Nim : 19142011003
2. Intervensi Keperawatan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan konjungtiva
anemis
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Tujuan: 1. Kaji distensi abdomen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Pantau masukan nutrisi dan
2 x 24 jam selama proses keperawatan, perhatikan frekuensi muntah
diharapkan pola nutrisi pasien menjadi klien
adekuat 3. Timbang BB setiap hati
Kriteria Hasil: 4. Berikan diet yang sedikit namun
BB pasien stabil sering
Konjungtiva tidak anemis 5. Atur kebersihan oral sebelum
makan
6. Konsulkan dengan ahli diet
sesuai indikasi
7. Berikan diet rendah lemak, tinggi
serat, dan batasi makanan
penghasil gas
8. Kolaborasikan pemberian
makanan yang mengandung
MCT sesuai indikasi
9. Monitor kadar albumin, protein
sesuai programBerikan
vitaminvitamin larut lemak (A, D,
E, K)
1
a. Diagnosa keperawatan: Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan distensi abdomen ditandai oleh adanya
perasaan sesak pada pasien
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Tujuan: 1. Kaji distensi abdomen
Setelah dilakukan perawatan 2 x 24 2. Kaji RR, kedalaman nafas, dan kerja
jam, diharapkan pasien menunjukkan pernafasan
tanda-tanda pola nafas yang efektif 3. Awasi klien agar tidak sampai
Kriteria Hasil: mengalami leher tertekuk
RR mencapai 30-40 napas/mnt 4. Posisikan klien semi ekstensi atau
Kedalaman inspirasi dan kedalaman eksensi pada saat beristirahat
bernafas 5. Kolaborasikan operasi
Tidak ada penggunaan otot bantu nafas apabila dibutuhkan
pada pasien
suhu tubuh pasien akan kembali 2. Pantau suhu minimal setiap 2 jam
menjadi normal Kriteria Hasil: sekali disesuaikan dengan kebutuhan
Nadi dan pernapasan dalam rentang 3. Berikan pasien pakaian tipis
normal 4. Menipulasi lingkungan menjadi
Suhu normal 36,50 – 37,50 senyaman mungkin seperti
penggunaan kipas angin atau AC
5. Kolaborasikan pemberian obat anti
piretik sesuai kebutuhan
2
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya nausea
dan vomitting pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual
dan muntah pasien
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Tujuan: 1. Pantau asupan dan carian pasien pasien akan mempertahankan
keseimbangan perjam (cairan infus, susu per cairan dan elektrolit setelah
dilakukan NGT, atau jumlah ASI yang perawatan didalam rumah sakit selama 2 x
diberikan
24 jam 2. Periksa feses pasien tiap
Kriteria Hasil: harinya
Kembalinya pengisian kapiler darah kurang 3. Pantau lingkar perut pasien
dari 3 detik 4. Observasi tanda-tanda dehidrasi Turgor kulit membaik 5.
Kolaborasikan pemeriksaan
Produksi urin 1-2ml/kgBB/jam elektrolit pasien, kadar protein total, albumin,
nitrogen urea
darah dan kreatinin serta darah
lengkap
3
I. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah mendapatkan penjelasan tentang Atresia Ductus Hepaticus selama 20
menit, diharapkan orang tua klien dapat mengerti dan memahami tentang
atresia bilier.
4
· Tes akhir · Aktif bersama
· Menyimpulkan hasil penyuluhan menyimpulkan
· Memberi salam penutup · Membalas salam
Materi
Atresia Ductus Hepaticus
Ada 2 jenis atresia ductus hepaticus yaitu fetal dan perinatal. Atresia
ductus hepaticus fetal muncul saatt bayi masih di dalam rahim. Atresia ductus
hepaticus perinatal lebih sering terjadi dan tidak disadari hingga 2-4 minggu
setelah kelahiran. Beberapa bayi, khususnya yang lahir dengan atresia ductus
hepaticus fetal, juga memiliki kecacatan pada jantung, limpa dan usus.
Gejala awal atresia ductus hepaticus yaitu penyakit kuning dan mata kuning.
Umumnya, bayi lahir dengan sakit kuning ringan pada 1-2 minggu pertama dan
hilang dari 2-3 minggu. Meski begitu, pada anak dengan sumbatan bilier, sakit
kuning yang mereka alami dapat bertambah parah. Beberapa gejala lain dari
atresia ductus hepaticus adalah:
5
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila
Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah
dengan dokter Anda.
Jika 2-3 minggu setelah lahir, anak Anda masih bergejala seperti sakit kuning
atau BAB kelabu, Anda harus membawanya ke dokter segera.
3. Penyebab
Atresia ductus hepaticus adalah salah satu penyakit yang dapat disebabkan oleh
berbagai hal. Sayangnya, sampai saat ini belum ada bukti yang pasti. Meski
begitu, para ahli menyakini bahwa atresia ductus hepaticus bukan penyakit
genetik, artinya penyakit ini tidak diberikan dari orangtua ke anak. Selain itu,
orang yang mengidap atresia ductus hepaticus tidak berisiko memberikan
penyakit ini pada anaknya.
Atresia ductus hepaticus lebih mungkin disebabkan oleh kejadian di rahim atau
sekitar waktu kelahiran. Beberapa pemicu yang mungkin dapat berkontribusi
mengembangkan atresia ductus hepaticus adalah:
4. Faktor-faktor risiko
6
Terkena infeksi virus atau bakteri setelah lahir
Memiliki kelainan autoimun yang menyerang hati atau saluran empedu
Terjadi mutasi genetik
Defek kongenital hati dan saluran empedu
Paparan pada zat yang bahaya
Prosedur Kasai
Prosedur Kasai biasanya merupakan terapi awal untuk atresia bilier. Saat
prosedur Kasai, dokter bedah akan mengangkat saluran empedu yang tersumbat
pada bayi dan mengambil usus untuk menggantinya. Lalu cairan empedu akan
mengalir langsung ke usus kecil. Pada kasus operasi yang berhasil, pasien akan
memiliki kesehatan yang baik dan tidak mengalami masalah hati.
Jika operasi Kasai gagal, anak akan membutuhkan transplantasi hati dalam 1-2
tahun. Walaupun setelah terapi berhasil, kebanyakan anak akan berisiko sirosis
bilier obstruktif saat dewasa. Jadi, anak perlu dikontrol secara teratur untuk
memonitor aktivitas hati.
Transplantasi Hati
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk Atresia Ductus Hepaticus?
7
Dan/atau biopsi hati
6. Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi Atresia Ductus Hepaticus?