Anda di halaman 1dari 48

TINDAKAN ETT PADA ATRESIA ANI

Oleh

Atika Safitri Nasution (213 210 073)


Rizki Mudti Nasution (71170891222)
Dino Surya Werdatama (71160891877)
Siti Kemala Sari (71160891838)
Beben Adi Saputra (71170891247)
Maya Rizki (71170891408)

Dosen Pembimbing : Dr. Susi Sembiring, Sp. An


SMF ANASTESI
RSUD DR. PIRNGADI DR. PIRNGADI
MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Oliver Wendell Holmes “ menggambarkan keadaan tidak sadar yang


bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk
menghilangkan nyeri pembedahan”

Secara umum anestesi dibagi menjadi dua, yang pertama anestesi total
Anastesi atau umum, yaitu hilangnya kesadaran secara total. dan anestesi regional
yaitu hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade
selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya

Atresia ani adalah kelainan bawaan berupa tidak adanya anus atau anus
tidak sempurna, merupakan malformasi septum urorektal secara parsial
atau komplet akibat perkembangan abnormal hindgut, allantois dan
duktus Mulleri

Angka kejadian rata-rata malformasi anorektal di seluruh dunia adalah 1


dalam 5000 kelahiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anestesi umum merupakan tindakan


menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible).

Anastesi

Trias anestesi meliputi : hipnotik atau sedasi


yang membuat pasien tertidur atau mengantuk,
analgesia atau tidak merasakan sakit dan
relaksasi otot yaitu kelumpuhan otot skelet
Indikasi Anastesi Umum Kontra Indikasi Anastesi Umum
Perbedaan Anatomi

1. Ukuran lidah bayi


2. Laring terletak lebih
tinggi
3. Epiglotis berbentuk
berbeda
4. Pita suara bersudut
5. Laring bayi berbentuk
corong
Sistem pernafasan
Sistem kardiovascular
Distribusi air tubuh
Fungsi ginjal
Hematologi
Termoregulasi
Perbedaan Fisiologis Hati
Sistem GI
Hemostatis glukosa
Perbedaan
Farmakologi

Obat yang larut dalam air memiliki volume distribusi yang


besar dan biasanya memerlukan dosis awal yang besar untuk
mencapai tingkat dalam darah yang diinginkan

Karena nenonatus memiliki lebih sedikit lemak, obat yang


bergantung pada redristibusi lemak untuk penghentian
aksinya akan memiliki efek klinis yang lebih lama

Obat yang didistribusikan kembali ke otot memiliki efek


klinis yang lebih lama
PERSIAPAN PRA
ANESTESI

Puasa
Makanan Padat Cairan
USIA / susu Formula / Jernih
ASI Tanpa Asi
Premedikasi
< 6 bulan 4 jam 2 jam

Infus 6-36 bulan 6 jam 3 jam

> 36 bulan 8 jam 3 jam


Suhu Kamar
Operasi

Peralatan Anastesi
Bayi Harus
Memenuhi Syarat
Evaluasi Pra
Anestesi
PEMERIKSAAN ANAMNESA
MENTAL DAN FISIK PEM.FISIK
PASIEN PEM. LAB

PERENCANAAN ASA 1
ANESTESI
ASA 2

ASA 3

KLASIFIKASI STATUS
FISIK ASA ASA 4

ASA 5

ASA 6
INDUKSI

OBAT

INHALASI INTRAVENA

THIOPENTAL &
PROPOFOL

KETAMIN
ANASTESI
INTUBASI SADAR(awake)
(asleep)

Induksi dengan anestesi Berikan o2 100% beberapa


inhalasi menit

Setelah tidur cukup dalam, Buat posisi kepala dalam posisi


berikan anestesi topikal 1x sniffing dan ekstensi sendi atas
semprot xylocaine 10%

Berikann anestesi inhalasi Berikan analgetik topikal 1x


beberapa menit lagi sambil semprot xylocaine 10 %
menunggu khasiat anestesi.

Lakukan laringoskopi dengan Tunggu 2-3 menit ( menunggu


laringoskop blade lurus dan obat mulai bekerja)
lakukan intubasi

Intubasi dapat dilakukan Lakukan laringskop dengan


dengan bantuan pelumpuh laringoskopi blade lurus dan
otot segera lakukan intubasi
DIAMETER ETT PADA NEONATUS

BERAT BADAN UMUR KEHAMILAN DIAMETER PET

<1000 gram <28 minggu 2.5 mm


1000-2000 gram 28-34 minggu 3.0 mm
2000-3000 gram 34-38 minggu 3.5 mm
>3000 gram > 38 minggu 3.5 – 4.0 mm

Pemeliharaan
Aliran gas dan uap anastesi
- Aliran gas total untuk alat jackson rees : 2-3 kali isi semenit
( TV = 10 ml/kgbb ).
- Aliran gas total untuk alat magil pada anak > 20 kg minimum sama
dengan semenit.

Campuran Gas
- Neonatus N20 : O2 = 50 :50
- Bayi N20 : O2 = 60 : 40
- Anak N20 : O2 = 70 :30
Kalau tersedia, obat pilihan adalah isofluran atau sevofluran 1-2 vol% (nafas
Spontan ) atau 0.25-1.00 vol % ( Nafas Dibantu atau Kendali ).
Therapy Cairan
Selama Operasi

Koreksi Translokasi Koreksi Sesuai


Cairan Selama Operasi Pedoman Berikut

Trauma ringan rata rata 2 Jam 1 50% defisit+cairan


ml/kgbb/jam pemeliharaan/ jam

Trauma sedang rata rata 4 Jam II 25% defisit + cairan


ml/kgbb/jam pemeliharaan/jam

Trauma berat rata rata 6 Jam III 25% defisit+cairan


ml/kgbb/jam pemeliharaan/jam

Pilihan cairan dapat berupa dektrose 5 % dalam 0.225 Nacl, Sedangkan untuk
pengganti kehilangan cairan selama operasi adalah RL atau Ringer asetat
TRANSFUSI

NILAI HT PADA PEDIATRIC

USIA RATA-RATA KISARAN TOLERANSI


Premature 45 40-45 35

Bayi cukup 54 45-65 30-35


Bulan
Sampai usia 3 36 30-42 25
bulan
Sampai usia 1 38 34-42 20-25
tahun
Sampai usia 6 38 35-43 20-25
tahun
Komplikasi Anestesi
Pembuluh Darah

Kerusakan Fisik Intubasi

Ekstubasi
Pernafasan

Kardiovascular

Hati

Suhu Tubuh
ATRESIA ANI
 Atresia ani, yang kini dikenal sebagai
malformasi anorektal (MAR) adalah suatu
kelainan kongenital yang menunjukkan
keadaan tanpa anus atau dengan anus yang
tidak sempurna.
EMBRIOLOGI
 Secara embriologis merupakan kegagalan
pertumbuhan ke kaudal dan pelipatan ke dalam
dari septum urorektal (uroenterik) yang
membagi kloaka menjadi sinus urogenital dan
Rektum
 Minggu ke – 7 masa embrio :
Septum urorektal membagi
Kloaka → Sinus urogenitalis dan Rektum
Membrana kloaka → Membrana analis dan Membrana
urogenitalis
Proliferasi ektoderm pd membrana anal
→ Proctodeum
Pertumbuhan proctodeum ke kranial dan
hindgut ke kaudal → Menyatu menjadi Linea Dentata
( Pectinate line )
Klasifikasi

• Klasifikasi Pena Malformasi Anorektal


berdasarkan garis pubocoxigeus dan garis
yang melewati ischii kelainan disebut:

Letak tinggi Letak rendah


Letak intermediet
rektum berakir akhiran rektum
akhiran rektum
diatas m.levator berakhir bawah
terletak di
ani (m.pubo m.levator ani
m.levator ani
coxigeus)
Modifikasi Klasifikasi (Wingspread 1984)
Diagnosis serta Manajemen
Malformasi Anorektal pada Laki-Laki

Inspeksi perineum dan urinalisa

Pemeriksaan klinis jelas Pemeriksaan linis yang meragukan

Fistula perineal Flat botton invertogram


Bucket handle Mekonium (+)
Fistula raphe Udara pada vesikel
Stenosis anus >1 cm jarak <1 cm jarak
Membran anus rektum-kulit rektum-kulit

Minimal PSARP
Kolostomi Minimal PSARP

PSARP
Diagnosis serta Manajemen
Malformasi Anorektal pada Perempuan

Inspeksi perineum

Fistula (+) Fistula (-)

Kloaka Vagina/ perineal Invertogram


vestibular

Kolostomi Kolostomi <1 cm jarak >1 cm jarak


rektum-kulit rektum-kulit

PSARUVP PSARP Kolostomi

PSARP
Minimal PSARP
Prognosis
Terdapat beberapa faktor prognostic yang
mempengaruhi terjadinya morbiditas pada
malformasi anorektal, seperti abnormalitas pada
sakrum, gangguan persarafan pelvis, sistem otot
perineal yang tidak sempurna, dan gangguan
motilitas kolon
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
NAMA An. I S
UMUR 2 tahun
JENIS KELAMIN Laki-laki
AGAMA Islam
STATUS -

PANJANG BADAN / BERAT BADAN


78 CM / 9 KG

NO. RM 01.02.45.93
Desa suka maju gang baru, Kel. Tanjung tiram
ALAMAT
Kota Gunung Sitoli
MRS 28 MARET 2019
TANGGAL OPERASI 29 MARET2019
ANAMNESIS : ALLOANAMNESIS
(12 Maret 2019)

 Keluhan utama : Tidak adanya lubang anus sejak lahir


 Riwayat penyakit sekarang :
 Hal ini dialami os sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu.Awalnya pasien saat lahir
tidak dijumpai lubang anus, kemudian 2 hari setelahnya dilakukan operasi kolostomi.
Selanjutnya pada usia 11 bulan dilakukan operasi pembuatan lubang anus dan
setelah usia 2 tahun pasien dilakukan penyambungan usus.
 Riwayat penyakit terdahulu : Disangkal
 Riwayat penyaki keluarga : Disangkal
 Riwayat kebiasaan : Disangka
Keadaan Pra Bedah (Follow Up Anestesi 28/04/2019)

Airway : Clear
Frekuensi pernafasan : 22 x/i
Suara pernafasan :Vesikuler
Suara tambahan : (-)
Riwayat asma/sesak/batuk/alergi : -/-/-/-
Pernapasan cuping hidung :-
B1 (Breath)
JMH : tidak dilakukan
pemeriksaan
Mallapati : tidak dilakukan pemeriksaan
Buka mulut : tidak dilakukan pemeriksaan
Gerak leher : tidak dilakukan pemeriksaan
Gerakan Dada : simetris
Maxillofacial injury :-
Akral :
hangat/merah/kering
Tekanan darah :-
B2 (Blood) Frekuensi nadi : 110 x/i
T/V : cukup
Temperatur : 36,5 oC
Sensorium : compos mentis
Konj. palpebra inferior
GCS : 15
Pucat : tidak
Refleks cahaya : +/+
dijumpai
Pupil : isokor
Hiperemis : tidak dijumpai
Reflek fisiologis : +/+
Ikterik : tidak
Reflek patologis : -/-
dijumpai
Riwayat kejang : B3 (Brain)

dijumpai
Muntah proyektil : tidak
dijumpai
Nyeri kepala : tidak
dijumpai
Pandangan kabur : tidak
Urine :+
B4 Volume : cukup
(Bladder) Warna : kuning
Kateter : terpasang

Abdomen : Soepel (+)distensi (-), nyeri tekan (-),


massa (-), feses (+)
Peristaltik : (+) normal
B5 (Bowel)
Mual/Muntah : tidak dijumpai/ tidak
dijumpai
BAB/Flatus : +/+
NGT : tidak terpasang
Fraktur : tidak dijumpai
B6 (Bone) Luka bakar : tidak dijumpai
Oedem : tidak dijumpai
Laboratorium
Hematologi ( 27 februari 2019)
Hb : 13,50 gr/dl (N: 10,5-14 gr/dl)
Ht : 40,20 % (N : 33-39 %)
Eritrosit : 6,11 juta/ul (N: 4,3-6,0 juta/ul)
Leukosit : 15.720/ul (N: 6000-17500/ul)
Trombosit : 435.000/ul (N: 440.000-450.000/ul)

PEMERIKSAAN Kimia Klinik (04 maret 2019)


PENUNJANG Ureum : 17,00 mg/dl (N:10,00-50,00)
Creatinin : 0,12 mg/dl (N:0,60-1.20)
SGOT/SGPT : 31,00 U/L / 14,00 mg/dl (N: 0-40)

Elektrolit (04 maret 2019)


Natrium : 136,00 mmol/L (N:136,00 – 155,00)
Kalium : 3,45 mmol/L (N:3,50 – 5,50)
Chlorida : 102,90 mmol/L (N:95,00 – 103,00)
 Rontgen Thorax : tidak dijumpai kelainan
pada cor dan pulmo (27 Februari 2019)
Diagnosa Kerja
Post Colostomi + Post PSA d/t Atresia Ani

Penggolongan Status Fisik Pasien Menurut ASA


PS ASA I

Rencana Tindakan
Colostomi Closure
Rencana Anestesi
Anestesi Umum dengan Endotrakeal Tube Nafas Terkendali.

Premedikasi : Inj. Midazolam 1 mg/IV, Inj.Fentanyl 25 µg/IV, Inj Sulfas Atropin 0,1
mg
Induksi : Inj. Propofol 10 mg/IV
Relaksan : Inj. Roculax 10 mg/IV
Kesimpulan
Pasien laki-laki usia 2 tahun, berat badan 9 kg, status fisik PS ASA I diagnosis
post colostomi + post PSA d/t atresia ani, jenis tindakan colostomi closure
dengan rencana anastesi umum dengan endotrakeal tube napas terkendali.
Sebelum Operasi (28 Maret 2019)
• Pasien di konsultasikan ke spesialis anestesi
• kunjungan pre-operatif (hasil dari kunjungan pre-
operatif ini telah dijabarkan sebelumnya)
PERSIAPAN PASIEN
Diruang perawatan (28 maret 2019)
• Informed consent
• Surat persetujuan operasi
• Pasien dipuasakan sejak pukul 02.00 WIB tanggal
29 Maret 2019

Di Ruang OK (29 Maret 2019)


• Identifikasi Pasien
• Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di ruang persiapan.
• Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan : nadi = 110x/menit, suhu=36.50C, RR = 20 x/menit
• Pendataan kembali identitas pasien di ruang operasi. Anamnesa singkat kepada keluarga yang
meliputi BB, umur, riwayat penyakit, riwayat alergi, riwayat kebiasaan, dan lainnya.
• Pasien masuk kamar operasi dan dibaringkan di meja operasi kemudian dilakukan pemasangan
EKG, manset, infus, dan oksimeter.
• Pemeriksaan tanda tanda vital.
Persiapan alat
1. Laringoskop 12. Face mask child
2. Stetoskop 13. Mesin anestesi
3. ETT no. 3,5 dengan cuff 14. EKG monitor
4. Guedel (Oropharyngeal airway) 15. Oksimeter/saturasi
5. Plester/Tape : Hypafix 16. Infuse set
6. Suction a) Cairan Ringer laktat 10 ggt/i mikro
7. Ambu bag b) Abocath no.24 G
8. Jackson Rees c) Plester
9. Spuit 3 cc dan 5 cc d) Alcohol
10. Gel lubricating e) Tourniquet
11. Sarung tangan
PERSIAPAN OBAT ANESTESI

1. Premedikasi SA 0,25 mg/1ml


Dosis: 0,01-0,02 mg/kgBB  0,09 – 0,18
Pemberian : 0,1 mg

Fentanyl 100 mcg/2cc


Dosis: 2-3 mcg/kgBB  18 – 27 mcg
Pemberian: 25 mcg

Midazolam 5 mg/5cc
Dosis : 0,07-0,1 mg/kBB  0,63 – 0,9 mg
Pemberian: 1 mg
2. Induksi Propofol 200 mg/20cc
Dosis: 2-2,5 mg/kgBB 18-22,5 mg
Pemberian : 10 mg

3. Maintenance (rumatan) Sevoflurane 2vol %


O2 4 L/menit

4. Analgetik selama op Fentanyl 10 mcg

5. Analgetik post op Paracetamol drip100 mg/8 jam


PELAKSANAAN DI RUANG OPERASI
JAM
KETERANGAN
(WIB)
09.30 • Pasien dari ruang tunggu masuk ke ruang operasi
• Pindahkan pasien ke meja operasi dengan posisi telentang
• Pasang infus pada kaki kanan menggunakan abocath no.24G dengan
cairan Ringer Lactat pada kaki kanan
• Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse
• Mengukur nadi, saturasi prainduksi ( Nadi :120x/m, SPO2 : 100%)
• Pemberian obat premedikasi SA 0,1 mg iv, midazolam 1 mg, fentanyl 25
mcg iv.
09.35 • Induksi dengan propofol dosis propofol intravena 2-3 mg/kg.
• Memastikan pasien sudah tidak sadar dengan cara memeriksa refleks
bulu mata, kemudian diberikan sevofluran 2% inhalasi.
• Dilakukan preoksigenasi dengan sungkup muka dengan menggunakan
O2 sebanyak 2 liter/menit, nafas dibantu dengan menekan balon nafas
secara periodik ± 3 menit.
• Setelah pasien dalam keadaan anestesi (sleep), pasien diintubasi dengan
ETT no.3,5 with cuff , pack (-), guedel (+), untuk memastikan ETT
terpasang dengan benar dengarkan suara nafas dengan stetoskop bahwa
paru kanan dan kiri sama dan dinding dada kanan dan kiri bergerak
simetris pada setiap inspirasi buatan, setelah berhasil fiksasi dengan
hipafix.
• Tutup mata kanan dan kiri pasien dengan plester.
• ETT dihubungkan dengan konektor ke sirkuit nafas alat anestesi,
kemudian air dibuka 2 liter/menit dan O2 2 liter/I, kemudian sevofluran
dibuka 2 vol%.
• Nafas pasien dikendalikan dengan menekan balon nafas dengan
frekuensi 22 kali per menit.
• Perhatikan apakah gerakan nafas pasien simetris antara yang kanan dan
kiri.
• Nadi: 80 x/i, SpO2: 100%
09.50 Operasi dimulai
Nadi : 120x/menit SpO2 : 100%
10.05 Nadi : 120x/menit SpO2 : 98%

10.20 Nadi: 130x/menit SpO2 : 98%


Fentanyl 10 mcg/iv

10.35 Nadi : 120x/menit SpO2 : 99%

10.50 Nadi : 120x/m, SpO2 :100%.

11.05 Nadi : 135x/m, SpO2 : 100%.

11.20 Nadi : 138x/menit SpO2 : 100%


11.35 Nadi:120x/menit SpO2:100%

11.50 Nadi : 120x/menit SpO2 : 100%


• Operasi selesai
• Pemberian obat anestesi dihentikan, pemberian O2 dipertahankan
• Nadi 120x/menit, spO2 100% ETT dicabut setelah pasien
dibangunkan, lendir dikeluarkan dengan suction, dan diberikan O2
• Setelah semua peralatan dilepaskan (EKG, oksimeter) pasien dibawa
ke ruang Recovery Room.
Monitoring perdarahan
Kassa basah : 5 x 10 cc = 50 cc
Kassa ½ basah : 2 x 5 cc = 10 cc
Suction :-
Total : 60 cc
Maintanance cairan (4:2:1) (BB=9,0 kg)
Kebutuhan basal = (4x9kg) + (2x0) + (1x0) = 36 cc
Defisit cairan puasa selama 6 jam= 6 x 36 cc/jam = 216 cc
IWL selama cairan selama operasi= 4 ml x 9 kg= 36 cc
Koreksi defisit puasa
Jam I 50% defisit + cairan pemeliharaan/jam
= (50% x 216 ) + 12 = 120 cc
Jam II 25% defisit + cairan pemeliharaan/jam
= (25% x 216) + 12 = 66 cc
Jam III 25% defisit + cairan pemeliharaan/jam
= (25% x 216) + 12 = 66 cc
Selanjutnya diberikan cairan pemeliharaan/jam ditambah cairan koreksi akibat
translokasi luka operasi dan koreksi akibat perdarahan.
36 cc + 36 cc + 60 cc = 132 cc
Keterangan Tambahan

EBV : 80 x 9 = 720
720 (40,2−30)
MABL : = 183 cc
40,2
POST OPERASI
Di Ruang Pemulihan
Setelah operasi selesai pukul 11.50, sekitar pukul 12.00 pasien dibawa ke recovery room, lalu
diberikan oksigen via nasal canul sebesar 2 liter/menit, kemudian dilakukan penilaian terhadap
tingkat kesadaran, pada pasien kesadarannya adalah compos mentis. Dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital ditemukan nadi 120x/menit, respirasi 26x/menit dan saturasi O2 100%

Instruksi Pasca Bedah :


 Bed rest
 IVFD RL 10 ggt/i mikro
 O2 2 L/i via nasal kanul
 Drip paracetamol 200 mg/8 jam
 Inj. Ceftriaxone 300 mg/12 jam
 Inj. Ranitidin 15 mg/8 jam
 Pantau vital sign per 15 menit selama 2 jam
PEMBAHASAN TEORI DAN KASUS
TEORI KASUS

Indikasi anestesi umum .


1. Pada bayi dan dan anak usia
muda .

2. Pada orang dewasa yang memilih


anestesi umum
3. Pasien gelisah, tidak kooperatif, .
disorientasi dengan gangguan jiwa
4. Pembedahannya luas atau ekstensif
5. Posisi pembedahan seperti miring,
tengkurap, duduk atau litotomi
6. Penderita sakit mental
7. Pembedahan yang berlangsung
lama
8. Pembedahan dimana anestesi lokal
tidak praktis atau tidak memuaskan
9. Riwayat penderita toksik atau alergi
obat anestesi local
10. Penderita dengan pengobatan
antikoagulantia
Klasifikasi yang digunakan untuk menilai Pasien ini digolongkan dalam ASA II.
kebugaran fisik seseorang berasal dari The
American Society of Anesthesiologists (ASA).
Klasifikasi sebagai berikut :
ASA I : pasien sehat organik, fisiologik,
psikiatrik, biokimia
ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik
ringan dan sedang
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik
berat, sehingga aktivitas rutin terbatas
ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik
berat yang tak dapat melakukan aktivitas rutin
dan penyakit merupakan ancaman kehidupannya
setiap saat
ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan
dangan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak
akan lebih dari 24 jam
Pada bedah cito atau emergency biasanya
dicantumkan huruf E.
Premedikasi Pada pasien diberikan
SA 0,25 mg/1ml
Bayi dengan usia kurang dari 12 bulan berikan Dosis: 0,01-0,02 mg/kgBB  0,09 –
0,18
atropine dosis 0,01-0,02 mg/kg, dosis Pemberian : 0,1 mg
minimum 0,1 mg secara intravena, Midazolam
Fentanyl 100 mcg/2cc
dosis 0,07-0,1 mg/kg secara intravena, Dosis: 2-3 mcg/kgBB  18 – 27
mcg
Fentanyl dosis 2-3 mg/kg secara intravena.
Pemberian: 10 mcg

Midazolam 5mg/5cc
Dosis : 0,07-0,1 mg/kgBB  0,63-
0,9 mg
Pemberian: 1 mg
Klasifikasi yang digunakan untuk menilai Pasien ini digolongkan dalam ASA I.
kebugaran fisik seseorang berasal dari The
American Society of Anesthesiologists (ASA).
Klasifikasi sebagai berikut :
ASA I: pasien sehat organik, fisiologik,
psikiatrik, biokimia
ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik
ringan dan sedang
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik
berat, sehingga aktivitas rutin terbatas
ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik
berat yang tak dapat melakukan aktivitas rutin
dan penyakit merupakan ancaman kehidupannya
setiap saat
ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan
dangan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak
akan lebih dari 24 jam
Pada bedah cito atau emergency biasanya
dicantumkan huruf E.
BAB IV
KESIMPULAN

 Pasien bayi perempuan, usia 2 tahun dengan diagnosa Post colostomi + post PSA
d/t Atresia ani dengan anestesi umum GA-ETT. Operasi berlangsung selama 2 jam
15 menit dengan monitoring hemodinamik selama operasi terpantau stabil,
Perdarahan sebanyak 60 cc ( <10%) dan pemberian cairan selama operasi dengan
IVFD Ringer laktat 10 ggt/i mikro. Operasi selesai pada pukul 11.50 WIB.

Anda mungkin juga menyukai