Anda di halaman 1dari 5

ANESTESI LOKAL

No. Dokumen : 035/SPO/III/UKP

STANDAR No. Revisi : 03


PROSEDUR Tanggal Terbit : 01-06-2022
OPERASIONAL
Halaman : 1-3

Puskesmas drg. Fitri Winarni H


Godean II NIP 19650131 199403 2 004

1. Pengertian Anestesi lokal adalah berisi tahap-tahap melakukan anestesi lokal.


2. Tujuan Sebagai acuan dalam anestesi lokal untuk menghilangkan rasa nyeri pada tindakan
pembedahan minor dan pencabutan gigi.
3. Kebijakan 1. SK Kepala Puskesmas No. 188.4/III/…./2022 tentang Anestesi Lokal dan
Tindakan Medis
4. Referensi Purwanto, 1993, Petunjuk Praktis Anestesi Lokal, EGC, Jakarta.
5. Prosedur/ 1. Penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara dewasa,
Langkah- geriatric ,dan anak atau pertimbangan khusus;
langkah 1.1. Medis/Paramedis melakukan identifikasi pasien dengan :
a. Anamnesa : menanyakan segala pengobatan yang pernah didapatkan
oleh pasien, alergi terhadap obat-obatan, bagaimana respon tubuh
pasien terhadap obat-obatan anestesi, apabila pasien pernah
mendapatkan tindakan operasi sebelumnya.
b. Pemeriksaan Fisik : meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan
darah, laju nadi, laju napas, temperatur), tinggi badan, berat badan, BMI,
serta pemeriksaan organ jantung, paru-paru, sistem muskuloskeletal
menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
c. Pemeriksaan tambahan sesuai indikasi
d. Pemeriksaan penunjang untuk mencegah terjadinya komplikasi anestesi.
2. Dokumentasi yang diperlukan untuk dapat bekerja dan berkomunikasi efektif
2.1. Medis/paramedis mencatat jenis, dosis, tehnik anestesi lokal pada rekam
medis.
2.2. Medis/paramedis pemantauan status fisiologis pasien sebelum dan sesudah
pemberian anastesi lokal menggunakan form monitoring.
3. Persyaratan persetujuan khusus
3.1. Medis/Paramedis memberikan informasi kepada pasien dan atau keluarga
terkait anestesi lokal dan tindakan medis.
3.2. Medis/Paramedis meminta persetujuan pasien untuk dilakukan anestesi
lokal dan tindakan medis.
4. Kualifikasi, kompetensi, dan keterampilan petugas pelaksana
4.1. Petugas kesehatan yang memiliki kewenangan melakukan anestesi lokal
dan tindakan medis, yaitu
a. Tenaga Medis (Dokter, Dokter Gigi)
b. Tenaga Paramedis yaitu Perawat dan Bidan, yang diberikan
pendelegasian wewenang oleh Dokter umum serta Terapis gigi dan
mulut yang diberikan pendelegasian wewenang oleh Dokter Gigi.
5. Ketersediaan dan penggunaan peralatan anestesi lokal
Anesthetics Concentration(s) Maximum Total Volume of Onset,
Generic Adult Dose per Maximum Protein Binding,
Name Procedure* Total Duration
(Trade Adult
Name) Dose

Lidocaine 1-2% 4.5-5 mg/kg, not 30 mL of Onset: < 2 min


(Xylocaine) to exceed 300 1%; 15 mL
mg of 2% Protein binding:

64.3%

Duration: 0.5-1 h

Lidocaine 1-2% lidocaine with 7 mg/kg, not to 50 mL of Onset: < 2 min


with epinephrine exceed 500 mg 1%; 25 mL
epinephrine 1:100,000 or of 2% Protein binding:
1:200,000 --

Duration: 2-6 h

6. Teknik melakukan anestesi lokal


Medis/Paramedis melakukan :
6.1. Periksa obat anestesi yang disuntikkan:
a. Tanggal kadaluarsa.
b. Kondisi fisik apakah masih baik atau sudah terjadi perubahan warna,
endapan.
6.2.Identifikasi lokasi operasi.
6.3.Identifikasi jalan persarafan.
6.4.Desinfeksi area operasi dengan mengoleskan povidon iodin 10%.
6.5.Suntikan beberapa cc obat anestesi disekitarnya.
6.6.Cek hasilnya dengan menjepit bagian yang dianestesi menggunakan
pinset/klem.
6.7.Jika pasien masih  kesakitan cobalah masase lagi dan lakukan pengujian
6.8.Jika keadaan anestesi belum juga terjadi, evaluasilah beberapa hal berikut.
a. Apakah lokasi penyuntikan sudah sesuai dengan anatomi persarafan?
b. Apakah ada riwayat alkoholik?
6.9.Anestesi infiltrasi
a. Dilakukan penyuntikan di sekitar area operasi di daerah subkutis.
b. Desinfeksi area operasi dengan mengoleskan povidon iodin 10%.
c. Masukkan jarum di salah satu sudut area operasi.

d. Arahkan ke area kanan, aspirasi, jarum dicabut (tetapi tidak sampai lepas
dari kulit) sambil obat dikeluarkan.
e. Jarum dibelokan ke arah kiri, aspirasi, jarum dicabut sambil obat
dikeluarkan.

f. Masukan jarum di sudut yang berseberangan dengan sudut tadi.


g. Arahkan ke area kanan, aspirasi, jarum dicabut (tetapi tidak sampai lepas
dari kulit) sambil obat dikeluarkan. Jarak antara pinggir daerah yang
diinfiltrasi dengan target operasi tidak melebihi 2 cm.
h. Jarum dibelokan ke arah kiri, aspirasi, jarum dicabut sambil obat
dikeluarkan.
i. Lanjutkan penyuntikan ketiga tepat diatas garis yang akan diinsisi.
j. Masase.
k. Cek dengan menjepitkan pinset.
7. Frekuensi dan jenis bantuan resusitasi jika diperlukan
7.1. Pasien Dewasa dengan 1 penolong rasio 15 kali kompresi dada berbanding
2 kali tiupan bantuan nafas (15:2) dan rasio 5:1 per-siklus bila dilakukan oleh
2 penolong.
8. Tata laksana pemberian bantuan resusitasi yang tepat
8.1. Medis/Paramedis/Petugas terlatih melakukan resusitasi sesuai SPO RJP
9. Tata laksana terhadap komplikasi
Medis/Paramedis :
9.1. Memposisikan pasien dalam kondisi nyaman dan aman
9.2. Mengukur dan memonitoring Tanda-tanda Vital
9.3. Memberikan oksigen
9.4. Jika mengalami syock diberikan injeksi epineprin
9.5. Jika ada syock berat rujuk ke Rumah Sakit
10. Bantuan Hidup Dasar
Medis/Paramedis :
10.1. Menilai TIngkat Kesadaran Korban
a. Tepuk/ goyang/ cubit bahu dan panggil namanya, jika tidak ada jawaban
dan tidak buka mata,serta tangan kaki tidak gerak -> disebut Tidak
Sadar
10.2. Panggil Bantuan
Mintalah bantuan kepada orang terdekat, atau berteriak minta tolong
10.3. Cek Nadi selama <10 detik), untuk pasien dewasa : Arteri Karotis,
sedangkan untuk pasien Anak : Arteri Brakhialis
10.4. Lakukan Kompresi (Penekanan Dada) 30 kali
10.5. Bersihkan jalan napas
Buka mulut korban untuk melihat adanya sumbatan dengan menggunakan
teknik Cross Finger lalu  bersihkan sumbatan jika terlihat dengan
menggunakan teknik Swipe Finger
10.6. Buka jalan napas/ tengadahkan kepala
Teknik head tilt chin lift (Non trauma) atau Jaw Trust (Trauma Leher)
10.7. Berikan ventilasi/ bantuan napas  sebanyak 2 kali tiupan
10.8. Ulangi lagi kompresi 30 kali : Bantuan napas 2 kali hingga 5 siklus atau 2
menit.. Lakukan evaluasi setelah/ setiap 5 siklus atau 2 menit
10.9. Jika nadi tidak teraba lanjutkan kompresi dan ventilasi 5 siklus/ 2 menit, jika
nadi teraba, lanjutkan cek pernapasan, berikan bantuan napas (20x/ 2
menit) jika napas belum adekuat kemudian akukan re-evaluasi (nadi dan
napas setelah 20x ventilasi/ 2 menit)
10.10. Atur posisi sisi mantab jika nadi korban sudah ada dan napas adekuat
(frekuensi napas >12 kali/menit)
l. Unit terkait - Pelayanan Kesehatan Umum
- Pelayanan Kesehatan Gigi
- KIA/KB/Imunisasi

REKAMAN HISTORI PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan

1 Kop SOP Menjadi template terbaru 1 Maret 2017


Kebijakan, Referensi, Kebijakan, Referensi, Prosedur
2 1 Maret 2018
Prosedur terbaru tahun 2018
3 Menyesuaikan kebijakan dan
Prosedur prosedur anestesi lokal berdasarkan 10 Mei 2022
kriteria 3.4.1

Anda mungkin juga menyukai