NIM : A1M219069
Kelas : A
MID : Creative Short Story and Poems
Percaya
“Gue tahu film ini….. Ini keren, tentang perjuangan untuk meraih
impian….” Kata Ricky sambil mengintai film tersebut dari balik punggung
sahabatnya yang terbentuk indah karena kebiasaan mengolah raga di pusat
kebugaran.
Ivan masih menonton, tapi pikirannya sudah tidak fokus lagi pada film
tersebut. konsentrasinya terpecah. Semenit kemudian, Ivan mengambil kendali
jarak jauh dan menekan tombol jeda kemudian menoleh ke arah Ricky.
“Enggak total gagal sih, Van,” jawab Ricky, “Gue lulus tahap awal, hanya saat
masuk ke final, gue enggak berhasil. Gue hanya semi final….”
Ivan tersenyum. “Terus?”
Ivan mengusap bahu Ricky dan kemudian berkata, “Lalu…. Elo mau sampai
kapan nyobain terus?”
“Sampai gue berhasil!”
“Kapan?”
“Tanya pada Tuhan! Kapan Dia mau bermurah hati Memberi impian terbesar
gue….”
“Terus? Enggak salah kan kalau gue bertanya, Tuhan itu di mana…. Gue marah
karena dari tahun ke tahun gue terus berjuang untuk impian gue menjadi aktor,
gue selalu percaya akan keberhasilan gue, tapi ternyata gagal terus…..”
“Eh Sial …. Banyak orang yang berbakat akting tapi enggak jadi aktor dan
enggak ke Hollywood…. Mereka hanya menjadi pemain teater. Atau pemain
drama di gereja. Itu juga bisa bakat…. Elo enggak boleh ngeremehin….”
“Tapi Elo juga harus realistis, Bitch …. Umur Elo sekarang sudah 35. Berapa
banyak coba, aktor yang baru memulai karir film usia segini? Mungkin ada, tapi
berapa banyak?”
Ricky diam sejenak. “Tapi, gue udah main satu film pendek…” sambungnya.
“Baru satu kan…. Aktor-aktor lain sudah berapa film bioskop di usia Elo
segini…. Atau berapa film pendek….”
“Gue sih realistis, Rick…. Elo mau sampai kapan berjuang terus? Elo bahkan
suka minta izin dari kantor kalau mau casting….. Bolos kerja demi kegagalan….”
“Kan perjuangan….”
“Enggak salah punya impian besar, Rick….. tapi Elo harus realistis…. Elo kan
sekarang sudah kerja di Cinemags, majalah film terlaris di Indonesia. Elo bahkan
pernah dipercaya untuk wawancara Zac Efron di Singapura waktu promo film
terbaru dia. Bahasa Inggris Elo bagus. Tulisan-tulisan Elo tentang film bagus-
bagus. Jadi, ya sudahlah…. Elo sudah kerja di bidang yang Lo cinta kan…. Bukan
aktor memang, tapi Lo kan menulis tentang film, membahas film….”
“Tapi gue justru patah hati rasanya, Van…. Gue menikmati kerjaan gue
dan ini memang juga gue cinta. Tapi, impian utama gue adalah berakting. Gue
ingin film yang gue bintangi dibahasa di majalah. Gue mau jadi yang
diwawancara, sebagai aktor yang baru saja rilis film terbarunya. Patah hati
rasanya saat gue hanya bisa wawancara aktor lain dan ngebahas doank…. Akting
itu jiwa hidup gue….”
Ivan hanya menarik napas sambil menatap Ricky sejenak, kemudian dia
mengambil remote control dan melanjutkan La La Land .
Dia kesedihan kesedihan Ivan dalam salah satu momen saling mencurahkan isi
hati yang mereka lakukan.
Lihat deh segala sesuatu pada sisi positif, dan Elo akan bisa memilih
bahagia…. Elo memang masih gagal untuk dapetin impian akting Elo, tapi kan
Elo bisa kerja di bidang yang Elo tetap cinta. Menulis di majalah, film
topiknya…. Elo punya gaji jadi bis a mandiri dan bisa berbagi juga…. Kalaupun
Elo enggak dapetin impian Elo, kan bukan berarti hidup Elo berakhir…..
“Bu, ada di kelas ini yang mau jadi film bintang…. Ricky, Bu.” Angga,
teman sekelasnya sewaktu SD berkata kepada ibu guru yang sedang mengajar saat
itu. Serempak, anak-anak kelas menatap Ricky. Ricky hanya tersenyum sambil
mengangguk dengan kuat.
Michael Willet, salah satu aktor yang baru saja merilis film terbarunya dan
film yang berada di peringkat dua Box Office Chart terbaru, membuka amplop
dan siap membacakan nama pemenang kategori Aktor Pendukung Terbaik. Seisi
ruangan yang amat luas itu sambil terdiam memandang. Situasi hening dan tim
musik pengiring acara pun sedang menghentikan permainan musiknya.
Colton Haynes, salah satu aktor paling bersinar di Hollywood saat itu yang
menjadi rekan utamanya dalam Film I Am Number Six menghampirinya dan
memeluknya dari belakang. Ricky menghentikan pelukan dengan sahabatnya dan
membalas pelukan aktor tampan tersebut.
Seisi ruangan menjadi sepi dan iringan musik pun berhenti tepat saat
Ricky sudah berada di podium sambil memegang piala Oscar-nya dengan tangan
kanan. Dia mendekatkan mulutnya ke mikrofon dan mengucapkan pidato
kemenangannya. Wajahnya menampilkan ekspresi bahagia yang luar biasa dengan
senyuman manis yang terus menghiasi wajahnya.
“Dan ketika Anda merasa sangat sulit untuk percaya, ingatlah bahwa saya
adalah contoh hidup dari pernyataan: KETIKA KITA PERCAYA, KEAJAIBAN
TERJADI….. Ketika saya mampu, itu berarti Anda semua juga, karena saya tidak
ada bedanya …. Kita semua adalah manusia yang memiliki kekuatan dan
kelemahan, yang memiliki sisi baik dan buruk…. Terima kasih…."
Ricky menatap hadirin dan kemudian menatap Ivan, dengan mata yang
berkaca-kaca. Ricky merasa dia bisa segera membasahi kedua bagian pipinya
dengan air matanya…….
“Harusss….” balas Deo.
“Dan aku ingin ngomong lagi sekarang, Rick…. Kamu berhasil atau kamu
gagal, kamu adalah pacar aku dan aku mencintai kamu…. Dan kamu punya
kehidupan yang indah…. Banyak yang bisa kamu syukuri dan nikmati…. OKE?"
“Sehabis ini kita nonton ke Ciwalk yaa…..” kata Ricky sambil menatap
pacarnya itu. Deo pun sepertinya heran.
Deo memberikan ekspresi bahwa dia tidak tahu lagi harus berkata apa
sambil menghela napas. Ricky segera menyambung, “Sudah, enggak usah
protes. Jika kita percaya, kita harus berlaku seolah kita sudah pasti
mendapatkan…. Iya kan! Karena kita percaya…. Sekarang, saya mau pesan
makanan…. Lapar nih….”
Ricky segera sibuk dengan menu kafe tersebut sementara Deo hanya
memandanginya sambil memandang sekilas, kemudian tersenyum.
Untuk bisa hijrah tentu ada ikhtiarnya. Hijrah juga tidak sembarang
dilakukan , haru ada niatan Niat juga datang jika ada hidayah dari Tuhan. Maka
jika sudah didapat, jadikan hidayah sebagai solusi untuk meraih kebahagiaan
dunia maupun akhirat. Usahakan, Dapatkan, Pegang erat, Jangan sampai
kehilangan. " Malam semakin larut. Eci masih saja asik mengikat es kantong satu
per satu. Walaupun matanya sudah sangat berat, tetapi ia tetap meneruskan
pekerjaannya hingga selesai.
" Mas , bangun mas . Mas , ayo bangun , udah siang ni .... ayo mas, kerja".
" Assalaamu'alaikum pak, " Sambut Eci . " wa'alaikumussalaam " jawab
dari dalam hp sentr butut Eci . Ada apa pak , menelpon saya ? Apa ada yang harus
saya lakukan ? " Tanya Eci.
" Begini Ci , nanti selesai maghrib Eci ke rumah adik bapak yang bagian
kepegawaian ya.
"Kata suara di dalam hp tersebut. "Ada apa pak ? "Tanya Eci. "Pokoknya
datang aja ke rumahnya " tegas pak Ahmad . Oh ya pak , saya akan ke sana habis
maghrib .
"Mohon maaf pak, tadi saya ditelpon sama pak Ahmad. Katanya bapak
minta saya datang menemui bapak. Sebenarnya ada apa ya pak ? Apa saya ada
salah ? " Tanya Eci penasaran.
" Dek .... Ada sesuatu yang ingin mas sampaikan . Ada apa mas ?
Ngomong ajalah . Tapi mas takut adek nggak setuju. Ya sudah ngomong aja.
"Jawab Eci penasaran. "Begini dek , mas ingin keadaan kita berubah , maksud
mas , mas pengen nambang tamu - tamu hotel dek .
Eci menoleh ke arah Edo. Memangnya mas punya SIM dan mas mau
sewa mobil ? "Tanya Eci "Ya , nggak lah dek . Lalu banagimana caranya ? Ya ,
kita belilah mobil seken yang harganya terjangkau. " Jawab Edo.
"Tapi mau dapat uang dari mana mas ? Hmmm .... Begini dek "Edo
seperti ragu mau mengucapkan sesuatu pada Eci.
"Bukan gitu mas, tapi saya takut entah nanti mas berhalangan, nggak ada
penumpang, lalu macet angsurannya, bagaimana mas ? "Tanya Eci penuh
kekhawatiran. "Udahlah dek, tenang ajalah, mas pasti bisa mengatasi hal ini . Ya
sudah , benar ya mas , pokoknya saya nggak mau kalau nanti jadi masalah . Ya ,
ya .... Mas janji . Waktu berjalan begitu cepat . Tiga bulan sudah berlalu . Edo
belum juga mulai nambang. Padahal Eci sudah membuatkannya SIM untuk
membawa penumpang hotel.
“Baru jam sepuluh ? " Tanya Eci . " Loh mas, kok udah pulang ? Kenapa
cepat sekali ? Ini kan " Capek , ngantuk , sepi . Loh kok capek mas ? Kan Cuma
nungguin orang ngantar uang kok . Udah lah kan masih ada besok . Tapi mas ,
alaaah , udah lah ribut aja . Ke sekolah sana ! "Bentak Edo kepada istrinya.
Eci memang selalu mendapat perlakuan kasar dari Edo . Kalau sudah
begini Eci hanya bisa mengurut dada dan pergi meninggalkan rumah dengan
Beberapa hari berikutnya Edo selalu pulang siang Padahal kalau kiosnya dijaga
sampai malam pemasukannya jual bensin bisa mencapai 500-600 ribu . lumayan
banyak . Apa lagi kalau malam minggu . uang hasil Hari terus berganti .
Sementara pada suaminya , Eci juga malas ngomong . Dia lebih banyak
diam . Kejadian ini bukan baru pertama sekali dilakukan oleh suaminya .
Beberapa tahun lalu Edo juga pernah selingkuh dengan perempuan yang sudah
bersuami . Rasanya Eci sudah bosan melihat kelakuan Edo yang suka mengotori
rumahtangganya dengan pengkhianatan . Eci bertahan selama ini hanya karena
anak-anaknya. anak - anaknya tumbuh tanpa seorang bapak . bertahan selama ini
hanya karena anak - anaknya . Ia tak mau kapal pesiar di laut Batam- Singapura .
Ia mencoba minta.
Pagi - pagi sekali Eci menelpon abangnya yang bekerja di pekerjaan pada
abangnya . Kebetulan bos kapal pesiar tempat abang Eci bekerja sedang mencari
karyawan.Bak gayung bersambut , Ecipun menyampaikan berita gembira ini pada
Edo. Walaupun hatinya masih sangat sakit , tapi ia kesampingkan dulu rasa sakit
hatinya.
" Mas , tadi pagi saya nelpon abang. Abang siapa ? Tanya Edo ke Bang
Agil. Mau apa nelpon bang Agil ? Minta kerjaan untuk mas. Mas harus terima
kerjaan itu karena dia sudah merekomendasikan mas untuk kerja di sana. Biklah
kalau itu maumu. Pagi - pagi sekali Eci mengantar Edo ke pelabuhan untuk
berangkat ke Batam. Eci meninggalkan pelabuhan sambil berpesan, ingat mas
kerja yang benar.
“Ya dek mas akan kerja sungguh - sungguh demi anak – anak”.
Sepanjang perjalanan Eci memohon pada Allah dalam hati agar diberikan
kekuatan suaminya dan semangat bekerja yang tinggi. Menjelang masuk waktu
ashar telpon masuk dari bang Agil. Eci cepat - cepat mengangkat hp nya.Rupanya
Bang Agil mulai mengkhawatirkan Edo yang tidak sampai - sampai ke pelabuhan
Nongsa Batam. Seharusnya sebelum zuhur Edo menelpon dari Singapura. sudah
sampai. Bang Agil bingung bosnya terus - terusan Sore itu Eci duduk di tangga
pintu dapur rumahnya sambil memandangi buah rambutan di belaknag rumah. Ia
terus berharap agar masa depan anak - anaknya terjamin kalau suaminya betah
bekerja di kapal pesiar itu.
Tiba - tiba lamunan Eci dibuyarkan oleh bunyi langkah kaki dari samping
rumah . Eci menoleh ke arah samping . Betapa kagetnya Eci melihat Edo muncul
tiba - tiba di hadapannya . Edi benar - benar tak habis pikir . Apa yang ada di
pikiran Edo sampai dia berani membatalkan pekerjaan yang susah payah
diperjuangkan oleh abang iparnya itu. Ecin langsung masuk ke rumah tanpa
berkata apa - apa. Semalaman Eci tidak memperdulikan Edo.
Dia menar benar sudah kecewa . Kekecewaannya sudah sampai pada titik
terakhir . Besok paginya Eci langsung mengajukan surat permohonan pindah
kepada kepala sekolah . Eci sudah menutuskan untuk hijrah ke kampong
halamannya untuk mengubur semua kenangan pahit yang ia derita selama 16
tahun di kampong suaminya . Setelah surat pindahnya keluar Ecipun berkemas -
kemas untuk pindah. Edo yang tidak tahu rencana kepindahan istrinya mencoba
menanyakan hal ini pada Eci.
"Dek , kamu mau pindah sendiri tanpa mas ? Saya tidak sendiri mas , tapi
saya pindah bersama anak - anak saya. Mereka itu juga anak - anak mas lo dek,
timpal Edo
"Apa ? Hello...Selama ini mas kemana ? Apa mas peduli mereka makan
apa tidak ? Apa mas tau mereka butuh uang apa tidak ? Terus berapa biaya
sekolah mereka apa mas tahu ? Nggak kan ? Sudahlah mas tolong biarkan kami
pergi dari kehidupan mas . " Edo langsung bersujud di kaki Eci.
Ia benar - benar menyesal dengan apa yang telah ia perbuat. Eci sudah
tidak menghiraukan air mata buaya Edo . Edo terus berusaha mendapatkan maaf
Eci. Siang dan malam ia terus meminta maaf dan berjanji kalau sudah sampai di
kampung Eci ia akan berubah. Dengan penuh pertimbangan dan lagi - lagi demi
anak - anaknya, akhirnya Eci mau memaafkan Edo.