Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gugus karbonil adalah salah satu atom karbon dan satu atom yang oksigen
dihubungkan dengan ikatan ganda dua. Gugus ini merupakan salah satu gugus
yang lazim di alam, dan terdapat dalam karbohidrat, lemak, protein, dan steroid.
Aldehid dan keton adalah dua dari kelompok senyawa organik yang
mengandung gugus yang karbonil. Aldehid dan keton merupakan gugus fungsi
paling penting dalam kimia organik. Aldehida memiliki sedikitnya satu atom
hidrogen melekat pada atom karbonil. Gugus sisanya dapat berupa atom hydrogen
lain atau gugus organik alifatik atau aromatik. Pada keton, atom karbon karbonil
terhubung dengan dua atom karbon lain. Formaldehida termasuk aldehida paling
sederhana yang merupakan komponen dari berbagai material dalam bangunan
material dalam bangunan rumah. Keton kimiawi aldehida dan keton berperan
penting dalam cara kita mencerna makanan. Beberapa dari aldehid dan keton
seperti aseton (CH3COHCH3) dan metIlketon (CH3COHCH2CH3) dipakai dalam
jumlah besar sebagai pelarut. Larutan pekat formaldehida (HCHO) dalam air
dipakai untuk mengawetkan jaringan hewan dalam penelitian biologi. Bahan alam
seperti karbohidrat dan hormon steroid mengandung struktur karbonil aldehida
dan keton bersama-sama gugus fungsi lain. Formaldehida sering dipakai sebagai
olesinfektan dan pengawet organisme biologi tetapi penggunaan formaldehida
sebagai pengawet makanan dilarang.
Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mengerti dan
memahami persamaan dan perbedaan senyawa aldehid dan keton. Perlu dilakukan
praktikum ini tentang aldehida keton untuk mengetahui kandungan pada sampel
yaitu ekstrak papaya, madu, ekstrak alpukat, ekstrak tebu, ekstrak buah naga,
aseton, dan formaldehid, apakah mengandung gugus aldehida atau keton melalui
uji Fehling dan uji Tollens sehingga dari praktikum ini dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui reaksi yang terjadi pada aseton pada uji Fehling AB
- Mengetahui sampel yang mengandung aldehid pada uji Fehling Ab
- Mengetahui sampel yang keton pada uji Tollens
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Aldehida dan keton dicirikan oleh adanya gugus karbonil. Aldehida


memiliki sedikitnya satu atom hidrogen melekat pada karbon karbonil. Gugus
sisanya dapat berupa atom hidrogen lain atau gugus organik alifatik atau aromatik.
Gugus –CH=O yang merupakan ciri dari aldehida sering disebut gugus formil.
Pada karbon atom karbon karbonil terhubung dengan dua atom karbon lain.

O
O O
atau -CH=O atau -CHO

C C
C gugus aldehida atau keton

R H
Aldehida
Gugus Karbonil
formil

Dalam sistem IUPAC, akhiran penciri untuk aldehida ialah –al (dari suku
pertama kata aldehida). Contoh :

O O O

H C H CH3 C H CH3CH2 C H
Metana Etanol Propanol
(Formaldehida) (Asetaldehida) (propinaldehida)

Karena aldehida telah lama dikenal maka nama-nama umumnya sering


digunakan dan biasanya dicantumkan dibawah nama IUPAC-nya.
O
4 3 2 1
O
CH3CHCH2 C H
4 3 2 1
CH2 CH CH2 C H
CH3
3-Metil Butana 3-Butenal
Untuk aldehida yang bersubstitusi, kita namai rantai dimulai dengan karbon
aldehida. Untuk aldehida siklik digunakan akhiran karboldehida. Aldehida
aromatik sering mempunyai nama umum.
CHO
O

C H

Siklopentana karboldehida Benzalehida


(Formil Siklopentana) (Benzana Karboldehida)
Sekitar setengah dari asetaldehida yang diproduksi setiap tahun dioksidasi
menjadi asam asetat. Sisanya digunakan untuk produksi 1-butanol dan bahan
kimia komersial lainnya.
2CH2 CH2 + O2 2CH3CH O
100o-300oC

Aseton adalah keton yang paling sederhana, juga diproduksi secara besar-
besaran. Sekitar dua miliar setiap tahun metode yang paling sering digunakan
untuk sintesis komersial ialah oksidasi propena, oksidasi isopropil alkohol dan
oksidasi isopropil benzena.
H OH
COH O
H2SO4 encer
CH3 C CH3 CH3 C CH3 + CH3 C CH3
H2O

Sekitar 30% aseton digunakan secara langsung, sebab aseton tidak hanya
becampur sempurna dengan air tetapi juga merupakan pelarut yang baik untuk
banyak zat organik (resin, cat, zat warna, dan cat kuku). Sisanya digunakan untuk
pembuatan bahan kimia komersial lain, termasuk biofenol 1-A untuk resin epoksi.
Kulonasi merupakan golongan senyawa karbonil yang unik. Senyawa ini
merupakan diketon terkonjugasi siklik. Semua kulonon berwarna, dan banyak
diantaranya berpigmen alami yang digunakan sebagai zat warna. Alzarin adalah
kulonan berwarna jingga, merah yang digunakan untuk mewarnai maantel merah
dalam seragam tentara inggris selama revolusi amerika. Vitamin K adalh
kulonana yang diperlukan untuk pembekuan darah secara normal
(Sastrohamidjojo, 2005).
Dalam sistem IUPAC akhiran untuk keton adalah –On (dari suku kata
terakhir keton). Rantai dinomori sehingga karbon karbonil memiliki nomor
terendah. Nama umum keton dibentuk dengan menambahkan kata karbon pada
nama gugus alkil atau ail yang melekat pada karbon karbonil.

O O O

2 3 4 1 2 3 4 5
1
CH3 C CH3 CH3 C CH2CH3 CH3CH2 C CH2CH3

Propanon 2-Butanon 3-Pentanon


(aseton) (etil metil keton) (dietil keton)
O O O
1
5 2 CH3 CH C CH3
4 3 2-Butanon
Sikloheksanon 2-Metil siklopentanon (metil etil keton)

O O
O
C CH3 C
C
Asetofenon Benzofenon Disokloropil Keton

Formaldehida, yaitu aldehida yang sederhana dibuat secara besar-besaran


melalui oksidasi metanol
Katalis Ag
CH3OH CH2 O +H2
600o-700oC
Formaldehida bewujud gas tetapi gas ini tidak dapt disimpan didalam
keadaan bebas karena akan mudah berpolimerisasi. Biasanya formaldehida
dipasok sebagai larutan berair 37% yang disebut formalin. Dalam bentuk ini
formalin digunakan sebgai desinfektan dan pengawat, namun sebagian besar
formaldehida digunakan dalam pembuatan plastik, insulasi bangunan, papan
partikel dan kayu lapis. Asetal dehida mendidih didekat suhu kamar. Senyawa ini
dibuat melalui oksidasi etilena dengan bantuan (Harold, 2003).
Reaksi-reaksi aldehida antara lain:
Oksidasi
Aldehida adalah reduktor kuat, sehingga deapat mereduksi oksidator-oksidator
lemah. Pereaksi Tollens dan Fehling merupakan contoh oksidator lemah yang
merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehida. Oksidasi aldehida
menghasilkan asam karboksilat.
O O

R C H + Ag2O(aq) R C OH + Ag(s)

Reduksi
Ikatan rangkap dari –C=O dari gugus fungsi aldehida dapat diadisi gas
hidrogen alkohol primer. Adisi hidrogen menyebabkan penurunan bilangan
oksidsi atom karbon gugus fungsi. Oleh karena itu adisi hidrogen tergolong
reduksi.
Oksidasi
Keton merupakn reduksi lemah dari pada aldehida. Zat-zat pengoksidasi
seperti pereaksi Tollens dan Fehling tidak dapat mengoksidasi keton. Oleh karena
itu aldehida dan keton dapat dipecahkan menggunakan pereaksi-pereaksi tersebut.
Aldehida + pereaksi tollens cermin perak
Keton + pereaksi tollens tidak ada reduksi
Aldehida + pereaksi fehling endapan merah bata
Keton + pereaksi fehling endapan merah bata
(Fessenden, 1982).
Aldehida dan keton sangat banyak dialam. Banyak aldehida dan keton
memiliki bau yang harum dan cita rasa, sehingga sifat ini dimanfaatkan dalam
produk parfum dan produk konsumsi lainnya contonya (sabun, pemutih dan
pengharum ruangan). Namun penggumpalan dan ekstruksi zat wangi ini dari
bunga tumbuhan kelenjar hewan sangat mahal. Chanel S yang memasuki pasar
parfum pada tahun 1921 merupakan wangi-wangian pertama yang menggunakan
bahan kimia organik sintetik. Sebagian besar pembuat wewangian melakukan hal
yang sama.
H

C O
Formaldehida merupakan aldehida yang paling banyak diproduksi dan
mempunyai banyak kegunaan, antara lain untuk mengawetkan mayat, untuk
membuat berbagai jenis plastik. Keton yang paling banyak penggunannya adalah
propanon, dengan nama dagang aseton.
Fruktosa dapat berekasi dengan Fehling karena fruktosa dapat mereduksi
pereaksi Fehling karena mengalami suatu proses yang disebut penataan ulang
sehingga membentuk struktur aldosa dari gugus ketosa
CH2OH CHOH CHO
C O C OH HO C H
HO C H C OH
HO C H
H C OH HO C H
H C OH
H C OH H C OH

H C OH
H C OH
CH2OH

CH2OH CH2OH
Fungsi penambahan Fehling AB pada sampel pada percobaan ini adalah
untuk menguji zat-zat yang bersifat mereduksi dengan ciri terbentuk endapan
berwarna kuning, hijau atau merah bata. Sehingga dapat diketahui sampel mana
yang termasuk senyawa keton
Gula pereduksi adalah gula yang bersifat mereduksi ion tembaga (Cu2O)
pada pereaksi Fehling atau ion perak pada pereaksi Benedict. Contoh glukosa
fruktosa.
Gula non-pereduksi adalah gula yang tidak dapat mereduksi ion tembaga
(Cu2O) atau ion perak contoh sukrosa. Reaksi tautomerisasi adalah proses
pengubahan dari keton menjadi aldehida.
Ketosa yaitu monosakarida yang mengandung gugus keton (-C=O) dan
beberapa gugus hidroksilat. Contoh fruktosa. Sedangkan aldosa yaitu
monoskarida yang memiliki satu gugus aldehida (-CHO) dan beberapa gugus
hidroksil. Contohnya: galaktosa, glukosa, manosa dan ribosa
Aldehid dan keton memiliki banyak kegunaan diantaranya:

Aldehida
Formaldehida = bahan pengawet contoh: biologi bahan pembuat berbagai
jenis plastik termostat
Sinomaldehid = penyebab bau khas pada kayu manis
Vanili = aroma pad vanili
Keton
Aseton = pelarut pelitur dan plastik
Metil etil keton = pelarut koteks
Muskon = bahan pembuat minyak wangi (petrucci, 1990)
Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehida dengan
mengembangakan beberapa uji untuk mendeteksi beberapa gugus fungsi ini.
Hasilnya mudah dilihat, uji yang paling banyak digunakan untuk deteksi aldehida
adalah uji Fehling, Tollens, dan Benedict.
Pereaksi Tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah
larutan basa dari perak nitrat, larutannya jernih dan tak berwarna. Untuk
mencegah pengendapan ion perak sebagai oksidasi (Cu2O) pada suhu tinggi
ditambahkan beberapa tetes larutan amonia. Amonia membentuk beberapa
kompleks larut air dengan ion perak.
Jika aldehid dioksidasi dengan pereaksi Tollens, terbentuk asam karboksilat
pada saat itu ion perak. Contohnya asetildehida dioksidasi menjadi asam asetat.
Perak biasanya mengendap sebagai cermin pada permukaan dalam tabung reaksi.
Karena aldehida teroksidasi menjadi asam karboksilat senyawa ini adalah
pereduksi. Ion perlu tereduksi menjadi logam perak, senyawa ini adalah
pengoksidasi. Cermin sering dilapisi dengan perak oleh pereaksi Tollens. Proses
niaga menggunakan glukosa atau formaldehida sebagi pereduksi.
Pereaksi Fehling dan Benedict adalah larutan basa berwarna biru dari
tembaga sulfat yang susunannya agak berbeda. Jika aldehida dioksidasi dengan
pereaksi Benedict dan Fehling (Ibrahim, 1981).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat - alat
- Penjepit tabung
- Rak tabung reaksi
- Hotplate
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Gelas kaca
- Botol reagen
- Sikat tabung reaksi
3.1.2 Bahan
- Larutan Fehling A 0,1 M
- Larutan Fehling B 0,1 M
- Larutan NH4OH 0,1 M
- Larutan AgNO3 0,1 M
- Ekstrak tebu
- Ekstrak buah naga
- Sampel madu
- Formaldehid
- Aseton
- Ekstrak pepaya
- Tissu
- Kertas label
- Aquadest

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Uji Fehling AB
3.2.1.1 Sampel aseton dengan Fehling AB
- Dibuat Fehling AB dengan mencampurkan Fehling A 5 tetes dan
Fehling B 5 tetes
- Ditambahkan 10 tetes sampel aseton
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.2 Sampel formaldehid dengan Fehling AB
- Dibuat Fehling AB dengan mencampurkan Fehling A 5 tetes dan
Fehling B 5 tetes
- Ditambahkan 10 tetes sampel formaldehid
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.3 Sampel ekstrak pepaya dengan Fehling AB
- Dibuat Fehling AB dengan mencampurkan Fehling A 5 tetes dan
Fehling B 5 tetes
- Ditambahkan 10 tetes sampel ekstrak pepaya
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.4 Sampel ekstrak alpukat dengan Fehling AB
- Dibuat Fehling AB dengan mencampurkan Fehling A 5 tetes dan
Fehling B 5 tetes
- Ditambahkan 10 tetes sampel ekstrak alpukat
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.5 Sampel ekstrak buah naga dengan Fehling AB
- Dibuat Fehling AB dengan mencampurkan Fehling A 5 tetes dan
Fehling B 5 tetes
- Ditambahkan 10 tetes sampel ekstrak buah naga
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.6 Sampel ekstrak tebu dengan Fehling AB
- Dibuat Fehling AB dengan mencampurkan Fehling A 5 tetes dan
Fehling B 5 tetes
- Ditambahkan 10 tetes sampel ekstrak tebu
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.7 Sampel madu dengan Fehling AB
- Dibuat Fehling AB dengan mencampurkan Fehling A 5 tetes dan
Fehling B 5 tetes
- Ditambahkan 10 tetes sampel madu
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati

3.2.2 Uji Tollens


3.2.1.1 Sampel aseton dengan uji Tollens
- Dibuat Tollens dengan mencampurkan 5 tetes NH4OH dan 5 tetes
AgNO3
- Ditambahkan 10 tetes sampel aseton
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.2 Sampel formaldehid dengan uji Tollens
- Dibuat Tollens dengan mencampurkan 5 tetes NH4OH dan 5 tetes
AgNO3
- Ditambahkan 10 tetes sampel formaldehid
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.3 Sampel ekstrak pepaya dengan uji Tollens
- Dibuat Tollens dengan mencampurkan 5 tetes NH4OH dan 5 tetes
AgNO3
- Ditambahkan 10 tetes sampel ekstrak pepaya
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.4 Sampel ekstrak buah naga dengan uji Tollens
- Dibuat Tollens dengan mencampurkan 5 tetes NH4OH dan 5 tetes
AgNO3
- Ditambahkan 10 tetes sampel ekstrak buah naga
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.5 Sampel ekstrak tebu dengan uji Tollens
- Dibuat Tollens dengan mencampurkan 5 tetes NH4OH dan 5 tetes
AgNO3
- Ditambahkan 10 tetes sampel ekstrak tebu
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.6 Sampel ekstrak alpukat dengan uji Tollens
- Dibuat Tollens dengan mencampurkan 5 tetes NH4OH dan 5 tetes
AgNO3
- Ditambahkan 10 tetes sampel ekstrak alpukat
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
3.2.1.7 Sampel madu dengan uji Tollens
- Dibuat Tollens dengan mencampurkan 5 tetes NH4OH dan 5 tetes
AgNO3
- Ditambahkan 10 tetes sampel madu
- Dipanaskan 5 menit
- Diamati
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Data Pengamatan
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
1. Uji Fehling AB
Dibuat Fehling AB dengan Larutan Fehling A berwarna biru
mencampurkan Fehling A 5 muda
tetes dan Fehling B 5 tetes Larutan Fehling B (bening)
Larutan Fehling AB menjadi biru
tua
Ditambahkan 10 tetes Aseton (bening)
masing-masing sampel Formaldehid (bening)
Ekstrak Pepaya (orange)
Ekstrak Alpukat (hijau)
Ekstrak Buah Naga (ungu)
Ekstrak Tebu (kuning)
Madu (coklat)
Dipanaskan 5 menit
Diamati
Fehling AB + Aseton menjadi
berwarna biru tua (tetap)
Fehling AB + formaldehid menjadi
terbentuk cermin perak
Fehling AB + Ekstrak pepaya
menjadi berwarna merah bata
Fehling AB + ekstrak alpukat
menjadi terdapat dua fase, fase atas
berwarna kuning kunyit dan
terdapat endapan merah bata
Fehling AB + ekstrak buah naga
menjadi berwarna merah dan
terdapat endapan merah bata
Fehling AB + ekstrak tebu menjadi
berwarna merah bata dan terdapat
endapan
Fehling AB + madu menjadi
berwarna kuning

2. Uji Tollens
Dibuat Tollens dengan Larutan AgNO3 (bening) hasilnya
mencampurkan 5 tetes campuran kedua larutan tetap
NH4OH dan 5 tetes AgNO3 berwarna bening
Ditambahkan 10 tetes Aseton (bening)
masing-masing sampel Formaldehid (bening)
Ekstrak Pepaya (orange)
Ekstrak Alpukat (hijau)
Ekstrak Buah Naga (ungu)
Ekstrak Tebu (kuning)
Madu (coklat)
Dipanaskan 5 menit
Diamati
Tollens + aseton tidak ada endapan
cermin perak
Tollens + formaldehid terbentuk
endapan cermin perak
Tollens + ekstrak pepaya terbentuk
sedikit endapan perak
Tollens + ekstrak alpukat menjadi
berwarna coklat tua
Tollens + ekstrak buah naga
menjadi berwarna coklat tua
Tollens + ekstrak tebu menjadi
berwarna merah coklat
Tollens + madu menjadi berwarna
coklat

4. 2 Reaksi
4. 2. 1 Uji Fehling AB
4. 2. 1. 1 Reaksi Fehling A + Fehling B

O O
C ONa C ONa
H C OH H C O
Cu (OH)2 + Cu + 2 H2O
H C OH H C O
C OK C OK

O O

4. 2. 1. 2 Reaksi Tollens
AgNO3 + 2NH4OH Ag(NH3)2OH + H2O + NO3- + H+
4. 2. 1. 3 Reaksi Fehling AB + Glukosa
O
O
O C H C OH O
C ONa H C OH H C OH C ONa
H C O HO C H OH-, H2O H C OH
2
H C O
Cu + HO C H
+ 2 + Cu2O
H C OH H C OH H C OH
C OK
H C OH H C OH C OK

O CH2OH CH2OH O
(Fehling AB) (D-Glukosa) Asam D-Glukonat D-Fruktosa
4. 2. 1. 4 Reaksi Fehling AB + Formaldehid

O O
O C ONa C ONa
HH C O
O
H C H +2 HO-
Cu OH , 2 H C OH + Cu2O
H C O H C OH + 2 endapan merah bata
(Formaldehid) H C OH
C OK
C OK
O
(Fehling AB)
O

4. 2. 1. 5 Reaksi Fehling AB +Aseton


O

C ONa
H O H
H C O
2 Cu + H C C C H
H C O
H H
C OK

O
(Fehling AB) (Aseton)

4. 2. 1. 6 Reaksi Fehling AB + Fruktosa

(Tautomerisasi Fruktosa)

CH2OH CHOH CHO


C O C OH HO C H
HO C H C OH
HO C H
H C OH HO C H
H C OH
H C OH H C OH
CH2OH H C OH H C OH
CH2OH CH2OH
(e-Fruktosa) (enadiol) (D-Manosa)
O
O C OH O
C ONa HO C OH C ONa
H C O -H O HO C H
2 Cu OH , 2 H C OH + Cu2O
H C O H C OH +2 endapan merah bata
H C OH
C OK H C OH
CH2OH C OK
O
(Fehling AB) (asam D-manoat) O

4. 2. 1. 7 Reaksi Fehling AB + Sukrosa


CH2OH H CH2OH O
O H
O
H C ONa
H O
H HO
OH H H C O 2H2O
OH + 2 Cu
CH2OH H C O
H OH OH H
C OK
O
(Sukrosa) (Fehling AB)

C ONa
CH2OH H CH2OH
O H H C OH + Cu2O
O
H +2 endapan merah bata
H O H C OH
H HO
OH H
OH C OK
CH2OH
H OH OH H O

4. 2. 1. 8 Reaksi Tollens + Glukosa


O O

H C C OH

H C OH H C OH

HO C H HO C H + 2 Ag + 4NH3 + H2O
2 Ag (NH3)2 OH +
H C OH H C OH Cermin Perak

H C OH H C OH

CH2OH CH2OH

(Tollens) (Glukosa)
4. 2. 1. 9 Reaksi Tollens + Formaldehid

O
O
2[Ag (NH3)2] OH + C + 2 Ag + NH3 + H2O
H H C
Cermin Perak
Tollens (Formaldehid) H OH

4. 2. 1. 10 Reaksi Tollens + Aseton

CH3 C CH3 + 2[Ag (NH3)2] OH

4. 2. 1. 11 Reaksi Tollens + Fruktosa

(Tautomerisasi Fruktosa)
CH2OH CHOH CHO
C O C OH
HO C H
HO C H C OH
HO C H
H C OH HO C H
H C OH
H C OH H C OH

H C OH
H C OH
CH2OH

D- Fruktosa CH2OH CH2OH


Enadiol D- Manosa

+ 2[Ag (NH3)2] OH2 + 2 Ag + NH3 + H2O

Tollens Cermin Perak


4. 2. 1. 12 Reaksi Tollens + Sukrosa

CH2OH H CH2OH
O H
O
H
H 2H2O
H O
HO + 2[Ag (NH3)2] OH
OH H
OH Tollens
CH2OH
H OH Sukrosa OH H

CH2OH H CH2OH
O H
O
H
H
H O + 2 Ag + 4NH3 + H2O
OH H HO
OH Cermin Perak
CH2OH
H OH OH H
Sukrosa

4. 3 Pembahasan
Senyawa aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus
karbonil yang terikat pada sedikitnya sebuah atom hidrogen. Sedangkan keton
merupakan suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil yang terikat pada
dua gugus alkil.
Perbedaan aldehid dan keton :
No. Jenis Aldehid Keton
H C H R
1. Gugus Fungsi C R

O O

2. Bila direduksi Menghasilkan alkohol Menghasilkan alkohol


sekunder
3. Bila dioksidasi Menghasilkan asam Tidak dapat dioksidasi
karboksilat
4. Pereaksi Tollens Menghasilkan cermin Tidak ada reaksi
perak
5. Pereaksi Fehling Tidak ada reaksi
Menghasilkan endapan
merah bata
Uji Tollens, pereaksi Tollens merupakan pengoksida ringan yang
digunakan dalam uji ini, yang merupakan larutan basa dari perak nitrat.
Larutannya jernih dan tak berwarna. Jika aldehida dioksidasi dengan pereaksi
Tollens, terbentuk asam karboksilat dan pada saat itu ion perak mengendap
sebagai cermin pada permukaan dalam tabung reaksi. Sehingga aldehida
merupakan senyawa pereduksi yang teroksidasi menjadi asam karboksilat.
Sedangkan ion perak merupakan senyawa pengoksidasi yang tereduksi menjadi
logam perak. Proses ini menggunakan glukosa atau formaldehid sebagai
pereaksinya.
Uji Fehling, pereaksi Fehling adalah larutan basa berwarna biru dari
tembaga sulfat yang susunannya agak berbeda. Jika aldehida direaksikan dengan
pereaksi Fehling, maka akan terjadi reaksi reduksi ari logam (Cu) pada Fehling
AB (Cu2O) dan terbentuk endapan merah bata, dan aldehida teroksidasi menjadi
asam asetat. Tautomerisasi yaitu suatu reaksi perubahan senyawa keton kembali
menjadi aldehid.
Prinsip yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu pada uji Fehling,
berdasarkan pada terjadinya reaksi reduksi dari logam (Cu) pada Fehling AB
menjadi Cu2O dan terbentuk endapan merah bata. Sedangkan pada uji Tollens,
berdasarkan pada terjadinya reaksi reduksi ion perak (Ag) yang mengendap
sebagai cermin perak pada permukaan tabung reaksi.
Pada percobaan pertama, yaitu uji Fehling. Pertama, dibuat Fehling AB
dengan mencampurkan Fehling A (berwarna biru muda) sebanyak 5 tetes dan
Fehling B (berwarna bening) sebanyak 5 tetes dengan menggunakan pipet tetes
yang berfungsi sebagai alat untuk memindahkan larutan ke dalam tabung reaksi.
Tabung reaksi berfungsi sebagai wadah untuk mereaksikan larutan. Hasilnya
campuran antara Fehling A dan B menjadi berwarna biru tua. Kemudian
ditambahkan 10 tetes masing-masing sampel yang telah disediakan yaitu ekstrak
alpukat (berwarna hijau), ekstrak pepaaya (berwarna orange), ektrak buah naga (
berwarna ungu), ekstrak tebu (berwarna kuning), ekstrak madu (berwarna coklat),
formaldehid (berwarna bening) dan aseton (berwarna bening). Kemudian larutan
Fehling AB yang telah ditambahkan masing-masing sampel tesebut
dihomogenkan dan dipanaskan. Fungsi penghomogenan dan pemanasan tersebut
untuk mempercepat reaksi. Sambil diamati sampai terbentuknya endapan merah
bata. Hasilnya larutan formaldehid terdapat endapan cermin perak, ekstrak pepaya
berubah warna menjadi merah bata dan terdapat endapan, ekstrak alpukat berubah
menjadi merah dan terdapat endapan merah bata, ekstrak buah naga berubah
menjadi merah dan terdapat endapan merah bata, ektrak tebu berubah warna
menjadi merah dan terdapat endapan merah bata, aseton tidak berubah warna dan
tetap berwarna biru tua mengikiti warna Fehling AB, dan madu berubah warna
menjadi kuning dan tidak terdapat endapan merah bata, hal ini disebabkan madu
tidak asli. Madu merupakan gugus keton tetapi termasuk dalam senyawa fruktosa
sehingga bila direaksikan dengan Fehling akan menghasilkan endapan merah bata.
Hal ini dikarenakan fruktosa dapat mengalami tautomerisasi yaitu senyawa keton
kembali menjadi aldehid. Fruktosa dapat dioksidasi karena fruktosa dapat
mereduksi pereaksi Fehling sehingga terjadi reaksi reduksi dari logam (Cu) pada
Fehling AB menjadi (Cu2O) dan terbentuk endapan merah bata. Sedangkan
larutan Fehling AB dengan aseton tidak terdapat endapan merah bata, hal ini
dikarenakan keton tidak dapat dioksidasi karena tidak mengandung atom hidrogen
yang terikat pada atom karbonilnya. Sedangkan aldehid dapat dioksidasi karena
memiliki setidaknya suatu atom H yang terikat pada karbonilnya. Sehingga fungsi
penambahan Fehling (A+B) dalam percobaan ini bertujuan untuk membedakan
senyawa aldehida dan keton.
Pada percobaan kedua, yaitu uji Tollens. Pertama, dibuat Tollens dengan
mencampurkan AgNO3 (berwarna bening) sebanyak 5 tetes dan NH4OH
(berwarna bening) sebanyak 5 tetes dengan menggunakan pipet tetes yang
berfungsi sebagai alat untuk memindahkan larutan ke dalam tabung reaksi.
Tabung reaksi berungsi sebagai wadah untuk mereaksikan larutan. Hasilnya
campuran antara larutan AgNO3 dan NH4OH menjadi tetap berwarna bening.
Kemudian ditambahkan 10 tetes masing-masing sampel yang telah disediakan
yaitu ekstrak alpukat (berwarna hijau), ekstrak pepaaya (berwarna orange), ektrak
buah naga ( berwarna ungu), ekstrak tebu (berwarna kuning), ekstrak madu
(berwarna coklat), formaldehid (berwarna bening) dan aseton (berwarna bening).
Kemudian larutan Tollens yang telah ditambahkan masing-masing sampel
tersebut dihomogenkan dan dipanaskan. Fungsi penghomogenan dan pemanasan
tersebut untuk mempercepat reaksi. Sambil diamati dampai terbentuknya cermin
perak pada dinding dalam tabung reaksi. Hasilnya larutan formaldehid terbentuk
endpan cermin perak, larutan ekstrak pepaya menjadi berwarna coklat dan
terdapat sedikit endapan cermin perak, larutan ekstrak alpukat menjadi berwarna
coklat tua, larutan ekstrak buah naga menjadi berwarna coklat tua, larutan ekstrak
tebu menjadi berwarna coklat tua, larutan madu menjadi berwarna coklat tua dan
aseton tetap bening. Seharusnya semua sampel akan terbentuk endapan cermin
perak pada dinding dalam tabung reaksi yang menunjukkan bahwa sampel
tersebut termasuk aldehid. Hal ini dikarenakan faktor perlakuan yang kurang
benar seperti terlalu lama dipanaskn untuk menunggu terbentuknya endapan
cermin perak sehingga semua sampel berwarna coklat tua. Sama halnya dengan
uji Fehling, larutan Tollens yang ditambahkan dengan sampel madu tidak
terbentuk endapan cermin perak, hal ini disebabkan madu yang digunakan bukan
merupakan madu yang asli. Madu merupana gugus keton tetapi termasuk dalam
senyawa fruktosa sehingga bila direaksikan dengan Tollens akan terbentuk
endapan cermin perak. Seperti pada uji Fehling, senyawa fruktosa direaksikan
dengan Fehling seharusnya bereaksi positif, begitu juga dengan fruktosa yang
direaksikan dengan Tollens, seharusnya bereaksi dengan membentuk endapan
cermin perak. Hal ini dikarenakan fruktosa dapat mengalami tautomerisasi yaitu
senyawa keton kembali menjadi aldehid. Fruktosa dapat dioksidasi karena
fruktosa dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga terjadi reaksi reduksi ion (Ag)
yang mengendap sebagai cermin perak pda dinding dalam tabung reaksi.
Sedangkan larutan Tollens dengan aseton tidak terbentuk endapan cermin perak
sebab aseton merupakan gugus keton yang tidak dapat bereaksi dengan Tollens.
Hal ini dikarenakan keton tidak dapat dioksidasi karena tidak terdapat atom
hidrogen yang terikat pada atom karbonilnya. Sedangkan aldehid dapat dioksidasi
karena memiliki setidaknya suatu atom H yang terikat pada karbonilnya. Hal ini
bertujuan untuk membedakan senyawa aldehida dan keton, karena aldehida dan
keton dapat dibedakan dengan cara mereaksikan senyawa-senyawa itu dengan
oksidator seperti pereaksi Fehling dan pereaksi Tollens.
Sifat fisik dari aldehid dan keton yaitu pada suhu kamar yang rendah berupa
zat cair yang berbau tidak enak. Molekul aldehida dan keton dapat saling tarik
menarik karena adanya interaksi polar-polar, larut dalam air dan bertitik didih
tinggi.
Sifat kimia dari aldehid dan keton yaitu aldehid lebih mudah teroksidasi
dibandingkan keton, melalui oksidasi aldehid menghasilkan alkohol primer
sedangkan keton menghasilkan alkohol sekunder, aldehid biasanya lebih reaktif
dibandingkan keton dan merupakan pereduksi yang lebih baik daripada keton.
Aldehida dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat tetapi keton than
terhadap oksidasi lanjutan.
Adapun kegunaan dari aldehid dan keton :
- Aldehid
Formaldehid untuk mengawetkan. Misalnya megawetkan mayat serta
untuk membuat berbagai jenis plastik termoset
Sinamaldehid, penyebab bau pada kayu manis
Sebagai komponen berbagai material dan bangunan rumah
- Keton
Aseton, sebagai pelarut khususnya untuk zat-zat yang kurang polar dan
non polar
Beberapa keton siklik merupakan bahan pembuat parfum
Gula pereduksi adalah gula bersifat mereduksi ion tembaga (Cu2O) pada
pereaksi Fehling atau ion perak pada pereaksi Tollens. Contoh : glukosa, fruktosa,
galaktosa dan asetaldehid.
Kandungan sampel yang terdapat pada percobaan ini, yaitu :
- Buah Naga
Kadar gula 13-18 briks
Air 90 %
Karbohidrat 11,5 g
Protein 0,53 g
Serat,71 g
Kalsium 134,5 mg
Fosfor 8,7 mg
Magnesium 60,4 mg
Vitamin C 9.4 mg
- Buah Pepaya (setiap 100 gram buah pepaya)
Air 86,6 g
Karbohidrat 0.7 g
Serat 0,5 g
Lemak 12,1 g
Protein 0,3 g
Kalsium 3,4 mg
Fosfor 11 mg
Vitamin C 74 mg
- Madu
Fruktosa
Glukosa
Protein
Asam amino
Vitamin
Mineral
Komponen aromatik
Pigmen tumbuhan
- Buah Alpukat
Air 84 g
Protein 0,9 g
Lemak 6,5 g’
Kalsium 10 mg
Fosfor 20 mg
- Tebu
91 % air
Kalori 35 kal
Protein 4,69 g
Lemak 0,4 g
Fosfor 20 mg
Kalsium 4o mg
Vitamin B 0,08 mg (Pudjiadi, 1994)
Fungsi alat yaitu :
Tabung reaksi sebagai tempat untuk mencampurkan atau mereaksikan larutan
Rak tabung reaksi berfungsi untuk meletakkan tabung reaksi agar bisa diamati
Pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan
Botol reagen berfingsi untuk menyimpan larutan
Hot plate berfungsi untuk memanaskan larutan
Gelas sampel berfungsi untuk tempat sampel
Penjepit tabung berfungsi untuk menjepit tabung
Sikat tabung berfungsi untuk membersihkan tabung yang telah digunakan
Fungsi bahan yaitu :
Aquadest berfungsi sebagai zat pelarut
Tissu berfungsi untuk mengeringkan alat-alat yang basah
Kertas label berfungsi untuk memberi nama pada tabung reaksi
Larutan Fehling A dan B digunakan untuk mebuat Fehling AB pada percobaan
Uji Fehling AB
Larutan NH4OH dan AgNO3 digunakan untuk membuat larutan Tollens
Sabun cair digunakan untuk membersihkan tabung reaksi
Aseton, formaldehid, ekstrak alpukat, ekstrak pepaya, ekstrak buah naga,
ekstrak tebu dan madu digunakan sebagai sampel yang akan di uji
Faktor kesalahan yaitu :
Pada percobaan uji Fehling dan Tollens madu yang direaksikan dengan
pereaksi Fehling dan Tollens seharusnya bereaksi membentuk endapan merah
bata (pada uji Fehling) dan terbentuk endapan cermin perak (pada uji Tollens)
Pada percobaan uji Tollens, karena terlalu lama dipanaskan sehingga semua
larutan kecuali aseton berubah menjadi warna coklat
Pada percobaan uji Tollens, seharusnya semua sampel kecuali aseton
membentuk endapan cermin perak tetapi hanya formaldehid dan ekstrak
pepaya yang terbentuk endapan, hal ini dikarenakan faktor perlakuan yang
kurang benar
Pada percobaan uji Fehling seharusnya formaldehid tidak terbentuk endapan
cermin perak tetapi endapan merah bata
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J. 1982. Kimia Organik Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.

Harolt, Hart. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Ibrahim, W. 1981. Kimia Hayati. Bandung: ITB Press.

Petrucci, Ralph H. 1990. Kimia Dasar Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Pudjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokomia. Jakarta: UI Press.

Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai