Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KASUS

ANESTESI UMUM PADA TINDAKAN


LAPARASKOPI PASIEN TUMOR
INTRAABDOMEN DENGAN GAGAL GINJAL
KRONIS

Oleh :
Rahma Yanti Daud
NIM : 008 084 0062

Pembimbing :
dr. Diah Widyanti, Sp.An. KIC
BAB I
PENDAHULUAN

Anestesi Bahasa Yunani :


An : Tidak
Aestehesis : Rasa / sensasi nyeri

Anestesi diklasifikasi :
Anestesi umum : tindakan meniadakan nyeri secara
sentral disertai dgn hilangnya kesadaran & bersifat
pulih kembali (reversible). Komponen anestesi yang
ideal (trias anestesi) terdiri dari : hipnotik, analgesia
dan relaksasi otot.
Anestesi Regional - ( Anestesi Blok
Subaraknoid/Anestesi Spinal)
Definisi anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat
anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid.
Tumor abdomen merupakan salah satu tumor
yang sangat sulit untuk dideteksi

Tumor abdomen bila telah terdeteksi harus


mendapat penanganan khusus. Bahkan, bila
perlu dilakukan pemantauan disertai
dukungan pemeriksaan secara intensif. Bila
demikian, pengangkatan dapat dilakukan
sedini mungkin.
B A B II
TIN JAU A N PU STA K A

Anestesi Umum
Anestesi umum adalah tindakan untuk
menghilangkan nyeri secara sentral disertai
dengan hilangnya kesadaran dan bersifat pulih
kembali atau reversible.

Tujuan
Hipnotik atau sedasi: hilangnya kesadaran
Analgesik: hilangnya respon terhadap nyeri
Relaksasi otot
Stadium AnestesiU m um

Stadium I
Disebut juga stadium analgesi atau stadium
disorientasi.
Stadium II
Disebut juga stadium delirium atau stadium exitasi.
Stadium III
Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya
pernapasan sampai pernapasan spontan hilang.
Stadium III dibagi menjadi 4 plana
Stadium lV
Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai
dengan melemahnya pernapasan perut dibanding
stadium III plana 4.
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai
kebugaran fisik seseorang adalah yang
berasal dari The American Society of
Anesthesiologists
Kelas (ASA).fisiologik, psikiatrik, biokimia.
I : Pasien sehat organik,
Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau
sedang.
Kelas III : Pasien dengan penyakit sistemik berat sehingga
aktivitas rutin terbatas.
Kelas IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tidak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan
ancaman kehidupannya setiap saat.
Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau
tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan
huruf E.
P enilaian dan persiapan pra-
anestesi
Penilaian pra-bedah
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Kebugaran untuk anestesi
Masukan oral
Prem edikasi

Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien


Memudahkan atau memperlancar induksi
Pemberian hipnotik sedatif atau narkotik.
Mengurangi jumlah obat-obat anestesi
Pemberian hipnotik sedatif atau narkotik.
Menekan refleks-refleks yang tidak diinginkan
(muntah atau liur)
Mengurangi sekresi kelenjar saliva dan
lambung
O bat-obat yang sering digunakan:
Analgesik narkotik
Sedatif
Petidin (amp 2cc = 100 Diazepam/valium/stesolid (amp 2cc
mg), dosis 1-2 mg/kgBB = 10mg), dosis 0,1 mg/kgBB
Morfin (amp 2cc = 10 Midazolam/dormicum (amp 5cc/3cc
= 15 mg), dosis 0,1mg/kgBB
mg), dosis 0,1 mg/kgBB Propofol/recofol/diprivan (amp 20cc
Fentanyl (fl 10cc = 500 = 200 mg), dosis 2,5 mg/kgBB
mg), dosis 1-3gr/kgBB Dehydrobenzperidon/DBP (amp 2cc
= 5 mg), dosis 0,1 mg/kgBB

Hipnotik Antikolinergik
Ketamin (fl 10cc = 100 mg), Sulfas atropin (antikolinergik)
dosis 1-2 mg/kgBB (amp 1cc = 0,25 mg), dosis
Pentotal (amp 1cc = 1000 0,001 mg/kgBB
mg), dosis 4-6 mg/kgBB Neuroleptik
Droperidol, dosis 0,1 mg/kgBB
Induksi anestesi
Merupakan tindakan untuk membuat pasien dari
sadar menjadi tidak sadar sehingga memungkinkan
dimulainya anestesi dan pembedahan.

STATICS

Induksi intravena Induksi inhalasi


Tiophental (pentothal,
N2O
tiophenton)
Propofol (diprivan, recofol) Halotan (fluotan)
Ketamin (ketalar) Isofluran (foran, aeran)
Opioid (morfin, petidin, Sevofluran (ultane)
fentanyl, sufentanyl)
Induksi intramuskuler Induksi per rektal
ketalar Induksi mencuri
R um atan anestesi (m aintenance)

Dapat dikerjakan secara intravena


(anestesi intravena total), dengan
inhalasi, atau dengan campuran
intravena inhalasi
Intubasi

Intubasi trakea ialah tindakan memasukkan


pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glotis
sehingga ujung distalnya berada kira-kira
dipertengahan trakea antara pita suara dan
bifurkasio trakea
Adapun kesulitan dalam intubasi
yaitu
Leher pendek berotot
Mandibula menonjol
Maksila atau gigi depan menonjol
Uvula tidak terlihat
Gerak sendi temporo-mandibular
terbatas
Gerak vertebra servikal terbatas
ekstubasi

Sedangkan untuk pelaksanaan ekstubasi harus


memperhatikan hal-hal berikut ini:
Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar
jika:
Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitan
Pasca ekstubasi ada risiko aspirasi
Ekstubasi dikerjakan pada umumnya pada anestesi sudah
ringan dengan catatan tidak akan terjadi spasme laring.
Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring
dari sekret dan cairan lainnya.
Pasca anestesi RR
Sco Aldrete Score re

Nilai warna Kesadaran


Merah muda 2 Sadar, siaga, dan orientasi 2
Pucat 1 Bangun tetapi cepat kembali
Sianosis 0 tertidur 1
Pernapasan Tidak berespons 0
Dapat bernapas dalam dan batuk Aktivitas
2 Seluruh ekstremitas dapat
Dangkal tetapi pertukaran udara digerakkan 2
adekuat 1 Dua ekstremitas dapat digerakkan 1
Apnea atau obstruksi 0 Tidak bergerak 0
Sirkulasi
Tekanan darah menyimpang <
20% dari normal 2 Jika jumlahnya > 8,
Tekanan darah menyimpang 20-
50% dari normal 1 penderita dapat
Tekanan darah menyimpang > dipindahkan ke
50% dari normal 0
ruangan.
Laparaskopi
Laparoskopi adalah sebuah prosedur pembedahan
minimally invasive dengan memasukkan gas CO2 ke
dalam rongga peritoneum untuk membuat ruang antara
dinding depan perut dan organ viscera, sehingga
memberikan akses endoskopi ke dalam rongga
peritoneum tersebut.

CO2 adalah gas pilihan untuk insuflasi karena tidak


mudah terbakar, tidak membantu pembakaran, mudah
berdifusi melewati membrane, mudah keluar dari paru-
paru, mudah larut dalam darah dan risiko embolisasi CO2
kecil.
Operasi sekitar kepala, leher, dada, dan abdomen
sangat baik dilakukan dengan anestesi umum inhalasi
dengan pemasangan pipa endotrakheal, sejak diketahui
bahwa dengan metode ini jalan nafas dapat dikontrol
dengan baik sepanjang waktu.

Selama prosedur laparoskopi, pasien biasanya


diposisikan Trendelenburg atau Reverse Trendelenburg.
Trauma saraf pada pasien sebaiknya dihindari dengan
mengamankan dan membantali seluruh ekstremitas
Pada ruang pemulihan pasca anestesi,
hiperkapnia bisa tetap terjadi selama 45
menit setelah prosedur selesai. Insiden
mual muntah pasca operasi laparoskopi
dilaporkan cukup tinggi yaitu mencapai
42%.
Tum or A bdom en

Sel abnormal

Kelainan ini dapat meluas ke


retroperitonium, dapat terjadi
obstruksi ureter atau vena kava
inferior
Karsinogen
Hormon
Faktor gaya hidup : Kelebihan nutrisi
khususnya lemak dan kebiasaan makan-
makanan yang kurang berserat.
Parasit
Genetik, infeksi, trauma.
Klasifi
kasi

Dewasa :
Tumor hepar
Tumor limpa / lien
Tumor lambung / usus
halus
Tumor colon
Tumor ginjal Anak-anak :
(hipernefroma) Tumor wilms
Tumor pancreas (ginjal)
G ejala Klinis

Tumor abdomen merupakan salah


satu tumor yang sangat sulit untuk
dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor
lainnya yang mudah diraba ketika mulai
mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini
disebabkan karena sifat rongga tumor
abdomen yang longgar dan sangat
fleksibel
Biasanya adanya tumor dalam
abdomen dapat diketahui setelah
perut tampak membuncit dan
mengeras.
Pemeriksaan Radiologi
Radiografi polos
USG (Ultrasonografi)
CT-scan
MRI
RIA (Radio Immuno Assay),
Penatalaksanaan

1. Pembedahan
2. Radioterapi
3. Kemoterapi
G AG AL G IN JAL KRO N IS

Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana


ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya
secara normal.

Anamnesis yang baik, serta pemeriksaan jasmani yang


teliti yang ditujukan untuk mencari sebab Gagal Ginjal
Akut (GGA), misalnya riwayat infeksi (infeksi kulit, infeksi
tenggorokan, infeksi saluran kemih), riwayat bengkak,
riwayat kencing batu.
>3 bulan

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah penurunan


fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
ireversibel.

Kelainan patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk
kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau
kelainan dalam tes pencitraan (imaging tes).
Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60
ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan, dengan
atau tanpa kerusakan ginjal.
Klasifi
kasi

(140-umur) x berat badan *)


72 x kreatinin plasma (mg/dl) LFG
(ml/mnt/1,73 m2) =

*) pada perempuan dikalikan 0,85


Derajat Penjelasan LFG(ml/mnt/1,73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ringan 60 89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG sedang 30 59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG berat 15 29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis


R encana tatalaksana penyakit ginjal
kronik sesuaidengan derajatnya
Deraja
LFG (ml/mnt/1,73m2) Rencana tatalaksana
t
Terapi penyakit dasar, kondisi
komorbid, evaluasi perburukan
1 90
(progression) fungsi ginjal,
memperkecil resiko kardiovaskuler.
Menghambat perburukan (progression)
2 60 89
fungsi ginjal
3 30 59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15 29 Persiapan untuk pengganti ginjal
5 < 15 Terapi pengganti ginjal
A sites pada G agal G injalTerm inal

Penyebab asites pada penderita GGT


dengan HD kronik sering dihubungkan
dengan penyakit hepar kronik, gagal
jantung kongestif, peritonitis,
tuberculosis peritoneum, perikarditis
konstriktiva dan hiperparatiroid
Anemia biasanya muncul jika kreatinin klirens
dibawah 30 ml/menit. Konsentrasi hemoglobin
umumnya 6-8 gram/dl. Penurunan produksi
eritropoetin menurunkan produksi sel darah
merah, dan menurunkan pertahanan sel.
Faktor tambahan termasuk perdarahan
saluran cerna, hemodilusi, dan penekanan
sumsum tulang dari infeksi sebelumnya.
B A B III
LA PO R A N K A SU S
Identitas Pasien
No. RM : 42 81 18
Nama : Tn. PY
Umur : 58 tahun
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 60 kg

Jenis Kelamin : Laki-laki


Agama : Islam
Alamat : APO camat
Suku Bangsa : Jawa
Ruangan : Kelas I
Tanggal masuk : 22 januari 2017
ruangan : 20 februari 2017
Tanggal Operasi
Anamnesa
Keluhan utama:
Pasien datang dengan keluhan lemas
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan lemas, nyeri perut dan tidak bisa makan, setiap makan pasien
muntah, selain itu nafsu makan pasien menurun, sesak dan batuk disangkal, sulit buang air
besar dan kecil disangkal.

Riwayat : Asma dan TBC disangkal


Penyakit
Pernapasan
Riwayat : Disangkal
Penyakit
Kardiovaskular
Riwayat : disangkal
Penyakit Lain
Riwayat Alergi : disangkal
Obat
Riwayat : Tidak ada
Operasi
Kebiasaan : Merokok (-), alkoholik (-), obat-obatan (-)
Pem eriksaan fi
sik

Kesadaran: compos mentis


TD: 110/70 mmhg N: 86x/m R:
20x/m SB: 36oC
Status lokalis: pada abdomen
tampak cembung, distens, Nyeri
tekan:- hepar lien tidak teraba.
P em eriksaan P enunjang
Pem eriksaan Colonocscopy

Pem eriksaan Sitologi


pem eriksaan laboratorium
(16/02/2017)
HB 7,9 gr %

Trombosit 309.000
(21/01/2017)
WBC 7.990 mm.3

PT 13,4 Kalium 4.1 mEq/L Kalium

APTT 29,7 Natrium 134 mEq/L Natrium

Ureum 182 mg/dl Klorida 93 mEq/L Klorida

Creatinin 4.08 mg/dl

Albumin 3.5 g/dl

SGOT 27 U/L

SGPT 12.7 U/L

BIL. Direk 0.25 mg/dl

Bil. Total 0.71 mg/dl

Cholesterol 160 mg/dl

HDL 32.68 mg/dl

LDL 114.35 mg/dl


(20/02/2017) (21/02/2017)
HB 8,9 gr % HB 10,0 gr %

Trombosit 280.000 Trombosit 275.000

WBC 9.500 mm.3 WBC 10.700 mm.3

HCT 24.4% HCT 28%


Konsultasi Yang Terkait

Jawaban konsul anestesi (11-09-2016) :


Inform consent
IV line
Puasa
Sedia darah 4-6 bag
Status Anestesi
PS. ASA : 3
Hari/Tanggal : Senin, 20/02/2017
Ahli : Dr. Diah, Sp.An (KIC)
Anestesiologi
Ahli Bedah ; Dr. Sony Sp.B (K)
Diagnosa Pra ; Tumor Intraabdomen
Bedah
Diagnosa Pasca ; Tumor intraabdomen
Bedah peritoneal carcinomatosus
Keadaan Pra :
Bedah : Puasa (+),
- KU : 160 cm
- TB : 60 kg
- BB : AB
- Gol. Da : TD :100/70 mmHg, N: 93x/m, SB: afebris
- TTV : 100 %
- SpO2 : 7,9 g%
- Hb Pre Op
B1 : Bebas, gerak leher bebas, Mallampati
score: 2, simetris +/+, suara napas
bronchovesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-,
RR: 24x/m, roentgen thoraks (+)
B2 : Perfusi: hangat, kering, tampak pucat.
Capilari refill < 2 detik, BJ: I-II murni
regular.
B3 : Kontak (+), kesadaran: CM, GCS: E4V5M6,
riwayat pingsan (-), riwayat kejang (-).
B4 : Tidak terpasang DC
B5 : Abdomen cembung, distens, nyeri tekan
(-), hepar dan lien tidak teraba,
hipertimpani
B6 : Akral hangat (+), edema (-), ekstremitas
tampak pucat (+),
Laporan Durante Operasi
Laporan Anestesi
Hari/Tanggal : 20/02/2017
Ahli Anestesiologi : dr. D. W. Sp.An KIC

Jenis Pembedahan : Laparascopy biopsy

Lama Operasi : 09.40 10.30 wit


Jenis Anestesi : General Anestesi
Lama Anestesi : 09.35 10.30 wit
Anestesi Dengan : Sevoflurane, O2
Relaksasi Dengan : Atrakurium besylate

Teknik Anestesi : Pasien tidur terlentang, Induksi i.v, ekstensikan kepala,


intubasi non apnoe nasal sebelah dekstra dengan ETT G 8
via nasal dengan tuntunan laringoskope, mengembangkan
cuff fiksasi,
Teknik Khusus : -
Pernafasan : Ventilator
Posisi : Terlentang, kepala ektensi
Infus : Tangan kanan : Ringer Laktat
Penyulit selama : -
pembedahan
Keadaan Akhir : TD: 91/61 mmHg, N: 88x/m, SB: afebris, RR: 24x/m
pembedahan
Terapi Khusus Pasca : -
Bedah
Penyulit Pasca Bedah : -

Hipersensitivitas/ : -
Premedikasi : Midazolam 5 mg, Fentanyl 50 mg, Petidin
30 mg
Medikasi : Propofol 50 mg Efedrin 5mg
Atracurium 20mg Dexametazone
Petidin 20mg 10mg
Asam Traneksamat
1000 mg
Laporan Pembedahan
Nama Pasien/umur : Tn. PY / 58 tahun
Ahli Bedah : dr. S. Sp.BKBD
Jenis pembedahan : Laparaskopi diagnostik
Lama Operasi : 1 jam (09.40 10.30 WIT)
Penyulit pembedahan :-
Teknik Pembedahan :
Pasien terbaring supine dengan spinal anestesi
Desinfeksi drapping prosedur
Incisi subumbilical = lateral kanan kiri
Insersi trocar 11 mm & 5 mm dua
Didapatkan omental cake, nodul metastase liver,
Asites hemoragik 8 liter
Dilakukan biopsi omentum & nodul liver
Insersi drain
Tutup lapis demi lapis
Diagnosa pra bedah : Tumor intraabdomen
Diagnosa Pasca Bedah :Tumor intraabdomen, peritoneal Carcinomatous
Instruksi post operasi
Cefoperazone 2x1 gr (iv)
Ketorolac 3x30 mg (iv)
Ranitidin 2x50 mg (iv)
D iagram observasi

Chart Title
140
128
120 119 120 121 118
117

100 100 97 98
92 90 91 93
90 93
90 92 91 91
88 88 88 86 89 88 88
85
80 80
74 74
68 70 67 systole
66
60 58 61
diastole
Nadi
40

20

0
B A B IV
PEM B A H A SA N

Pada kasus di atas, akan dilakukan tindakan laparaskopi biopsi.


Pada persiapan pra anestesi diketahui bahwa pasien berumur 58
tahun, tidak mempunyai riwayat penyakit asma, alergi, dan
upper respiratory infection maupun gangguan metabolik, tidak
ada riwayat operasi sebelumya dan pasien berpuasa sekitar 8
jam sebelum pembedahan.

Pada kasus ini, klasifikasi status penderita digolongkan dalam


PS ASA 3. Pasien digolongkan dalam PS ASA 3 karena yaitu 58
tahun dengan Co Morbid gangguan ginjal kronis dan Anemia).
Anemia biasanya muncul jika kreatinin klirens dibawah 30
ml/menit. Konsentrasi hemoglobin umumnya 6-8 gram/dl.
Penurunan produksi eritropoetin menurunkan produksi sel darah
merah, dan menurunkan pertahanan sel. Faktor tambahan
termasuk perdarahan saluran cerna, hemodilusi, dan penekanan
sumsum tulang dari infeksi sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik, pada umumnya
kondisi pasien dalam keadaan baik.
Namun, didapatkan pasien menderita
gangguan ginjal kronis stadium 4.
Banyak obat-obatan yang biasanya
digunakan selama anestesia yang
setidaknya sebagian tergantung pada
ekskresi renal untuk eliminasi.
Pada kasus ini pasien didiagnosa CKD grade IV
berdasarkan Klasifikasi atas dasar derajat penyakit
dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan
menggunakan rumus Cockeroft-Gault.
(140-umur) x berat badan *)
72 x kreatinin plasma (mg/dl) =16,74
karena pasien memiliki LFG 16,74 ml/mnt hal ini
sesuai dengan kategori klasifikasi derajat gangguan
ginjal kronis grade 4 yaitu kisaran15-29, hingga pasien
dapat didiagnosa gangguan ginjal kronis grade 4.
Pada kasus ini akan dilakukan operasi
laparoskopi dengan pilihan anestesi
umum.

Operasi sekitar kepala, leher, dada, dan


abdomen sangat baik dilakukan dengan
anestesi umum inhalasi dengan
pemasangan pipa endotrakheal, sejak
diketahui bahwa dengan metode ini
jalan nafas dapat dikontrol dengan baik
sepanjang waktu.
itu saat premedikasi juga digunakan petidin 30 mg.
Petidin merupakan analgetik narkotik yang digunakan
untuk mengurangi cemas dan ketegangan pasien
menghadapi pembedahan, mengurangi nyeri,
menghindari takipnea pada anestesia dengan
trikloretilen, dan membantu agar anestesia
berlangsung baik. Dosis petidin intramuskular 1-2
mg/kgBB (morfin 10 x lebih kuat) dapat diulang tiap 3-4
jam. Dosis intravena 0,2-0,5 mg/kgBB.
Pada kasus ini, induksi anestesia dilakukan dengan
menggunakan propofol. Dosis bolus untuk induksi 2-2,5
mg/kg, dosis rumatan untuk anesthesia intravena total
4 12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan
intensif 0,2 mg/kg. Propofol merupakan anestetik
intravena golongan nonbarbiturat yang efektif dengan
onset cepat dan durasi yang singkat sangat berguna
pada pasien usia lanjut. Pemulihan kesadaran yang
lebih cepat dengan efek minimal terhadap susunan
saraf pusat merupakan salah satu keuntungan
penggunaan propofol dibandingkan obat anestesi
intravena lainnya.
Pelumpuh otot yang digunakan pada
kasus ini berupa Tramus (Atrakurium)
20 mg. Atrakurium merupakan
pelumpuh otot nondepolarisasi
berikatan dengan reseptor nikotinik-
kolinergik, tetapi tak menyebabkan
depolarisasi.
Setelah dosis sedasi telah tercapai, maka
pada pasien dilakukan pemasangan
endotracheal tube dengan nomor 8. Pada
kasus ini, manajemen airway dan breathing
pasien dikontrol dengan baik menggunakan
ventilator. Tidak ditemukan terjadi
hiperkapnia, hal ini dapat dilihat pada diagram
observasi pasien yang menunjukkan tidak ada
tanda-tanda hiperkapnia
Pada pasien ini juga diberikan Asam traneksamat
secara intravena. Asam traneksamat adalah obat
antifibrinolitik yang menghambat pemutusan benang
fibrin. Asam traneksamat bekerja dengan cara
memblok ikatan plasminogen dan plasmin terhadap
fibrin ; inhibisi terhadap plasmin ini sangat terbatas
pada tingkat tertentu. Asam traneksamat digunakan
untuk profilaksis dan pengobatan pendarahan yang
disebabkan fibrinolisis yang berlebihan.
C R ITIC A L P O IN T
PRE OPERASI DURANTE OPERASI POST OPERASI
Aktual Potensial Aktual Potensial Antisipasi Aktual Potensial

B1 Airway Sesak, Airway Obstruksii Pernafasan Airway Sesak (-)


bebas,tthorax bronkospasm bebas,thorax jalan napas, terkontrol bebas,thorax bronkospasm
simetris, ikut e simetris, ikut hiposksia simetris, ikut e (-)
gerak napas, gerak napas, gerak napas,
RR: 22 x/m, RR: 22 x/m, RR: 18 x/m,
SpO2 100%, SpO2 100%, SpO2 100%,
suara napas suara napas suara napas
vesikuler+/+, vesikuler+/+, vesikuler+/+,
ronkhi-/-, ronkhi-/-, ronkhi-/-,
wheezing wheezing wheezing -/-
-/-,malampati -/-,malampati
score: II score: II

B2 Perfusi: dingin, Hipotensi, Perfusi: dingin, Hipotensi, Pemberian Perfusi: Hipotensi, (-)
pucat, basah perdarahan, pucat, basah perdarahan, ephedrin, dingin, syok
Capilari Refill syok Capilari Refill syok maintenanc pucat, basah hipovolemik(-
Time > 2 detik, hipovolemik Time > 2 detik, hipovolemik e cairan, Capilari Refill )
TD : 100/70 TD : 90/65 observasi Time > 2
mmHg, N : mmHg, N : tensi dan detik, TD :
84x/menit, BJ: I- 84x/menit, BJ: I- nadi 100/70
II murni regular, II murni regular, mmHg, N :
konjungtiva konjungtiva 84x/menit,
anemis +/+ anemis +/+ BJ: I-II murni
regular,
konjungtiva
anemis +/+


B3 Kesadara Penuruna Kesadar Penuruna Observa Kesadar Penuruna
n n an n si GCS an n
Compos kesadara Compos kesadara Compos kesadaran
Mentis, n Mentis, n Mentis, (-)
GCS: GCS: GCS:
15(E4V5M 15(E4V5M 15(E4V5M
6), pupil 6), pupil 6), pupil
bulat bulat bulat
isokor, isokor, isokor,
DS 3mm DS 3mm DS 3mm

B CKD, tidak Oliguria, Terpasang syok Balance syok

4 terpasang overload DC hipovolemi cairan hipovole


DC cairan k, over mik
load (-)
cairan
B Perut Mual, Cairan Syok Balance Syok

5 tampak Muntah asites hipovolemi cairan hipovole


cembung, berwarna k mik
palpasi: kemeraha (-),
nyeri n volume
tekan (-), 7300 cc
perkusi:
hipertymp
ani,

B6 edema (-), edema edema
Terapicairan pada pasien iniadalah sebagai
berikut

Waktu Resusitasi cairan

Pre operasi Rumatan Kebutuhan cairan Tn.PY 60kgx30-40 cc = 1800-2400


cc/24 jam dan 75 - 100 cc/jam.
Replacement
Puasa 8 jam (8x75= 600c ) dan (8x100=800cc).
Sebelum operasi pasien diberikan resusitasi RL 500 cc,
sehingga kebutuhan cairan pasien sebelum operasi belum
terpenuhi.
Durante operasi Rumatan Lamanya operasi x keb.cairan/jam = 1x75= 75cc
Penguapan : 4-6xBB = (4x60=240cc)-(6x60=360cc)
Perdarahan :
- Estimate blood volume (EBV)
75xBB=4500%
- cairan asites sebanyak 7.300 ml dengan perkiraan
perdarahan 2000 ml
- Estimate blood loss (EBL)
2000/4500x100% = 44%
Cairan kristaloid sebanyak 2-4x jumlah perdarahan.
(2x2000=4000cc)-(4x2000=8000cc)
Replacement pada durante operasi :
Penguapan+kebutuhan cairan akibat perdarahan =
(240+4000=4.240) sd (360+8000= 8.360)
Kebutuhan cairan maintenance adalah :
Kebutuhan cairan perjam x durasi operasi (jam):
(75x1=75cc)-(100x1=100cc).
Jadi, total kebutuhan cairan durante operasi kebutuhan
cairan replacement dijumlahkan dengan kebutuhan cairan
maintenance = 4.315cc-8.460cc, pada saat operasi cairan
yang masuk ialah RL 500 cc + Gelafusal 500 cc + PRC 250
cc + NaCl 100 cc,
Total durante operasi : 4.315 cc.
Balance 1.350cc 4.315cc= -2.965 cc.
Post Operatif Kebutuhan post operasi adalah deficit
cairan pada saat operasi dijumlahkan
dengan kebutuhan rumatan pasien s/d
jam 07.00 pagi, yaitu waktu operasi
selesai ( 09.35-10.30).
2.965 + ( 75 x 21 jam ) = 4.540 cc.
Kebutuhan memberi cairan post operasi
tersebut dipenuhi dengan memberikan
cairan 4.580 cc.
Dimana di RR sudah diberikan 500 cc.
BAB V
K ESIM P U LA N
Pada tindakan operasi laparoskopi, pemilihan jenis
anestesi memperhatikan beberapa faktor, antara lain :
umur, jenis kelamin, status fisik, jenis operasi,
ketrampilan operator dan peralatan yang dipakai,
ketrampilan/kemampuan pelaksana anestesi dan
sarananya, status rumah sakit, dan permintaan pasien.
Saat ini sekitar 70-75 % operasi pada rumah sakit,
dilakukan di bawah anestesi umum (general
anesthesia). Operasi sekitar kepala, leher, dada, dan
abdomen sangat baik dilakukan dengan anestesi umum
inhalasi dengan pemasangan pipa endotrakheal, sejak
diketahui bahwa dengan metode ini jalan nafas dapat
dikontrol dengan baik sepanjang waktu.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai