
menggunakan EDTA 0,1 N sehingga volume rata-rata yang diperoleh adalah 0,6
mL. Titrasi dihentikan apabila larutan berubah warna menjadi biru, perubahan
warna yang terjadi menunjukkan titik akhir titrasi. Larutan buffer digunakan
untuk memastikan hanya satu bentuk EDTA dalam air yaitu Y + dan reaksi antara
indikator EBT dengan EDT berlangsung sempuran pada pH 8-10 dalam keadaan
stabil. Titik akhir titrasi ditandai dengan larutan yang berubah warna menjadi biru
saat EDTA mengikat seluruh ion Ca2+ dan Mg2+ (Dwantari dan Wiyantoko, 2019).
Percobaan kedua yang dilakukan adalah titrasi secara triplo untuk
menentukan ion logam pada air sumur gali. Sebelum sampel dititrasi, diambil
sebanyak 5 mL air sumur gali dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL dan
ditambahkan 5 mL aquades, kemudian dimasukkan 1 mL ammonia buffer
kedalam sampel dan ditambahkan indikator Eriocrome Black T (EBT)
secukupnya hingga larutan berwarna merah anggur. Amonia buffer digunakan
untuk menjaga stabilitas pH dalam sampel air, sedangkan Eriochrome Black T
berubah warna tergantung pada pH larutan. Perubahan warna Eriochrome Black T
dapat memberikan petunjuk tentang pH larutan, yang dapat berkaitan dengan
keberadaan atau reaktivitas logam. Kemudian larutan sampel dititrasi dengan
menggunakan EDTA 0,1 N sehingga volume rata-rata yang diperoleh adalah
0,516 mL. Titrasi dihentikan apabila larutan berubah dari warna merah anggur
menjadi warna biru, perubahan warna yang terjadi menunjukkan titik akhir titrasi.
Berdasarkan data pengamatan dan hasil analisis data diperoleh volume
titran yang didapatkan pada sampel air sumur bor berturut-turut 0,8 mL; 0,5 mL;
dan 0,5 mL, sehingga didapatkan volume rata-rata titran yaitu 0,6 mL. Didapatkan
106

data bahwa total kesadahan sampel pada air sumur bor yaitu 1.200 ppm.
Sedangkan pada air sumur gali diperoleh volume titran berturut-turut 0,5 mL; 0,5
mL; dan 1 mL, sehingga didapatkan volume rata-rata titran yaitu 0,516 mL.
Didapatkan data bahwa total kesadahan sampel pada air sumur gali yaitu 1.032
ppm. Menurut No. 492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air
bersih, kadar maksimum kesadahan yang diperbolehkan adalah 500 mg/L. Hal ini
menunjukkan bahwa air sumur bor dan air sumur gali tidak memenuhi persyaratan
kualitas air bersih dan air minum. Tingginya kadar kesadahan dalam air dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan teknis, termasuk penurunan kinerja
peralatan rumah tangga dan industri serta potensi risiko kesehatan jangka panjang.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang di lakukan dapat di simpulkan bahwa


air sumur bor dan air sumur gali dapat ditentukan kesadahannya dengan metode
titrasi kompleksometri. Kesadahan yang di peroleh pada sampel air sumur bor
yaitu 1,200 ppm, sedangkan kesadahan pada sampel air sumur gali yaitu 1.032
ppm.

5.2 Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya untuk
praktikum selanjutnya menggunakan sampel lain sehingga praktikan dapat
membandingkan kesadahan pada sampel yang lain, bukan hanya perbandingan
antara air sumur bor dengan air sumur gali.
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, R. 2015. Pembangunan Laboratorium Virtual untuk Mata Kuliah Kimia


Analitik (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia). Jurnal
Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA). 1(1).

Adriani, A., Fauziah., & Riki, S. 2019. Analisis Kalsium (Ca) pada Ikan Petek dan
Mujair dengan Metode Kompleksometri. Oceana Biomedicina Journal.
2(2).

Ahmadi, M., & Seyedin, S. H. (2019). Investigation of NaOH Properties,


Production and Sale Mark in the World. Jurnal of Multidisciplinary
Engineering Science and Technology (JMEST), 6(10).

Aizar L. 2015. Analisis Penurunan Kadar Besi (Fe) dengan Menggunakan Tray
Aerator dan Diffuser Aerator. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.

Aldian, D., Haetami, A., & Musta, R. 2022. Pembuatan dan Penggunaan
Membran Selulosa Asetat untuk Pengolahan Air Berkapur. Sains Jurnal
Ilmu Kimia dan Pendidikan Kimia. 11(2).

Amalia, B. I., & Sugiri, A. (2014). Ketersediaan Air Bersih dan Perubahan Iklim:
Studi Krisis Air di Kedungkarang Kabupaten Demak. Teknik PWK
(Perencanaan Wilayah Kota). 3(2).

Amri, I. A., Hendrasmara, M. F., Qosimah, D., Aeka, A., Rickyawan, N.,
Purwatiningsih, W., & Dameanti, F. N. A. E. P. 2020. Toksisitas
Larutan Perak Nitrat (AgNO3) pada Mencit Balb-c Berdasarkan Kadar
SGPT dan SGOT. Jurnal Medik Veteriner. 3(2).

Arita, S., Risa, P. S., dan Ivana, L. 2015. Purifikasi Limbah Spent Acid dengan
Proses Absorpsi Menggunakan Zeolit dan Bentonit. Jurnal Teknik Kimia.
21(4).

Asmah, N., Amri, Y., & Fajri, R. 2020. Penentuan Kadar Kation dan Anion pada
Air Injeksi Di Wtip (Water Treatment Injection Plant) Pt. Pertamina
Ep Asset 1 Rantau Field. Quimica: Jurnal Kimia Sains
dan Terapan. 2(1).

Astuti, D. W., Siti, F., & Sawlenitami, A. 2016. Analisis Kadar Kesadahan Total
pada Air Sumur di Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul
Yogyakarta. Jurnal Analit: Analytical and Environmental Chemistry.
1(1).
110

Atika, L., Julianty, E., Miroah, Nurul, A. & Hapsari, A. 2012. Pengukuran
(kalibrasi) Volume dan Massa Jenis Aluminium. Jurnal Fisika dan
Aplikasinya. 13 (1).

Ayuchecaria, N., Anna, K. S. & Elisya, F. 2017. Analisis Kualitatif Formalin Pada
Ayam Yang Dijual Di Pasar Lama Wilayah Banjarmasin’, Jurnal
Ilmiah Ibnu Sina. 2 (1).

Azizah, M., & Humairoh, M. 2015. Analisis Kadar Amonia (NH 3) dalam Air
Sungai Cileungsi. Jurnal Nusa Sylva. 15(1).

Bakhtra, D. D. A., Zulharmita & Valeria P. 2015. Penetapan Kadar Zink pada
Sediaan Farmasi dengan Metode Kompleksometri dan Spektrofotometri
Serapan Atom. Jurnal Farmasi Higea. 7(2).

Cao, Z., Yongdan C., Qiqi Q., Jinshan Z. & Yufan M. 2019. Separation of
Bastnasite from Fluorite Using Ethylenediamine Tetraacetic Acid as
Depressant.Minerals Engineering. 1(1).

Chandra, A.D., & Hendra C. 2012. Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self
Tuning PID Melalui Metode Adaptive Control. Jurnal Teknik Pomits.
1(1).

Dani, I. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C dengan Merode


Titrasi Asam Basa. Jurnal Neutrine. 1(2).

Darmawan, P., & Soebiyanto, S. 2018. Gravimetri Tidak Langsung untuk


Menetapkan Jumlah Air Kristal. Biomedika. 11(2).

Daud, A., Suriati., Nuzulyanti. 2019. Kajian Penerapan Faktor yang


Mempengaruhi Akurasi Penentuan Kadar Air Metode Thermogravimetri.
Lutjanus. 24(2).

Day, R. A., & Underwood, A. L., 2002. Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.

Djama, A.W., Frengki, O. 2016. The Examination of Total Hardness o Drinking


Water With Boiling and Filter Process Using Complexometry Method.
Jurnal Info Kesehatan. 14(1).

Dwantari, Surya, I. P & Wiyantoko, B. 2019. Analisa Kesadahan Total, Logam


Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dalam Air Sumur Dengan Metode
Titrasi Kompleksometri dan Spektrofotometri Serapan Atom. Indonesian
Journal of Chemical Analysis. 2 (1).
111

Febriana Z, & Kasmui. 2021. Desain Media Pembelajaran Chemistry Is Fun


Berbasis Android pada Materi Titrasi Asam Basa. Journal of Chemistry In
Education. 10(2).
Feladita, N. Anninsa, P. & Ninuk, T., M. 2019. Penetapan Kadar NaCl Pada
Pembuatan Telur Asin Rebus dan Telur Asin Oven Dengan Variasi Waktu
Penyimpanan Secara Argentometri. Jurnal Analisis Farmasi. 3(3).

Feladita, N., Annisa, P., & Dila, Y. A. 2018. Pengaruh Suhu Penyimpanan
Terhadap Kadar Vitamin C Buah Semangka (Citrullus Vullgaris Schand)
Daging Buah Berwarna Merah dan Daging Buah Berwarna Kuning Secara
Iodimetri. Jurnal Analis Farmasi. 3(4).

Feronika, N. I., & Zainul, R. (2018). Kalium Permanganat: Termodinamika


Mengenai Transport Ionik dalam Air. Universitas Negeri Padang,
Indonesia.

Fikriyah, Y. U., & Nasution, R. S. (2021). Analisis Kadar Air dan Kadar Abu
Pada Teh Hitam yang Dijual Di Pasaran Dengan Menggunakan Metode
Gravimetri. AMINA. 3(2).

Fitriana, D. 2018. Perbedaan Asal Media Penukar Ion untuk Menurunkan


Kesadahan Air Sumur Gali (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta).

Hausmann, J. N., Traynor, B., Myers, R. J., Driess, M., & Menezes, P. W (2021).
The pH of aqueous NaOH/KOH solutions: a critical and non-trivial
parameter ferelectrocatalysis. ACS Energy Letters. 6 (10).

Himawan. 2019. Studi Spektrum Adsopsi Senyawa Kompleks Logam-Edta pada


Daerah Sinar Tampak. Avogadro Jurnal Kimia. 3(1).

Indrajaya, I. N. R., Irfansyah, A. N., & Pirngadi, H. 2021. Titrator Otomatis untuk
Mengukur Kadar Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Batu Kapur. Jurnal
Teknik ITS, 10(2).

Istanto,T., Wibawa,E.J., & Tinneke,F. 2010. Analisis Ketakpastian Pengukuran


(Uncertainly Measurement) pada Pengujian Karakteristik Aliran Fasa
Tunggal Aliran Air Vertikal ke Bawah pada Penukar Kalor Saluran
Annular Bercelah Sempit. Mekanika. 9(1).

Izzatun, N., Apa itu BaCl2? https://roboguru.ruangguru.com/forum/apa-itu-


bacl2_FRM-I3PV1FLQ (Diakses 22 Oktober 2023).

Juvitasari, P. M., Melati, H. A., & Lestari, I. 2018. Deskripsi Pengetahuan Alat
Praktikum Kimia dan Kemampuan Psikomotorik Siswa MAN 1
Pontianak. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa. 7(7).
112

Karim, MA, Juniar, H., & Ambarsari, MFP 2017. Adsorpsi Ion Logam Fe dalam
Limbah Tekstil Sintesis dengan Menggunakan Metode Batch. Jurnal
Distilasi. 2(2).

Khotimah H., dkk. 2017. Karakterisasi Hasil Pengolahan Air Menggunakan Alat
Destilasi. Jurnal Chemurgy. 1(2).

Kumar, A., Phillips, K. R., Thiel, G. P., Schröder, U., & Lienhard, J. H. 2019.
Direct Electrosynthesis Of Sodium Hydroxide and Hydrochloric Acid
From Brine Streams. Nature Catalysis. 2(2).

Kusmiran, A., & Desiasni, R. 2020. Analisis Pengaruh Konsentrasi Natrium


Hidroksida Terhadap Sifat Mekanik Biokomposit Berpenguat Serat Sisal.
Jurnal Fisika. 10(2).

Leonardo, C., Suraidi, S., & Tanudjaya, H. 2021. Analisis Kalibrasi Pengukuran
dan Ketidakpastian Sound Level Meter. Jurnal Teknik Industri. 8(1).

Lukum, A., Isa, I., Iyabu, H., & Kunusa, W. R. 2022. Dasar-Dasar Kimia
Analitik. Uwais Inspirasi Indonesia.

Maharani E, T, W., dan Yusrin. 2019. Urgensi Materi Instrumental Kimia Bagi
Mahasiswa Analisis Kesehatan. Jurnal Pendidikan Sains. 7(2).

Mahmood, R. S. 2022. The uptake of Eriocrome Black T dye from Wastewater


utilizing synthesized Cadmium Sulfide Nanoparticles. Egyptian Journal
of Chemistry. 65(6).

Mardiyono, Widati S., & Hidayati N. 2008. Absorbsi NaCl pada Telur dari Media
Pengasinan dengan Variasi Waktu Pemeraman. Caraka Tani. 23(2).

Marpaung, M.P., & Romelan. 2018. Analisis Jenis dan Kadar Saponin Ekstrak
Metanol Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dengan Menggunakan
Metode Gravimetri. Jurnal Farmasi Lampung, 7(2).

Miftahul, N. N. 2021. Pemetaan Persebaran Kesadahan Air Sumur Gali di Sekitar


Gua Jimbung Klaten (Doctoral dissertation). Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.

Mohammad, M. R., & Hasanain S.A. 2019. Effect of the Acidic and Alkaline
Solutions on K2CrO4 and K2Cr2O7 by Ultraviolet and Visible
Measurement. Al-Mustansiriyah Journal of Science. 30(1).
113

Muawanah., Nurhidayat, Rasyid, N.Q., dan Susanti, S. 2020. Analisis Kadar


Siklamat pada Selai Tidak Bermerek Yang Dijual di Pasar Tradisional
Kota Makassar. Journal of Health Science and Tecnology, 1(2).
Mundriyastutik,Y., Iffana,D.M., dan Eko,R. 2022. Analisis Volumetri (Titrimetri).
Purwosari Kudus: MU PRESS.

Muryanto. 2020. Validasi Metode Analisa Amonia pada Air Tanah Menggunakan
Metode Spectrofotometri. Indonesian journal of Laboratory. 2(2).

Ngibad K., & Herawati D. 2019. Analisis Kadar Klorida Dalam Air Sumur dan
PDAM di Desa Ngelom Sidoarjo. JKPK (Jurnal Kimia dan Pendidikan
Kimia). 4(1).

Ningrum, S. O. 2018. Analisis Kualitas Badan Air dan Kualitas Air Sumur di
Sekitar Pabrik Gula Rejo Agung Baru Kota Madiun. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 10(1).

Noviyanty, Y. N., Herlina, H., & Fazihkun, C. 2020. Identification and


Determination of Saponin Levels From Bidurrot Extract (Calotropis
gigantea L) Using Gravimetry Method. Journal of Pharmaceutical And
Sciences. 3(2).

Nurwanti, R., Hamzah, H., & Nurdiyanti. 2023. Uji Kadar Zat Besi (Fe) Dalam
Sediaan Obat Tambah Darah (Ferro Fumarat) Dengan Metode
Kompleksometri. Jurnal Sains dan Kesehatan. 2(1).

Padmaningrum, R. T. 2006. Titrasi Asidimetri. Jurdik Kimia. UNY.

Pambudi, M. A. R., & Suprapto, S. 2019. Penentuan Kadar Tembaga (Cu) dalam
Sampel Batuan Mineral. Jurnal Sains dan Seni ITS. 7(2).

Pangestuti, E. K., & Darmawan, P. 2021. Analysis of Ash Contents in Wheat


Flour by The Gravimetric Method: Analisis Kadar Abu dalam Tepung
Terigu dengan Metode Gravimetri. Jurnal Kimia dan Rekayasa. 2(1).

Prafitasari, M. D. 2015. Analisa Kesadahan Air Sumur Gali (Studi Di Desa


Plabuhan Kecamaan Plandaan Kabupaten Jombang). Proseding. Jawa
Timur: Stikes Insan Cendekia Medika Jombang.

Prasetyo, T. F., Isdiana, A. F., dan Sujadi, H. 2019. Implementasi alat pendeteksi
kadar air pada bahan pangan berbasis internet of things. SMARTICS
Journal. 5(2).

Pursitasari, I. D. 2014. Kimia analitik dasar. Bandung: Alfabeta.


114

Putra, A. F., & Sugiarso, D. R. 2016. Perbandingan Metode Analisis


Spermatogenometri dan Serimetri Dalam Penentuan Kadar Besi (II).
Jurnal Sains dan Seni Its. 5(1).

Putri, K.A., & Samsunar, S. 2020. Determination of Ammonia (NH 3), Sulfur
Dioksida (SO2) and Total Suspended Particulate (TSP) Contet in Ambient
Air at Sukoharjo Environmental Office Laboratory. IJCR-Indonesian
Journal of Chemical Research. 5(2).

Putri, S., & Sanjaya, H. 2023. Degradasi Zat Warna Eriochrome Black-T (EBT)
dengan Katalis ZnO-TiO2 menggunakan Metode Sonolisis. Chemistry
Journal of Universitas Negeri Padang. 12(1).

Redjeki S., dkk. 2020. Garam Sehat Rendah Natrium Menggunakan Metode
Basah. Jurnal Teknik Kimia. 14(2).

Risbandini, C. 2020. Pemanfaatan Autoclave Yang Sudah Tidak digunakan


Menjadi Alat Penghasil Aquadest (Aquabits) Dilaboratorium Biosains dan
Teknologi Tumbuhan Departemen Biologi Fakultas Sains ITS. Jurnal
Teknologi Dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium. 3(1).

Riyayanti, E. 2021. Penentuan Sifat Larutan Asam, Basa, Dan Garam Dengan
Indikator Ekstrak Daun Tanaman Hias. ACADEMIA: Jurnal Inovasi Riset
Akademik. 1(2).

Romadhon, Z. 2017. Penguasaan Pengukuran Volume Melalui Pendampingan


Praktikum Bermedia Beaker Glass Braille Bagi Anak Tunanetra. Jurnal
Pendidikan Khusus. 9(3).

Rosvita, V., Fanani, Z., & Pambudi, I. A. Analisis Kesadahan Total (CaCO 3)
Secara Kompleksometri dalam Air Sumur di Desa Clering Kabupaten
Jepara. Indonesia Jurnal Farmasi. 4(1).

Rudi HR. Kue Pawa Jajanan Khas Makassar


https://www.kabarbugis.id/posts/view/1083/kue-pawa-jajanan-khas-bugis-
makassar.html (Diakses 22 Oktober 2023).

Sa'adah, A., Titin, A. Z., dan Anis, S. 2018. Pengaruh Konsentrasi Na 2DTA
Terhadap Desorpsi Ce (IV) Pada Adsorben Kitosan-Karbon. Jurnal
Kimia Khatulistiwa. 7(4).

Samekto, C., & Winata, E.S. 2010. Potensi Sumber Daya Air di Indonesia.
In Seminar Nasional: Aplikasi Teknologi Penyediaan Air Bersih untuk
Kabupaten/Kota di Indonesia (pp. 1-20).
115

Sani, N. A. M., Man, Z., Shamsuddin, R. M., Azizli, K. A., & Shaari, K. Z. K.
(2016). Determination of excess sodium hydroxide in geopolymer by
volumetric analysis. Procedia engineering. 148 (1).

Santoso, I. R., & Purbaningtias, T. E. 2017. Pengaruh Metode Pencucian


terhadap Penurunan Kadar Klorin dalam Beras dengan Titrasi
Argentometri. Prosiding Seminar Nasoinal Kimia dan Pembelajarannya.
Indonesia: Jurusan Kimia FMIPA UM.

Sarifuddin., Arsyad, M., & Khaeruddin. 2022. Analisis Keterampilan Melakukan


Pengukuran Berbasis Media Video Tutorial pada Peserta Didik. Jurnal
Sains dan Pendidikan Fisika. 18(1).

Setiawan, E. 2004. Uji Kation Anion. Jakarta: Depdiknas.

Silviana, E., Fauziah., & Azmalina, A. 2019. The Comparison Of Potassium


Iodite Concetration In Jangka Salt Of Matang Glumpang Dua Production
From The Cooking and Natural Drying Process By Iodometri Method.
Lantanida Jurnal. 7(2).

Siregar, S.F., Mt., Helenlee, C., dan Maha, K.M. 2015. Penetapan Kadar Nikel
Dalam Bentuk Dimetilglioksima dengan Metode Analisis Gravimetri.
Jurnal Gravimetri.

Sowbhagya., & Ananda, S. 2014. Synthesis and Characterization of Se-doped


ZnO Nanoparticles by Electrochemical Method: Photodegradation
Kinetics of Indigo Carmine Dye and Study of Antimicrobial, Antimitotic
Activities of Se-doped ZnO Nanoparticles. American Chemical Science
Journal. 4(5).

Stanley, I. R., Okoduwa, Lovina, O. M., Matthew, E. A., & Ameh, A. A. 2015.
Comparative Analysis Of The Properties Of Acid-Base Indicator Of Rose
(Rosa Setigera), Allamanda (Allamanda Cathartica) and Hibiscus
(Hibiscus Rose-Sinensin) Flowers. Biochemistry Research International.
1(2).

Stiadi, Y., Arief, S., Aziz, H., Efdi, M., dan Emriadi, E. 2019. Inhibisi Korosi
Baja Ringan Menggunakan Bahan Alami Dalam Medium Asam Klorida.
Jurnal Riset Kimia, 10(1).

Suardi, M., Gusti, M. P. 2023. The Precise of The End Point Titration for
Determination of Ammonium Chloride by Argentometry Method. Jurnal
Ilmu Kesehatan Abdurrab. 1(2).

Sulistyani, S., Rustiah, W., Kristianingrum, S., Fillaeli, A., & PS, F. N. H. 2022.
Pengembangan Teknik Deteksi Ion Logam Fe (III) dengan Menggunakan
116

Nanopartikel Perak yang Distabilkan Kitosan-Formaldehida sebagai


Sensor pada Spektrofotometer UV-Vis. Jurnal Sains Dasar. 11(1).

Taufik, M., Seveline, S., & Saputri, ER 2018. Validasi Metode Analisis Kadar
Kalsium pada Susu Segar secara Titrasi Kompleksometri. AgriTECH.
38(2).

Vidra, A., & Németh, Á. 2018. Bio-Produced Acetic Acid: A Review. Periodica
Polytechnica Chemical Engineering. 62(3).

Wahyudi, Andi S., Wahyu., & Sasongko, P. H. 2012. Metode Kalibrasi Sensor
Rate-Gyroscope untuk Imu Roket. Jurnal Teknologi Dirgantara. 10 (2).

Warsiki, E., & Iskandar, A. Y. S. 2017. Ferrous (Ii) Sulphate (Feso4) Indicator
Label As Spoiled Meat Detector. Indonesian Food Science & Technology
Journal. 1(1).

Windaryanti, L., Ngatijo,. Prajono., dan Torowati. 2016. Penentuan Kadar


Uranium dalam Serbuk UO2 dari Yellow Cake Secara Potensiometri dan
Gravimetri. Jurnal Forum Nuklir. 10(2).

Yunita, L. 2017. Identifikasi Konsentrasi Natrium Klorida Pada Jahe dan


Lengkuas Giling di Beberapa Pasar Tradisional di Kota Padang. Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas. 21(2).

Yusuf Y. 2019. Belajar Mudah Kimia Analisis. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai