Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN
CHOLESISTITIS dan
CHOLELITIASIS

By : Martini N S, S.Kep Ns
ANATOMI KANTUNG
EMEPDU
● DEFINISI PENYAKIT

Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan


reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan
nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan.Cholesistitis
dapat di klasifikasikan yaitu kolesistitis akut serta kronik. (Dr.
Suparyanto, M.Kes 2009)

Radang kandung empedu (kolesistitis akut) adalah reaksi


inflamasi akut dinding kandung empedu yang di sertai keluhan nyeri
perut kanan atas dan panas badan.
(dr. FX. Pridady)
Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari
dinding kandung empedu,yang ditandai dengan serangan
berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat

● PENYEBAB PENYAKIT
Kolesistitis sering disebabkan cholelithiasis (kehadiran
choleliths, atau batu empedu, di kandung empedu), dengan
choleliths paling sering memblokir saluran cystic langsung.
Ada beberapa penyebab dari cholesistitis, yaitu :
1. Hal ini menyebabkan inspissation (penebalan) dari empedu
2. Infeksi sekunder dan organisme usus, terutama E. coli and
Bacteroides species.
3. Pembedahan (terjadi perubahan fungsi)
4. Sepsis ke seluruh tubuh
5. Luka bakar
6. Pemasangan ifus dalam waktu lama
7. Trauma abdomen

● PERJALANAN PENYAKIT
Kandung empedu memiliki fungsi
sebagai tempat menyimpan cairan empedu
dan memekatkan cairan empedu yang ada
didalamnya dengan cara mengabsorpsi air
dan elektrolit.
Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh
sel hati. Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke
kandung empedu pada saat katup Oddi tertutup. Dalam kandung
empedu, cairan empedu dipekatkan dengan mengabsorpsi air.
Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan
konsentrasi zat-zat padat.
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut.
Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan
susunan empedu, stasis empedu, dapat menyebabkan infeksi
kandung empedu. Jika pengobatan tertunda atau tidak tersedia,
dalam beberapa kasus kandung empedu menjadi sangat terinfeksi
dan bahkan gangren.
● TANDA DAN GEJALA

1. Sakit perut sisi kanan atas


2. Nyeri yang berpindah pindah
3. Nyeri tekan perut
4. Mual, muntah, perut terasa kembung
5. Kulit berwarna kuning (apabila batu empedu
menghalangi saluran empedu).
6. Sendawa
7. Suhu badan tinggi (demam).
● PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT Scan Abdomen
2. Kolesistogram Oral
3. USG Perut
4. Pemeriksaan Darah
● ASKEP

1. PENGKAJIAN

 Sirkulasi

a. Riwayat masalah jantung


b. Edem Pulmonal
c. Penyakit Vaskular Perifer

 Integritas Ego

a. Perasaan cemas
b. Takut
c. Marah
d. Apatis
e. Faktor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
 Makanan dan Cairan

a. Insufisiensi pancreas/DM
b. Malnutrisi (termasuk obesitas)
c. Membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan /
periode puasa pra operasi)

 Pernafasan

a. Infeksi,
b. Kondisi yang kronis/batuk pd saat merokok.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Pola nafas, tidak efektif berhubungan dengan neuromuskular,


ketidakseimbangan
perseptual/kognitif, peningkatan ekspansi paru, obstruksi trakeobronkial.

b. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya


penggunaan obat-obat farmasi, hipoksia ; lingkungan terapeutik yang
terbatas misalnya stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis.

c. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan


pembatasan pemasukkan cairan tubuh secara oral, hilangnya cairan tubuh
secara tidak normal, pengeluaran integritas pembuluh darah.

d. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan


integrittas otot, trauma muskuloskletal, munculnya saluran dan selang
(Doenges,1999).
3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
DP a :
Kriteria hasil :
Tidak ada perubahan pada frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Intervensi :
1) Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala,
hiperekstensi rahang
2) Auskultasi suara napas. Dengarkan ada/tidaknya suara napas
3) Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-
otot bantu,pernapasan, perluasan rongga dada, retraksi atau
pernapasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran udara.
4) Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan
pernapasan.
5) Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan.
6) Kolaborasi, pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
DP b :
Kriteria hasil :
Pasien mampu mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber
bantuan sesuai kebutuhan.
Intervensi :
1) Orientasikan kembali pasien secara terus menerus setelah keluar dari
pengaruh anastesi ; nyatakan bahwa operasi telah selesai dilakukan
2) Bicara pada pasien dengan suara yang jelaas dan normal tanpa
membentak, sadar penuh akan apa yang diucapkan.
3) Evaluasi sensasi/pergerakkan ekstremitas dan batang tenggorok yang
sesuai.
4) Periksa aliran infus, selang endotrakeal, kateter, bila dipasang dan
pastikan kepatenannya.
5) Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman.
DP c :
Kriteria hasil :
Tidak ada ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil,
kualitas denyut nadi baik, turgor kulit normal, membran mukosa
lembab dan pengeluaran urine yang sesuai).
Intervensi :
1) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan
intra operasi.
2) Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi
yang dilakukan.
3) Pantau tanda-tanda vital
4. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan
pernapasan dan jenis pembedahan

5. Periksa balutan, alat drain. Kaji luka untuk terjadinya pembengkakan

6. Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.

7. Kolaborasi, berikan cairan parenteral, produksi darah dan atau plasma


ekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperluakan.

DP d :
Kriteria hasil :
Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan
yang berarti sesuai toleransi.
Intervensi :
1) Evaluasi rasa sakit seccara reguler, catat karakteristik, lokasi dan
intensiitas (0-10).
2. Catat munculnya rasa cemas/takut dan hubungkan dengan
lingkungan dan persiapan
untuk prosedur.
3. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi dan
peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal
adanya rasa sakit.
4. Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai
kebutuhan.
5. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi – Fowler ;
miring.
6. Observasi efek analgetik.
7. Kolaborasi, pemberian analgetik IV sesuai kebutuhan.
4. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan pada pasien post Operatif
meliputi :
1. Menetapkan pola napas yang normal/efektif dan
bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.
2. Meningkatkan tingkat kesadaran.
3. Keseimbangan cairan tubuh adekuat.
4. Pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol
atau hilang.
 
TERIMA KASIH

SEMOGA SUKSES
BY :Martini N S S.Kep Ns

Anda mungkin juga menyukai