Anda di halaman 1dari 9

SOP PERDARAHAN POST PARTUM KARENA

ATONIA UTERI DI MASA PANDEMI COVID-19

No. Dokumen : SOP/UKP/…… /UKP/2020


No. Revisi : A
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman : 1/8

dr. SITI NUR HAYATI


PUSKESMAS
KEBONAGUNG NIP.19710408 200604 2 012

1.Pengertian Keadaan lemahya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak


mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah
bayi dan plasenta lahir.

2.Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penanganan


Atonia Uteri Pasca Persalinan

3.Kebijakan a. Surat keputusan kepala puskesmas Nomer / /2020 tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis
b. Surat keputusan kepala puskesmas No. / /2020 tentang pembentukan
satgas penanggulangan infeksi virus covid 19

4.Referensi a. Protap Obgyn Sanglah 2015


b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan

5.Prosedur/ A. Alat dan Bahan


Langkah- 1. Stetoskop
langkah 2. Thermometer
3. Tensimeter
4. Satu set PPP
5. APD
6. Kassa Steril
7. Set Infus
8. Misoprostol
9. Metyl Ergometrin
10. Oxytocin
11. Hand gloves panjang
12. Kondom Catheter

B. Petuga yang melaksanakan :


1. Bidan
C. Langkah-langkah
1. Petugas melakukan Anamnesa Pasien
a. Menganjurkan pasien memakai masker
b. Memperkenalkan diri
c. Menanyakan identitas pasien
d. Menanyakan keluhan utama pasien yang dapat berupa
keluhan berdebar, keringat dingin, lemah, sesak nafas
dan keluhan penyerta pada pasien dengan segera
e. Menanyakan riwayat kesehatan terdahulu seperti,
hipertensi, diabetes melitus, jantung, asthma,obat –
obatan yang dikonsumsi, riwayat kesehatan keluarga
serta riwayat sosial yang berkaitan dengan penyakit
dan komplikasi yang saat ini diderita pasien
2. Petugas melakukan Pemeriksaan Fisik
a. Petugas melakukan informed consent tentang tindakan
yang akan dilakukan.
b. Petugas cuci tangan dan menggunakan APD
c. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign
d. Petugas melakukan fisik menyeluruh
e. Petugas melakukan pemeriksaan fisik obstetric serta
evaluasi kegawatan dan faktor risiko dan pantau selama
2 jam pasca persalinan dan pastikan telah diberi
uterotonika 10 IU IM sebelumnya serta metyl ergometrin
0,125mcg apabila dalam kala III kesan plasenta lahir
komplit
f. Periksa tinggi fundus uteri serta kontraksi, explorasi sisa
plasenta serta robekan jalan lahir dengan pemeriksaan
digitalisasi maupun pemeriksaan bimanual
g. Pasang infus berikan cairan isotonis 1000 ml dalam 30
menit serta kosongkan kandung kemih dengan
pemasangan dower catheter
h. Perdarahan >500 cc pada partus pervaginam atau perdarahan
aktif
i. Keadaan umum cukup atau buruk
j. Kesadaran GCS ≤ 15
k. Tekanan darah sistolik ≤ 100 mmhg dan diastolic ≤ 60 mmhg
l. Nadi ≥ 100x/menit dan lemah
m. Respirasi > 20x/menit, cepat dan dangkal (kussmaul)
n. Suhu tubuh dala batas normal
o. Skala nyeri
p. Pada atonia uteri teraba tinggi fundus setinggi pusat
atau lebih dan kontraksi uterus yang lembek
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas melakukan Tatalaksana Kasus : Apabila pada pemeriksaan
mengarah pada atonia uteri lakukan:
A. Pasang infus, beri uterotonika kemudian lakukan pijatan
uterus Jenis Uterotonika dan cara pemberiannya:
B. OKSITOSIN:
1. Dosis dan cara pemberian awal:
a. IV: 40 unit dalam 1 L - Larutan garam fisiologis
dengan tetesan cepat
b. IM: 10 unit
2. Dosis Lanjutan: IV: 20 unit dalam 1 L larutan garam
fisiologis dengan 40 tts/ mnt
3. Dosis maksimal per hari: Tidak lebih dari 3 L larutan
dengan oksitosin 40 unit per botol
4. Indikasikontra atau hati – hati: Pemberian IV secara
cepat atau bolus
C. ERGOMETRIN:
1. Dosis dan cara pemberian awal:IM atau IV (lambat): 0.2
mg
2. Dosis lanjutan: Ulangi 0.2 mg IM setelah 15 menit
3. Bila masih diperlukan, beri IM/ IV setiap 2 – 4 jam Dosis
maksimal per hari: Total 1 mg atau 5 dosis
4. Indiaksikontra atau hati – hati: Pre-eklampsia, vitium
cordis, hipertensi
D. MISOPROSTOL:
1. Dosis dan cara pemberian awal: a. Oral atau rektal
400 – 600 mcg
2. Dosis lanjutan: 400 – 600 mcg 2 – 4 jam setelah dosis
awal
3. Dosis maksimal per hari: Total 1200 mcg atau 2 – 3
dosis ulangan
4. Kontraindikasi atau hati – hati: Nyeri kontraksi, asthma,
menggigil, diare
5. Lakukan Bimanual Eksternal petugas memasang infus apabila
sendiri dengan meremas uterus melalui dinding abdomen dengan
jalan penjepitnya diantara kedua belah telapak tangan yang
melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan
berkurang, kompres diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat
kembali berkontraksi atau dilakukan tindakan operatif.
6. Lakukan Kompresi Bimanual Internal, Uterus dijepit diantara telapak
tangan yang menekan bagian posterior uterus melalui dinding
abdomen dan kepalan tangan dalam sebagai upaya untuk menjepit
pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti
mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Bila
perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali dan bila tindakan ini tidak efektif.
7. Apabila KBI tak berhasil lakukan pemasangan kondom catheter intra
uterine.
8. Apabila masih tidak berhasil segera siapkan untuk merujuk ke
pelayanan kesehatan tingkat lanjut.

6. Bagan alir
Pasien datang/ Anamnesa
melahirkan di
puskesmas

Pemeriksaan fisik dan Petugas mencuci tangan dan


obsteri menggunakan APD

Penegakan diagnosa Tindakan sesuai dengan


diagnose berupa atonia uteri

Rujuk apabila ada indikasi


Pencatatan rekam untuk pemantauan tindakan
medis dan register lebih lanjut di pelayanan
pasien serta kesehatan tingkat lanjut
kelengkapan
administrasi

7. Hal-hal yang 1. Keadaan umum pasien dan komplikasi


perlu 2. Kelengkapan ketersediaan alat- alat kesehatan
diperhatikan 3. Pemakaian APD
4. Konseling dan edukasi

8. Unit terkait 1. Ruangan Pemeriksaan Umum


2. Ruangan VK UGD
3. Ruangan rawat inap
4. Ruangan Laboratorium
5. Ruangan Konseling

6. Dokumen 1. Rekam medis


terkait 2. Register pasien

7. Rekam historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai


perubahan diberlakukan
DAFTAR TILIK
SOP PERDARAHAN POST PARTUM KARENA ATONIA UTERI
DI MASA PANDEMI COVID-19

Nama Petugas yang dinilai :


Tanggal Penilaian :
Petugas Penilai :

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Petugas melakukan Anamnesa Pasien √


a. Menganjurkan pasien memakai masker
b. Memperkenalkan diri
c. Menanyakan identitas pasien
d. Menanyakan keluhan utama pasien yang dapat berupa
keluhan berdebar, keringat dingin, lemah, sesak nafas dan
keluhaN penyerta pada pasien dengan segera
e. Menanyakan riwayat kesehatan terdahulu seperti,
hipertensi, diabetes melitus, jantung, asthma,obat – obatan
yang dikonsumsi, riwayat kesehatan keluarga serta riwayat
sosial yang berkaitan dengan penyakit dan komplikasi yang
saat ini diderita pasien

2. Petugas Melakukan Pemeriksaan Fisik √


a. Petugas melakukan informed consent tentang tindakan yang
akan dilakukan.
b. Petugas cuci tangan dan menggunakan APD
c. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign
d. Petugas melakukan fisik menyeluruh
e. Petugas melakukan pemeriksaan fisik obstetric serta
evaluasi kegawatan dan faktor risiko dan pantau selama 2
jam pasca persalinan dan pastikan telah diberi uterotonika
10 IU IM sebelumnya serta metyl ergometrin 0,125mcg
apabila dalam kala III kesan plasenta lahir komplit
f. Periksa tinggi fundus uteri serta kontraksi, explorasi sisa
plasenta serta robekan jalan lahir dengan pemeriksaan
digitalisasi maupun pemeriksaan bimanual
g. Pasang infus berikan cairan isotonis 1000 ml dalam 30 menit
serta kosongkan kandung kemih dengan pemasangan dower
catheter
h. Perdarahan >500 cc pada partus pervaginam atau perdarahan aktif
i. Keadaan umum cukup atau buruk
j. Kesadaran GCS ≤ 15
k. Tekanan darah sistolik ≤ 100 mmhg dan diastolic ≤ 60 mmhg
l. Nadi ≥ 100x/menit dan lemah
m. Respirasi > 20x/menit, cepat dan dangkal (kussmaul)
n. Suhu tubuh dala batas normal
o. Skala nyeri
p. Pada atonia uteri teraba tinggi fundus setinggi pusat atau
lebih dan kontraksi uterus yang lembek
q. Pada robekan jalan lahir teraba tinggi fundus 2 jari bawah
pusat dan kontraksi baik, namun pada inspeksi vulva dan
inspekulo vagina tampak robekan dengan perdarahan aktif.
Pada pemeriksaan bimanual terba robekan uterus
r. Pada retensio plasenta yang mengakibatkan PPP primer
sebelumnya terjadi plasenta yang tidak lahir dalam 30 menit
pada kala III dan plasenta lahir inkomplit hal ini menyebabkan
palpasi tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat dan kontraksi
baik namun pada digitalisasi ditemukan sisa jaringan
s. Pada retensio plasenta yang mengakibatkan PPP sekunder
akan ditandai dengan palpasi fundus uteri tidak sesuai
dengan involusi, pada inspeksi dan inspekulo perdarahan
merembes dari OUE dan dapat disertai tanda-tanda infeksi
puerperalis
t. Pada gangguan pembekuan darah palpasi fundus teri sesuai
dengan involusi, pada inspeksi dan inspekulo perdarahan
u. merembes dari OUE atau timbul hematoma dari bekas
jahitan atau tempat suntikan.

3. Petugas mencuci tangan √

4. Petugas Melakukan Tatalaksana Kasus √


Apabila pada pemeriksaan mengarah pada atonia uteri lakukan:
A. Pasang infus, beri uterotonika kemudian lakukan pijatan uterus
Jenis Uterotonika dan cara pemberiannya:

1. OKSITOSIN:
a. Dosis dan cara pemberian awal:
a) IV: 40 unit dalam 1 L - Larutan garam fisiologis
dengan tetesan cepat
b) IM: 10 unit
b. Dosis Lanjutan: IV: 20 unit dalam 1 L larutan garam
fisiologis dengan 40 tts/mnt
c. Dosis maksimal per hari: Tidak lebih dari 3 L larutan
dengan oksitosin 40 unit per botol
d. Indikasikontra atau hati – hati: Pemberian IV secara
cepat atau bolus
2. ERGOMETRIN:
a. Dosis dan cara pemberian awal:IM atau IV (lambat): 0.2
mg
b. Dosis lanjutan: Ulangi 0.2 mg IM setelah 15 menit, Bila
masih diperlukan, beri IM/ IV setiap 2 – 4 jam
c. Dosis maksimal per hari: Total 1 mg atau 5 dosis
d. Indiaksikontra atau hati – hati: Pre-eklampsia, vitium
cordis, hipertensi
3. MISOPROSTOL:
a. Dosis dan cara pemberian awal: a. Oral atau rektal
400 – 600 mcg
b. Dosis lanjutan: 400 – 600 mcg 2 – 4 jam setelah
dosis awal
c. Dosis maksimal per hari: Total 1200 mcg atau 2 – 3
dosis ulangan
d. Kontraindikasi atau hati – hati: Nyeri kontraksi,
asthma, menggigil, diare
5. Lakukan Bimanual Eksternal petugas memasang infus apabila sendiri √
dengan meremas uterus melalui dinding abdomen dengan jalan penjepitnya
diantara kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran
darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang, kompres diteruskan,
pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dilakukan
tindakan operatif.
6. Lakukan Kompresi Bimanual Internal, Uterus dijepit diantara telapak tangan √
yang menekan bagian posterior uterus melalui dinding abdomen dan kepalan
tangan dalam sebagai upaya untuk menjepit pembuluh darah di dalam
miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan
perdarahan yang terjadi. Bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu
hingga uterus berkontraksi kembali dan bila tindakan ini tidak efektif.
7. Apabila KBI tak berhasil lakukan pemasangan kondom catheter intra uterine. √
8. Apabila masih tidak berhasil segera siapkan untuk merujuk ke pelayanan √
kesehatan tingkat lanjut.

JUMLAH
CR: ………………100 %

Demak ,…..……………………
Pelaksana / Auditor

Anda mungkin juga menyukai