Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

“INTUSSUS CEPTION”
Dalam Menyelesaikan Tuntutan Stase Pediatrik oleh :
Ma’am Monalisa Sitompul S.Kep.,M.Kep.Ners

Oleh :
SABRINA SILALAHI (2053063)
RUTDIANA ZAI (2053073)

PROFESI NERS
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2021
INTUSSUS CEPTION
DEFENISI
Intususepsi atau invaginasi adalah kondisi serius saat bagian usus masuk ke bagian usus yang
lain. Sebagian usus melipat, sehingga satu bagian menyelip ke dalam bagian lain, seperti
teleskop.

Usus menjadi terhalang sehingga makanan dan cairan tidak bisa lewat. Aliran darah menuju
usus mungkin juga tersendat, yang dapat menyebabkan bagian usus tersebut terluka atau
mati.

Intususepsi adalah penyebab paling umum obstruksi usus pada anak-anak di bawah tiga
tahun. Penyebab sebagian besar kasus invaginasi seringkali tidak diketahui.

TANDA DAN GEJALA


Kondisi ini merupakan salah satu penyebab bayi mengalami kram perut.

Sakit perut tersebut kemudian menyebabkan bayi menangis keras secara mendadak dan


mereka biasanya akan menarik lutut mereka sampai di atas dada.

Rasa menyakitkan dapat berlangsung 10 hingga 15 menit atau lebih. Diikuti dengan periode
20 hingga 30 menit tanpa rasa sakit, kemudian rasa sakit kembali lagi.

Berikut beberapa gejala atau tanda dari intususepsi pada anak, seperti:

• Feses bercampur darah dan lendir.

• Mengalami muntah.

• Ada benjolan di sekitar perut.

• Rasa lemah, lesu, dan kehilangan semangat.

• Diare pada bayi atau anak.

• Demam disertai dengan keringat berlebih.

Sakit perut anak yang parah muncul silih berganti. Anak mungkin juga muntah sehingga
terlihat pucat dan berkeringat.

Ketika penyumbatan usus semakin menjadi, darah dan lendir dapat muncul di kotoran dan
perut mungkin membengkak.
ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya intususepsi belum diketahui. Diperkirakan munculnya intususepsi
berkaitan dengan riwayat keluarga yang pernah mengalami intususepsi. Selain itu intususepsi
bisa juga merupakan tanda adanya tumor dalam perut, peradangan usus buntu/ apendisitis,
pembengkakan nodus limfa dalam usus, atau jaringan parut pada usus.

Selain itu juga terdapat beberapa faktor risiko yang diduga dapat menyebabkan
terjadinya intususepsi, seperti:

• Faktor usia, anak-anak diketahui lebih sering mengalami intususepsi

• Kelainan bentuk usus, seperti cacat bawaan pada usus

• Faktor jenis kelamin, di mana terdapat lebih banyak kasus intususepsi pada anak laki-laki

KOMPLIKASI
Intususepsi yang tidak segera ditangani atau tidak tertangani dengan baik dapat
mengakibatkan sirkulasi darah menjadi terhambat di bagian usus yang mengalami
intususepsi, dan mematikan jaringan usus tersebut. Jaringan usus yang telah mati akan
memicu robeknya dinding usus yang disebut dengan perforasi. Kondisi ini dapat berkembang
menjadi masalah yang lebih serius, yakni infeksi pada lapisan rongga perut (peritonitis).

Peritonitis merupakan penyakit berbahaya yang membutuhkan penanganan segera. Gejala


dari penyakit ini adalah bengkak dan nyeri di bagian perut, serta demam. Selain itu,
peritonitis yang menyerang anak-anak dapat menyebabkan syok, yang ditandai dengan gejala
berupa:

• Kulit terasa dingin, lembap, dan pucat

• Frekuensi napas yang terlalu lambat atau terlalu cepat

• Cemas atau gelisah (agitasi)

• Lesu dan lemah

• Kecepatan denyut jantung meningkat.

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi intususepsi adalah ketika terjadi invaginasi bagian proksimal segmen usus ke
dalam bagian distal segmen yang berdekatan. Seiring dengan terjadinya peristaltik pada usus
intususeptum akan mendorong usus semakin jauh ke arah distal. Hal ini menyebabkan
kompresi pembuluh mesenterika dan limfatik yang menyebabkan kongesti vena dan edema
jaringan, sehingga akan menghasilkan sekresi lendir dan perdarahan, nekrosis dinding usus,
hingga perforasi.
Edema yang terjadi pada intususepsi juga menghasilkan sumbatan intraluminal usus. Ketika
gerakan peristaltik usus terganggu, translokasi bakteri akan terjadi dan dapat menyebabkan
terjadinya sepsis dan hipovolemia pada pasien.

Asuhan keperawatan

1.Pengkajian
1.Data identitas pasien.

2.Riwayat kesehatan masa lalu seperti diare, infeksi saluran nafas, otitis media.

3.Riwayat kesehatan sekarang : abdomen kembung, muntah nyeri.


4.Pola nutrisi metabolik
a. Hiper peristaltic usus
b. Distensi abdomen
c. Anorexsia
d. Mual, muntah (warna hijau)
e. Berat badan turun
5.Pola eliminasi
a.Kostipasi
b.BAB seperti jelly
6.Pola aktifitas dan latihan
a.Lemas
b.TTV tidak stabil
7.Pola tidur dan istirahat
a.Susah tidur
8.Pemeriksaan fisik
a.Inspeksi : abdomen distensi, kulit kering, anak rewel.
b.Bayangan vena tampak pada perut.
c.Palpasi :suhu tubuh meningkat.
d.Auskultasi :paristaltik usus menurun/tidak ada.

2.Diagnosa Keperawatan

1. Resiko kekurangan cairan dan elektrolit b.d intake yang kurang akibat mual dan muntah
2. Gangguan perfusi jaringan intestinal.
3. Resti terjadinya syok b.d nyeri yang hebat.
4. Kurang pengetahuan b.d tindakan operasi

3.Rencana keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Resiko kekurangan cairan Setelah dilakukan Tindakan 1.Pasang IVFD sesuia
dan elektrolit b.d intake keperawatan selama 3 ×24 dengan intruksi.
yang kurang akibat mual dan jam diharapkan Kekurangan
muntah volume cairan dan elektrolit 2.Pasang kateter.
tidak terjadi.
3.Timbang BB.
Kreteria hasil:
4.Observasi TTP/ tingakt
1.Urine 1-2 cc perkilogram kesadaran.
berat badan.
5.Observasi tanda-tanda
2.Intake cairan dan elektrolit dehidrasi.
adequate
6.Balance cairan/ shift.
3.Observasi TTP.

4.Observasi tanda-tanda
dehidrasi.
2. Gangguan perfusi Setelah dilakukan Tindakan 1.Observasi TTP.
jaringan intestinal. keperawatan selama 3 × 24
jam diharapkan dapat 2.Observasi distensi
Mempertahankan perfusi abdomen.
jaringan intestinal adekuat
baik 3.Obaservasi cairan NGT.

Kreteria hasil : 4.Observasi pendarahan


anus.
1.Observasi TTP.
5.Kolaborasi untuk
2.Capillary effil pemberian Ba enema.

6.Kolaborasi/ untuk rencana


operasi (Siapkan cito op).

7.Siapakan PRC jika perlu.

8. Berikan O2 bila perlu.


3. Resti terjadinya syok b.d Setelah dilakukan Tindakan 1. Observasi tanda – tanda
nyeri yang hebat. keperawatan selama 3 ×24 syok
jam diharapkan tidak terjadi
syok 2.Observasi TTP tiap 2 - 3
jam
Kreteria hasil :
3.Batasi aktifitas klien
1.Keadaan umum anak baik
4.Ciptakan lingkungan yang
2.Anak tidak gelisah tenang
5.Kolaborasi pemberian
3.TTp dalam batas normal analgetik.

4.Nyeri (skala nyeri : 3)


4. Kurang pengetahuan b.d Setelah dilakukan Tindakan 1.Jelaskan rencana
tindakan operasi keperawatan selama 3× 24 pembedahan.
jam diharapkan Orang tua
mendukung untuk tindakan 2.Jelaskan perawatan paskah
pembedahan operasi.

Kriteria hasil : 3.Beri kesempatan orang tua


untuk mengexpresikan
1.Expresi wajah tenang. perasaannya.

4.Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnosa
keperawatan yang sudah ditegakkan.

5.Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah Tindakan yang telah dilakukan berhasil untuk
mengatasi masalah pasien dan dilihat juga berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi keperawatan terhadap pasien yang diharapkan adalah :
1. diharapkan Kekurangan volume cairan dan elektrolit tidak terjadi.
2. dapat Mempertahankan perfusi jaringan intestinal adekuat baik
3.. tidak terjadi syok
4. Orang tua mendukung untuk tindakan pembedahan
Referensi

1.Jain S, Haydel MJ. (2018). Intussusception, Child. NCBI. Diakses dari:


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431078/?report=classic
2.https://www.scribd.com/doc/162481503/ASUHAN-KEPERAWATAN-INVAGINASI
3.Jiang, et al. (2013). Childhood Intussusception: A Literature Review. PLoS ONE, 8 (7),
e68482.

4.Mayo Clinic (2018). Diseases & Condition. Intussusception.

Anda mungkin juga menyukai