PENDAHULUAN
2.2 Pengukuran
2.3 Kalibrasi
seberapa jauh penyimpangan antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan
oleh alat ukur (Leonardo dkk., 2021).
2.5 Aquades
Adapun alat yang digunakan pada saat melakukan praktikum yaitu gelas
kimia 50 mL, gelas ukur 5 mL, pipet volume 10 mL, pipet ukur 10 mL, filler, labu
takar 25 mL, botol semprot, dan neraca analitik.
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu aquades.
Proses pengerjaannya yaitu siapkan pipet skala yang bersih dan kering
kemudian isilah dengan aquades sampai tanda peneraanya. Timbang berat kosong
piknometer. Keluarkan isi air dari dalam pipet skala secara perlahan-lahan dan
tampung dipiknometer yang bersih dan kering yang telah diketahui beratnya.
Kemudian timbang piknometer yang berisi air dan tentukan berat airnya.
Proses pengerjaannya yaitu siapkan pipet gondok yang bersih dan kering
kemudian isilah dengan aquades sampai tanda peneraanya. Timbang berat kosong
piknometer. Keluarkan isi air dari dalam pipet gondok secara perlahan-lahan dan
tampung dipiknometer yang bersih dan kering yang telah diketahui beratnya.
Kemudian timbang piknometer yang berisi air dan tentukan berat airnya.
6
4.2 Pembahasan
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai
dengan rancangannya. Kalibrasi bertujuan untuk mendapatkan hasil pengukuran
yang benar dan dalam hal ini dilakukan dengan menentukan nilai faktor kalibrasi
yang digunakan untuk menentukan besarnya sudut putar pada tiga sumbu x, y dan
z. Gerak rotasipada sumbu x disebut roll, rotasi pada sumbu y disebut pitch, dan
rotasi pada sumbu z disebut yaw/azimuth (Wahyudi, 2012). Kegiatan mengukur
dapat diartikan sebagai proses perbandingan suatu obyek terhadap standar yang
relevan dengan mengikuti peraturan-peraturan terkait dengan tujuan untuk dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang obyek ukurnya (Atika dkk., 2012).
Alat pengukur volume merupakan alat bantu yang penting untuk setiap
penentuan kuantitatif. Hal ini karena kebanyakan pekerjaan analitik menyangkut
larutan yang ingin diketahui konsentrasi atau kandungannya melalui pengukuran
volumetri. Alat-alat umum yang digunakan dalam pengukuran volumetri ini
adalah buret, labu takar, dan pipet volume. Alat-alat inilah yang kita tera/kalibrasi.
Peralatan volumetrik umumnya dikalibrasi pada temperatur 20°C. bila peralatan
tersebut digunakan pada lingkungan dengan temperatur yang lebih tinggi, seperti
di negara-negara tropis ISO merekomendasikan temperatur 28°C digunakan
sebagai alternatif untuk menyatakan hasil kalibrasi peralatan volumetri.
Percobaan pertama, peneraan gelas kimia dengan kapasitas skala ialah 50
mL. Gelas kimia ini biasa digunakan untuk pembuatan dan pengenceran larutan
pada volume kecil. Pada peneraan ini, kita mendapatkan penyimpangan sebesar
9
3,328 mL, ini merupakan angka yang sangat kecil namun melebihi batas toleransi
peralatan volumetrik dimana batas. Hal ini menunjukan bahwa alat volumetri ini
sudah tidak sesuai dan tidak layak digunakan.
Percobaan kedua, peneraan labu takar dengan kapasitas skala ialah 25 mL.
Labu takar ini biasa digunakan untuk pembuatan dan pengenceran larutan pada
volume tertentu. Peneraan pada labu takar ini sangat penting untuk ketelitiannya
sehingga kita mendapatkan larutan sesuai yang diharapkan. Pada peneraan ini,
kita mendapatkan penyimpangan sebesar 0,304 mL, ini merupakan angka yang
sangat kecil namun melebihi batas toleransi peralatan volumetrik dimana batas.
Hal ini menunjukan bahwa alat volumetri ini sudah tidak sesuai dan tidak layak
digunakan.
Percobaan ketiga, peneraan gelas ukur dengan kapasitas skala yang
digunakan 5 mL. Berdasarkan hasil pengamatan penyimpangan terhada gelas ukur
5 mL sebesar -11,381 mL. Penyimpangan ini terbilang cukup besar terhadap batas
toleransi penyimpangannya yaitu 0,02 mL. Hal ini menunjukan bahwa gelas ukur
yang dikalibrasi sudah tidak sesuai dengan rancangannya (peneraannya). Hal ini
terbukti dengan nilai penyimpangannya yang cukup besar.
Percobaan keempat, peneraan pipet volume kapasitas skala yang
digunakan 10 ml. Pipet volume digunakan untuk memindahkan suatu volume
tertentu (pipet transfer). Kita melakukan peneraan dengan mengukur volume air
yang diisikan pada pipet volum hingga tanda teranya. Dari hasil pengamatan kita
mendapatkan berat air diudara sedikit lebih besar dibanding berat air pada suhu
yang kerja. Dari hasil ini, kita mendapatkan volume air atau volume air yang
sesungguhnya (Va) sedikit lebih kecil dibanding volume air pada suhu
pengamatan (Vt). Penyimpangan yang kita dapat dalam peneraan ini hanyalah
sebesar 21,11. Dimana nilai-nilai tersebut sesuai dengan batas penyimpangan pada
pipet volume. Hal ini menunjukan bahwa pipet volume yang kita kalibrasi sudah
cukup sesuai dengan rancangannya (peneraannya).
Percobaan kelima, peneraan pipet skala kapasitas skala yang digunakan 10
ml. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh rata-rata berat air di udara 42,106
gram. Dari hasil ini diperoleh volume air sesungguhnya (V 0) sedikit lebih kecil
10
Prinsip dari percobaan ini yaitu menentukan suatu zat kation dan
anion melalui identifikasi menggunakan pereaksi spesifik dengan
menggunakan sampel dari kation dan anion hingga terjadi perubahan
dalam bentuk endapan atau perubahan warna dari pelepasan gas.
2.2 Kation
2.5 Aquades
hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida
dan keton. Aquades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat
pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Aquades berwarna bening,
tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Aquades biasa digunakan untuk
membersihkan alatalat laboratorium dari zat pengotor (Khotimah dkk, 2017).
2.5 Kelarutan
Praktikum Uji Kation dan Anion dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Oktober
2023, pukul 13.00 WITA-selesai. Bertepatan di Laboratorium Jurusan Pendidikan
Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pipet tetes, tabung
reaksi, rak tabung, batang pengaduk, botol semprot, cawan petri, labu ukur 50
mL-100 mL, gelas kimia 50 mL, dan spatula.
3.2.2 Bahan
1. Larutan AgNO3 --> Bening+HCl 5 tetes --> putih keruh dan terbentuk
endapan.
2. Larutan CU + K4Fe(CN)6,5 tetes +HCl 5 tetes --> coklat dan terdapat endapan
merah bata.
3. Larutan Cu+HCl 2M, 1tetes+ K4Fe (CN)6 0,1 M, 1 tetes --> Coklat muda dan
terdapat endapan.
4. Larutkan AgNO3 0,1 N 2 tetes+ HCl 1mL+ HNO3 5 Tetes--> Putih keruh.
5. KSCN 1mL + FeCL3--> hangat, merah kehitaman.
analisa kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun
sifat-sifat kimianya (Setiawan, 2004).
Percobaan pertama dilakukan pengujian kation Ag +, sampel yang
digunakan adalah 1 mL AgNO3 dengan ditambahkan 5 tetes larutan HCl
perubahan yang terjadi pada larutan sampel tersebut mengalami perubahan warna
dan terbentuk endapan. Endapan tersebut menandakan bahwa larutan sampel
tersebut positif mengandung ion Ag+. Percobaan selanjutnya dilakukan pengujian
kation Cu2+, larutan sampel yang digunakan yaitu 1 mL Cu 2+ dengan ditambahkan
1 tetes HCl dan 1 tetes K 4Fe(CN)6, pada larutan sampel ini mengalami perubahan
warna menjadi coklat dan terbentuk endapan . Pada reaksi yang terjadi larutan
sampel ini positif mengandung ion Cu2+.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah uji kation dan
anion dilakukan dengan menambahkan pereaksi tertentu yang memungkinkan
terpisahnya kation dan anion dari suatu sampel berdasarkan sifat fisik kimianya
dengan adanya endapan, perubahan warna maupun terbentuknya gas.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya
untuk uji identifikasi suatu anion dan kation jangan hanya menggunakan analisis
kualitatifnya saja, tetapi juga menggunakan analisis kuantitatif.
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu titik berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan
berat atom unsur-unsur penyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang
dikandung dilakukan dengan beberapa cara seperti metode pengendapan metode
penguapan atau berbagai metode lainnya. Metode gravimetri memakan waktu
yang cukup lama adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu
faktor-faktor koreksi dapat digunakan (Rahmelia dkk., 2015).
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam
keadaan murni setelah melalui proses pemisahan titik bagian terbesar dari
penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke
senyawaan murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri adalah metode yang mempunyai
kelebihan, yaitu tidak adanya zat pembanding (saponin baku) dan k cara analisis
yang paling sederhana dibandingkan dengan metode lain karena dalam metode
gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara penimbangan langsung massa zat
yang telah dipisahkan (Noviyanty dkk., 2020).
Air kristal merupakan bagian dari struktur kristal pada senyawa tertentu
dan disebut sebagai hidrat kristal. Jumlah air kristal pada tiap senyawa tidak sama.
Hal inilah yang menjadi dasar metode penetapan jumlah air kristal dalam sebagian
senyawa berair kristal. Metode ini dalam analisis kimia disebut gravimetri dimana
pada dasarnya penetapan jumlah zat didasarkan penimbangan pada berat konstan.
Tahap-tahap dalam gravimetri yang meliputi pengendapan penyaringan pencucian
endapan, pengeringan endapan dengan satu atau tanpa pemijaran serta
penimbangan dapat dilakukan secara benar (Darmawan dan Soebiyanto., 2018).
Barium klorida adalah senyawa anorganik dengan rumus molekul
BaCl2 yang dapat ditemukan dalam bentuk hidratnya BaCl2.2H2O. Barium klorida
26
merupakan salah satu garam barium yang paling umum larut dalam air.
BaCl2 mengkristal dalam dua bentuk sehingga disebut dengan kristal polimorf .
Barium klorida memiliki bentuk struktur kristal kubik fluorit (CaF 2) dan struktur
ortorombik cotunnite (PbCl2). BaCl2 bersifat racun sehingga tidak bisa digunakan
secara sembarangan. Besi sulfat adalah garam anorganik memiliki satu rumus
kimia FeSO4. Ini terdiri dari padatan kristal warna variabel, diperoleh secara
industri sebagai produk sampingan dari pengolahan baja.
Kadar logam adalah suatu proses analisis untuk mengukur jumlah atau
persentase logam yang terkandung dalam suatu sampel. Proses ini dapat
melibatkan beberapa metode analisis tergantung pada sifat-sifat kimia logam
tersebut dan jenis sampel yang sedang dianalisis. Berdasarkan latar belakang
diatas maka perlu dilakukan praktikum analisis gravimetri.
Kadar air adalah salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakkan, tekstur, dan cita rasa pada
bahan pangan (Fikriyah dan Nasution, 2021). Kadar air adalah salah satu metode
29
uji laboratorium kimia yang sangat penting dalam industri pangan untuk
menentukan kualitas dan ketahanan pangan terhadap kerusakan yang mungkin
terjadi. Semakin tinggi kadar air suatu bahan pangan, akan semakin besar
kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal
(metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak. Pengurangan kadar air bahan
pangan akan berakibat berkurangnya ketersediaan air untuk menunjang kehidupan
mikroorganisme dan juga untuk berlangsungnya reaksi-reaksi fisikokimiawi.
Dengan demikian baik pertumbuhan mikroorganisme maupun reaksi
fisikokimiawi keduanya akan terhambat, bahan pangan akan dapat bertahan lebih
lama dari kerusakan (Daud dkk., 2019).
Pengukuran kadar air pada dasarnya dapat dilakukan menggunakan
metode oven. Pengukuran dengan metode oven atau pengeringan merupakan salah
satu cara yang digunakan untuk mengukur kadar air dalam suatu bahan pangan
dengan prinsip bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila
bahan tersebut dipanaskan pada suhu 1050C selama waktu tertentu dan perbedaan
antara berat sebelum dan sesudah adalah kadar air bahan tersebut (Prasetyo dkk.,
2019).
Air kristal merupakan bagian dari struktur kristal pada senyawa tertentu
dan disebut sebagai hidrat kristal. Jumlah air kristal pada tiap senyawa tidak
sama. Hal inilah yang menjadi dasar metode penetapan jumlah air kristal dalam
sebagian senyawa berair kristal. Metode ini dalam analisis kimia disebut
gravimetri dimana pada dasarnya penetapan jumlah zat didasarkan penimbangan
pada berat konstan. Tahap-tahap dalam gravimetri yang meliputi pengendapan
penyaringan pencucian endapan, pengeringan endapan dengan satu atau tanpa
pemijaran serta penimbangan dapat dilakukan secara benar (Darmawan dan
Soebiyanto, 2018).
Besi (II) sulfat atau ferri sulfat adalah senyawa kimia dengan rumus
FeSO4 dan memiliki bentuk umum heptahidrat biru-hijau. Besi (II) sulfat
heptahidrat biru- hijau adalah bentuk yang paling umum dari bahan ini, dan
dikenal sejak zaman kuno sebagai copperas dan vitriol hijau. Semua besi sulfat
larut dalam air dan membentuk kompleks logam air Fe (H₂O) 62+. Besi sulfat
mempunyai geometri molekul oktahedral dan bersifat paramagnetik (Warsiki
dan Iskandar, 2017).
Asam klorida (HCl) adalah salah satu yang paling banyak digunakan
beberapa industri sebagai untuk menghilangkan oksida yang tidak diinginkan
seperti film dan produk korosi dari permukaan baja. Bahan-bahan kasar, terutama
baja ringan digunakan dalam media asam disebagian besar industri termasuk
eksplorasi minyak dan gas serta berbagai aktifitas industri lainnya. Asam klorida
banyak digunakan dalam pengawetan, perataan permukaan dan stimulasi sumur
minyak untuk meningkatkan aliran minyak dan gas. Karena sifat korosifnya
yang tinggi, asam dapat menyebabkan kerusakan pada komponen sistem (Stiadi
dkk., 2019).
2.9 BaCl2
Praktikum dasar dasar kimia analitik percobaan III dengan judul “Analisis
gravimetri” dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Oktober 2023 pukul 13.00 WITA-
Selesai. Bertempat Di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
Alat yang digunakan yaitu cawan porselin, eksikator, neraca analitik, botol
semprot, spatula, tanur, gelas kimia 500 mL, batang pengaduk, corong, gegep,
filler dan pipet skala, erlenmeyer, pipet tetes, gelas ukur 250 mL, hot plate, dan
oven. Kemudian bahan yang digunakan yaitu Barium Klorida, aquades, kertas
saring, Asam Nitrat, roti pawang, Besi (II) Sulfat, Asam Klorida (1:1), dan
Amonia (1:1).
telah diketahui beratnya. Cawan porselin yang berisi zat tersebut dipanaskan
kembali
35
pada suhu 105℃ selama 90 menit dengan menggunakan tanur, didinginkan dalam
eksikator kemudian ditimbang. Kemudian dihitung banyaknya molekul air yang
terikat pada senyawa.
Berdasarkan data diatas, rendemen dalam roti pawang adalah 30%. Pada
roti pawang setelah dipijarkan terjadi penguapan menunjukkan bahwa selama
pengeringan, ada penguapan air dari sampel roti pawang, yang menghasilkan
perubahan berat dari cawan awal ke cawan akhir.
dipanaskan, ditimbang dan dihitung berapa banyak molekul yang terikat pada
senyawa, pada penentuan BaCl2.XH2O dapat dilihat data dibawah ini.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Kimia analitik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang di dalamnya
terdapat suatu cara untuk menentukan kadar ion tertentu dengan menggunakan
pereaksi yang selektif dan spesifik. Pereaksi merupakan pereaksi yang
memberikan suatu reaksi tertentu untuk suatu jenis atau jenis tertentu pula.
Pereaksi-pereaksi ini diharapkan mampu mengubah- perubahan kimia seperti
terbentuknya endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas
(Erviana., 2018).
Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia
yang luas penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya
yang mudah dan cepat, ketelitian dan kecepatan cukup tinggi, juga dapat
digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat berbeda-
beda. Metode volumetri secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori
yaitu titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat maupun
lemah, titrasi redoks yaitu titrasi yang meliputi hasil semua reaksi oksidasi reduksi
titrasi pengendapan yaitu titrasi yang meliputi pembentukan endapan, dan titrasi
kompleksometris seperti titrasi EDTA.
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam
air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam dinyatakan
sebagai suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan berdisosiasi dengan
menghasilkan ion hidrogen [H+] atau ion hidronium [H3O+] sebagai satu-satunya
ion positif. Salah satu contoh lautan asam adalah CH 3COOH. CH3COOH adalah
suatu asam karena didalam larutannya dapat melepas ion hidrogen [H +]. Definisi
umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Istilah basa ditujukan untuk unsur atau senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. NaOH merupakan salah satu senyawa basa. NaOH
didalam air dapat melepas ion hidroksil/OH- (Chandra., 2012).
Titrasi adalah suatau proses atau prosedur dalam analisis volumetrik
dimana suatu titran atau larutan standar (yang telah diketahui konsentrasinya)
ditetesi
42
melalui buret ke larutan lain yang dapat bereaksi dengannya (belum diketahui
konsentrasinya) hingga tercapai titik ekivalen atau titik akhir. Artinya, zat yang
ditambahkan tepat bereaksi dengan zat yang ditambahkan. Zat yang akan
ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakkan di dalam
erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
“titer” dan biasannya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant
biasanya barupa larutan (Dani., 2009).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum mengenai
analisis volumetri (titrasi asam basa), guna mengetahui metode atau cara
menetrasi suatu larutan yang bersifat basa ataupun asam.
2.2 Titrasi
Asam basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal
dari bahasa latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa
arab yang berarti abu. Asam dan basa secara tidak sadar merupakan bagian dari
kehidupan kita. Kita senantiasa berinteraksi dengan asam dan basa setiap hari.
46
Makanan yang kita konsumsi sebagian besar bersifat asam, sedangkan pembersih
yang kita gunakan (sabun, deterjen, dll) adalah basa. Enzim dan protein dalam
tubuh kita juga merupakan asam.Selain itu, asam dan basa sangat berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan. Keasaman tanah akan berpengaruh terhadap kondisi
tumbuhan yang ada diatasnya. Kebanyakan asam dan basa (yang belum
bercampur dengan senyawa lain) di alam berupa liquid (larutan). Karena bentuk
inilah yang mudah untuk direaksikan dengan senyawa lainnya. Meskipun asam
dan basa yang kita konsumsi sehari-hari berupa padatan dan sabun, namun pada
akhirnya tetap butuh diencerkan juga (direaksikan atau dicampur dengan air) agar
lebih mudah diserap atau digunakan (Riyayanti., 2021).
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam
air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam dinyatakan
sebagai suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan berdisosiasi dengan
menghasilkan ion hidrogen [H+] atau ion hidronium [H3O+] sebagai satu-satunya
ion positif. Salah satu contoh lautan asam adalah CH 3COOH. CH3COOH adalah
suatu asam karena didalam larutannya dapat melepas ion hidrogen [H +]. Definisi
umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Istilah basa ditujukan untuk unsur atau senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. NaOH merupakan salah satu senyawa basa. NaOH
didalam air dapat melepas ion hidroksil/OH- (Chandra, 2012).
able to pass through RO membranes due to their neutral charge (Kumar et all,
2019).
NaOH adalah bahan kimia penting yang melayani berbagai tujuan dalam
desalinasi, sebagian besar terkait dengan peningkatan pH. Dengan menaikkan pH
selama reverse osmosis (RO) teknik utama untuk desalinasi air garam mineral
seperti CaCO3 dapat menjadi sangat jenuh dalam limbah sehingga
menyebabkannya mengendap ke membran. Fenomena ini, dikenal sebagai
penskalaan, dapat mengurangi kinerja secara signifikan. Perlakuan awal efluen
dengan NaOH untuk menaikkan pH telah terbukti menyebabkan Ca(OH) dan ion
lainnya mengendap, yang pada gilirannya mencegah penskalaan di kemudian hari
dalam proses. Selain itu, elemen berbahaya tertentu seperti boron dalam bentuk
asam borat dapat melewati membran RO karena muatan netralnya
(Kumar dkk., 2019).
NaOH (sodium hydroxide or caustic soda) is a by-product of the chlorine-
alkali process. As this process is determined by the long-term demand for
chlorine, changes in demand for NaOH does not affect the output of NaOH from
this process. An analysis of the NaOH market reveals that long-term changes in
demand for NaOH will affect the least essential uses of NaOH, i.e. those uses
where NaOH can readily displace sodium carbonate (soda ash) (Ahmadi and
Seyedin, 2019).
NaOH (natrium hidroksida atau soda kaustik) adalah produk
sampinganproduk dari proses klorin-alkali. Sebagai proses ini ditentukan oleh
permintaan jangka panjang untuk klorin, perubahan permintaan NaOH tidak
mempengaruhi output NaOH dari proses ini. Analisis dari pasar NaOH
mengungkapkan bahwa perubahan jangka panjang dalam permintaan NaOH akan
mempengaruhi penggunaan yang paling tidak pentingNaOH, yaitu penggunaan di
mana NaOH dapat dengan mudah menggantikan natrium karbonat (soda abu)
(Ahmadi dan Seyedin, 2019).
Natrium hidroksida merupakan salah satu senyawa kimia yang bersifat
alkali/basa dan berfungsi untuk menghilangkan atau membersihkan zat-zat dan
kotoran-kotoran yang melekat pada serat sisal. Disamping itu, alkali natrium
48
Asam Klorida adalah suatu gas, tetapi tidak cukup mudah menguap dari
larutan dalam rentang konsentrasi yang biaa digunakan karena sangat terdisosiasi
49
dalam larutan berair larutan sepekat 0,5 N dapat dididihkan untuk sementara
waktu tanpa kehilangan hidrogen klorida jika larutan tersebut tidak diijinkan
untuk memekat dalam penguapan. Asam klorida banyak digunakan sebagai
larutan standar, walaupun tidak semua sifat asam klorida memenuhi karakteristik
larutan standar. Garam-garam klorida dari ion timah, perak dan raksa tidak mudah
larut. (Day, 2002).
2.7 Indikator
2.8 Aquades
akan mencair kembali. Aquadest merupakan salah satu bahan yang biasanya
digunakan untuk melarutkan bahan kimia serta dapat digunakan untuk mencuci
peralatan laboratorium. Aquadest tidak berwarna tidak berbau, dan tidak memiliki
rasa (Risbandini, 2020).
Aquades merupakan hasil air sulingan yang murni dan tidak mengandung
kandungan logam–logam ataupun anion, dan mempunyai pH 7 atau netral
sementara air dari AC atau limbah AC tidak mempunyai kandungan kation
ataupun anion serta mempunyai pH 7 atau netral. Air murni diperoleh dengan cara
penyulingan (destilasi), tujuan dari destilasi yaitu memperoleh cairan murni dari
cairan yang telah tercemari zat terlarut, atau bercampur dengan cairan lain yang
berbeda titik didihnya. Cairan yang dikehendaki dididihkan hingga menguap
kemudian uap diembunkan melalui kondensor, sehingga uap mencair kembali.
Cairan hasil destilasi ini disebut destilat. Air murni antara lain dipergunakan untuk
keperluan di laboratorium kimia, dan perawatan kesehatan (Dwantari dkk., 2019).
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan adalah erlenmeyer 100 mL, batang pengaduk,
spatula, buret 50 mL, statif, klem, pipet ukur 10 mL, gelas ukur 10 mL,labu takar
1000 mL dan 100 mL, pipet tetes, timbangan analitik, botol semprot, gelas kimia
50 mL dan 500 mL dan filler.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan adalah CH3COOH 0,1 N, indikator PP 5%,
larutan NaOH 0,1 N, HCl 0,055 M, dan aquades.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Kimia analitik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang di dalamnya
terdapat suatu cara untuk menentukan kadar ion tertentu dengan menggunakan
pereaksi yang selektif dan spesifik. Pereaksi merupakan pereaksi yang
memberikan suatu reaksi tertentu untuk suatu jenis atau jenis tertentu pula.
Pereaksi-pereaksi ini diharapkan mampu mengubah- perubahan kimia seperti
terbentuknya endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas
(Erviana., 2018).
Analisis kualitatif adalah kimia analisa yang hanya membahas tentang
identifikasi atau ada/tidaknya unsur/zat di dalam suatu bahan. Kimia analitik
kuantitatif adalah kimia analisa yang berhubungan dengan komposisi atau jumlah
unsur/zat dalam suatu bahan. Kimia analitik instrumen adalah cabang ilmu kimia
yang berhubungan dengan identifikasi atau penentuan komposisi dengan bantuan
instrumen (alat) khas; keuntungan analisis berlangsung cepat dengan sedikit
pereaksi baik jenis maupun jumlahnya, dan kelemahannya bergantung pada
ketelitian alat.
Titrasi merupakan suatu cara analisis untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya, yaitu dengan
cara mencampurkan keduanya agak terjadi reaksi antara kedua zat 2 tersebut. Zat
yang dalam metode umumnya telah diketahui secara pasti konsentrasinya
(standar) disebut dengan titran/titer dan diisikan pada buret, sedangkan zat yang
akan dianalisis konsentrasinya disebut dengan titrat dan diisikan dalam
erlenmeyer. Titer dan titrat pada analisis volumetri harus berupa larutan agar
dapat dianalisis dengan mudah volumenya. Salah satu jenis titrasi yang biasa
digunakan adalah titrasi redoks.
Titrasi redoks adalah suatu proses titrasi redoks adalah suatu proses titrasi
yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan valensi atau perpindahan
elektron antara zat-zat yang saling bereaksi. Pada titrasi redoks terjadi reaksi
ruduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi rduksi adalah reaksi penangkapan eektron dan
mengalami
58
Tujuan dari percobaan ini adalah agar dapat melakukan analisis kuantitatif
dengan metode titrasi redoks.
2.1 Titrasi
2.2 Iodimetri
diperoleh dan terjangkau. Adapun kekurangan dari metode ini adalah larutan ini
tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus sering dilakukan pembakuan (Putra
dan Sugiarso, 2016).
Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral anorganik yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Asam sulfat
murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh
karena sifatnya yang higroskopis. Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai
asam sulfat pekat. Terdapat berbagai jenis konsentrasi asam sulfat yang digunakan
untuk berbagai keperluan seperti kegunaan laboratorium, asam baterai, asam bilik
atau asam pupuk, asam menara atau, asam pekat. Mutu teknis H 2SO4 tidaklah
murni dan seringkali berwarna. Mutu murni asam sulfat digunakan untuk
membuat obat-obatan dan zat warna (Arita dkk., 2015).
62
Ion Fe2+ (fero) dan Fe3+ (feri) memiliki beberapa sifat umum diantaranya
adalah Ion Fe2+ (fero) tidak membentuk endapan, mudah berubah menjadi Fe 3+
(feri) jika dikontakkan dengan udara, dan berwarna kehijauan. Ion Fe 3+ (feri)
memiliki sifat umum yaitu mudah terhidrolisis, lebih mudah membentuk ion
kompleks daripada Fe2+. Pada pH rendah sekitar 3 sampai 4 ion Fe3+ cukup terlarut
dan sulit diendapkan, sedangkan pada pH tinggi di atas 7,5 ion Fe 2+. berada pada
bentuk zat padat yang mudah diendapkan (Aizar, 2015).
Tembaga (Cu) merupakan salah satu jenis logam berat yang dapat kita
temui di alam. Umunya logam Cu berwarna kuning kemerahan (orange). Logam
Cu memiliki titik didih yang tinggi, sekitar 2595°C dan titik leleh 1083°C. Logam
Cu merupakan salah satu logam dari golongan transisi IB, dengan nomor atom 29.
Di dalam larutan, logam Cu dapat membentuk ion Cu 2+ dengan jari-jari ion 0,96
A°. Logam ini dalam kadar yang melebihi ambang batas normal, dapat
menyebabkan keracunan (Pambudi dan Suprapto, 2018).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Alat-alat yang digunakan yaitu gelas kimia 50 dan 100 mL, Erlenmeyer
250 mL, pipet ukur 10 mL, statif, klem, buret 50 mL, filler, labu ukur 250 mL
dan 100 mL, botol semprot, spatula, neraca analitik, water bath, dan batang
pengaduk.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan KMnO 4
(Kalium Permanganat) 0,1 N, larutan Na 2S2O3 (Natrium Tiosulfat) 0,1 N, H2SO4
(Asam Sulfat) 4 N dan 1 N , KI (Kalium Iodida), CuSO4.5H2O (Tembaga (II)
Sulfat Pentahidrat), Amilum (C6H10O5), aquades dan sampel air keran
laboratorium kimia UHO.
volume sampel. Titrasi berhenti ketika warna berubah menjadi lembayung muda,
yang menunjukkan bahwa ion besi (II) telah habis bereaksi dengan zat pereaksi.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah agar praktikan lebih teliti dalam
melakukan titrasi, fokus dalam mengamatai perubahan warna sehingga volume
dan konsentrsi yang diperoleh dapat akurat.
BAB I
PENDAHULUAN
ekuivalen, maka dengan penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan
kromat dan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah kecokelatan.
Penambahan Indikator kalium kromat (K2CrO4) bertujuan untuk mengetahui
warna dari titik akhir titrasi (Santoso & Purbaningtias. 2017).
Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan lon
halida akan tetapi dapat dipakai untuk menentukan asam lemak, dan beberapa
anion divalent seperti ion fosfat PO, dan ion arsenat AsO 43-. Salah satu jenis titrasi
pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan
antara lon halida (CI, Br, I) dengan ion perak Ag +. Berdasarkan uraian-uraian di
atas maka perlu dilakukan praktikum titrasi pengendapan atau argentometri.
2.1 Titrasi
Titrasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau
basa dengan menggunakan larutan standar. Larutan standar merupakan larutan
yang telah diketahui konsentrasinya (Febriana & Kasmui. 2021). Titrasi
merupakan teknik analisis yang memungkinkan penentuan kuantitatif zat yang
terlarut. Teknik ini membutuhkan reaksi kimia lengkap antara analit (titrat) dan
reagen (titran). Titran yang diketahui konsentrasinya akan direaksikan dengan
titrat untuk ditentukan konsentrasinya. Titrasi dilakukan dengan cara merekasikan
larutan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik setara atau
titik stoikiometri. Indikator merupakan suatu zat yang ditambahkan ke dalam
larutan sampel sebagai penanda yang menunjukkan telah terjadinya titik akhir
titrasi pada analisis volumetrik. Penggunaan indikator pada titrasi dapat
menunjukan titik ekuivalen atau titik akhir titrasi dengan adanya perubahan warna
larutan (Indrajaya dkk., 2021).
2.3 K2CrO4
2.4 AgNO3
sehingga NaCl dapat digunakan untuk standarisasi larutan AgNO3 (Suardi and
Putri., 2023).
Garam dapur merupakan senyawa yang tersusun dari asam kuat HCl dan
basa kuat NaOH. Apabila unsur ini direaksikan, maka akan terbentuk NaCl dan
H2O. Dari senyawa tadi bila disatukan akan membentuk suatu larutan yang
disebut larutan garam. Larutan yang terbentuk merupakan campuran yang
homogen, partikel-partikelnya sangat kecil namun tersebar merata meskipun
dibiarkan dalam waktu yang lama. NaCl atau garam dapur akan mengendap bila
dibiarkan dan tidak dapat dipisahkan dari air dengan cara penyaringan (Feladita
dkk., 2019).
Asam Klorida adalah suatu gas, tetapi tidak cukup mudah menguap dari
larutan dalam rentang konsentrasi yang biaa digunakan karena sangat terdisosiasi
dalam larutan berair larutan sepekat 0,5 N dapat dididihkan untuk sementara
waktu tanpa kehilangan hidrogen klorida jika larutan tersebut tidak diijinkan
untuk memekat dalam penguapan. Asam klorida banyak digunakan sebagai
larutan standar, walaupun tidak semua sifat asam klorida memenuhi karakteristik
larutan standar. Garam-garam klorida dari ion timah, perak dan raksa tidak mudah
larut. (Day. 2002).
2.7 Aquades
peralatan laboratorium. Aquadest tidak berwarna tidak berbau, dan tidak memiliki
rasa (Risbandini, 2020).
Aquades merupakan hasil air sulingan yang murni dan tidak mengandung
kandungan logam–logam ataupun anion, dan mempunyai pH 7 atau netral
sementara air dari AC atau limbah AC tidak mempunyai kandungan kation
ataupun anion serta mempunyai pH 7 atau netral. Air murni diperoleh dengan cara
penyulingan (destilasi), tujuan dari destilasi yaitu memperoleh cairan murni dari
cairan yang telah tercemari zat terlarut, atau bercampur dengan cairan lain yang
berbeda titik didihnya. Cairan yang dikehendaki dididihkan hingga menguap
kemudian uap diembunkan melalui kondensor, sehingga uap mencair kembali.
Cairan hasil destilasi ini disebut destilat. Air murni antara lain dipergunakan untuk
keperluan di laboratorium kimia, dan perawatan kesehatan (Dwantari dkk., 2019).
77
BAB III
METODE PRAKTIKUM
ion Cl− dalam air laut membentuk endapan AgCl. Setelah ion Cl − habis
bereaksi, Ag+ yang tersisa bereaksi dengan ion CrO 42− dari indikator
K2CrO4, membentuk endapan Ag2CrO4. Pada saat ini, terjadi perubahan
warna dari oranye hingga merah bata. Warna merah bata dari endapan Ag 2
CrO4 memberikan indikasi bahwa ion CrO 42− pada saat titik akhir titrasi
telah habis bereaksi dengan ion Ag+. Perubahan warna ini digunakan
sebagai petunjuk titik akhir titrasi dalam analisis klorida dengan Metode
Mohr. Titik akhir titrasi dicapai ketika jumlah ion Ag + setara dengan
jumlah ion Cl− dalam sampel air laut.
Tahap ketiga dilakukan penentuan kadar klorida pada sampel
aquades dengan menggunakan metode Mohr. Titrasi argentometri metode
Mohr dapat digunakan untuk menentukan kadar klorida dalam rentang pH
7-10 dengan larutan standar AgNO3 sebagai penitran dan K2CrO4 sebagai
indikator pada saat titik akhir titrasi (TAT). Pada saat titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan timbulnya endapan berwarna merah bata yang
merupakan senyawa Ag2CrO4 (Ngibad & Herawati., 2019). Dala proses ini
diambil 25 mL aquades dan ditambahkan 1 mL K 2CrO4 2%, kemudian
dititrasi dengan menggunakan larutan AgNO3 0,01 N. Larutan mengalami
perubahahan warna menjadi merah bata dan terbentuk endapan, saat
larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam aquades, ion Ag+ bereaksi dengan
ion Cl− yang mungkin ada dalam air, membentuk endapan AgCl. Pada titik
akhir titrasi, jumlah ion Ag + yang masih tersisa bereaksi dengan ion CrO 42−
dari indikator, membentuk endapan Ag 2CrO4. Endapan Ag2CrO4 ini
memberikan warna merah bata atau merah kecoklatan pada larutan.
Perubahan warna ini menandakan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai.
Pada dasarnya, warna merah bata yang terbentuk adalah hasil dari
pembentukan senyawa Ag2CrO4. Warna ini adalah indikasi visual bahwa
semua ion Cl− telah bereaksi dan menghabiskan ion Ag +, menandakan titik
akhir titrasi.
Tabel 15. Penentuan Kadar NaCl pada Garam Dapur
No Perlakuan Hasil
1. 1 gram garam dapur diencerkan Bening
85
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan kali ini adalah untuk
percobaan selanjutnya agar dilakukan titrasi argentometri pada metode selain
metode Mohr sehingga metode yang digunakan dalam titrasi pengendapan ini
tidak monoton, serta dapat diketahui kadar NaCl dalam garam dapur dan kadar
klorida dalam sumur bor dan air laut dengan menggunakan metode yang lain.
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
penting bagi hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Air
adalah asal muasal dari segala macam bentuk kehidupan di planet bumi ini. Dari
air bermula kehidupan dan karena air peradaban tumbuh dan berkembang. Tanpa
air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung, sehingga penyediaan air
baku untuk kebutuhan domestik, irigasi dan industri menjadi menjadi perhatian
dan prioritas utama. Karena itulah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
mendeklarasikan bahwa air merupakan hak asasi manusia. Di Indonesia, hak
masyarakat terhadap penggunaan air dijamin melalui Undang–Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang- Undang No. 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air (Samekto dan Ewin, 2010).
Salah satu jenis titrasi dalam analisis volumetri adalah titrasi
kompleksometri. Dalam titrasi ini, senyawa kompleksan seperti EDTA (asam
etilendiamintetraasetat) digunakan sebagai titran. EDTA adalah senyawa yang
dapat membentuk kompleks dengan berbagai ion logam, terutama ion logam
bertransisi, membentuk senyawa kompleks yang stabil. Proses titrasi
kompleksometri melibatkan penyiapan sampel, penambahan titran ke dalam
sampel, deteksi titik akhir reaksi menggunakan indikator khusus, dan perhitungan
konsentrasi ion logam dalam sampel berdasarkan jumlah titran yang digunakan.
Titrasi kompleksometri adalah metode yang sangat berguna dalam berbagai
aplikasi analisis kimia, terutama dalam penentuan konsentrasi ion logam dalam
sampel seperti air, tanah, dan sampel lainnya yang mengandung ion logam (Alfah,
2016).
Air sumur adalah air tanah dangkal sampai kedalaman kurang dari 30
meter, air sumur umumnya pada kedalaman 15 meter dan dinamakan juga sebagai
air tanah bebas karena lapisan air tanah tersebut tidak berada di dalam tekanan.
Air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal terlarut, seperti Na,
Mg, Ca dan
90
Tujuan dari percobaan ini yaitu agar Mahasiswa dapat melakukan analisis
kuantitatif dengan metode titrasi Kompleksometri.
91
kompleks yang dipakai berupa garam EDTA yang dapat bereaksi dengan logam
Ca2+ (Adriani, 2019).
Air merupakan sumber daya alam yang paling unik jika dibandingkan
dengan sumber daya lain karena sifatnya yang terbarukan dan dinamis. Artinya
sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang pada musimnya sesuai
dengan waktu. Namun, pada kondisi tertentu air bisa bersifat tak terbarukan, misal
pada kondisi geologi tertentu dimana proses perjalanan air tanah memerlukan
waktu ribuan tahun, sehingga bila pengambilan air tanah dilakukan secara
berlebihan, air akan habis. Air merupakan sumber daya yang vital bagi kehidupan.
Pada dasarnya air digunakan untuk kegiatan sehari - hari seperti minum, mandi,
memasak, maupun mencuci. Oleh karena itu, ketersediaan air yang mencukupi
sangat diprioritaskan baik di Perkotaan dan Pedesaan. Ketersediaan air yang
kurang mencukupi jika dibandingkan dengan kebutuhan air bersih akan
menimbulkan krisis dan kelangkaan air yang tentu saja menyulitkan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehari-hari (Amalia dan Sugiri, 2014).
Air sumur adalah air yang diambil dari sumur yang dibuat dengan cara
menggali sampai kedalam lapisan tanah kedap air pertama dibawah lapisan air
tanah dangkal antara 6-15 m dari permukaan tanah. Air tanah dapat berupa air
sumur dalam maupun air sumur dangkal. Sumur gali adalah satu konstruksi sumur
yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi
masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum dengan
kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang
berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu
dengan mudah terkena kontaminasi. Sumur bor (pompa) merupakan lapisan air
tanah yang dilakukan pengeboran lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh
dari tanah permukaan (Ningrum, 2018).
Air sumur adalah air yang diambil dari sumur yang dibuat dengan cara
menggali sampai ke dalam lapisan tanah kedap air pertama dibawah lapisan air
tanah dangkal antara 6-15 m dari permukaan tanah. Air sumur saat ini masih
94
dengan sangat banyak ion logam yang tercermin dari nilai tetapan kestabilan
kompleks (Himawan, 2019).
Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan senyawa pengompleks yang
berperan sebagai agen khelat karena kemampuannya untuk mengikat ion logam,
sehingga dapat digunakan sebagai agen pendesorpsi logam Ce (IV). Optimasi
desorpsi logam Ce (IV) dilakukan bertujuan untuk menentukan konsentrasi
optimum dari Na2EDTA yang digunakan sebagai pendesorpsi. Pada umumnya,
stabilitas ion kompleks dipengaruhi oleh jenis-jenis ligan. EDTA merupakan ligan
khelat, sedangkan hidroksil dan amina merupakan ligan monodentat. Kompleks
khelat lebih stabil dibandingkan kompleks non-khelat. Oleh sebab itu kemampuan
EDTA untuk melepas Ce dalam jumlah besar mengidikasikan bahwa konstanta
stabilitas [Ce-EDTA] lebih besar dibandingkan Ce-kitosan, serta kontribusi
karbon dalam pengikatan Ce secara fisik juga membuat ikatan Ce pada adsorben
relative lebih lemah dibandingkan [Ce-EDTA] (Sa’adah, 2018).
2.5 Amonia
dengan afinitasnya terhadap air dan aksinya sebagai basa (Putri dan Samsunar.,
2020).
Amonia dapat bersifat racun pada manusia jika jumlah yang masuk tubuh
melebihi jumlah yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh. Pada manusia, resiko
terbesar adalah dari penghirupan uap amonia yang berakibat beberapa efek
diantaranya iritasi pada kulit, mata dan saluran pernapasan. Pada tingkat yang
sangat tinggi, penghirupan uap amonia sangat bersifat fatal. Jika terlarut di
perairan akan meningkatkan konsentrasi amonia yang menyebabkan keracunan
bagi hampir semua organisme perairan (Azizah, 2015).
Besi (Fe) adalah logam transisi dan memiliki nomor atom 26. Identifikasi
unsur berdasarkan bilangan oksidasinya merupakan tantangan penting dalam
kimia analitik. Besi termasuk salah satu unsur yang memiliki beberapa bilangan
oksidasi. Spesi besi yang kelimpahannya besar di alam memiliki bilangan oksidasi
+2 dan +3, namun besi dengan bilangan oksida +3 lebih banyak dibanding besi
dengan bilangan oksida +2. Kedua spesi tersebut berperan penting dalam sistem
biologis tanaman, hewan, dan manusia (Sulistyani dkk., 2022).
Ion besi (Fe) merupakan salah satu senyawa yang terkandung dalam logam
berat yang sangat berbahaya bagi kelangsungan makhluk hidup apabila berada
dilingkungan sekitar tempat tinggal yang telah melebihi ambang batasnya. Ion Fe
dapat menyebabkan kekeruhan, korosi, dan dampak lainnya. Limbah yang biasa
mengandung logam berat berasal dari pabrik kimia, listrik, dan elekronik, logam
dan penyepuhan elektro (electroplating), kulit, metalurgi dan cat serta bahan
pewarna. Ambang batas untuk tiap macam logam berat dan untuk tiap jenis
makhluk hidup berbeda-beda. Pemasukan logam berat ke dalam sistem
metabolisme manusia dan hewan dapat secara langsung terjadi bersamaan dengan
air yang diminum (Karim dkk., 2017).
Ion Fe2+ (fero) dan Fe3+ (feri) memiliki beberapa sifat umum diantaranya
adalah Ion Fe2+ (fero) tidak membentuk endapan, mudah berubah menjadi Fe 3+
(feri) jika dikontakkan dengan udara, dan berwarna kehijauan. Ion Fe 3+ (feri)
98
memiliki sifat umum yaitu mudah terhidrolisis, lebih mudah membentuk ion
kompleks daripada Fe2+. Pada pH rendah sekitar 3 sampai 4 ion Fe3+ cukup terlarut
dan sulit diendapkan, sedangkan pada pH tinggi di atas 7,5 ion Fe 2+. berada pada
bentuk zat padat yang mudah diendapkan (Aizar, 2015).
2.7 Kesadahan
Alat-alat yang akan digunakan adalah elenmeyer 250 mL, pipet skala 25
mL, buret, statif dan klem, batang pengaduk, spatula dan timbangan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah dapar ammonia (pH=10), Eriochrom
black T, air sumur bor, air sumur gali, EDTA 0,1 N, ZnSO 4.7H2O 0,05 M dan
aquades.
(pH = 10) dan indicator Eriochrom Black T (EBT) secukupnya, titrasi dengan
larutan standar EDTA 0,1 N (komplekson III) dan dikocok hingga homogen.
Selanjutnya menstandarisasi larutan komplekson III dengan larutan ZnSO 4.7H2O
0,05 M menghasilkan perubahan warna dari pink muda menjadi warna biru muda.
Kemudian dilakukan triplo.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 17. Penentuan Kesadahan Total Pada Sampel Air Sumur Gali
No Perlakuan Pengamatan
1 Dipipet 5 mL air sumur gali, lalu Larutan bening
dituangkan kedalam erlenmeyer 250 mL
dan ditambahkan dengan aquades
sebanyak 5 mL
2 Ditambahkan 1 mL Buffer dan Larutan berwarna merah
ditambahkan EBT seujung spatula anggur
3 Dititrasi dengan larutan standar EDTA Larutan berwarna biru
0,1 N (komplekson III) sambil dikocok Larutan berwarna biru
sampai larutan tepat berubah warna. Larutan berwarna biru
Dilakukan triplo
4 Volume titran V1 = 0,5 mL
V2 = 0,5 mL
V3 = 1 mL
V rata−rata = 0,516 mL
104
4.2 Pembahasan
data bahwa total kesadahan sampel pada air sumur bor yaitu 1.200 ppm.
Sedangkan pada air sumur gali diperoleh volume titran berturut-turut 0,5 mL; 0,5
mL; dan 1 mL, sehingga didapatkan volume rata-rata titran yaitu 0,516 mL.
Didapatkan data bahwa total kesadahan sampel pada air sumur gali yaitu 1.032
ppm. Menurut No. 492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air
bersih, kadar maksimum kesadahan yang diperbolehkan adalah 500 mg/L. Hal ini
menunjukkan bahwa air sumur bor dan air sumur gali tidak memenuhi persyaratan
kualitas air bersih dan air minum. Tingginya kadar kesadahan dalam air dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan teknis, termasuk penurunan kinerja
peralatan rumah tangga dan industri serta potensi risiko kesehatan jangka panjang.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya untuk
praktikum selanjutnya menggunakan sampel lain sehingga praktikan dapat
membandingkan kesadahan pada sampel yang lain, bukan hanya perbandingan
antara air sumur bor dengan air sumur gali.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, A., Fauziah., & Riki, S. 2019. Analisis Kalsium (Ca) pada Ikan Petek dan
Mujair dengan Metode Kompleksometri. Oceana Biomedicina Journal.
2(2).
Aizar L. 2015. Analisis Penurunan Kadar Besi (Fe) dengan Menggunakan Tray
Aerator dan Diffuser Aerator. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.
Aldian, D., Haetami, A., & Musta, R. 2022. Pembuatan dan Penggunaan
Membran Selulosa Asetat untuk Pengolahan Air Berkapur. Sains Jurnal
Ilmu Kimia dan Pendidikan Kimia. 11(2).
Amalia, B. I., & Sugiri, A. (2014). Ketersediaan Air Bersih dan Perubahan Iklim:
Studi Krisis Air di Kedungkarang Kabupaten Demak. Teknik PWK
(Perencanaan Wilayah Kota). 3(2).
Amri, I. A., Hendrasmara, M. F., Qosimah, D., Aeka, A., Rickyawan, N.,
Purwatiningsih, W., & Dameanti, F. N. A. E. P. 2020. Toksisitas
Larutan Perak Nitrat (AgNO3) pada Mencit Balb-c Berdasarkan Kadar
SGPT dan SGOT. Jurnal Medik Veteriner. 3(2).
Arita, S., Risa, P. S., dan Ivana, L. 2015. Purifikasi Limbah Spent Acid dengan
Proses Absorpsi Menggunakan Zeolit dan Bentonit. Jurnal Teknik Kimia.
21(4).
Asmah, N., Amri, Y., & Fajri, R. 2020. Penentuan Kadar Kation dan Anion pada
Air Injeksi Di Wtip (Water Treatment Injection Plant) Pt. Pertamina
Ep Asset 1 Rantau Field. Quimica: Jurnal Kimia Sains
dan Terapan. 2(1).
Astuti, D. W., Siti, F., & Sawlenitami, A. 2016. Analisis Kadar Kesadahan Total
pada Air Sumur di Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul
Yogyakarta. Jurnal Analit: Analytical and Environmental Chemistry.
1(1).
110
Atika, L., Julianty, E., Miroah, Nurul, A. & Hapsari, A. 2012. Pengukuran
(kalibrasi) Volume dan Massa Jenis Aluminium. Jurnal Fisika dan
Aplikasinya. 13 (1).
Ayuchecaria, N., Anna, K. S. & Elisya, F. 2017. Analisis Kualitatif Formalin Pada
Ayam Yang Dijual Di Pasar Lama Wilayah Banjarmasin’, Jurnal
Ilmiah Ibnu Sina. 2 (1).
Azizah, M., & Humairoh, M. 2015. Analisis Kadar Amonia (NH 3) dalam Air
Sungai Cileungsi. Jurnal Nusa Sylva. 15(1).
Bakhtra, D. D. A., Zulharmita & Valeria P. 2015. Penetapan Kadar Zink pada
Sediaan Farmasi dengan Metode Kompleksometri dan Spektrofotometri
Serapan Atom. Jurnal Farmasi Higea. 7(2).
Cao, Z., Yongdan C., Qiqi Q., Jinshan Z. & Yufan M. 2019. Separation of
Bastnasite from Fluorite Using Ethylenediamine Tetraacetic Acid as
Depressant.Minerals Engineering. 1(1).
Chandra, A.D., & Hendra C. 2012. Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self
Tuning PID Melalui Metode Adaptive Control. Jurnal Teknik Pomits.
1(1).
Day, R. A., & Underwood, A. L., 2002. Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Feladita, N., Annisa, P., & Dila, Y. A. 2018. Pengaruh Suhu Penyimpanan
Terhadap Kadar Vitamin C Buah Semangka (Citrullus Vullgaris Schand)
Daging Buah Berwarna Merah dan Daging Buah Berwarna Kuning Secara
Iodimetri. Jurnal Analis Farmasi. 3(4).
Fikriyah, Y. U., & Nasution, R. S. (2021). Analisis Kadar Air dan Kadar Abu
Pada Teh Hitam yang Dijual Di Pasaran Dengan Menggunakan Metode
Gravimetri. AMINA. 3(2).
Hausmann, J. N., Traynor, B., Myers, R. J., Driess, M., & Menezes, P. W (2021).
The pH of aqueous NaOH/KOH solutions: a critical and non-trivial
parameter ferelectrocatalysis. ACS Energy Letters. 6 (10).
Indrajaya, I. N. R., Irfansyah, A. N., & Pirngadi, H. 2021. Titrator Otomatis untuk
Mengukur Kadar Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Batu Kapur. Jurnal
Teknik ITS, 10(2).
Juvitasari, P. M., Melati, H. A., & Lestari, I. 2018. Deskripsi Pengetahuan Alat
Praktikum Kimia dan Kemampuan Psikomotorik Siswa MAN 1
Pontianak. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa. 7(7).
112
Karim, MA, Juniar, H., & Ambarsari, MFP 2017. Adsorpsi Ion Logam Fe dalam
Limbah Tekstil Sintesis dengan Menggunakan Metode Batch. Jurnal
Distilasi. 2(2).
Khotimah H., dkk. 2017. Karakterisasi Hasil Pengolahan Air Menggunakan Alat
Destilasi. Jurnal Chemurgy. 1(2).
Kumar, A., Phillips, K. R., Thiel, G. P., Schröder, U., & Lienhard, J. H. 2019.
Direct Electrosynthesis Of Sodium Hydroxide and Hydrochloric Acid
From Brine Streams. Nature Catalysis. 2(2).
Leonardo, C., Suraidi, S., & Tanudjaya, H. 2021. Analisis Kalibrasi Pengukuran
dan Ketidakpastian Sound Level Meter. Jurnal Teknik Industri. 8(1).
Lukum, A., Isa, I., Iyabu, H., & Kunusa, W. R. 2022. Dasar-Dasar Kimia
Analitik. Uwais Inspirasi Indonesia.
Maharani E, T, W., dan Yusrin. 2019. Urgensi Materi Instrumental Kimia Bagi
Mahasiswa Analisis Kesehatan. Jurnal Pendidikan Sains. 7(2).
Mardiyono, Widati S., & Hidayati N. 2008. Absorbsi NaCl pada Telur dari Media
Pengasinan dengan Variasi Waktu Pemeraman. Caraka Tani. 23(2).
Marpaung, M.P., & Romelan. 2018. Analisis Jenis dan Kadar Saponin Ekstrak
Metanol Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dengan Menggunakan
Metode Gravimetri. Jurnal Farmasi Lampung, 7(2).
Mohammad, M. R., & Hasanain S.A. 2019. Effect of the Acidic and Alkaline
Solutions on K2CrO4 and K2Cr2O7 by Ultraviolet and Visible
Measurement. Al-Mustansiriyah Journal of Science. 30(1).
113
Muryanto. 2020. Validasi Metode Analisa Amonia pada Air Tanah Menggunakan
Metode Spectrofotometri. Indonesian journal of Laboratory. 2(2).
Ngibad K., & Herawati D. 2019. Analisis Kadar Klorida Dalam Air Sumur dan
PDAM di Desa Ngelom Sidoarjo. JKPK (Jurnal Kimia dan Pendidikan
Kimia). 4(1).
Ningrum, S. O. 2018. Analisis Kualitas Badan Air dan Kualitas Air Sumur di
Sekitar Pabrik Gula Rejo Agung Baru Kota Madiun. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 10(1).
Nurwanti, R., Hamzah, H., & Nurdiyanti. 2023. Uji Kadar Zat Besi (Fe) Dalam
Sediaan Obat Tambah Darah (Ferro Fumarat) Dengan Metode
Kompleksometri. Jurnal Sains dan Kesehatan. 2(1).
Pambudi, M. A. R., & Suprapto, S. 2019. Penentuan Kadar Tembaga (Cu) dalam
Sampel Batuan Mineral. Jurnal Sains dan Seni ITS. 7(2).
Prasetyo, T. F., Isdiana, A. F., dan Sujadi, H. 2019. Implementasi alat pendeteksi
kadar air pada bahan pangan berbasis internet of things. SMARTICS
Journal. 5(2).
Putri, K.A., & Samsunar, S. 2020. Determination of Ammonia (NH 3), Sulfur
Dioksida (SO2) and Total Suspended Particulate (TSP) Contet in Ambient
Air at Sukoharjo Environmental Office Laboratory. IJCR-Indonesian
Journal of Chemical Research. 5(2).
Putri, S., & Sanjaya, H. 2023. Degradasi Zat Warna Eriochrome Black-T (EBT)
dengan Katalis ZnO-TiO2 menggunakan Metode Sonolisis. Chemistry
Journal of Universitas Negeri Padang. 12(1).
Redjeki S., dkk. 2020. Garam Sehat Rendah Natrium Menggunakan Metode
Basah. Jurnal Teknik Kimia. 14(2).
Riyayanti, E. 2021. Penentuan Sifat Larutan Asam, Basa, Dan Garam Dengan
Indikator Ekstrak Daun Tanaman Hias. ACADEMIA: Jurnal Inovasi Riset
Akademik. 1(2).
Rosvita, V., Fanani, Z., & Pambudi, I. A. Analisis Kesadahan Total (CaCO 3)
Secara Kompleksometri dalam Air Sumur di Desa Clering Kabupaten
Jepara. Indonesia Jurnal Farmasi. 4(1).
Sa'adah, A., Titin, A. Z., dan Anis, S. 2018. Pengaruh Konsentrasi Na 2DTA
Terhadap Desorpsi Ce (IV) Pada Adsorben Kitosan-Karbon. Jurnal
Kimia Khatulistiwa. 7(4).
Samekto, C., & Winata, E.S. 2010. Potensi Sumber Daya Air di Indonesia.
In Seminar Nasional: Aplikasi Teknologi Penyediaan Air Bersih untuk
Kabupaten/Kota di Indonesia (pp. 1-20).
115
Sani, N. A. M., Man, Z., Shamsuddin, R. M., Azizli, K. A., & Shaari, K. Z. K.
(2016). Determination of excess sodium hydroxide in geopolymer by
volumetric analysis. Procedia engineering. 148 (1).
Siregar, S.F., Mt., Helenlee, C., dan Maha, K.M. 2015. Penetapan Kadar Nikel
Dalam Bentuk Dimetilglioksima dengan Metode Analisis Gravimetri.
Jurnal Gravimetri.
Stanley, I. R., Okoduwa, Lovina, O. M., Matthew, E. A., & Ameh, A. A. 2015.
Comparative Analysis Of The Properties Of Acid-Base Indicator Of Rose
(Rosa Setigera), Allamanda (Allamanda Cathartica) and Hibiscus
(Hibiscus Rose-Sinensin) Flowers. Biochemistry Research International.
1(2).
Stiadi, Y., Arief, S., Aziz, H., Efdi, M., dan Emriadi, E. 2019. Inhibisi Korosi
Baja Ringan Menggunakan Bahan Alami Dalam Medium Asam Klorida.
Jurnal Riset Kimia, 10(1).
Suardi, M., Gusti, M. P. 2023. The Precise of The End Point Titration for
Determination of Ammonium Chloride by Argentometry Method. Jurnal
Ilmu Kesehatan Abdurrab. 1(2).
Sulistyani, S., Rustiah, W., Kristianingrum, S., Fillaeli, A., & PS, F. N. H. 2022.
Pengembangan Teknik Deteksi Ion Logam Fe (III) dengan Menggunakan
116
Taufik, M., Seveline, S., & Saputri, ER 2018. Validasi Metode Analisis Kadar
Kalsium pada Susu Segar secara Titrasi Kompleksometri. AgriTECH.
38(2).
Vidra, A., & Németh, Á. 2018. Bio-Produced Acetic Acid: A Review. Periodica
Polytechnica Chemical Engineering. 62(3).
Wahyudi, Andi S., Wahyu., & Sasongko, P. H. 2012. Metode Kalibrasi Sensor
Rate-Gyroscope untuk Imu Roket. Jurnal Teknologi Dirgantara. 10 (2).
Warsiki, E., & Iskandar, A. Y. S. 2017. Ferrous (Ii) Sulphate (Feso4) Indicator
Label As Spoiled Meat Detector. Indonesian Food Science & Technology
Journal. 1(1).