DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
A. Latar Belakang
Mencit adalah hewan pengerat yang banyak terdapat disawah dan merupakan hawa
bagi petani. Ciri khas dari mencit yaitu kulit, rambut tidak berpigmen sehingga warnanya
putih, mencit lebih tahan lama terhadap penyakit dan lebih jinak. Semua hewan termasuk
mencit dapat tumbuh lebih cepat pada waktu masih muda, sejak terjadinya pembuahan,
sampai lahir dan sampai mendekati dewasa tubuh, kecepatan pertumbuhan semakin
berkurang dengan bertambahnya umur dan akhirnya pertumbuhan terhenti.
Berdasarkan hal diatas, maka praktikum mengenai pertumbuhan dilakukan untuk
melihat atau mengamati pertumbuhan berat badan pada mencit serta reproduksinya.
Menurut Deklarasi Helsinki oleh World Medical Association 1975 dan Proposed
International Guidelines for Biomedical Research Involving Human Subjects 1982, suatu
zat atau alat baru tidak boleh digunakan untuk pertama kali pada manusia, kecuali bila
sebelumnya telah diuji pada hewan dan telah diperoleh kesan cukup mengenai
keamanannya.
B. Tujuan Percobaan
Mempelajari cara penanganan hewan percobaan dan rute pemberian obat
Memahami cara perhitungan dosis dan konversi dosis
Untuk membentuk sikap mampu menangani hewan percobaan mencit, tikus, kelinci
untuk percobaan farmakologi.
Untuk mengetahui cara penanganan hewan secara manusiawi serta faktor yang
mempengaruhi responnya.
II. TEORI PERCOBAAN
A. Teori Umum
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan
sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek teraupetis obat
berhubungan erat dengan efek dosisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang
cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (Tjay,2007:172).
Hewan coba/hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang
khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan percobaan digunakan untuk
penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Peranan hewan percobaan dalam
kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola
kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan
umat manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi
etik percobaan yang menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya
diakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset
lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas
hewan percobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya menunjang program
keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis (Sulaksono,1992:321).
B. Teori Khusus
Kebutuhan pakan bagi seekor mencit tiap harinya kurang lebih sebanyak 10% dari
bobot tubuhnya jika pakannya berupa pakan kering. Kualitas makanan yang baik dapat
diperoleh dengan membuatnya, biasanya dalam bentuk pellet dan setiap
harinya seekor mencit dewasa dapat memakan 3-5 gr makanan dan kalau mencit
yang sedang bunting atau menyusui, akan makan lebih banyak. Sedangkan kebutuhan
minum seekor mencit setiap hari kira – kira 15 – 30 ml air.
Jumlah konsumsi pakan yang dimakan sangat berpengaruh pada suhu lingkungan,
dimana suhu lingkungan dingin jumlah konsumsi pakannya akan tinggi begitupun
sebaliknya pada suhu panas, serta keadaan ternak atau mencit saat masa kebuntingan akan
mengkonsumsi pakan banyak yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas mencit,
dimana proses penyediaan zat – zat nutrisi selama terjadi pembelahan pada masa
kebuntingan akan mempengaruhi pertumbuhan yang terjadi pada periode menyusui pada
mencit betina.
Menurut Amori anatomi Macit Dewasa berat badan: 25 – 40 g (betina); 20-40 g (jantan)
a. Life span: 1.5 – 3 tahun
b. Pernapasan rate: 94-163 napas / menit
c. Denyut jantung: 325-780 denyut / menit
d. Dubur rata-rata suhu normal: 99,5 ° F
e. Rumus gigi adalah 2 (I 1 / 1, M 3 / 3) = 16. Terbuka di gigi seri-berakar dan tumbuh
terus menerus. Tikus akan menggigit atau “sejumput” dengan gigi seri tajam jika
mishandled.
f. Perut dibagi menjadi bagian nonglandular proksimal dan bagian distal kelenjar.
Kedua bagian yang terlalu berbeda. Ini mirip dengan perut kuda.
g. Paru-paru kiri terdiri dari satu lobus, sedangkan paru kanan terdiri dari empat lobus.
h. Tikus memiliki lima pasang kelenjar susu. Distribusi jaringan mammae menyebar,
membentang dari garis tengah ventral atas panggul, dada, dan bagian leher.
i. Sangat berkonsentrasi urin diproduksi; jumlah besar protein diekskresikan dalam urin.
j. Tikus memiliki zona thermoneutral sempit mamalia apapun sejauh diukur. Sebuah
mouse menanggapi penurunan suhu oleh nonshivering thermogenesis, dan dengan
kenaikan temperatur lingkungan dengan mengurangi laju metabolik dan
meningkatkan vascularization dari telinga. Nonshivering Ihermogenesis dapat
menghasilkan peningkatan tiga kali lipat tingkat metabolisme dasar, dan untuk
sebagian besar terjadi pada lemak cokelat. Konsentrasi tertinggi lemak cokelat
ditemukan dalam jaringan subkutan antara scapulae. Brown lemak juga disebut
kelenjar berhibernasi, walaupun mouse tidak hibernate.
k. Bedding harus diubah dua kali seminggu. Tanah tongkol jagung yang paling
penyerap.
III. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan :
AquaDest
Urethane 10%
2. Alat :
Timbangan
Oral sonde
Disposible 1 ml
Stopwatch
Nedle (jarum)
Jaring kawat
kandang
3. Hewan uji
Hewan uji yang digunakan adalah mencit
IV. CARA KERJA
1. Mencit 1 1 1
2. Tikus 5 5 5
3. Kelinci 20 5 - 10 10 - 20
= 100mg/ml
Bandingkan catatan waktu tersebut, dan tentukan urutan rute pemberian obat mulai dari
yang paling cepat menimbulkan efek!
1. Peroral
= 0,0423 g ̴ 42,3 mg
dosis 42,3 mg
- Volume pemberian = = = 0,423 ml
konsentrasi 100 mg/ml
2. Subkutan
- Dosis untuk mencit = dosis obat x BB mencit
= 0,0468 g ̴ 46,8 mg
dosis 46,8 mg
- Volume pemberian = = = 0,468 ml
konsentrasi 100 mg/ml
3. Intraperitonea
- Dosis untuk mencit = dosis obat x BB mencit
= 0,0444 g ̴ 44,46 mg
dosis 44,46 mg
- Volume pemberian = = = 0,444 ml
konsentrasi 100 mg/ml
1. Intraperitonea
2. Subkutan
3. Peroral
VII. PEMBAHASAN
A. Hasil
Kami melakukan uji coba dengan diketahui dosis urethan (obat) 1,8gr/kg dan
konsentrasi 10% dengan 3 mencit yang memiliki berat badan yang berbeda dan rute
pemberian obat yang berbeda.
B. Pembahasan
Pemberian obat secara oral merupakan cara pemberian obat yang umum dilakukan
karena mudah dan aman. Pemberian obat secara subkutan mempunyai keuntungan obat
dapat diberikan dalam kondisi sadar atau tidak sadar, sedangakan kerugiannya dalam
permberian obat perlu prosedur steril, sakit dan dapat terjadi iritasi local ditempat injeksi.
Pemberian obat secara intraperitoneal obat disuntikan dalam rongga peritoneum akan
diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat. Penanganan hewan percobaan
hendaklah dilakukan dengan penuh rasakasih sayang dan berprikemanusiaan. Setiap
hewan percobaan memiliki sifat /sifat biologis yang berbeda, tentunya dengan
penanganan yang berbeda pula.
Pemilihan hewan coba yang baik harus bebas dari patogen, mempunyai kemampuan
dalam memberikan reaksi imunitas yang baik, kepekaan terhadap suatu penyakit, dan
mengikuti standart tertinggi sehubungan dengan nutrisi, kebersihan pemeliharaan.
Pemberian obat pada hewan coba dapat diberikan secara peroral,subkutan, intravena,
intramuskular, dan intraperitoneal. Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari
suatu obat padaspesies hewan percobaan, diperlukan data penggunaan dosis dengan
menggunakan perbandingan luas permukaan tubuh setiap spesies. Terdapat factor internal
dan eksternal pada hewan percobaan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan
VIII. KESIMPULAN
Peroral Subkutan Intraperitonea
1. Berdasarkan data percobaan tersebut, dapat kami simpulkan bahwa parameter mencit
yang cepat terdepresi yaitu mencit dengan pemberian obat secara intraperitoneal
dengan berat mencit 24,7 gram dan waktu terdepresi yaitu selama 123 detik lebih
cepat daripada pemberian obat secara oral maupun subkutan.
2. Pemberian obat secara intraperitonea akan menimbulkan efek yang lebih cepat karena
memiliki banyak pembuluh darah.
3. Pemberian obat secara subkutan memberikan efek lebih lama karena dibawah kulit
terdapat lapisan lemak.
4. Pemberian obat peroral akan menimbulkan efek lebih lama juga karena harus melalui
proses absorpsi, distribusi dan metabolism.