Pendahuluan
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Hisprung adalah penyait yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian
rectosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulka abnormal atau tidak adnya evakuasi usus
spontan (Betz,Cecily & Sowden: 2000)
B. Etiologi
Karena adanya kegagalan sel neural crrest ambrional yang bermigrasi kedalam dinding usus atau
kgagalan pleksus menceritkus dan submukosa untuk berkembang kearah kradi kaudal didalam
dinding usus.
C. Manifestasi Klinik
Menurut (Buku Saku Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC : 2002):
Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
2. Mutah berisi empedu
3. Enggan minum
4. Distensi Abdomen
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti Pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh
D. Patofisiologi
Congenital aganglionik mega kolon menga,barkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya
sel ganglion pada dinding submukosa kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam
rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Penyakkit hisprung atau mega kolon kongenital, adalah tidak adanya sel-sel ganglion dalam
rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak
adanya peristaltis serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingther rrectum tidak
dapat berelaksasi, mencegah keluarnya fese secara normal. Isi usus terdorong ke segmen
ananglionik dan fese terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan dilatasinya bagian usus yang
proximal terhadap daerah itu. Penyakit hisprung diduga terjadi karena faktor genetik dan
lingkungan, namun eriologi sebenarnya tidak diketahui. Penyakit hisprung dapat muncul pada
sembarang usia, walaupun paling sering terjadi pada neonatus (Buku Saku, Keperwatan Pediatri,
Cecily L. Betz dan Linda A Sowden, EGC : 2002).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Biopsi Isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap dan
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsi otot rectum, yakni pengambilan otot rectum, dilakukan dibawah narkos.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetikolin
4. Pemeriksaan noreepnerphin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
1. Foto abdomen diagnostik : untuk mengetahui adanya penyumbatan dalam kolon.
2. Enema Barium : untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
3. Biopsi rectal : untuk mendeteksi adanya sel ganglion.
4. Manometri Anorectal : untuk mencatat adanya respon refluks sfingther interna dan
eksterna.
(Betz, 2002: 197).
F. Komplikasi
1. Obstruksi usus
2. Enterokolitis
3. konstipasi
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksanaan operasi adalah untuk memperbaiki portlion aganglionik diusus besar
untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga
normal dan juga fungsi sfinghter ani internal.
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau double barrel
diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal
dalam waktu 3-4 bulan. Terdapat prosedur dalam pembededahan, diantaranya :
a) Prosedur duhanel biasanya dilakukan terhadap bayi kurang dari 1 tahun dengan
cara penarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosikannya
dibelakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selbung ananglionik
dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik.
b) Prosedur swenson membuang bagian ananglionik kemudian menganastomosikan
end to end pada kolon bergangllion dengan saluran anal yang dilatasi dan
pemotongan sfinghter dilakukan pada bagian posterior.
c) Prosedur soave dilakukan oada anak-anak yang lebih besar dengan cara
membiarkan dinging otot dari segmen rectum tetap utuh kemudian kolon yang
bersaraf normal di tarik sampai keanus tempat dilakukannya anastomosis antara
kolon normal dan jaringan otot retrosigmoiod yang tersisa.
2. Keperawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaannya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan yang utama antara
laing :
a) Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b) Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c) Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis (pembedahan)
d) Mendampingi orang tua pada perawatan kolostomi setelah rencana pulang.
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi anak dengan malnutrisi tidak
dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Diperlujan juga diet
rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrsi
parenteral total.
1) Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanada dan gejala komplikai
jangka panjang:
a. Stenosis dan konstriksi
b. Inkontinesia
c. Pengosongan usus yang tidak adekuat.
2) Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada orang tua dan anak
a. Persiapan kulit
b. Penggunaan alat kolostomi
c. Komplikasi stoma
d. Perawatan dan pembersihan alat kolostomi
e. Irigasi kolostomi.
3) Beri informasi penatalaksanaan diet
a. Makanan rendah sisa
b. Masukan cairan tanpa batas
c. Tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi
4) Dorong orang tua untuk mengekspresikan perasaan tentng kolostomi
a. Tampilan
b. Bau
5) Rujuk ke prosedur institusi spesifik utntuk informasi yang dapat diberikan pada
orang tua tentang perawatan dirumah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Preoperasi
a. Pemeriksaan fisik
1) Abdomen
a) Ukuran lingkar abdomen
b) Amati adanya distensi abdomen
c) Dengarkan bising usus dari 4 kuadran
d) Perkusi abdomen
e) Palpasi abdomen
f) Amati riwayat konstipasi dan diare.
b. Kaji status nutrisi
a) Timbang BB
b) Amati adanya muntah
c) Kaji kekuatan otot
c. Ttv
a) Ukur suhu tubuh (pada umumnya meningkat)
b) Ukur frekuensi pernapasan (terjadinya takikardi dan dispnea)
c) Ukur tekanan darah
d) Ukur nadi (umumnya terjadi takikardi)
2. Pengkajian Pascaoperasi
a. Kaji integritas kulit
b. Amati tanda infeksi
c. Amati adanya kebocoran anastomisis
d. Amati pola eliminasi
B. Diagnosa
1. Preoperasi
a. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena aganglion pada usus
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
c. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan muntah, diare pemasukan
terbatas karena adanya mual.
2. Pascaoperasi
a. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
c. Ansietas berhubungan dengan kuramg pengetahuan keluarga mengenai
pengobatan dan perawatan pasca operasi.
C. Intervensi
1. Preoperasi
D. Implementasi
Implemetasi harus sesuai dengan rencan yang telah ditentukan dan pelaksanan ini disesuaikan
dengan masalah yang ada atau yeng terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang
dilakukan yaitu :
1. Tindakan mandiri
2. Tindakan observasi
3. Tindakan pendidikan kesehtan
4. Tindakan kolaborasi.
E. Evaluasi
Pra Operasi
1. Pola eliminasi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan terpenuhi
Pasca Operasi
Peristalstik abnormal
Tindakan pembedahan
Keterbatasan
Nyeri post operasi Resiko infeksi Ansietas
aktivitas