Anda di halaman 1dari 94

PENCAPAIAN PERKEMBANGAN MILENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs)

DI KABUPATEN ASMAT

Fernandes Simangunsong
(Dosen STPDN)

ABSTRAK
Millenium Development Goals (MDGs) adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar
kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk
melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yaitu menanggulangi kemiskinan dan
kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan
ibu, memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, kelestarian
lingkungan hidup, serta membangun kemitraan global dalam pembangunan.

Key words : Local Government, Welfare State, And Millenium Development Goals

PENDAHULUAN tanggung jawab negara berkembang


Latar Belakang untuk melaksanakan pekerjaan rumah
Millenium Development Goals mereka, sedangkan negara maju
(disingkat MDGs) dalam bahasa berkewajiban mendukung upaya
Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan tersebut.
Pembangunan Milenium (TPM). Tujuan Dikotomi orientasi pembangunan
Pembangunan Milenium merupakan antara pertumbuhan dan pemerataan,
paradigma pembangunan global yang sebagaimana diketahui, sudah
disepakati secara internasional oleh 189 berlangsung sejak lama. Akan tetapi
negara anggota Perserikatan Bangsa- berbagai kajian ilmiah membuktikan
Bangsa (PBB) dalam Konferensi Tingkat bahwa pembangunan yang
Tinggi (KTT) Milenium PBB bulan menekankan pada pemerataan lebih
September 2000 silam. Majelis Umum berdampak positif. Nilai positif ini
PBB kemudian melegalkannya ke dalam setidaknya dapat dilihat dari dua aspek
Resolusi Majelis Umum Perserikatan yaitu: Pertama, bahwa orientasi
Bangsa-Bangsa Nomor 55/2 tanggal 18 pembangunan yang menekankan pada
September 2000 Tentang Deklarasi pemerataan akan mengangkat
Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa kesejahteraan penduduk secara lebih
(A/RES/55/2. United Nations Millennium luas. Dengan begitu, lebih banyak
Declaration). penduduk yang dapat menikmati hasil
Lahirnya Deklarasi Milenium pembangunan. Kedua, secara timbal
merupakan buah perjuangan panjang balik, karena semakin banyaknya
negara-negara berkembang dan penduduk yang kesejahteraannya
sebagian negara maju. Deklarasi ini meningkat, pada gilirannya akan lebih
menghimpun komitmen para pemimpin banyak lagi sumberdaya manusia yang
dunia, yang belum pernah terjadi dapat berpartisipasi dalam
sebelumnya, untuk menangani isu pembangunan. Dengan demikian
perdamaian, keamanan, pembangunan, keberlanjutan pembangunan menjadi
hak asasi, dan kebebasan fundamental lebih pasti. Sebaliknya orientasi
dalam satu paket. Negara-negara pembangunan yang menekankan pada
anggota PBB kemudian mengadopsi pertumbuhan akan lebih menghasilkan
MDGs. Setiap tujuan memiliki satu atau kesenjangan dalam masyarakat.
beberapa target berikut indikatornya. Pada dekade 1980-an banyak
MDGs menempatkan pembangunan kelompok studi yang mendiskusikan
manusia sebagai fokus utama orientasi pembangunan “Growth” versus
pembangunan serta memiliki tenggat “Development” tersebut. Salah satu
waktu dan kemajuan yang terukur. yang dapat disebutkan di sini adalah
MDGs didasarkan atas konsensus dan “Club of Rome”, kelompok yang
kemitraan global, sambil menekankan kemudian mengemukakan argumen

196
tentang “Limit to Growth”. Selanjutnya masa Presiden Soekarno, misalnya,
pada dekade 1990-an, PBB membawa Pemerintah menerbitkan dokumen
isu orientasi pembangunan yang perencanaan pembangunan yang diberi
mengarah pada kesejahteraan umat nama Garis-garis Besar Rencana
manusia tersebut (development) ke Pembangunan Lima Tahun 1956-1960
dalam pembahasan, diskusi, serta dan Pokok-pokok Pembangunan
kesepakatan antarnegara. Tahun 1992, Nasional Semesta Berencana Tahun
misalnya, diselenggarakan KTT Bumi di 1961-1969.
Rio de Janeiro. Tahun 1994 digelar pula Merujuk pada dua dokumen
Konferensi Kependudukan dan pembangunan tersebut, diketahui
Pembangunan di Cairo. Tahun 1995, bahwasanya Indonesia waktu itu telah
ganti Konferensi Gender dan mencoba menangani persoalan
Pemberdayaan Perempuan pembangunan milenium. Ini ditunjukkan,
dilaksanakan, berikut beberapa antara lain, pada kurun 1956-1960
konferensi lainnya yang sejalan setelah ketika pembangunan nasional
itu. Puncak dari upaya mengedepankan berorientasi pada peningkatan
pembangunan yang berorientasi pada pendapatan nasional yang membentuk
kesejahteraan umat manusia, baik untuk kemakmuran rakyat Indonesia (Biro
generasi saat ini maupun generasi Perancang Negara, 1956:8).
mendatang, adalah lahirnya Kemakmuran rakyat diwujudkan melalui
kesepakatan kepala negara dan kepala pelaksanaan berbagai kebijakan
pemerintahan 189 negara mengenai sehingga dapat berdampak pada
Deklarasi Milenium. Deklarasi ini berisi peningkatan pendapatan keluarga
kesepakatan negara-negara tentang secara mandiri. Bidang pendidikan,
arah pembangunan berikut sasaran- kesehatan, dan perumahan
sasarannya yang perlu diwujudkan. mendapatkan perhatian khusus.
Secara ringkas, arah pembangunan Kemudian, antara tahun 1961-1969,
yang disepakati secara global meliputi: perhatian ditumpukan pada peningkatan
1) Menghapuskan Kemiskinan Dan pendapatan nasional dan perseorangan
Kelaparan Berat; hingga yang harus tercapai pada akhir
2) Mewujudkan Pendidikan Dasar pelaksanaan pembangunan (Depernas
Untuk Semua Orang; RI, 1961:Bab 8). Peningkatan kualitas
3) Mempromosikan Kesetaraan penduduk diselenggarakan lewat
Gender Dan Pemberdayaan pembangunan kemasyarakatan,
Perempuan; pendidikan, dan kesejahteraan, yang
4) Menurunkan Kematian Anak; tertuang dalam dokumen Pembangunan
5) Meningkatkan Kesehatan Maternal; Nasional Semesta Berencana Delapan
6) Melawan Penyebaran Hiv/Aids, Dan Tahun (Penasbede, tahun 1961-1969).
Penyakit Kronis Lainnya (Malaria Terlihat bahwa peningkatan kualitas
Dan Tuberkulosa); manusia telah menjadi komitmen dan
7) Menjamin Keberlangsungan program yang dilakukan jauh sebelum
Lingkungan; MDGs disepakati sebagai komitmen
8) Mengembangkan Kemitraan Global global. Sayang, pelaksanaan program
Untuk Pembangunan. tersebut terhenti di tengah jalan akibat
krisis politik tahun 1965.
Perkembangan pencapaian MDGs Sejak tahun 1970-an pemerintah
sesungguhnya bukanlah hal yang baru menggulirkan kembali program-program
bagi Indonesia. Sebagai sebuah bentuk peningkatan kesejahteraan yang
orientasi pembangunan, MDGs dalam meliputi pendidikan, kesehatan
tataran implementasi sesungguhnya perorangan, kesehatan reproduksi, dan
telah dipraktekkan oleh Pemerintah penanggulangan kemiskinan. Hal ini
Indonesia sejak masa Pemerintahan dilakukan melalui Rencana
Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Pembangunan Lima Tahun (Repelita),
Presiden Habibie, Presiden khususnya Repelita I-IV, yang ditempuh
Abdurrahman Wahid hingga Presiden secara reguler melalui program sektoral
Megawati Sukarnoputri, dalam berbagai dan regional. Pada Repelita V-VI,
bentuk kebijakan dan program yang pemerintah melaksanakan program-
sesuai dengan kondisi masa itu. Pada program yang selaras dengan MDGs

197
saat ini, dengan orientasi menuntaskan Pembangunan Pendidikan Belum
masalah kesenjangan sosial dan Sepenuhnya Mampu Memenuhi
ekonomi. Jalur pembangunan yang Hak-Hak Dasar Warga Negara;
ditempuh adalah dengan menyinergikan 3) Tidak Menyatunya Kegiatan
program reguler sektoral dan regional. Perlindungan Fungsi Lingkungan
Pelaksanaan Repelita V-VI ini pun Hidup Dengan Kegiatan
terpaksa terhenti saat Indonesia Pemanfaatan Sumber Daya Alam
menderita akibat dampak krisis ekonomi Sehingga Sering Melahirkan Konflik
dan politik yang hebat di tahun 1997. Kepentingan Antara Ekonomi
Menjelang berakhirnya abad ke-20, Sumber Daya Alam
Indonesia mulai menapaki masa (Pertambangan, Kehutanan)
transisi. Kebijakan pembangunan Dengan Lingkungan;
selama kurun itu, antara tahun 1998- 4) Kesenjangan Pembangunan
2000, bersifat transisi pula. Salah satu Antardaerah Masih Lebar, Seperti
kebijakan yang selaras dengan MDGs Antara Jawa-Luar Jawa, Antara
adalah pelaksanaan kebijakan Jaring Kawasan Barat Indonesia-Kawasan
Pengaman Sosial (JPS), yang Timur Indonesia, Serta Antara
diantaranya adalah JPS bidang Kota-Desa;
pendidikan, kesehatan, dan 5) Berkurangnya Kualitas Dan
pembangunan daerah sebagai upaya Pelayanan Dan Tertundanya
penanggulangan kemiskinan. Pembangunan Infrastruktur Baru
Pelaksanaan berbagai kebijakan Telah Menghambat Pembangunan
pembangunan selama 40 tahun terakhir Nasional;
menunjukkan bahwa Indonesia telah 6) Kerawanan Sosial Dan Politik Yang
konsisten dengan tujuan MDGs, Berpotensi Mengganggu Stabilitas
meskipun MDGs sendiri saat itu belum Dan Keutuhan Negara Kesatuan
menjadi agenda pembangunan global. Republik Indonesia;
Pada tahun 2004, Indonesia 7) Masih Tingginya Kejahatan
menerbitkan dokumen Rencana Konvensional Dan Trans-Nasional;
Pembangunan Jangka Menengah 8) Adanya Potensi Ancaman Baik Dari
Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 Luar Maupun Dalam Negeri Yang
yang diuraikan dalam Rencana Kerja Tidak Ringan Berkaitan Dengan
Pemerintah (RKP) setiap tahun sejak Wilayah Yang Sangat Luas, Serta
tahun 2004 hingga tahun 2008. Secara Kondisi Sosial, Ekonomi Dan
umum, pencapaian pembangunan Budaya Yang Beragam;
manusia yang berhubungan dengan 9) Masih Banyaknya Peraturan
tujuan MDGs pertama hingga kedelapan Perundang-Undangan Yang Belum
telah menjadi latar belakang dalam Mencerminkan Keadilan,
pengambilan keputusan penyusunan Kesetaraan, Dan Penghormatan
dokumen RPJMN 2004- 2009 maupun Serta Perlindungan Terhadap Hak
dokumen-dokumen RKP. Dokumen- Asasi Manusia;
dokumen tersebut secara khusus juga 10) Rendahnya Kualitas Pelayanan
mengukur dan menelaah kemajuan Umum Kepada Masyarakat Antara
pencapaian yang diperoleh, termasuk Lain Karena Tingginya
mengenali tantangan dan mengkaji Penyalahgunaan Kewenangan Dan
program serta kebijakan ke depan untuk Penyimpangan; Rendahnya Kinerja
mencapai sasaran MDGs. Sumber Daya Aparatur; Belum
Permasalahan dan tantangan Memadainya Sistem Kelembagaan
pembangunan yang diuraikan dalam (Organisasi) Dan Ketatalaksanaan
dokumen RPJMN 2004-2009 adalah: (Manajemen) Pemerintahan;
1) Masih Rendahnya Pertumbuhan Rendahnya Kesejahteraan Pns;
Ekonomi Mengakibatkan Rendah Serta Banyaknya Peraturan
Dan Menurunnya Tingkat Perundangundangan Yang Sudah
Kesejahteraan Rakyat Dan Tidak Sesuai Dengan
Munculnya Berbagai Masalah Perkembangan Keadaan Dan
Sosial Yang Mendasar; Tuntutan Pembangunan;
2) Kualitas Sumber Daya Manusia 11) Belum Menguatnya
Indonesia Masih Rendah Karena Pelembagaan Politik Lembaga

198
Penyelenggara Negara Dan berbagai pihak akan terus diupayakan
Lembaga Pemasyarakatan. untuk mencari kesepahaman dan
Tantangan-Tantangan Ini Selaras langkah kerjasama kongkrit di masa
Dengan Tantangan Dalam yang akan datang. Hal ini penting
Pencapaian Tujuan Pembangunan dilakukan, mengingat pencapaian MDGs
Milenium. akan lebih mudah dicapai melalui
dukungan dan partisipasi aktif dari
Dalam rangka menjawab semua swasta dan masyarakat.
tantangan dalam pembangunan Dengan pertimbangan bahwasanya
Indonesia 2004-2009, Pemerintah sumber pendanaan dalam negeri masih
Indonesia telah menetapkan tiga belum sepenuhnya mencukupi untuk
agenda pembangunan jangka membiayai pembangunan, Pemerintah
menengah yaitu: hingga kini masih memerlukan
1) Menciptakan Indonesia Yang dukungan internasional bagi
Aman Dan Damai, pelaksanaan pembangunan. Karena itu,
2) Menciptakan Indonesia Yang Pemerintah berupaya terus
Adil Dan Demokratis, meningkatkan kualitas pelaksanaan
3) Meningkatkan Kesejahteraan kerjasama pembangunan melalui
Rakyat. penyusunan strategi pengelolaan utang
luar negeri, penguatan koordinasi,
Khusus agenda yang ketiga, monitoring dan evaluasi, serta
prioritas pembangunan dan arah peningkatan harmonisasi pelaksanaan
kebijakannya mencakup: kerjasama internasional secara
1) Penanggulangan Kemiskinan keseluruhan. Di sisi lain, Pemerintah
Dan Pengurangan Indonesia juga akan terus mendukung
Pengangguran, upaya mempererat pelaksanaan
2) Peningkatan Investasi, kerjasama regional Asia Pasifik.
3) Revitalisasi Pertanian, Kerjasama ekonomi dan perdagangan
4) Perikanan Dan Kehutanan, antarnegara di Asia Pasifik memiliki
5) Pembangunan Perdesaan Dan potensi besar untuk terus
Pengurangan Ketimpangan dikembangkan, demi meningkatkan
Antarwilayah, kemampuan masing-masing negara
6) Peningkatan Akses Masyarakat dalam rangka mencapai MDGs di
Terhadap Pendidikan Dan kawasan, serta meningkatkan posisi
Layanan Kesehatan Yang tawar bersama di lingkungan global.
Berkualitas, Pada saat bicara pencapaian
7) Peningkatan Perlindungan Dan MDGs Indonesia tergambar bahwa tidak
Kesejahteraan Sosial, seimbangnya pembangunan dan
8) Pembangunan Kependudukan kemajuan antar wilayah di Indonesia
Yang Berkualitas, Dan baik dari Sabang hingga Merauke.
9) Percepatan Pembangunan Sebagai contoh tanah Papua yang
Infrastruktur. merupakan salah satu pulau terluas di
Indonesia. Sebagian besar pulau ini
Walaupun permasalahan dan masih ditutupi oleh hutan, yang hanya
tantangan yang dihadapi dalam dapat dijangkau setelah melewati
pelaksanaan pembangunan di Indonesia gunung, rawa, sungai dan laut. Kondisi
masih cukup banyak, Pemerintah ini membuat sebagian masyarakat di
Indonesia telah bertekad untuk Papua masih sulit mendapatkan
memenuhi komitmen pencapaian target pelayanan yang optimal dari pemerintah
MDGs pada 2015. Bahkan, maupun dari lembaga-lembaga lainnya.
penanggulangan kemiskinan dalam Disisi lain, pemerintah dengan berbagai
pembangunan jangka menengah keterbatasan, belum dapat menjangkau
(RPJMN) ditargetkan lebih cepat semua lokasi kampung dimana
daripada target MDGs sendiri. MDGs masyarakatnya berada. Pembangunan
telah menjadi salah satu bahan harus dapat dirasakan oleh semua
masukan penting dalam penyusunan komponen masyarakat berarti
Dokumen Perencanaan Pembangunan pembangunan perlu melibatkan semua
Nasional. Upaya dialog dengan pemangku kepentingan, sehingga

199
masyarakat bukan lagi menjadi beban konsep Millenium Development Goals.
pembangunan melainkan masyarakat Millenium Development Goal (Tujuan
berperan sebagai pelaku pembangunan. Pembangunan Millenium), yang
Oleh karena itu pembangunan haruslah disepakati bersama oleh 191 negara di
ditentukan dan direncanakan oleh dunia, sebagai salah satu pendekatan
masyarakat yang lebih mengerti yang dapat digunakan untuk mengukur
kebutuhan pembangunan di kampung. tingkat kesejahteraan atau kemiskinan
Oleh karena itu pemerintah hendaknya di setiap negara, dan dapat digunakan
memberikan kebebasan bagi sebagai acuan untuk perencanaan
masyarakat untuk secara proaktif pembangunan ke depan, dimana
mengapresiasi proses pembangunan targetnya diharapkan dicapai pada
dan mengaspirasikan suaranya untuk tahun 2015, dan itu tidak lama lagi dari
pembangunan. sekarang.
Dalam merencanakan suatu
program pembangunan di suatu Tujuan
kampung, dasar yang harus diketahui Berdasarkan uraian pada Latar
adalah kondisi sosial, ekonomi dan Belakang di atas maka dapat diketahui
budaya masyarakat di kampung tujuan dari kegiatan Laporan
tersebut, sehingga program Pencapaian Perkembangan MDGs di
pembangunan dapat disesuaikan Kabupaten Asmat adalah :
dengan kebutuhan masyarakat dan 1) Mengetahui situasi MDGs di
pembangunan menjadi tepat sasaran Kabupaten Asmat dan mencermati
serta tidak terjadi pemborosan anggaran tantangan yang dihadapi dan
pada bidang yang tidak sesuai dengan bagaimana jalan keluarnya.
kebutuhan masyarakat. Otonomi khusus 2) Menggali informasi dan data-data
Papua dan Papua Barat, mengundang potensi yang dimiliki di kampung
berbagai perhatian dan pertanyaan target sehingga dapat menjadi dasar
apakah alokasi dana yang cukup besar dalam pengembangan program di
menjawab persoalan-persoalan distrik maupun kampung oleh
pelayanan dasar? Apa yang terjadi di pemerintah daerah dalam
daerah? perencanaan dan
Asmat merupakan salah satu penganggarannya.
kabupaten yang dimekarkan dari 3) Menjadi bahan informasi dan
Kabupaten Merauke. Pemerintah dan masukan bagi pemerintah,
masyarakat Asmat yang tersebar pada pemerintah daerah dan pihak-pihak
19 Distrik dan 220 Kampung, memiliki terkait dalam merencanakan dan
tanggung jawab untuk mengatur dan melaksanakan kegiatan
mengurus pembangunan di kabupaten pembangunan di Kabupaten Asmat.
ini secara mandiri. Namun di sisi lain, 4) Sebagai salah satu upaya untuk
pemerintah dengan berbagai percepatan pencapaian MDGs di
keterbatasan, tidak dapat menjangkau Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.
semua lokasi kampung dimana
masyarakatnya berada. Agar Metodologi
pembangunan tepat sasaran, Metode yang digunakan dalam
Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat kegiatan ini merupakan metode kualitatif
melalui instansi teknis mencoba untuk dengan melakukan teknik yang
menggali data tentang keadaan sosial dipergunakan untuk mengumpulkan
dan ekonomi masyarakat di kampung- data di atas, dilakukan dengan cara
kampung, sehingga diharapkan dapat Wawancara, Observasi, Diskusi
menjadi bahan bagi pihak-pihak yang Kelompok.
akan melakukan kegiatan perencanaan Laporan ini menggambarkan
pembangunan. bagaimana pencapaian MDG’s
Laporan ini diharapkan dapat Kabupaten Asmat terhadap Delapan
menyumbang pemikiran dan data bagi tujuan MDG’s yang dikaji satu-persatu
daerah, agar masyarakat yang berada di untuk memberikan gambaran secara
dalam dan sekitar kawasan, pelayanan komprehensif kondisi sosial dan
dasarnya bisa terpenuhi. Konsep ekonomi masyarakat di Kabupaten
pelayanan dasar yang dipakai adalah Asmat. Dalam laporan ini ditampilkan

200
berbagai data dari hasil wawancara, dapat memberikan saran atau dukungan
pengamatan dan diskusi kelompok yang kepada para ibu. Apakah semua anak
kemudian dilakukan kajian untuk bersekolah? Hal ini akan mudah
membuat analisis dari setiap tujuan diketahui dari buku pendaftaran di
MDG’s, dan pada akhirnya dapat sekolah. Jika TBC menjadi masalah,
memberikan rekomendasi yang dapat mungkin anda dapat mencoba untuk
digunakan oleh Pemerintah, Pemerintah melakukan tes pada sebanyak mungkin
Daerah dan berbagai pihak untuk orang dan kemudian memulai
membuat program kerja guna pengobatan. Apakah perempuan
percepatan pencapaian target MDG’s meninggal karena persalinan?
2015. Laporan ini diakhiri dengan Bagaimana dengan pengawasan
informasi penting lainnya seperti sejarah tentang berapa banyak perempuan
pemerintahan dan pola pemanfaatan hamil yang mendatangi klinik-klinik pada
sumberdaya alam oleh masyarakat. masa prapersalinan. Begitu juga apakah
mereka telah memiliki persiapan untuk
HASIL PENELITIAN menghadapi keadaan darurat. Tidak
Hasil penelitian menunjukan bahwa harus mencoba melakukan semuanya
MDGs yang diformulasikan secara sekaligus. Dapat juga memulai dengan
bersama pada tingkat global, dalam sejumlah prioritas, kemudian melakukan
beberapa aspek bisa saja disesuaikan aksi. Bagi MDGs, semangat lebih
dengan situasi dan kondisi Indonesia, penting ketimbang rinciannya. Jika
baik di tingkat pusat maupun daerah. masing-masing kabupaten atau
Pencapaian tujuan MDGs sebagian komunitas mulai melakukan aksi, maka
besar berada di pundak pemerintah secepatnya akan terjadi perbaikan.
propinsi dan kabupaten. Kabupaten Arah Kebijakan Pokok
dengan mantap mulai mengambil alih Penanggulangan Kemiskinan di daerah
lebih banyak pengeluaran rutin dilaksanakan melalui program-program
pemerintah. Jadi pemerintah daerah pengurangan kemiskinan (pro-poor),
seharusnya dapat lebih berperan. perluasan lapangan kerja (pro-job) dan
Masalah informasi jelas masih menjadi pertumbuhan ekonomi (pro-growth)
kendala. BPS memang mengumpulkan yang berorientasi pada pemerataan
data sejumlah informasi di tingkat pendapatan antar kelompok
kabupaten. Namun, tidak mencakup masyarakat, pengurangan beban
hingga tahun 1990 sehingga pengeluaran penduduk miskin,
menyulitkan penetapan target 2015. Hal pemenuhan kebutuhan dasar dan
tersebut tidak menjadi masalah, selama pemerataan pembangunan antar
propinsi-propinsi dan kabupaten- wilayah. Upaya penanggulangan
kabupaten memikirkan cara terbaik kemiskinan telah dilakukan melalui
untuk pencapaian MDGs, tidak hanya di berbagai strategi baik secara langsung
tingkat kabupaten, namun sampai ke maupun tidak langsung. Secara
desa-desa. Penduduk sebuah desa bisa langsung diwujudkan dalam bentuk
sepakat memilih apa saja dari tujuan pemberian bantuan dana stimulan
MDGs yang menjadi prioritas mereka, sebagai modal usaha kegiatan ekonomi
termasuk memantau dan mempercepat produktif, bantuan sosial (antara lain
pencapaiannya. Misalnya ketika melalui program Bantuan Langsung
kekurangan gizi menjadi persoalan yang Tunai, Beras Miskin, Sektoral
dicemaskan, mungkin perlu memastikan Pusat/Daerah, program khusus, dll);
bahwa puskesmas selalu menimbang secara tidak langsung melalui
semua anak-anak. Siapa saja dapat penyediaan sarana dan prasarana untuk
menambahkan semua informasi yang mendukung kegiatan sosial ekonomi,
dibutuhkan untuk mencermati apakah Pemberdayaan masyarakat, Penguatan
angka kekurangan gizi meningkat atau Kelembagaan dan Perlindungan sosial
menurun. Dan yang lebih penting, bisa (antara lain melalui program Bantuan
sepakat tentang apa yang harus Kepada Kabupaten/Kota, Sektoral
dilakukan untuk menanggulanginya. Pusat/Daerah, dan program khusus
Misalnya, bagaimana anak-anak lainnya). Sedangkan upaya yang
yang lambat pertumbuhannya, dilakukan dalam mengatasi kemiskinan
memperoleh makanan dan mungkin di daerah ditempuh melalui :

201
kemiskinan yang signifikan. Pemerintah
Daerah (Propinsi) memberikan
dukungan sepenuhnya kepada
1. Pengurangan pengeluaran, melalui : Kabupaten/Kota sebagai daerah
a. Bidang Pendidikan, melalui percontohan pelaksanaan MDG’s
Bantuan Operasional Sekolah dengan memberikan bantuan dana.
(BOS), Bantuan Khusus Murid Bagi Pemerintah Daerah, kemiskinan
(BKM), dan Bantuan Bea Siswa merupakan issue strategis dan
Keluarga Miskin. mendapatkan prioritas utama untuk
b. Bidang Kesehatan dan Keluarga ditangani. Kemiskinan merupakan salah
Berencana, melalui penanganan satu dari issue strategis yang mendapat
tindakan medis, operatif keluarga prioritas untuk penanganan pada setiap
miskin, penanggulangan gizi tahapan pelaksanaannya.
buruk dan gizi Kemiskinan bukan hanya masalah
2. Peningkatan Pendapatan, melalui : daerah maupun Indonesia, tetapi juga
a. Bidang Perindustrian, merupakan masalah dunia. Dilihat dari
Perdagangan dan Koperasi, berbagai program dan kegiatan yang
melalui pengembangan sudah dilaksanakan dan besarnya
wirausaha, pengembangan sumber dana yang telah dikeluarkan,
pendidikan dan pelatihan kemiskinan di daerah tetap masih
wirausaha serta pemberdayaan menjadi permasalahan yang tidak
usaha skala mikro. mudah untuk diatasi walaupun jumlah
b. Bidang Sosial, melalui Bantuan penduduk miskin sudah semakin
Modal Usaha bagi Penduduk berkurang. Hal tersebut terjadi antara
Miskin. lain karena upaya penanggulangan
c. Bidang Ketenagakerjaan, melalui kemiskinan merupakan upaya terpadu
perluasan kesempatan kerja dan yang harus dilakukan oleh semua pihak
berusaha termasuk pengiriman termasuk juga masyarakat miskin itu
transmigrasn serta pelatihan sendiri dengan komitmen yang kuat dari
ketrampilan tenaga kerja. semua unsur pimpinan baik pemerintah,
d. Bidang Perumahan dan organisasi masyarakat dan kelompok
Pemukiman diantaranya masyarakat.
pemugaran rumah kumuh dan Pemerintah Daerah ikut
padat di perkotaan, korban mendukung dan melaksanakan upaya
bencana alam dan penyediaan penanggulangan kemiskinan. Komitmen
air bersih serta pembangunan tersebut telah tertuang di dalam
sanitasi. dokumen-dokumen perencanaan baik
jangka panjang, menengah maupun
Sasaran penanganan kemiskinan di tahunan, dengan melaksanakan
daerah dilaksanakan pada: berbagai program dan kegiatan serta
1. Prioritas utama : Penduduk berbagai sumber dana melalui strategi
Sangat Miskin penanganan langsung maupun tidak
2. Prioritas kedua : Penduduk langsung. Terkait dengan sosio-kultur
Miskin masyarakat, upaya penanggulangan
3. Prioritas ketiga : Penduduk kemiskinan tidak akan berhasil apabila
Hampir Miskin tidak diimbangi dengan program
penyadaran masyarakat (public
Upaya penanggulangan kemiskinan awareness), yaitu sebuah upaya untuk
dilakukan melalui berbagai program dan mengurangi bahkan menghapuskan
kegiatan dengan menggunakan mental dan budaya miskin dengan jalan
berbagai sumber dana. Anggaran mengingatkan, meyakinkan dan
tersebut ada yang dilaksanakan melalui memberikan semangat kepada
SKPD maupun diberikan langsung masyarakat agar berusaha untuk
kepada Kabupaten/Kota melalui Dana bangkit dari kemiskinan dengan
Bantuan kepada pemerintah melakukan kerja keras dan
Kabupaten/Kota. Berdasarkan upaya membiasakan diri untuk malu menerima
penanganan yang telah dilaksanakan, bantuan sebagai orang miskin.
terdapat penurunan prosentase angka Koordinasi diantara stakeholders

202
maupun instansi pengampu masih perlu pelaksanaan tidak harus mencoba
dioptimalkan, terutama dalam hal melakukan semuanya sekaligus. Dapat
penentuan target dan sasaran program memulai dengan sejumlah prioritas,
kegiatan penanggulangan kemiskinan kemudian melakukan aksi. Bagi MDGs,
(termasuk kelengkapan data maupun semangat lebih penting ketimbang
alokasi anggaran), secara berjenjang rinciannya. Jika masing-masing
dari tingkat Provinsi sampai dengan kabupaten atau komunitas mulai
Kabupaten/Kota untuk menghindari melakukan aksi, maka secepatnya akan
terjadinya tumpang-tindih maupun terjadi perbaikan.
terlewatnya sasaran penanggulangan Sebagaimana dimandatkan dalam
kemiskinan. rencana tindak lanjut Rapat Kerja
Pada dasarnya, kemiskinan tidak (Raker) II Kelompok Kerja (Pokja) 4
akan dapat dihilangkan dari muka bumi, yang membahas MDGs, dipimpin oleh
tetapi meskipun begitu, harus dilakukan Menteri Perencanaan Pembangunan
upaya agar masyarakat yang masuk Nasional/Kepala Bappenas, disepakati
dalam kriteria miskin dapat memperoleh bahwa di tahun 2010-2011 pemerintah
hak-hak dasar kebutuhan hidupnya. daerah melaksanakan tindak lanjut
Untuk itu prioritas penanganan berupa:
sebaiknya dilakukan dengan a) Menyusun rencana aksi percepatan
menggunakan sumberdaya yang ada, pencapaian sasaran MDGs daerah
tanpa ketergantungan dari pihak lain yang lebih operasional berdasarkan
agar penanganannya dapat dilakukan karakteristik daerah, kearifan lokal,
dengan cepat dan tuntas. Agar program dan hasil pemetaan kondisi saat ini
dan kegiatan penangulangan (baseline study).
kemiskinan dapat benar-benar b) Mengintegrasikan rencana aksi
memperoleh hasil seperti yang percepatan pencapaian sasaran
diinginkan perlu dilakukan pemantauan MDGs kedalam RPJMD dan RKPD
dan evaluasi serta penilaian atas c) Memperkuat sistem pemantauan dan
pelaksanaannya, agar dapat diketahui evaluasi pencapaian kinerja sasaran
program dan kegiatan apa saja yang MDGs daerah secara berkala dan
perlu untuk dilanjutkan bahkan didukung dengan sistem pendataan
diakselerasikan maupun untuk diketahui serta pelaporan yang handal.
program dan kegiatan apa saja yang Berikut ini tujuan/target dan pencapaian
tidak diperlukan lagi. Dalam MDGs di Kabupaten asmat :

203
Tabel Pencapaian MDGs di Kabupaten Asmat

Tidak Perlu Perhatian


Sudah Belum Tidak akan Penanggung Jawab Khusus
Tujuan/Target/Sub Target
tercapai tercapai tercapai mungkin (Dinas/Badan/Kantor)
Pusat Provinsi
tercapai
1 2 3 4 5 6 7 8
TUJUAN 1. MENANGGULANGI
 Semua SKPD  
KEMISKINAN DAN KELAPARAN
Target 1 Menurunkan proporsi penduduk
yang tingkat pendapatannya di
bawah US$1 per hari menjadi  Semua SKPD  
setengahnyadalam kurun waktu
1990-2015
1. Persentase penduduk dengan pendapatan
 Semua SKPD  
di bawah US$1 (PPP) per hari.
2. Persentase penduduk dengan tingkat
konsumsi di bawah garis kemiskinan  Semua SKPD  
nasional
3. Indeks kedalaman kemiskinan  Semua SKPD  
4. Indeks keparahan kemiskinan.  Semua SKPD  
5. Proporsi konsumsi penduduk termiskin
 Semua SKPD  
(kuantil pertama).
Target 2 Menurunkan proporsi penduduk
yang menderita kelaparan menjadi
 Semua SKPD  
setengahnya dalam kurun waktu
1990-2015
6. Persentase anak-anak berusia di bawah 5
tahun yang mengalami gizi buruk (severe  Semua SKPD  
underweight).
7. Persentase anak-anak berusia di bawah 5
tahun yang mengalami gizi kurang  Semua SKPD  
(moderate underweight).

204
Tidak Perlu Perhatian
Sudah Belum Tidak akan Penanggung Jawab Khusus
Tujuan/Target/Sub Target
tercapai tercapai tercapai mungkin (Dinas/Badan/Kantor)
Pusat Provinsi
tercapai
1 2 3 4 5 6 7 8
TUJUAN 2. MENCAPAI PENDIDIKAN
 Semua SKPD  
DASAR UNTUK SEMUA
Target 3 Menjamin pada tahun 2015, semua
anak, di manapun, laki-laki
 Semua SKPD  
maupun perempuan, dapat
menyelesaikan pendidikan dasar
8. Angka partisipasi murni (APM) sekolah
 Semua SKPD  
dasar/madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun).
9. Angka partisipasi murni (APM), sekolah
menengah pertama/madrasah tsanawiyah  Semua SKPD  
(13-15 tahun).
10. Angka melek huruf usia 15-24 tahun.  Semua SKPD  
TUJUAN 3. MENDORONG
KESETARAAN GENDER DAN  Semua SKPD  
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Target 4 Menghilangkan ketimpangan
gender di tingkat pendidikan dasar
dan lanjutan pada tahun 2005, dan  Semua SKPD  
di semua jenjang pendidikan tidak
lebih dari tahun 2015
11. Rasio anak perempuan terhadap anak laki-
laki di tingkat pendidikan dasar, lanjutan
dan tinggi, yang diukur melalui angka
partisipasi murni anak perempuan  Semua SKPD  
terhadap anak laki-laki (%).

12. Rasio melek huruf perempuan terhadap  Semua SKPD  

205
Tidak Perlu Perhatian
Sudah Belum Tidak akan Penanggung Jawab Khusus
Tujuan/Target/Sub Target
tercapai tercapai tercapai mungkin (Dinas/Badan/Kantor)
Pusat Provinsi
tercapai
1 2 3 4 5 6 7 8
laki-laki usia 15-24 tahun, yang diukur
melalui angka melek huruf perempuan/laki-
laki (indeks paritas melek huruf gender)
(%).
13. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK )
 Semua SKPD  
perempuan (%).
14. Tingkat pengangguran terbuka (TPT)
 Semua SKPD  
perempuan (%).
15. Kontribusi perempuan dalam pekerjaan
 Semua SKPD  
upahan (%)
16. Tingkat daya beli (Purchasing Power
Parity, PPP) pada kelompok perempuan  Semua SKPD  
(%).
17. Proporsi perempuan dalam lembaga-
lembaga publik (legislatif, eksekutif, dan  Semua SKPD  
yudikatif) (%).
TUJUAN 4. MENURUNKAN ANGKA
 Semua SKPD  
KEMATIAN ANAK
Target 5 Menurunkan Angka Kematian
Balita sebesar dua-pertiganya  Semua SKPD  
dalam kurun waktu 1990 – 2015
18. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000
 Semua SKPD  
kelahiran hidup
19. Angka Kematian Balita (AKBA ) per 1000
 Semua SKPD  
kelahiran hidup
20. Anak usia 12-23 bulan yang diimunisasi
 Semua SKPD  
campak (%).
TUJUAN 5. MENINGKATKAN KESEHATAN  Semua SKPD  

206
Tidak Perlu Perhatian
Sudah Belum Tidak akan Penanggung Jawab Khusus
Tujuan/Target/Sub Target
tercapai tercapai tercapai mungkin (Dinas/Badan/Kantor)
Pusat Provinsi
tercapai
1 2 3 4 5 6 7 8
IBU
Target 6 Menurunkan angka kematian ibu
sebesar tiga-perempatnya dalam  Semua SKPD  
kurun waktu 1990 – 2015
21. Angka kematian ibu melahirkan (AKI) per
 Semua SKPD  
100.000 kelahiran hidup.
22. Proporsi kelahiran yang ditolong oleh
 Semua SKPD  
tenaga kesehatan (%).
23. Proporsi wanita 15-49 tahun berstatus
kawin yang sedang menggunakan atau  Semua SKPD  
memakai alat keluarga berencana (%).
TUJUAN 6. MEMERANGI HIV/AIDS,
MALARIA DAN PENYAKIT  Semua SKPD  
MENULAR LAINNYA
Target 7 Mengendalikan penyebaran
HIV dan AIDS dan mulai
 Semua SKPD  
menurunnya jumlah kasus baru
pada tahun 2015
24. Prevalensi HIV dan AIDS (%).  Semua SKPD  
25. Penggunaan kondom pada hubungan seks
 Semua SKPD  
berisiko tinggi (%).
26. Penggunaan kondom pada pemakai
 Semua SKPD  
kontrasepsi (%).
27. Persentase penduduk usia muda 15-24
tahun yang mempunyai pengetahuan  Semua SKPD  
komprehensif tentang HIV/AIDS (%).
Target 8 Mengendalikan penyakit
 Semua SKPD  
malaria dan mulai menurunnya

207
Tidak Perlu Perhatian
Sudah Belum Tidak akan Penanggung Jawab Khusus
Tujuan/Target/Sub Target
tercapai tercapai tercapai mungkin (Dinas/Badan/Kantor)
Pusat Provinsi
tercapai
1 2 3 4 5 6 7 8
jumlah kasus malaria dan penyakit
lainnya pada tahun 2015
28. Prevalensi malaria per 1.000 penduduk.  Semua SKPD  
29. Prevalensi tuberkulosis per 100.000
 Semua SKPD  
penduduk.
30. Angka penemuan pasien tuberkulosis BTA
 Semua SKPD  
positif baru (%).
31. Angka keberhasilan pengobatan pasien
 Semua SKPD  
tuberkulosis (%).
TUJUAN 7. MEMASTIKAN KELESTARIAN
  
LINGKUNGAN HIDUP
Target 9 Memadukan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan
dengan kebijakan dan program
 Semua SKPD  
nasional serta mengembalikan
sumber daya lingkungan yang
hilang
32. Rasio luas kawasan tertutup pepohonan
berdasarkan hasil pemotretan Satelit  Semua SKPD  
Landsat terhadap luas daratan (%).
33. Rasio luas kawasan tertutup pepohonan
berdasarkan luas kawasan hutan,
kawasan lindung, dan kawasan konservasi  Semua SKPD  
termasuk kawasan perkebunan dan hutan
rakyat terhadap luas daratan (%).
34. Rasio luas kawasan lindung terhadap luas
 Semua SKPD  
daratan (%).
35. Rasio luas kawasan lindung perairan  Semua SKPD  

208
Tidak Perlu Perhatian
Sudah Belum Tidak akan Penanggung Jawab Khusus
Tujuan/Target/Sub Target
tercapai tercapai tercapai mungkin (Dinas/Badan/Kantor)
Pusat Provinsi
tercapai
1 2 3 4 5 6 7 8
(marine protected area) terhadap luas
daratan (%).
36. Jumlah emisi karbondioksida (CO2)
 Semua SKPD  
(metrik ton).
37. Jumlah konsumsi bahan perusak ozon
 Semua SKPD  
(BPO) (ton).
38. Rasio jumlah emisi karbondioksida (CO2)
 Semua SKPD  
terhadap jumlah penduduk Indonesia (%).
39. Jumlah penggunaan energi dari berbagai
jenis (setara barel minyak, SBM), (a) Fosil  Semua SKPD  
dan (b) Non-fosil.
40. Rasio penggunaan energi (total) dari
berbagai jenis terhadap Produk Domestik  Semua SKPD  
Bruto (%).
41. Penggunaan energi dari berbagai jenis
 Semua SKPD  
secara absolut (metrik ton).
Target 10 Menurunkan proporsi
penduduk tanpa akses terhadap
sumber air minum yang aman dan
 Semua SKPD  
berkelanjutan serta fasilitas
sanitasi dasar sebesar
separuhnya pada 2015
42. Proporsi rumah tangga terhadap penduduk
dengan berbagai kriteria sumber air (total)  Semua SKPD  
(%)
43. Proporsi rumah tangga/penduduk dengan
berbagai kriteria sumber air (perdesaan)  Semua SKPD  
(%)

209
Tidak Perlu Perhatian
Sudah Belum Tidak akan Penanggung Jawab Khusus
Tujuan/Target/Sub Target
tercapai tercapai tercapai mungkin (Dinas/Badan/Kantor)
Pusat Provinsi
tercapai
1 2 3 4 5 6 7 8
44. Proporsi rumah tangga/penduduk dengan
berbagai kriteria sumber air (perkotaan)  Semua SKPD  
(%)
45. Cakupan pelayanan perusahaan daerah
 Semua SKPD  
air minum (KK)
46. Proporsi rumah tangga dengan akses
pada fasilitas sanitasi yang layak (total)  Semua SKPD  
(%)
47. Proporsi rumah tangga dengan akses
pada fasilitas sanitasi yang layak  Semua SKPD  
(perdesaan) (%)
48. Proporsi rumah tangga dengan akses
pada fasilitas sanitasi yang layak
 Semua SKPD  
(perkotaan) (%)

Target 11 Mencapai perbaikan yang


berarti dalam kehidupan
 Semua SKPD  
penduduk miskin di pemukiman
kumuh pada tahun 2020
49. Proporsi rumah tangga yang memiliki atau
 Semua SKPD  
menyewa rumah (%).
TUJUAN 8. MEMBANGUN KEMITRAAN
 Semua SKPD  
GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN
Target 12 Mengembangkan sistem
keuangan dan perdagangan yang
 Semua SKPD  
terbuka, berbasis peraturan, dapat
diprediksi, dan tidak diskriminatif.
50. Rasio antara jumlah Ekspor dan Impor  Semua SKPD  

210
Tidak Perlu Perhatian
Sudah Belum Tidak akan Penanggung Jawab Khusus
Tujuan/Target/Sub Target
tercapai tercapai tercapai mungkin (Dinas/Badan/Kantor)
Pusat Provinsi
tercapai
1 2 3 4 5 6 7 8
dengan PDB (%).
51. Rasio antara Kredit dan Tabungan (LDR)
 Semua SKPD  
Bank Umum (%).
52. Rasio antara Kredit dan Tabungan (LDR)
 Semua SKPD  
Bank Perkreditan Rakyat (%).
Target 13 Menangani hutang negara
berkembang melalui upaya
nasional maupun internasional
 Semua SKPD  
agar pengelolaan hutang
berkesinambungan dalam jangka
panjang
53. Rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB.  Semua SKPD  
54. Debt-to-Service Ratio (DSR).  Semua SKPD  
Target 14 Bekerjasama dengan negara
lain untuk mengembangkan dan
menerapkan strategi untuk
 Semua SKPD  
menciptakan lapangan kerja yang
baik dan produktif bagi penduduk
usia muda
55. Tingkat pengangguran usia muda (15-24
 Semua SKPD  
tahun)
56. Tingkat pengangguran usia muda (15-24
 Semua SKPD  
tahun) menurut jenis kelamin;
57. Tingkat pengangguran usia muda (15-24
 Semua SKPD  
tahun) menurut provinsi.
Target 15 Bekerjasama dengan swasta
dalam memanfaatkan teknologi  Semua SKPD  
baru, terutama teknologi informasi

211
Tidak Perlu Perhatian
Sudah Belum Tidak akan Penanggung Jawab Khusus
Tujuan/Target/Sub Target
tercapai tercapai tercapai mungkin (Dinas/Badan/Kantor)
Pusat Provinsi
tercapai
1 2 3 4 5 6 7 8
dan komunikasi
58. Persentase rumah tangga yang memiliki  Semua SKPD  
telepon dan telepon selular.
59. Persentase rumah tangga yang memiliki   
komputer personal dan mengakses Semua SKPD
internet melalui komputer.
Pengarustamaan MDGs Dalam Perspektif Daerah

212
Dengan mandat diatas, maka utamanya perempuan untuk
rekomendasi kami adalah: menempuh pendidikan dasar-
1. Menguatkan data base dan lanjutan hingga pendidikan tinggi
pemetaan situasi MDG’s di perlu dialokasikan dalam
Kabupaten Asmat. Dalam proses anggaran pendidikan daerah.
assessment sebelum penulisan d. Untuk menekan angka kematian
naskah kertas posisi ini kami anak dan ibu, maka pemerintah
menemukan kesulitan karena data- harus menjalankan mekanisme
data statistik setiap kabupaten-kota survailance kesehatan melalui
dan Propinsi tidaklah lengkap dan optimalisasi Posyandu dan
memadai untuk melihat situasi Puskesmas, peningkatan sarana
MDG’s. Terlepas dari kesulitan dan prasarana kesehatan di
diatas, dokumen kertas posisi ini tingkat kecamatan dan
dapat digunakan sebagai basis kabupaten, peningkatan
pemetaan awal serta bahan kajian keterampilan dan keahlian tenaga
evaluatif atas pencapaian MDGs medis, memastikan jumlah tenaga
yang dapat digunakan sebagai bidan memadai hingga desa-desa
masukan dalam penyusunan renaksi dan memastikan ketersediaan
pemerintah daerah. dokter bedah, dokter anak dan
2. Pemerintah memiliki peran kunci dokter kandungan di rumah sakit
untuk mendorong pencapaian target- kabupaten/kota, peningkatan
target dan indikator kritis yang tidak sediaan layanan KB gratis.
mudah didorong oleh masyarakat 3. Inisiatif pemberdayaan perempuan
sipil, yakni: yang telah dapat dilakukan
a. Memangkas mata rantai organisasi perempuan perlu
pemiskinan perempuan dengan mendapatkan dorongan positif dari
memutuskan kebijakan pemerintah berupa apresiasi,
peningkatan upah tenaga kerja kolaborasi program agar tujuan
perempuan, perlindungan pasar kesetaraan gender dan
tradisional, perlindungan pekerja pemberdayaan perempuan dapat
out-sourcing. dipercepat pencapaiannya.
b. Menurunkan proporsi anak dan
penduduk yang mengalami Demikian laporan ini dibuat agar
malnutrisi dan kelaparan dengan dapat menjadi bahan sandingan dalam
menghasilkan kebijakan yang penyusunan kebijakan pemerintah
mendorong konsumsi pangan daerah terkait program-program MDG’s.
lokal, perlindungan harga pangan, laporan ini mempunyai makna yang
dan meningkatkan dukungan penting karena selama ini Kabupaten
anggaran bagi Posyandu. Asmat selalu menjadi barometer
c. Agar anak laki-laki dan pengukur keberhasilan dan kebijakan
perempuan memiliki kesetaraan pemerintah di Indonesia, khususnya
dalam setiap tingkat pendidikan kebijakan MDG’s. Gambaran yang kami
maka pemerintah perlu mentaati sajikan terkait data-fakta MDG’s di
Undang-Undang Sisdiknas yang Kabupaten Asmat serta kebijakan
memandatkan anggaran 20% pemerintah lokal yang memiliki
bagi pendidikan. Selain itu pengaruh terhadap kehidupan
diperlukan raperda pendidikan perempuan dan anak semoga dapat
yang menjamin bahwa anggaran menguatkan komitmen pemerintah
pendidikan tersebut sebagian untuk berkolaborasi mewujudkan
besar digunakan untuk rekomendasi-rekomendasi MDG’s ini.
pembiayaan langsung pendidikan
dan bukan untuk pembiayaan
tidak langsung. Skema-skema
beasiswa untuk siswa miskin,

213
KESIMPULAN
Berdasarkan pada diatas, maka DAFTAR ACUAN
dapat ditarik kesimpulan bahwa MDGs Asian Development Bank (2006,
yang diformulasikan secara bersama September). Draft Design and
pada tingkat global, dalam beberapa Monitoring Framework: Project
aspek bisa saja disesuaikan dengan Number 38117: Nutrition
situasi dan kondisi Indonesia, baik di Improvement through
tingkat pusat maupun daerah. Community Empowerment.
Pencapaian tujuan MDGs sebagian Manila.
besar berada di pundak pemerintah Atmarita. (2006). Kaji ulang status gizi
propinsi dan kabupaten. Kabupaten anak 0-59 bulan (berat badan
dengan mantap mulai mengambil alih menurut umur) menggunakan
lebih banyak pengeluaran rutin data nasional Susenas 1989-
pemerintah. Jadi pemerintah daerah 2005: Perbandingan standar
seharusnya dapat lebih berperan. NCHS/WHO dan rujukan WHO
Masalah informasi jelas masih menjadi 2005. Jakarta.Unpublished.
kendala. Badan Pusat Statistik. (2003-2008).
Pemerintah Daerah ikut Survei Sosial Ekonomi
mendukung dan melaksanakan upaya Nasional (Susenas). Jakarta.
penanggulangan kemiskinan. Komitmen Badan Pusat Statistik. (2008).
tersebut telah tertuang di dalam Pendataan Program
dokumen-dokumen perencanaan baik Perlindungan Sosial (PPLS).
jangka panjang, menengah maupun Jakarta.
tahunan, dengan melaksanakan Badan Pusat Statistik. (2010). Data
berbagai program dan kegiatan serta Strategis BPS. Jakarta.
berbagai sumber dana melalui strategi Bappenas. (2006). Rencana Aksi
penanganan langsung maupun tidak Nasional Pangan dan Gizi
langsung. Terkait dengan sosio-kultur 2006-2010. Jakarta.
masyarakat, upaya penanggulangan Bappenas. (2007). Millennium
kemiskinan tidak akan berhasil apabila Development Goals Report
tidak diimbangi dengan program 2007. Jakarta.
penyadaran masyarakat (public Bappenas. (2009). Pembangunan
awareness), yaitu sebuah upaya untuk Kesehatan dan Gizi di
mengurangi bahkan menghapuskan Indonesia: Overview dan Arah
mental dan budaya miskin dengan jalan ke Depan.Background Study
mengingatkan, meyakinkan dan RPJMN 2010-2014. Jakarta.
memberikan semangat kepada Jakarta Declartion on Millennium
masyarakat agar berusaha untuk Development Goals in Asia
bangkit dari kemiskinan dengan and the Pacifi c. (2005,
melakukan kerja keras dan Agustus).The Way Forward
membiasakan diri untuk malu menerima 2015. Jakarta.
bantuan sebagai orang miskin. Kementerian Kesehatan. (2009). Badan
Koordinasi diantara stakeholders Peneli� an dan
maupun instansi pengampu masih perlu Pengembangan Kesehatan.
dioptimalkan, terutama dalam hal Riset Kesehatan Dasar 2007.
penentuan target dan sasaran program Jakarta.
kegiatan penanggulangan kemiskinan Suryana, A. (2008). 9-10 Desember).
(termasuk kelengkapan data maupun Sustainable Food Security
alokasi anggaran), secara berjenjang Development in Indonesia:
dari tingkat Provinsi sampai dengan Policies and its
Kabupaten/Kota untuk menghindari Implementation. Paper
terjadinya tumpang-tindih maupun presented at a High-level
terlewatnya sasaran penanggulangan Regional Policy Dialogue
kemiskinan.

214
organized by UNESCAP and World Bank. (2006). Repositi oning
Government of Indonesia, Bali. Nutrition as Central to
Timmer, P. (2004). Food Security in Development: A Strategy for
Indonesia: Current Challenges Large-Scale Action.World
and the Long-Run Outlook. Bank, Washington D.C.
Center for Global World Bank. (2007). Spending for
Development, Washington Development: Making the Most
D.C. of Indonesia’s New
UNICEF. (2009). Achieving MDGs Opportunities. World Bank,
through RPJMN. Paper Jakarta.
presented at Nutrition
Workshop, Bappenas. Jakarta

215
RELASI LEGISLATIF - EKSEKUTIF :
KAJIAN FUNGSI PENGAWASAN DPRD KOTA PEKANBARU TERHADAP
PENGELOLAAN SAMPAH

M. Zainuddin
(Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Abdurrab Pekanbaru
jay_sazain@yahoo.com)

ABSTRAK
Salah satu fungsi DPRD Kota Pekanbaru adalah melakukan pengawasan terhadap
jalannya pemerintahan di Kota Pekanbaru. Demikian juga halnya dengan pengelolaan
sampah, DPRD harus memiliki andil yang besar. Artikel ini mendeskripsikan fungsi
pengawasan DPRD Kota Pekanbaru terhadap pengelolaan sampah. Dari sekian banyak
metode pengawasan yang bisa dilakukan oleh DPRD untuk mengimplementasikan fungsi
pengawasannya, DPRD hanya melakukan dengar pendapat dan memberikan saran
sebanyak sekali saja kepada dinas terkait dalam hal pengelolaan sampah di Pekanbaru.
Namun demikian, program kerja DPRD sebenarnya banyak, tetapi tidak dapat terealisasi
dengan baik disebabkan oleh banyaknya kelemahan yang dimiliki oleh DPRD tersebut.

Kata kunci : pengawasan, sampah, program kerja.

PENDAHULUAN Tentunya, implementasi kebijakan


Latar Belakang Pemerintah Kota Pekanbaru tentang
Artikel ini mengkaji tentang mewujudkan kota yang bersih perlu
pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD mendapatkan pengawasan dari
Kota Pekanbaru terhadap implementasi lembaga legislative tersebut. Banyak
kebijakan Pemerintah Kota Pekanbaru anggota parlemen yang sangat lemah
dalam hal pengelolaan sampah di Kota komitmen politiknya dalam melakukan
Pekanbaru, untuk periode Pemerintahan tugas dan fungsinya sebagai wakil
Kota Pekanbaru 2012 - 2017. Pada rakyat (Sunindhia, 2006).
periode tersebut, Pemerintah Kota Seharusnya anggota DPRD yang
Pekanbaru dinahkodai oleh Walikota dipilih melalui suatu mekanisme
Firdaus dan Wakil Walikota Ayat rekrutmen politik yaitu pemilu dapat
Cahyadi. Prestasi pemerintah kota pada melaksanakan fungsinya dalam hal
masa kepemimpinannya mengalami pengawasan yang lebih memfokuskan
kemunduran dalamhal pengelolaan pada pemenuhan berbagai aspirasi
sampah. Hal ini dapat dibuktikan rakyat dan menunjang kinerja
dengan minimnya peraihan Adipura pemerintah melalui konsep
sebagai kota bersih atau bebas sampah. pengawasan. Namun dalam
Berbeda dengan periode kepemimpinan melaksanakan fungsi pengawasan
sebelumnya,setiap tahunnya tersebut DPRD dihadapkan pada
mendapatkan penghargaan kota besar berbagai kepentingan sehingga
terbersih dengan memperoleh Adipura. terkadang fungsi pengawasan
Sebagaimana pengertian terabaikan. Hal ini dapat
pemerintahan dalam arti luas, menggambarkan lemahnya komitmen
penyelenggaraan pemerintah di Kota politik DPRD dalam melaksanakan
Pekanbaru juga melibatkan DPRD tugas dan fungsinya sebagai wakil
sebagai lembaga yang memiliki fungsi rakyat.
untuk mengontrol pemerintah, Lembaga bernama DPRD dalam
disamping fungsinya untuk legislasi dan pengawasannya terhadap Pemerintahan
penganggaran (Siregar, 2011). Kota Pekanbaru, terutama terkait

216
masalah sampah dan kebersihan juga merugikan semua pihak di Kota
menjadi objek materiil kajian Pekanbaru. Untuk mewujudkan Kota
pemerintahan karena terjadi Pekanbaru yang bersih dari sampah
permasalahan pemerintahan yang tidak tidak terlepas dari peran DPRD Kota
sesuai dengan keinginan masyarakat Pekanbaru untuk mengawasi
dan andil DPRD dalam hal pengawasan Pemerintah Kota Pekanbaru agar
dipandang sangat tidak maksimal. permasalahan sampah bisa
Padahal ini sangat penting sekali artinya dikendalikan secara maksimal.
untuk efektifitas dan objektifitas Dalam kasus penelitian dengan objek
evaluasi/penilaian suatu program. sampah atau kebersihan, kebijakan
Dalam melaksanakan pengawasan pemerintah tentang pengelolaan
terlihat bahwa tidak ada standar baku sampah, dan peran serta masyarakat
tetapi mereka menggunakan standar dalam pengelolaan sampah telah
yang meliputi: keamanan dan banyak diteliti. Demikian juga halnya
kesejahteraan masyarakat, APBD, dengan pengawasan DPRD terhadap
Perda, kebijakan umum anggaran, pemerintah telah dilakukan oleh
prioritas dan plafon anggaran, kontrak Nurhayati dalam tesisnya tahun 2006.
kerja dan proyek-proyek yang berjalan, Namun kajian yang dikemukakan dalam
dan aturan-aturan termasuk tata tertib. artikel ini adalah semata untuk
Anggota DPRD cenderung menguraikan dan menganalisa tentang
melakukan pengawasan karena adanya pelaksanaan fungsi pengawasan
tekanan publik, baik yang dilakukan oleh lembaga DPRD terhadap satu item kerja
masyarakat maupun pers. Media pemerintah daerah.
menyampaikan melalui pemberitaan- Kontribusi dari kajian ini adalah
pemberitaan yang menjadikan objek ditemukannya satu formula pengawasan
atau isu menarik perhatian, tentang yang harus dilaksanakan oleh DPRD
kebijakan Pemerintah Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru terhadap kerja-kerja
yang belum maksimal dalam Pemerintah Kota Pekanbaru. Hal ini
menyelesaikan sampah dan banjir di demi terlaksananya sinergisitas kerja
Kota Pekanbaru. Sampah Kota yang baik untuk mewujudkan
Pekanbaru hanya 60% terkelola, dan pemerintah kota yang tepat guna bagi
sebanyak 20% sampah terbuang ke masyarakat dan target kerja pemerintah
sungai yang menyumbang sekitar 60- dapat tercapai dengan baik.
70% pencemaran sungai. Dampak
negatif dari sampah yang tidak Rumusan Masalah
tertangani dengan baik saat hujan Uraian pada latar belakang telah
dating adalah selalu banjir. Berdasarkan menggambarkan bahwa terjadi disfungsi
data dari Dinas Kebersihan Kota DPRD dalam hal pengawasan kinerja
Pekanbaru, jumlah sampah tahun tahun Pemerintah Kota Pekanbaru untuk
2012 mencapai 79.579.470 kg, tahun mewujudkan kota yang bersih dengan
2013 sekitar 135.849.760 kg, dan tahun indikator memperoleh Piala Adipura.
2014 mencapai 138.879.690 kg. Data Namun, di awal kepemimpinan Walikota
tersebut adalah berdasarkan sampah Fiidaus tidak mendapatkan
yang dibuang di tempah pembuangan penghargaan tersebut. Sebagai mitra
akhir sampah Rumbai. kerja eksekutif, DPRD Kota Pekanbaru
Berdasarkan data di atas terlihat memiliki andil yang sangat besar
jelas besarnya volume sampah yang terhadap permasalahan tersebut.
dihasilkan oleh warga Kota Pekanbaru Sebab, menurut konsep pemerintahan
semakin meningkat untuk setiap dalam arti yang luas, eksekutif dan
tahunnya. Tentunya penanganan legislatif merupakan satu kesatuan
sampah di Kota Pekanbaru menjadi pemerintahan. Salah fungsi yang tidak
sesuatu yang sangat urgen atau berjalan dengan baik adalah fungsi
penting, jika sampah ini tidak ditangani pengawasan DPRD Kota Pekanbaru
dengan serius maka dampaknya akan terhadap kegiatan Pemerintah Kota

217
Pekanbaru dalam menanggulangi dalam menanggulangi masalah sampah
masalah sampah. Untuk mendapatkan di Kota Pekanbaru.
kajian yang mendalam tentang
permasalahan tersebut, maka KAJIAN PUSTAKA
kerucutkan dalam rumusan masalah Ketika daerah mempunyai posisi
yakni: yang kuat dan peran parlemen lokal
a. Apa saja yang dilakukan yang lebih otonom dan berdaya, maka
Pemerintah Kota Pekanbaru menjadi unsur untuk terciptanya
dalam mengatasi masalah pemerintahan yang kredibel. Dalam
konsep pemerintahan yang baik (good
sampah?
governance), parlemen yang kuat dan
b. Bagaimana pelaksanaan fungsi kredibel menjadi prasyarat untuk jalanya
pengawasan DPRD Kota mekanisme pengawasan yang juga
Pekanbaru terhadap pelaksanaan memadai. Pelaksanaan kebijakan
kerja Pemerintah Kota Pekanbaru pemerintah menjadi beban atau
dalam menanggulangi sampah? tanggung jawab bersama antara
c. Apa saja hambatan yang dialami legislatif dan eksekutif, demikian juga
halnya menyangkut kebersihan di Kota
oleh DPRD Kota Pekanbaru
Pekanbaru. Pengawasan legislatif ini
dalam melaksanakan fungsi juga disyaratkan dalam undang-undang
pengawasan tersebut? tentang pemerintahan daerah.
d. Bagaimana upaya DPRD Kota Keinginan legislatif melaksanakan
Pekanbaru untuk mengatasi pengawasan menjadi suatu keharusan.
hambatan yang telah dialaminya? Menurut Mardiasmo (2001),
pengawasan adalah pengendalian, dan
Tujuan Penelitian pemeriksaan kinerja pemerintah daerah
Kajian ini dilaksanakan untuk dalam pelaksanaan otonomi daerah dan
mendapatkan gambaran tentang strategi pengelolaan kekayaan daerah
pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk meningkatkan kinerja pemerintah
Kota Pekanbaru dalam hal mengatasi daerah. Pengawasan merupakan proses
masalah yang merupakan bagian kegiatan yang terus-menerus
pekerjaan dari Pemerintah Kota dilaksanakan untuk mengetahui
Pekanbaru. Dalam menelisik pekerjaan apa yang sudah
pelaksanaan fungsi pengawasan dilaksanakan, kemudian diadakan
tersebut, maka akan ditemukan juga penilaian serta mengoreksi apakah
hambatan dalam pelaksanaan fungsi pelaksanaannya sesuai dengan
tersebut dan solusi yang ditempuh oleh semestinya atau tidak. Berdasarkan
DPRD Kota Pekanbaru. konsep tersebut menjadi keharusan bagi
DPRD untuk meningkatkan kinerja
Kegunaan Penelitian pemerintah daerah dengan mekanisme
Kajian ini berimplikasi pada melakukan pengawasan.
perbaikan kinerja DPRD Kota Menurut Budiardjo (2005) lemahnya
Pekanbaru dalam kapasitas parlemen merupakan problem
mengimplementasikan fungsinya lama yang terjadi dalam tata
sebagai sebuah lembaga legislatif. Dari pemerintahan Indonesia. Kapasitas
ketiga fungsi legislatif / DPRD Kota DPRD jelas lebih lemah bila
Pekanbaru, focus pada kajian ini adalah dibandingkan dengan kapasitas jajaran
perbaikan pada fungsi controlling atau eksekutif dan birokrasi, meski kapasitas
pengawasan terhadap kerja eksekutif. eksekutif juga masih jauh dari harapan
Jika fungsi pengawasan dapat berjalan publik. Hal ini disebabkan antara lain:
dengan baik, maka akan berimbas pada Pertama, proses rekrutmen birokrasi
perbaikan kinerja pemerintah kota secara umum berlangsung dengan
proses teknokratis (yang
mengutamakan kualifikasi teknis),

218
sementara proses rekruitmen DPRD berhadapan dengan sekian tantangan
berlangsung dengan proses politis yang dan gagasan. Salah satunya adalah
masih jauh dari prinsip-prinsip menyangkut kredibilitas dan
teknokratis. akuntabilitas lembaga legislatif ini.
Kedua, latar belakang anggota Argumen publik yang mengemuka
DPRD sangat beragam, terutama bila adalah diperlukannya lembaga
dilihat dari sisi pengetahuan dan pengawas yang memiliki kapabilitas
pengalaman. Sebagian besar anggota memadai sekaligus teruji kredibilitasnya,
DPRD yang baru tidak begitu supaya bisa melakukan pengawasan
memahami tentang hal -ihwal dengan optimal.
pemerintahan (fungsi parlemen, dan Pengawasan merupakan suatu
seterusnya). Latar belakang pendidikan penilaian yang merupakan suatu proses
dan pengalaman menjadi tolak ukur pengukuran dan pembandingan dari
administrative untuk berjalannya fungsi hasil-hasil pekerjaan yang nyata telah
DPRD secara maksimal. Kenyataan dicapai dengan hasil-hasil yang
yang terjadi adalah mayoritas anggota seharusnya dicapai. Dengan kata lain,
DPRD berlatar belakang sebagai hasil pengawasan harus dapat
pengusaha dan dan berpendidikan yang menunjukkan sampai di mana terdapat
jauh dari pemahaman politik dan kecocokan atau ketidakcocokan serta
pemerintahan. Keterbatasan mengevaluasi sebab-sebabnya.
kemampuan DPRD ini juga disebabkan Dalam melaksanakan pengawasan,
oleh miskinnya pendidikan politik di DPRD seharusnya memiliki prinsip-
masyarakat maupun di dalam partai prinsip yang dapat dipatuhi dan
politik. dijalankan oleh setiap anggotanya.
Ketiga, ketimpangan sistem Adapun prinsip-prinsip pengawasan
pendukung (supporting system) antara (Prayudi, 1981) itu adalah :
eksekutif-DPRD (legislatif). Eksekutif a. Objektif dan menghasilkan data.
menguasai staf, organisasi yang besar, Artinya pengawasan harus bersifat
anggaran, informasi, data, program dan objektif dan harus dapat
lain-lain untuk menjalankan
menemukan fakta-fakta tentang
pemerintahan sehari-hari. Peranan
DPRD jika dikaitkan dengan fungsi pelaksanaan pekerjaan dan
pengawasan sebenarnya merupakan berbagai faktor yang
lembaga yang dapat menjamin tegaknya mempengaruhinya.
pemerintahan yang demokratis. Hanya b. Berpangkal tolak dari keputusan
saja tidak berjalan secara optimal pimpinan. Artinya untuk dapat
karena lebih disibukkan dengan mengetahui dan menilai ada atau
kepentingan politik dan kelompok
tidaknya kesalahan-kesalahan dan
DPRD.
Melalui lembaga legislatif, penyimpangan, pengawasan harus
kepentingan dan aspirasi rakyat bertolak pangkal dari keputusan
ditampung kemudian dituangkan dalam pimpinan yang tercermin dalam
berbagai kebijakan publik sesuai tujuan yang ditetapkan, rencana
dengan aspirasi rakyat. Lembaga ini kerja yang telah ditentukan,
juga memiliki peran mengawasi jalannya kebijaksanaan dan pedoman kerja
pemerintahan daerah dengan membuat
yang telah digariskan, perintah
produk-produk hukum dan peraturan
yang secara teoritis harus ditaati oleh yang telah diberikan, peraturan-
pihak wilayah tersebut tidak terkecuali peraturan yang telah ditetapkan.
pemerintah daerah. c. Preventif. Artinya bahwa
Sunindhia (2006) juga pengawasan tersebut adalah untuk
mengemukakan gagasan tentang menjamin tercapainya tujuan yang
pentingnya parlemen yang kuat dan
telah ditetapkan, yang harus efisien
memiliki kredibilitas yang teruji,

219
dan efektif, maka pengawasan sesuai dengan rencana atau
harus bersifat mencegah jangan terarah pada pasaran.
sampai terjadi kesalahan- d. Mengetahui hasil pekerjaan
kesalahan berkembangnya dan dibandingkan dengan yang telah
terulangnya kesalahan. ditetapkan dalam perencanaan
d. Bukan tujuan tetapi sarana. Artinya semula.
pengawasan tersebut hendaknya e. Mengetahui apakah segala sesuatu
tidak dijadikan tujuan tetapi sarana berjalan efisien dan dapatkah
untuk menjamin dan meningkatkan diadakan perbaikan lebih lanjut
efisiensi dan efektifitas pencapaian sehingga mendapatkan efisiensi
tujuan organisasi. yang besar.
e. Efisiensi. Artinya pengawasan Manullang (1995) mengatakan
haruslah dilakuan secara efisien, bahwa tujuan utama diadakannya
bukan justru menghambat efisiensi pengawasan adalah mengusahakan
agar apa yang direncanakan menjadi
pelaksanaan kerja.
kenyataan, sedangkan menurut
f. Apa yang salah. Artinya Soeharto (mantan Presiden RI) yang
pengawasan haruslah dilakukan dikutip John Salindeho tujuan
bukanlah semata-mata mencari pengawasan adalah untuk memahami
siapa yang salah, tetapi apa yang apa yang salah demi perbaikan di masa
salah, bagaimana timbulnya dan yang akan datang (Salindeho, 1998).
sifat kesalahan itu. Jadi, pengawasan memang bukan untuk
tujuan politikdan menjatuhkan pihak lain,
g. Membimbing dan mendidik. Artinya
melainkan untuk saling membangun
“pengawasan harus bersifat yang dalam konsep pemerintahan
membimbing dan mendidik agar presidensial dikenal dengan istilah
pelaksana dapat meningkatkan checks and balances.
kemampuan untuk melakukan Yusuf (2011) dalam Jurnal Politik
tugas-tugas yang ditetapkan. LIPI juga menegaskan bahwa fungsi
Pelaksanaan pengawasan memiliki pengawasan DPRD terhadap kebijakan
maksud yang sangat mulia, hal ini jika pemerintah daerah merupakan bentuk
ditinjau dari fungsinya untuk menunjang hubungan dalam konsep checks and
kinerja pemerintah dalam hal mencapai balances, sebagai sebuah konsep
target-target kerja pemerintah. Bagi pengawasan antar lembaga di daerah.
lembaga legislatif, tujuan Fungsi pengawasan ini dilakukan
dilaksanakannya pengawasan adalah dengan mengadakan rapat kerja komisi
untuk : dengan pasangan kerja masing-masing
a. Mengetahui lancar atau tidaknya atau rapat gabungan komisi, kunjungan
kerja, dan membentuk kepanitiaan
pekerjaan tersebut sesuai dengan
seperti Pansus dan Panja untuk
yang telah direncanakan. menanggapi atau menyelesaikan suatu
b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan permasalahan.
yang dibuat dengan melihat Pelimpahan tugas pengawasan
kelemahan-kelemahan, kesulitan- harus dibarengi dengan tanggung jawab
kesulitan dan kegagalan-kegagalan yang dipikulkan kepundak si penerima
tugas tersebut, dalam arti tanggung
dan mengadakan pencegahan agar
jawab itu adalah keharusan
tidak terulang kembali kesalahan- dilaksanakan tugas sebaik-baiknya
kesalahan yang sama atau sebagai suatu kewajiban, sehingga hak
timbulnya kesalahan baru. untuk melakukan suatu tindakan jangan
c. Mengetahui apakah penggunaan disalahgunakan. Masalah pengawasan
fasilitas pendukung kegiatan telah yang dilakukan oleh aparatur

220
pemerintah antar satu instansi dengan telah dikeluarkan oleh instansi terkait.
instansi lainnya dipengaruhi oleh jenis Dalam proses pengawasan secara
dan sifat pekerjaan, dalam arti jarak umum terdiri dari tiga fase (Manullang,
antara unit kerja yang diawasi dengan 1995), yaitu :
jumlah tugas/aktivitas hendaknya dapat a. Menetapkan alat pengukur/
terkendali dan juga faktor-faktor lain standard. Penentuan standar ini
yang dapat mempengaruhi seperti faktor harus dilakukan secara kolektif
objektif, karena hal ini berada di luar
dari anggota instansi, supaya
pribadi pejabat yang harus
melaksanakan pengawasan. Di standar tersebut tidak menjadi
samping, itu terdapat juga faktor ukuran perseorangan atau
subjektif yang bersumber dan berdasarkan kepentingan politik.
berkenaan dengan diri pribadi pejabat b. Mengadakan penilaian. Hasil
yang harus melaksanakan pengawasan, yang didapat dari pelaksanaan
antara lain berkenaan dengan pengawasan tersebut dapat
pengalaman kerja, kecakapan,
berupa rekomendasi perbaikan
pengetahuan bidang kerja yang diawasi
(Pabottinggi, 1993). atau mempertahankan keadaan.
Dari pendapat di atas adanya c. Mengadakan perbaikan. Jika
persamaan pandangan yakni dalam hal rekomendasi dominan untuk
tujuan dilakukannya kegiatan perbaikan, maka poin perbaikan
pengawasan, yaitu agar semua yang disampaikan harus jelas
pekerjaan/ kegiatan yang diawasi indikator dan metode
dilaksanakan sesuai dengan rencana.
perbaikannya, jika tidak, maka
Rencana dalam hal ini adalah suatu
tolok ukur apakah suatu perbaikan akan semu dan sangat
pekerjaan/kegiatan sesuai atau tidak. memungkinkan pada evaluasi
dan yang menjadi alat ukurnya bukan mendatang mengalami
hanya rencana tetapi juga permasalahan yang sama.
kebijaksanaan, strategi, keputusan dan Mengukur atau menilai suatu
program kerja. Pengawasan juga berarti pekerjaan, hal ini baru dapat dilakukan
suatu usaha atau kegiatan penilaian bila terdapat alat pengukur atau
terhadap suatu kenyataan yang penilainya. Alat pengukur atau penilai
sebenarnya, mengenai pelaksanaan tadi harus ditetapkan terlebih dahulu,
tugas atau kegiatan apakah sesuai demikian juga halnya dalam
dengan rencana atau tidak. pengawasan. Dalam pelaksanaan
Usaha yang sangat penting harus pengawasan alat pengukur atau
dilakukan dalam melaksanakan sistem penilainya adalah merupakan standar,
yang lebih efektif, efisien adalah dengan yaitu dapat berupa rencana, program
kerja keras, kreatif, bertanggung jawab kerja, atau peraturan perundang-
disertai dengan dedikasi penuh. Jadi undangan yang berlaku, hal ini adalah
agar tercipta apa yang diharapkan maka merupakan fase pertama dari
sistem pengawasan harus dilakukan. pengawasan.
Dalam pelaksanaannya perlu diadakan Pada fase kedua mengadakan
koordinasi. Dilaksanakan secara proses penilaian. Penilaian ini berarti
terpadu dan sinkron agar pelaksanaan membandingkan hasil suatu pekerjaan
tersebut tidak terjadi tumpang tindih, atau kegiatan dengan alat pengukur
duplikasi dan kemacetan-kemacetan. tadi. Dalam fase inilah akan terlihat
Sistem pengawasan yang akan apakah suatu pekerjaan atau kegiatan
dilakukan terebut harus terkoordinasi sesuai dengan rencana, kebijakan atau
dengan baik, sesuai dengan tata aturan peraturan perundang-undangan atau
yang telah dikeluarkan oleh instansi tidak.
tingkat atasnya, serta memperhatikan
pula kebijaksanaan-kebijaksanaan yang

221
Pada fase ketiga adalah HASIL PENELITIAN DAN
mengadakan tindakan PEMBAHASAN
perbaikan.Tindakan perbaikan ini
merupakan konsekuensi dari tahap 1. Pelaksanaan Penanggulangan
kedua. Maksudnya apabila pada fase Sampah Di Kota Pekanbaru.
kedua ditemukan ketidak-sesuaian Ada beberapa langkah kegiatan yang
antara rencana, kebijaksanaan atau dilakukan oleh Pemerintah Kota
bertentangan dengan peraturan Pekanbaru dalam hal penanggulangan
perundang-undangan dengan sampah, diantaranya :
kenyataan dari suatu hasil pekerjaan 1) Pengangkutan sampah untuk
atau kegiatan, atau dengan kata lain
membersihkan tumpukan sampah
berdasarkan penilaian pada fase kedua
ditemukan penyimpangan atau di Setiap tempat pembuangan
penyelewengan. Tindakan perbaikan sampah sementara. Dalam
tersebut diartikan sebagai tindakan yang pelaksanaannya harus diatur
diambil untuk menyesuaikan hasil suatu secara administrative dan
pekerjaan yang menyimpang agar dievaluasi secara berkala.
sesuai dengan standard atau rencana 2) Meningkatkan peran masyarakat
yang telah ditentukan sebelumnya
dalam pengelolaan sampah. Upaya
(Manullang, 1995).
pemberdayaan masyarakat belum
OBJEK DAN METODE PENELITIAN dilakukan oleh Pemerintah Kota
Dalam kajian ini yang menjadi fokus Pekanbaru dalam hal
objek penelitiannya adalah Dewan penangulangan sampah.
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pemerintah kota tidak membuat
Pekanbaru sebagai sebuah lembaga program yang dapat melibatkan
yang bertugas untuk mengawasi
masyarakat, kegiatan Dinas
jalannya pemerintahan di tingkat
eksekutif atau Pemerintah Kota Kebersihan selalu menjadi bagian
Pekanbaru. Fokus kajiannya adalah yang parsial dari masyarakat.
implementasi fungsi pengawasan DPRD Seharusnya, karena sampah ini
Kota Pekanbaru terhadap pelaksanaan bersumber dari masyarakat, untuk
kerja atau kebijakan Pemerintah Kota mengelola sampah tersebut juga
Pekanbaru dalam menanggulangi
dapat melibatkan masyarakat baik
sampah.
Penelitian ini menggunakan secara aktif maupun pasif. Di Kota
pendekatan kualitatif. Penelitian Pekanbaru, belum ada komunitas
kualitatif ini akan mengkaji secara detail yang bisa memanfaatkan sampah
bagaimana implementasi fungsi organic dan anorganik untuk
pengawasan DPRD Kota Pekanbaru menjadi produk yang layak pakai,
yang terkait dengan masalah sampah. sebagaimana di daerah lainnya,
Kajian ini ingin melihat sejuah mana
terutama masyarakat di Pulau
terealisasnya fungsi pengawasan yang
dipadukan antara konsep dengan Jawa. Padahal, sampah rumah
kenyataan di lapangan. Pendekatan tangga tersebut banyak yang bisa
kualitatif ini adalah memadukan didaur ulang. untuk masa yang
penelitian lapangan dengan studi datang, pemerintah harus
kepustakaan, sehingga akan terlihat bersinergi dengan beberapa pihak
benang merah dalam pelaksanaan swasta dan perguruan tinggi untuk
implementasi fungsi pengawasan
memberikan pemahaman kepada
tersebut.
masyarakat dalam hal pengelolaan
sampah menjadi produk yang
bernilai ekonomis.

222
3) Meningkatkan pengawasan di huruf (c), dinyatakan dengan jelas
lapangan. Untuk terlaksananya bahwa DPRD mempunyai tugas dan
langkah yang telah diterapkan oleh wewenang untuk melakukan
pengawasan: "Melaksanakan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
pengawasan terhadap pelaksanaan
Kota Pekanbaru, diperlukan Perda dan peraturan perundang–
peningkatan pengawasan di undangan lainnya, peraturan Kepala
lapangan agar tujuan yang sudah Daerah, APBD, kebijakan pemerintah
ditetapkan bersama dapat tercapai. daerah dalam melaksanakan program
Aktivitas kerja petugas yang ada di pembangunan daerah dan kerjasama
lapangan tidak selalu terawasi internasional di daerah".
Sebenarnya dalam Undang-Undang
dengan baik, sehingga
Nomor 5 Tahun 1974 telah memberikan
pengangkutan sampah yang ada di kesempatan yang sangat luas dan besar
TPS dan pinggiran jalan yang bagi DPRD untuk melaksanakan fungsi
dijadikan TPS oleh warga pengendalian dan pengawasan atas
masyarakat tidak teratasi dengan jalannya roda pemerintahan. Hal ini
baik pula. ditegaskan pula dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor
2. Menelisik Pelaksanaan 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pengawasan DPRD Kota
Pemerintahan Daerah, Pasal 17 ayat (1)
Pekanbaru dalam menyatakan bahwa "DPRD
Penanggulangan Sampah melaksanakan pengawasan terhadap
Menelusuri pada Undang-Undang pelaksanaan kebijakan
Dasar 1945, sebenarnya fungsi daerah".
pengawasan telah melekat pada Sementara, Keputusan Presiden
lembaga legislatif yang dalam konteks Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
ini adalah DPRD Kota Pekanbaru. Hal 2001 tentang Tata Cara
ini dapat dilihat pada Pasal 20A ayat 2. Penyelenggaraan Pemerintahan
Untuk melakukan pengawasan Daerah, Pasal 12 ayat (2) menyatakan
berdasarkan UUD 1945 tersebut adalah bahwa "DPRD Kabupaten/Kota
dilakukan dengan tiga mekanisme, yakni melakukan pengawasan legislatif
hak interpelasi, hak angket, dan hak terhadap pelaksanaan kebijakan daerah
menyatakan pendapat. kabupaten/ kota, kerja sama
Terlepas dari kepentingan politik dan internasional daerah kabupaten/ kota
besarnya kursi pendukung Walikota – yang bersangkutan, sehingga dapat
Wakil Walikota Pekanbaru di DPRD dikatakan bahwa fungsi pengawasan
Kota Pekanbaru, seharusnya checks merupakan tugas dan kewenangan
and balances dengan mekanisme DPRD yang memiliki pijakan hukum
melaksanakan ketiga hak tersebut dapat kuat.
direalisasikan untuk kasus tidak Adapun rencana kerja DPRD Kota
diperolehnya piala Adipura bagi Pekanbaru dalam melaksanakan fungsi
Pekanbaru pada awal pemerintahan pengawasan dilakukan dalam bentuk:
Firdaus-Ayat Cahyadi. Namun, hal ini a. Dengar pendapat, adalah
tidak pernah terjadi. DPRD Kota serangkaian kegiatan yang dapat
Pekanbaru seolah-olah “tutup mata” dilaksanakan oleh pimpinan DPRD/
untuk kinerja yang rendah dari
Komisi/ Gabungan Komisi/ Panitia
pemerintah kota tersebut.
Fungsi pengawasan yang dilakukan Khusus dengan instansi/organisasi
DPRD mengacu pada aturan hukum kemasyarakatan/ perusahaan/
yang berlaku. Dalam Undang-undang perorangan. Kegiatan dengar
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pendapat dilaksanakan
Pemerintahan Daerah, Pasal 42 ayat (1)

223
sehubungan adanya dugaan d. Reses, adalah salah satu bentuk
penyimpangan dari pelaksanaan pengawasan DPRD dalam
peraturan perundang-undangan, mengawasi pelaksanaan peraturan
peraturan daerah atau kebijakan daerah serta peraturan kepala
pemerintah daerah yang dianggap daerah maupun kebijakan
merugikan Negara atau pemerintah daerah. Kegiatan ini
masyarakat. Kegiatan ini setiap anggota DPRD baik secara
dilaksanakan sehubungan adanya kelompok maupun secara
pengaduan dari masyarakat secara perorangan bertemu langsung
tulisan maupun lisan atau hasil dengan konstituen sehingga dapat
kunjungan yang dilaksanakan oleh menampung aspirasi masyarakat.
DPRD. Untuk menentukan langkah Melalui rencana kerja DPRD
yang harus ditempuh oleh DPRD disebutkan di atas, maka DPRD Kota
atas suatu pengaduan maka Pekanbaru dapat :
a. Mengundang pejabat-pejabat di
terlebih dahulu dilaksanakan
lingkungan pemerintahan daerah
dengar pendapat.
untuk dimintai keterangan,
b. Kunjungan kerja, adalah
pendapat dan saran (hak bertanya).
serangkaian kegiatan DPRD untuk
b. Menerima, meminta dan
mengunjungi suatu tempat tertentu.
mengusahakan untuk memperoleh
Kunjungan kerja ini dilaksanakan
keterangan dari pejabat pihak-pihak
setelah terlebih dahulu
terkait (hak interpelasi).
dilaksanakan dengar pendapat
c. Meminta kepada pihak-pihak
maupun tanpa didahului acara
tertentu melakukan penyelidikan
dengar pendapat. Kunjungan kerja
dan atau pemeriksaan (hak
dilaksanakan untuk melihat lebih
angket).
dekat atas suatu kegiatan
d. Memberi saran mengenai langkah-
Pemerintah Daerah atas
langkah preventif dan refresif
pelaksanaan Peraturan atau
kepada pejabat yang berwenang.
Kebijakan yang telah ditetapkan.
Pada keadaan tertentu, DPRD
Dengan kunjungan kerja tersebut
dapat juga menyampaikan
maka dapat diketahui lebih dekat
penilaian apakah mereka percaya
tentang permasalahan yang
atau tidak (hak mosi) atas
sesungguhnya sehingga DPRD
kemampuan pemerintah daerah/
dapat membuat tindak lanjutnya.
kepala daerah dalam kaitannya
c. Pembentukan Panitia Khusus,
dengan upaya untuk mencapai
merupakan alat kelengkapan
tujuan pembangunan daerah yang
DPRD bersifat tidak tetap yang
telah ditetapkan.
bertanggungjawab untuk
Dari uraian di atas, dapat
menangani kasus tertentu,
disimpulkan bahwa sebenarnya fungsi
biasanya dibentuk dalam rangka pengawasan yang
pembahasan Ranperda, sedangkan dimiliki oleh DPRD memiliki proses yang
pembentukan Pansus dalam panjang dan telah terencana. Hanya
rangka pengawasan implementasi saja, implementasi dari rencana tersebut
Perda dan keputusan atau tidak ada yang dapat
kebijakan kepala daerah belum dilaksanakan.dapat diketahui bahwa
memang perencanaan tersebut bersifat
ada.
normatif sebagai sebuah lembaga

224
legislatif. Dimana, semua DPRD sampah ini merupakan masalah yang
maupun DPR melaksanakan rencana besar untuk tiap kota besar, termasuk
kerja tersebut apabila ingin memantau Kota Pekanbaru. Pelaksanaan hanya
kinerja pemerintah atau eksekutif dalam dengar pendapat ini juga terungkap
hal implementasi kebijakannya. dalam petikan wawancara dengan Wakil
Namun demikian, fungsi Ketua Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru
pengawasan yang dijalankan oleh (Firdaus, 2014), yang mengatakan
DPRD Pekanbaru dinilai belum optimal. bahwa ”berhubung belum maksimalnya
indikatornya adalah tidak ada dokumen kinerja pemerintah kota dalam
yang dapat menjelaskan adanya menanggulangi masalah sampah di
pelaksanaan fungsi pengawasan Pekanbaru, maka kami mengundang
tersebut secara terstruktur sesuai pejabat-pejabat di lingkungan
dengan rencana tersebut. Sehingga pemerintahan daerah terutama instansi
akan muncul penilaian umum dari terkait untuk dimintai keterangan dalam
masyarakat bahwa anggota DPRD hal masalah penanggulangan sampah
Pekanbaru tidak professional karena yang ada ini dan DPRD juga telah
belum/ tidak mampu mengoptimalkan memberikan saran atau langkah-
fungsi pengawasan, sehingga aturan langkah untuk mengatasi masalah
atau kebijakan oleh eksekutif berjalan tersebut”.
nyaris tanpa pengawasan yang berarti. Kegiatan reses DPRD Pekanbaru
Akibatnya, aturan atau kebijakan yang tidak melihat secara langsung
seharusnya bermanfaat untuk rakyat, bagaimana proses penanganan sampah
cenderung dilaksanakan secara “asal- di Pekanbaru. Basis DPRD dalam hal
asalan” oleh pemerintah daerah seperti memberikan masukan kepada
halnya dalam penanggulangan sampah pemerintah kota tidak berdasarkan
yang ada di Kota Pekanbaru. penelitian atau fakta di lapangan.
Ukuran kemaksimalan kinerja DPRD Akibatnya, penyelesaian masalah yang
Pekanbaru ini berimbas pada lemahnya diberikan dalam bentuk rekomendasi
kinerja Pemerintah Kota Pekanbaru atau saran dari DPRD kepada dinas
yang berurusan dengan sampah, dalam terkait akan menjadi formalitas
hal ini adalah Dinas Kebersihan dan terlaksananya program saja.
Pertamanan. Rendahnya kualitas
tersebut dapat disimpulkan dari petikan 3. Hambatan dalam Pelaksanaan
wawancara dengan Ketua Komisi IV Fungsi Pengawasan
DPRD Kota Pekanbaru (Basir, 2014), Dalam melaksanakan fungsi
yang mengatakan bahwa pengawasan terhadap kinerja
“penanggulangan sampah yang ada di Pemerintah Kota Pekanbaru tentulah
Kota Pekanbaru dalam hal ini Dinas memiliki hambatan, baik secara internal
Kebersihan dan Pertamanan dinilai maupun eksternal, diantaranya:
belum maksimal, hal ini dilihat dari Pertama, Kualitas atau keahlian yang
masih banyaknya sampah-sampah yang dimiliki oleh para anggota DPRD. Itulah
berserakan di pinggir-pinggir jalan yang yang diungkapkan oleh pepatah bahwa
tidak terangkut semua ke tempat tempatkan pekerjaan seseorang itu
pembuangan akhir sampah. Hal ini sesuai dengan ahlinya. Latar belakang
dapat menimbulkan dampak negatif anggota DPRD Kota Pekanbaru yang
untuk lingkungan”. mayoritas adalah pengusaha dan
Pelaksanaan pengawasan DPRD berpendidikan tidak pada bidangnya
Kota Pekanbaru hanya dilaksanakan menyebabkan kendala dalam
dalam bentuk dengar pendapat dan melaksanakan mekanisme pengawasan
memberikan saran. Tentunya, dari kinerja pemerintah, terutama dalam
sekian banyak mekanisme untuk bidang sampah.
melakukan pengawasan, tentulah Kedua, political will dari anggota
dengar pendapat dan pemberian saja DPRD yang dianggap masih rendah
tidak memadai, mengingat masalah

225
dalam memajukan kepentingan umum diandalkan, fungsi pengawasan DPRD
dari pada kepentingan golongan atau juga tidak berjalan optimal. Hal ini
partai. Prinsip untuk menjatuhkan pihak mendorong perlunya jaringan kerja
eksekutif lebih dominan dari pada sama pengawasan antara lembaga
memberikan masukan demi Legislatif dengan lembaga peradilan dan
terlaksananya pemerintahan yang baik. lembaga-lembaga lainnya.
Kritik yang diberikan selalu Ketujuh, rendahnya partisipasi
bertendensius untuk mencari masyarakat dalam pengawasan yang
keuntungan golongan atau merupakan mitra pengawasan DPRD
kelompoknya. terhadap pemerintah daerah.
Ketiga, disiplin dalam melaksanakan Pengawasan partisipatif masyarakat
tugas masih sering menjadi bahan akan memberikan kontribusi berupa
kajian di DPRD Pekanbaru. Kedisiplinan masukan bagi DPRD dalam
ini juga menjadi penyakit tersendiri bagi melaksanakan tugasnya mengawasi
seluruh lembaga legislatif di Indonesia. kinerja pemerintah.
Disiplin yang dimaksud adalah
ketepatan waktu mengerjakan tugas 4. Mengatasi Hambatan dalam
sebagai anggota dewan dan tenggang Pelaksanaan Fungsi
waktu yang disediakan. Disiplin juga Pengawasan DPRD Kota
dalam arti memiliki komitmen dalam
Pekanbaru.
melaksanakan tugas yang telah
direncanakan. DPRD Kota Pekanbaru dalam
Keempat, minimnya pengetahuan melaksanakan fungsi pengawasan
anggota DPRD Kota Pekanbaru tentang terhadap pelaksanaan kebijakan/
batasan-batasan fungsional peraturan, selain dengan menggunakan
pengawasan yang menjadi otoritasnya. hak-hak yang dimiliki oleh DPRD dapat
Pengawasan yang dilakukan oleh juga dengan menggunakan langkah-
anggota DPRD terhadap lembaga langkah demi pelaksanaan fungsi
eksekutif adalah rangkaian kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan
pemantauan, pemeriksaan, evaluasi kebijakan/ peraturan yang menjadi salah
terhadap pelaksanaan kebijakan publik satu tugasnya. Hambatan yang
sesuai dengan aturan yang telah menyebabkan tidak terlaksananya
ditetapkan. Namun sebatas mana ruang fungsi pengawasan dapat diselesaikan
lingkup pengawasan DPRD dan dengan cara:
bagaimana karakteristik pengawasan a. Anggota DPRD Kota Pekanbaru
oleh DPRD tidak semua anggota DPRD harus meningkatkan disiplin dan
Kota Pekanbaru memahaminya. mematuhi tata tertib serta kode etik
Kelima, kurangnya data pendukung. DPRD Kota Pekanbaru, untuk
Sulitnya mendapatkan data yang membagun citra yang positif dan
lengkap untuk menunjang pelaksanaan kewibawaan di tengah-tengah
fungsi pengawasan. Ini disebabkan
masyarakat. Kewibawaan yang baik
lembaga legislatif belum semuanya
mempunyai hubungan yang baik akan mendukung lembaga legilatif
dengan pemerintah maupun unsur daerah tersebut dalam
masyarakat. Oleh karena itu, kurangnya melaksanakan fungsi pengawasan
data pelengkap menjadikan eksternalnya.
pelaksanaan pengawasan DPRD b. Melakukan komunikasi (lobi) antar
terhambat. fraksi-fraksi yang ada di DPRD Kota
Keenam, tidak tersedianya jaringan
Pekanbaru dalam rangka
pengawasan yang memadai dan
lemahnya penegakan hukum. menyatukan persepsi. Hal ini
Penegakan hukum berkontribusi pada dilakukan oleh anggota DPRD Kota
efektivitas fungsi pengawasan DPRD. Pekanbaru untuk menyatukan visi
Selama penegakan hukum belum bisa

226
misi mereka dalam menjalankan percontohan untuk diadopsi atau
amanat yang diberikan oleh rakyat terapkan di Kota Pekanbaru lewat
kepada mereka. Sebagaimana anggota DPRD sesuai bidangnya
diketahui bahwa imbas dari multi masing – masing dalam komisi.
partai yang duduk dalam lembaga Anggota DPRD dalam lembaga
legislatif ini tentunya adanya komisi yang terdiri dari beberapa
kepentingan-kepentingan partai anggota DPRD yang melakukan
politik yang dilaksanakan oleh kunjungan kerja berkewajiban
fraksinya yang duduk di DPRD. Bila menyampaikan laporannya secara
masing-masing fraksi tidak bisa tertulis dan dibacakan dalam forum
menyatukan persepsi dan rapat paripurna.
mengutamakan kepentingan partai f. Berusaha mendapat data dari pihak
politik masing-masing maka fungsi lain. Hal ini dilakukan oleh DPRD
pengawasan lembaga daerah ini Kota Pekanbaru karena pentingnya
tidak akan berjalan optimal dan data pendukung yang akan
objektif. membantu DPRD dalam
c. Mengikuti pelatihan-pelatihan yang menjalankan fungsi pengawasannya.
relevan terhadap masing-masing Untuk itu perlu dibangun hubungan
bidang yang menjadi fokusnya. yang baik antara lembaga daerah ini
Pelatihan-pelatihan bagi anggota dengan segenap unsure masyarakat.
DPRD Kota Pekanbaru terutama di Dalam artian positif, pengawasan
bidang pemerintahan sangat yang dilakukan oleh DPRD Kota
diperlukan karena kurangnya Pekanbaru tidak akan bisa
keahlian anggota DPRD Kota terlaksana dengan baik tanpa
Pekanbaru terutama dalam bidang adanya kerjasama dengan unsur-
tersebut. Dengan adanya pelatihan unsur yang ada di masyarakat. Untuk
tersebut maka pemahaman terhadap mendapatkan dukungan tersebut,
seluk beluk pemerintahan akan maka lembaga daerah ini harus
membantu anggota DPRD dalam memperbaiki citranya.
menjalankan fungsinya, terutama g. Menyepakati batas-batas
fungsi pengawasan. pengawasan DPRD dengan institusi
d. Menyelenggarakan dengar pendapat lain seperti KPK, BPK, BPKP dan
(public hearing). Dalam rapat dengar Inspektorat. Gunanya adalah bila
pendapat ini dihadiri antara lain oleh ternyata DPRD Kota Pekanbaru
DPRD/ Komisi / Panitia khusus menemukan adanya penyimpangan-
dengan perangkat daerah terkait dan penyimpangan maka DPRD dapat
melibatkan masyarakat, LSM, dan meminta kepada pihak-pihak tertentu
perguruan tinggi. untuk melakukan penyidikan sebagai
e. Menyelenggarakan kunjungan kerja. wujud dari pelaksanaan hak angket
Anggota DRPD dapat melakukan anggota DPRD dan juga menerima,
kunjungan kerja keluar daerah, yang meminta dan mengusahakan untuk
disesuaikan dengan kebutuhan dan memperoleh keterangan dan pejabat
kepentingan. Kunjungan kerja dan pihak-pihak terkait dalam rangka
dimaksudkan untuk melakukan study pelaksanaan hak interpelasi anggota
banding ke beberapa daerah yang DPRD.
dianggap mempunyai prestasi lebih h. Menjalin kerjasama yang baik
baik sebagai daerah dan program dengan Pemerintah Kota Pekanbaru.

227
Pendekatan yang dilakukan oleh politica adalah menjadi keharusan. Hal
DPRD kepada eksekutif adalah tersebut karena dilihat dari fungsinya
dalam rangka membina hubungan untuk membantu terlaksananya proses
pemerintahan yang baik, transparan dan
harmonis antara dua lembaga
akuntabel. Sehingga, roda
tersebut sehingga pemerintahan pemerintahan dapat berjalan sesuai
akan berjalan dengan baik. dengan yang diharapkan oleh
i. Menggali Informasi terkait masalah masyarakat.
yang ada dalam masyarakat dengan DPRD Kota Pekanbaru yang memiliki
system umpan balik. Dengan kewenangan dalam hal pengawasan
bersikap akomodatif, DPRD dapat sebagaimana diamanatkan dalam
aturan dan konsep, ternyata tidak dapat
secara luas memantau tanggapan
berfungsi dengan baik. Banyak
masyarakat. Pemahaman yang lebih hambatan yang dialami oleh lembaga
baik akan diperoleh misalnya untuk legislatif bernama DPRD Kota
mengetahui apakah masyarakat Pekanbaru tersebut, mulai dari masalah
menyetujui kebijakan publik, apakah internal atau kesiapan individu, lembaga
mereka mengerti tujuan program dan dan system hingga pada kendala
proyek atau apakah kebijakan- eksternal.
Masalah sampah adalah kasus kecil
kebijakan yang dijalankan tersebut
yang merupakan salah satu bagian
justru memberatkan masyarakat, pekerjaan Pemerintah Kota Pekanbaru
serta apakah aktivitas Pemerintah (eksekutif dan legislatif). Piala Adipura
Kota Pekanbaru sudah cukup adalah indikator keberhasilan dalam
mengiformasikan kepada publik atau menangani masalah tersebut.
belum. Bergantinya rezim untuk periode 2012-
2017 ini ternyata tidak dapat
j. Menggunakan tenaga ahli.
melanjutkan tradisi baik oleh
Penggunaan tenaga ahli ini pendahulunya. Tentulah kinerja DPRD
diperlukan jika DPRD Kota Kota Pekanbaru tersebut memiliki andil
Pekanbaru menghadapi suatu terhadap penurunan kinerja pemerintah
penyimpangan yang dilakukan oleh tersebut.
pelaksana kebijakan/ peraturan
dimana DPRD tidak menguasai Rekomendasi
Berdasarkan deskripsi hasil kajian di
masalah tersebut, maka DPRD akan
atas, terdapat banyak permasalahan.
memanggil tenaga ahli yang Untuk itu, dapat pula diberikan
berkaitan dengan masalah tersebut rekomendasi untuk perbaikan, sehingga
untuk membantu menyelesaikan pelaksanaan pemerintahan untuk masa
masalah tersebut. Hanya saja, yang akan dating dapat berjalan dengan
metode pemilihan atau penetapan baik dan saling bersinergi. Adapun
tenaga ahli sering menggunakan rekomendasi dari hasil kajiannya
adalah:
prinsip nepotisme, sehingga kualitas
Pertama, DPRD Kota Pekanbaru
tenaga ahli tidak bisa diharapkan harus mulai mengevaluasi diri sebagai
banyak untuk mengatasi masalah bahan untuk mendapatkan masukan
yang dihadapi oleh anggota dewan. demi perbaikan permasalahan yang
ada. Evaluasi lembaga dan person
secara objektif akan menjadi basis untuk
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI memberikan solusi.
Kesimpulan Kedua, DPRD Kota Pekanbaru harus
Keberadaan DPRD sebagai lembaga terbuka kepada semua pihak. Terbuka
legislatif sebagaimana konsep trias terhadap saran dan kritik yang
disampaikan. Jika perlu, DPRD meminta

228
masukan secara resmi kepada Pabottinggi, Mochtar. 1993. Komunikasi
komponen masyarakat seperti LSM dan Politik dan Transformasi Ilmu Politik”
perguruan tinggi. dalam Indonesia dan Komunikasi
Ketiga, membuat program yang Politik, Maswadi Rauf dan Mappa
dapat memberdayakan masyarakat Nasrun (eds). Jakarta: Gramedia.
dalam pengawasan terhadap Prayudi. 1981. Hukum Administrasi
terlaksananya pemerintahan, terutama Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia.
masalah sampah. Masalah sampah ini Salindeho, Jhon. 1998. Masalah Tanah
bersumber dari masyarakat itu sendiri. dalam Pembangunan. Jakarta: Sinar
Jadi,akan sangat tepat jika Grafika.
permasalahan tersebut ikut serta Siregar, Sarah Nuraini. 2011. DPR dan
mereka menyelesaikannya. Reformasi Polri: Kajian Evaluatif
Fungsi DPR terhadap Pelaksanaan
DAFTAR ACUAN Reformasi Polri. Jurnal Penelitian
Budiardjo, Mirriam. 2005. Dasar-Dasar Politik, Vol.8 No.1, 2011. Jakarta:
Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia LIPI.
Pustaka Utama. Sunindhia,YW. 2006. Praktek
Mardiasmo. 2001. Pengawasan, Penyelenggaraan Pemerintahan di
Pengendalian, dan Pemeriksaan Daerah. Jakarta: Bina Aksara.
Kinerja Pemerintah Daerah dalam Yusuf, Al Muzammil. 2011. Aspirasi
Pelaksanaan Otonomi Daerah. Rakyat dan Reformasi Parlemen.
Yogyakarta: Andi. Jurnal Penelitian Politik, Vol.8 No.1,
Manullang, M. 1995. Dasar-Dasar 2011. Jakarta: LIPI.
Manajemen. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

229
SAMSAT DRIVE THRUE SEBAGAI BENTUK REFORMASI BIROKRASI
DI DISPENDA JAWA BARAT

Nia Karniawati
(Dosen Ilmu Pemerintahan Unikom
nkarniawati@yahoo.co.id)

ABSTRAK
Reformasi birokrasi merupakan perubahan dalam tata kelola dan tata pemerintahan.
Tujuan dari dilaksanakannya reformasi birokrasi ini adalah untuk meningkatkan
pelayanan publik. Dalam PermenPan dan RB No. 11/2015 tentang Road Map Reformasi
Birokrasi 2015-2019, terdapat adanya penggunaan e-governmnet yang merupakan
sasaran reformasi birokrasi dalam membangun birokrasi yang efektif dan efisien. E-
Government adalah penggunaan aplikasi teknologi informasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Penggunaan e-government ini untuk meningkatkan mutu dan efisinsi
pelayanan yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat.
Dipenda Jawa Barat merupakan salah satu SKPD di Jawa Barat yang telah
menggunakan aplikasi teknologi informasi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang akan membayar pajak. Salah satu nya adalah layanan Samsat drive
thru. Samsat drive thru merupakan layanan pengesahan STNK tahunan, pembayaran
PKB dan SWDKLLJ yang tempat pelaksanaannya diluar gedung kantor bersama
Samsat sehingga wajib pajak tidak perlu turun dari kendaraanya pada saat bertraksaksi.
Dengan layanan Samsat drive thru ini masyarakat telah mendapatkan pelayanan yang
cepat dan praktis.

Kata Kunci : Reformasi birokrasi, Samsat Drive Thrue

PENDAHULUAN Reformasi Birokrasi.


Reformasi birokrasi merupakan Birokrasi pemerintah yang
perubahan dalam tata kelola dan tata profesional berarti penempatan sumber
pemerintahan. Tujuan dari daya yang sesuai antara kemampuan
dilaksanakannya reformasi birokrasi ini dan tugasnya, yang berkarakteristik
adalah untuk meningkatkan pelayanan adaptif yaitu mudah menyesuaikan diri.
publik. Melalui reformasi birokrasi Berintegritas artinya mempunyai
diharapkan penyelenggaraan kesungguhan dalam melaksanakan
pemerintahan dapat berjalan secara tugas. Berkinerja tinggi artinya
maksimal, tidak terjadi praktek kolusi, menghasilkan kerja yang maksimal.
korupsi dan nepotisme (KKN) dan Bersih dan bebas korupsi, kolusi dan
menghindari terjadinya penyalahgunaan nepotisme artinya tidak
wewenang yang dilakukan oleh aparat menyelakgunakan kewenangan yang
pemerintahan. dimiliki untuk kepentingan pribadi.
Reformasi birokrasi diharapkan Mampu melayani publik artinya
dapat menciptakan birokrasi pemerintah mempunyai dedikasi untuk melayani
yang profesional dengan karakteristik masyarakat. Netral artinya tidak
adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, memihak kepada pihak manapun,
bersih dan bebas korupsi, kolusi dan sebab hakekatnya aparat pemerintahan
nepotisme, mampu melayani publik, merupakan pelayan masyarakat.
netral, sejahtera, berdedikasi, dan Memegang teguh nilai-nilai dasar dan
memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara artinya taat
kode etik aparatur negara. Hal ini pada aturan yang berlaku. Dengan
sebagaimana terdapat dalam PP No. adanya reformasi birokrasi ini maka
81 tahun 2010 tentang Grand Design diharapkan akan tercipta peningkatan

230
mutu pelayanan kepada masyarakat besar dalam paradigma dan tata kelola
serta terciptanya efisiensi biaya dan pemerintahan Indonesia. Selain itu,
waktu dalam pelaksanaan tugas reformasi birokrasi juga bermakna
pemerintahan sebagai sebuah pertaruhan besar bagi
Reformasi birokrasi di Indonesia bangsa Indonesia dalam menyongsong
mulai dikenal sejalan dengan terjadinya tantangan abad ke-21. Jika berhasil
reformasi politik pada tahun 1998. dilaksanakan dengan baik, reformasi
Namun dalam perkembangannya birokrasi akan mencapai tujuan yang
reformasi birokrasi ini tidak sepesat diharapkan, di antaranya:
reformasi politik. Bahkan dirasakan 1) Mengurangi dan akhirnya
reformasi birokrasi seperti berjalan menghilangkan setiap
ditempat. Hal itulah yang melatar penyalahgunaan kewenangan publik
belakangi pemerintah membentuk oleh pejabat di instansi yang
badan khusus yang menangani bersangkutan;
reformasi birokrasi, yaitu Kementrian 2) Mmenjadikan negara yang memiliki
Pendayagunaan Aparatur Negara dan most-improved bureaucracy;
Reformasi Birokrasi. 3) Meningkatkan mutu pelayanan
kepada masyarakat;
PEMBAHASAN 4) Meningkatkan mutu perumusan dan
Strategi Percepatan Reformasi pelaksanaan kebijakan/program
Birokrasi instansi;
Pada periode 2010-2014 Kementrian 5) Meningkatkan efisiensi (biaya dan
Pendayagunaan Aparatur Negara dan waktu) dalam pelaksanaan semua
Reformasi Birokrasi menyusun 9 segi tugas organisasi;
Program Percepatan Reformasi 6) Menjadikan birokrasi Indonesia
Birokrasi dalam Permenpan Nomor: antisipatif, proaktif, dan efektif dalam
PER/15/M.PAN/7/2008 tentang menghadapi globalisasi dan
Pedoman Umum Reformasi Birokrasi. dinamika perubahan lingkungan
Strategi perercepatan reformasi strategis.
birokrasi ini terdiri dari : Grand Design Reformasi Birokrasi
1) Penataan struktur birokrasi, adalah rancangan induk yang berisi
2) Penataan jumlah dan distribusi arah kebijakan pelaksanaan reformasi
pegawai negeri sipil (PNS), birokrasi nasional untuk kurun waktu
3) Sistem seleksi CPNS dan promosi 2010-2025. Dan Road Map Reformasi
PNS secara terbuka, Birokrasi adalah bentuk operasionalisasi
4) Profesionalisasi PNS, Grand Design Reformasi Birokrasi yang
5) Pengembangan sistem Elektronik disusun dan dilakukan setiap 5 (lima)
Pemerintah (E-Government), tahun sekali dan merupakan rencana
6) Peningkatan pelayanan publik, rinci reformasi birokrasi dari satu
7) Peningkatan transparansi dan tahapan ketahapan selanjutnya selama
akuntabilitas aparatur, lima tahun dengan sasaran per tahun
8) Peningkatan kesejahteraan yang jelas. Grand Design Reformasi
pegawai negeri, Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan
9) Efisiensi penggunaan fasilitas, Peraturan Presiden, sedangkan Road
sarana dan prasarana kerja PNS. Map Reformasi Birokrasi 2010-2014
Sebagai tindak lanjut dari komitmen ditetapkan dengan Peraturan Menteri
pemerintah dalam melaksanakan Negara Pendayagunaan Aparatur
reformasi birokrasi, pemerintah Negara dan Reformasi Birokrasi agar
mengeluarkan Peraturan Pemerintah dapat memiliki sifat fleksibilitas sebagai
no. 81 tahun 2010 tentang Grand suatu living document.
Design tentang Reformasi Birokrasi Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025. Dalam peraturan tersebut 2010-2025 dan Road Map Reformasi
dikatakan bahwa reformasi birokrasi Birokrasi 2010-2014 merupakan
bermakna sebagai sebuah perubahan penyempurnaan dari Peraturan Menteri

231
Negara Pendayagunaan Aparatur (Dipenda) Jawa Barat merupakan salah
Negara (Permenpan) Nomor: satu SKPD di Jawa Barat yang
PER/15/M.PAN/7/2008 tentang menggunakan aplikasi teknologi
Pedoman Umum Reformasi Birokrasi informasi dalam memberikan pelayanan
dan Permenpan Nomor: kepada masyarakat yang akan
PER/04/M.PAN/4/2009 tentang membayar pajak.
Pedoman Pengajuan Dokumen Usulan Hal tersebut dikenal dengan layanan
Reformasi Birokrasi di Lingkungan Samsat Propinsi Jabar berbasis system
Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah dan database sentralisasi. Setidaknya
Daerah. terdapat 8 program unggulan, yaitu :
Pada periode 2015-2019, Road 1) e-samsat Jabar
Map Reformasi Birokrasi yang terbaru Layanan pembayaran pajak daerah
berdasarkan pada Peraturan Menteri dan registrasi kendaraan bermotor
Pendayagunaan Aparatur Negara dan melalui ATM. Ini merupakan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia kerjasama tim Pembina Samsat yaitu
nomor 11 tahun 2015 tentang Road Dinas Pendapatan Provinsi Jawa
Map Reformasi Birokrasi 2015-2019. Barat, Polda Jabar, PT. Jasa
Dalam road map tersebut dijelaskan Raharja, Kanwil Provinsi Jawa Barat,
bahwa arah pelaksanaan reformasi dengan PT. Bank BJB.
birokrasi dengan membangun 2) Samsat online sentralilse
transparansi dan akuntabilitas kinerja Layanan pembayaran PKB (pajak
pemerintahan salah satumya dilakukan kendaraan bermotor) dan SWDKLLJ
dengan penerapan e-government untuk (Sumbangan Wajib Dana
mendukung bisnis proses pemerintahan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan) setiap
dan pembangunan. Penggunaan e- tahun dan pengesahan STNK (Surat
governmnet ini juga merupakan sasaran Tanda Nomor Kendaraan )setiap
reformasi birokrasi dalam membangun tahun yang dilakukan di Samsat
birokrasi yang efektif dan efisien. mana saja se-Jawa Barat selama
Dalam peraturan tersebut masih dalam wilayah Polda yang
terdapat pengembangan atau sama.
penerapan e-government. Sehingga 3) Samsat online 3 propinsi,
dapat dikatakan bahwa e-government Layanan pembayaran PKB untuk
berperan dalam pelaksanaan reformasi pengesahan STNK setiap tahun
birokrasi Indonesia. E-Government secara online 3 propinsi, yaitu
adalah penggunaan aplikasi teknologi Dispenda Jawa Barat, DKI Jakarta
informasi dalam penyelenggaraan dan Banten, yang berada di wilayah
pemerintahan. Penggunaan e- Polda Metro.
government ini untuk meningkatkan 4) Samsat NITE (nampi iuran Wajib ti
mutu dan efisinsi pelayanan yang weungi),
dilakukan pemerintah kepada Layanan pembayaran PKB dan
masyarakat. SWDKLLJ setiap tahun dan
pengesahan STNK setiap tahun
Layanan Berbasis System Dan secara online di malam hari (lokasi di
Database Sentralisasi Dispenda Jawa Kantor Samsat Cimahi).
Barat 5) Samsat outlet
Pemerintahan di daerah telah Layanan pengesahan STNK setiap
melaksanakan reformasi birokrasi tahun, pembayaran PKB dan
sesuai dengan road map yang telah di SWDKLLJ yang tempat
tetapkan oleh pemerintah pusat. Pemda pelaksanaannya di sentra
Provinsi Jawa Barat juga telah pembelanjaan/pusat kegiatan
melakukan reformasi birokrasi. Salah masyarakat .
satunya dengan mengembangkan dan 6) Samsat outlet Bank Jabar,
menerapkan e-government. Layanan pembayaran PKB dan
Dinas Pendapatan Daerah SWDKLLJ dan pengesahan STNK

232
setiap tahun yang tempat drive thru yang dikeluarkan oleh
pelaksanaannya di KCP Bank Jabar- Kepolisian Indonesia. Samsat Drive
Banten. Thru adalah pelayanan pengesahan
7) Samsat corner, STNK, pembayaran PKB dan SWDKLLJ
Layanan pembayaran PKB dan yang dilaksanakan dengan cara
pengesahan STNK satu tahun, pemilik/pemohon langsung dengan
dimana wajib pajak diberikan kendaraanya (tanpa turun dari
kemudahan dan kepastian tentang kendaraanya) melaksanakan proses
sistem dan prosedur layanan. pengesahan STNK dari mulai sampai
Terdapat reward bagi pembayar dengan selesai pada tempat yang
pajak tepat waktu atau lebih awal. ditentukan.
Untuk mengukur ketepatan waktu Latar belakang Samsat drive thru
layanan diadakan pooling di akhir ini bahwa seiring dengan digulirkannya
proses. Lokasi layanan di Kantor reformasi birokrasi Polri saat ini
Samsat Karawang. diperlukan penyempurnaan terhadap
8) Samsat keliling. ketentuan dan pedoman pelayanan
Layanan pembayaran PKB, penerbitan STNK agar terwujud
pengesahan STNK setiap tahun dan pelayanan yang humanis, cepat, tepat,
SWDKLLJ di dalam kendaraan akurat, transparan, profesional dan
dengan metode jemput bola. Mobil akuntabel serta seragam dan standard
SamLing ini mendatangi wajib pajak di seluruh Indonesia. Dan
yang jauh dari pusat layanan perkembangan kejahatan semakin
Samsat, yang tersebar di 5 wilayah canggih dan kompleks, sehingga
se-Jawa Barat. mengharuskan Polri mengerahkan
9) Samsat drive trhu, segenap kekuatan untuk
layanan pengesahan STNK menanggulangi, antara lain melalui
tahunan, pembayaran PKB dan optimalisasi pelaksanaan registrasi dan
SWDKLLJ yang tempat identifikasi kendaraan bermotor.
pelaksanaannya diluar gedung Dispenda Provinsi Jawa Barat
kantor bersama Samsat. memiliki 33 Kantor Cabang Dispenda
Provinsi Jawa Barat yang tersebar di
Samsat Drive Thrue Dispenda Jawa Kabupaten/Kota se Jawa Barat
Barat khususnya yang menerapkan
Samsat drive thru adalah Pelayanan Samsat Drive Thru
layanan pengesahan STNK tahunan, diantaranya yaitu :
pembayaran PKB dan SWDKLLJ yang 1) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
tempat pelaksanaannya diluar gedung Wil. Kota Depok I.
kantor bersama Samsat sehingga wajib 2) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
pajak tidak perlu turun dari kendaraanya Wil. Kota Depok II Cinere.
pada saat bertraksaksi. 3) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Samsat drive thru merupakan Wil. Kabupaten Bogor.
salah satu reformasi birokrasi yang 4) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
dilakukan oleh pemerintah. Samsat Wil. Kota Bogor.
drive thru ini telah diberlakukan sejak 5) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
tahun 2008 dengan diberlakukannya Wil. Kota Sukabumi.
Surat Keputusan Tim Pembina Samsat 6) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Provinsi Jawa Barat. Tim ini terdiri dari Wil. Kabupaten Sukabumi I Cibadak.
Direktur lalu lintas Polda Jawa Barat, 7) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kab. Sukabumi II Palabuhan
Jawa Barat dan Kepala Cabang PT. Ratu.
Jasa Raharja (persero). 8) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Dalam pelaksanaannya Wil. Kabupaten Cianjur.
terdapat standar operasional prosedur 9) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
tentang pelaksanaan pelayanan Samsat Wil. Kota Bekasi.

233
10) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Wil. Kabupaten Bekasi.
11) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Gambar Samsat Drive Thru Soekarno
Wil. Kabupaten Karawang. Hatta Bandung
12) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Wil. Kabupaten Purwakarta.
13) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Wil. Kabupaten Subang.
14) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Wil. Kota Cirebon.
15) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Wil. Kabupaten Cirebon I Sumber.
16) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Wil. Kabupaten Cirebon II Ciledug.
17) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Wil. Kabupaten Indramayu I.
18) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Wil. Kabupaten Indramayu II
Haurgeulis Sumber :
19) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. http://dispenda.jabarprov.go.id/2014/03/21/s
Wil. Kabupaten Kuningan. amsat-drive-thru-mantap/
20) Cabang Pelayanan Dispenda Prov.
Wil. Kabupaten Majalengka. Dari 33 Kantor Cabang
21) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Pelayanan Dispenda di Kabupaten/Kota
Wil. Kota Bandung I Pajajaran. se Jawa Barat ini, memiliki tugas dan
22) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. fungsi yang sama khususnya dibidang
Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan. Pelayanan Samsat Drive Thru, yang
23) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. bertugas dan melayani kebutuhan
Wil. Kota Bandung III Soekarno masyarakat dalam hal memberikan
Hatta. pelayanan pengesahan STNK, PKB dan
24) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. SWDKLL kepada para pengguna
Wil. Kabupaten Bandung I kendaraan secara efektif dan efisien.
Rancaekek. Informasi tentang Samsat Drive Thru ini
25) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. dapat di akses masyarakat melalui
Wil. Kabupaten Bandung II Soreang. http://dispenda.jabarprov.go.id.
26) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Berikut ini prosedur pelayanan
Wil. Kabupaten Sumedang. Samsat Drive Thru :
27) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. 1. Loket pendaftaran dan pengesahan
Wil. Kabupaten Garut. STNK
28) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. 1) Petugas loket menerima dokumen
Wil. Kota Tasikmalaya. dari masyarakat pemilik kendaraan
29) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. bermotor berupa BPKB asli, STNK
Wil. Kabupaten Tasikmalaya. asli, identitas asli selanjutnya
30) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. dilakukan penelitian terhadap
Wil. Kabupaten Ciamis I. kebenaran dokumen (+ 1 menit)
31) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. 2) Selanjutnya petugas melakukan
Wil. Kabupaten Ciamis II pendaftaran (registrasi) di komputer
Pangandaran yang telah disediakan dan
32) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. dilanjutkan dengan proses rekam
Wil. Kota Cimahi. berkas (STNK, BPKB dan identitas
33) Cabang Pelayanan Dispenda Prov. asli) dan validasi menggunakan
Wil. Kota Banjar. scanner (+ 50 detik)
3) Dokumen STNK yang sudah di
scanner lalu di embossing / dicap

234
dan disahkan oleh petugas loket (+ 5 1) Central Processing Unit (CPU),
detik) kelengkapan LCD, Keyboard dan
4) Dokumen (BPKB dan identitas asli) mouse serta server untuk operator
yang sudah di scanner diserahkan pendaftaran/pengesahan.
kepada masyarakat pemilik 2) Printer komputer
kendaraan bermotor dan untuk 3) Scanner
STNK disahkan lalu diserahkan ke 4) Alat komunikasi data (modem)
petugas loket pembayaran (+ 5 5) Router
detik) 6) Layanan Samsat Drive Thru
2. Loket Pembayaran dan Penyerahan dilengkapi dengan beberapa
1) Petugas loket pembayaran fasilitas sarana pendukung sebagai
menerima dokumen ranmor berikut :
(STNK asli) dari petugas loket a) Kursi dan meja untuk tempat
pendaftaran (+ 5 detik) perangkat komputer dan tempat
2) Petugas loket pembayaran pelayanan
memproses besaran PKB dan b) Listrik / Genzet
SWDKLLJ yang harus dibayar c) Alat pendeteksi keaslian uang
dan memberitahukan kepada dan dokumen kendaraan
masyarakat pemilik kendaraan bermotor (Ultra Violet)
bermotor (+ 1 menit 25 detik) d) Informasi (moving sign) besaran
3) Menerima pembayaran PKB dan nilai uang yang harus bibayar
SWDKLLJ dari masyarakat masyarakat pemilik kendaraan
pemilik kendaraan bermotor lalu bermotor.
mencetak notice/pajak sebagai e) Penyejuk ruangan / AC / kipas
bukti pembayaran (+ 1 menit 25 angin
detik) f) Toillet dan alat pemadam
4) Menyerahkan dokumen ranmor kebakaran.
(STNK asli) yang sudah disahkan Waktu pelayanan pada Samsat Drive
dan bukti pembayaran kepada Thru diatur sebagai berikut :
masyarakat pemilik kendaraan a. Pelayanan di Mall
bermotor (+ 5 detik) 1) Senin – minggu : 10.00 – 20.00
Sarana dan Prasarana dari Wib
pelaksanaan Samsat Drive Thru ini 2) Khusus akhir bulan : 10.00 -
terdiri dari : 16.00 Wib
a. Tempat/Lokasi 3) Hari libur nasional tidak
1) Lokasi layanan Samsat Drive beroperasi.
Thru dilaksanakan ditempat- b. Selain di Mall
tempat yang strategis di luar 1) Senin – Kamis : 08.00 – 14.00
kantor Bersama Samsat. Wib
2) Layanan Samsat Drive Thru 2) Jum’at : 08.00 – 11.00 Wib
dilengkapi 2 (dua) loket yaitu 3) Sabtu : 08.00 – 13.00 Wib
Loket pendaftaran/pengesahan 4) Minggu : Tutup
dokumen kendaraan bermotor 5) Hari libur nasional tidak
(STNK) dan loket pembayaran beroperasi
PKB dan SWDKLLJ serta
penyerahan dokumen STNK yang Berikut ini penjelasan tentang aparat
telah disahkan. yang bertugas memberikan pelayanan
3) Pemanfaatan layanan Samsat Samsat drive thru :
Drive Thru disesuaikan dengan a. Jumlah petugas sebanyak 4 (empat)
situasi dan kondisi masing- orang terdiri dari :
masing daerah. 1) 2 (dua) petugas Polri diloket
b. Fasilitas pendukung layanan, pendaftaran dan pengesahan
Perangkat lomputer dan komunikasi 2) 2 (dua) petugas Dipenda di
data terdiri dari : loket pembayaran dan

235
penyerahan hasil pengawasannya kepada Kasi
Untuk menyederhanakan STNK masing- masing Polda atau
birokrasi maka petugas dari PT. kabag Lantas Polwil atau masing-
Jasa Raharja tidak perlu masing kasat Lantas
dihadirkan karena tugas Polwiltabes/Poltabes/Polres dan
penarikan SWDKLLJ sudah atau kasat lantas selaku
dibantu pelaksanaanya oleh penanggung jawab pengawasan
petugas dipenda. terhadap seluruh mobil unit
b. Seragam petugas pelayanan Samsat Drive Thru yang
1) Polri berseragam Dinas berada di wilayahnya masing-
2) Dipenda berseragam pelayanan masing.
Samsat.
Konsep pelayanan Samsat Drive
Persyaratan pengesahan STNK pada Thru ini terinspirasi oleh konsep layanan
unit Samsat Drive Thru, yaitu adanya Drive Thru yang telah dikembangkan
identitas asli (KTP), BPKB asli dan oleh pelaku bisnis, baik makanan cepat
STNK Asli. Terdapat hal yang yang saji maupun perbangkan. Konsep
perlu diperhatikan dalam pelayanan utamanya adalah kecepatan dan
Samsat drive thru ini yaitu : kemudahan dalam mendapatkan
1) Layanan Samsat Drive Thru tidak pelayanan.
melayani kendaraan blokir Tanpa perlu turun dari kendaraan,
2) Khusus melayani kendaraan masyarakat dapat melakukan
bermotor R2 dan R4 bukan pembayaran pajak kendaraan dalam
angkutan penumpang umum. kurun waktu lima menit saja.
3) Layanan Samsat Drive Thru hanya Kemudahan dan singkatnya waktu yang
melayani pemilik kendaraan diperlukan diharapkan dapat membuat
bermotor sesuai dengan identitas masyarakat mau melakukan
yang ada pada STNK dan tidak pembayaran pajak kendaraan sendiri
bisa diwakilkan. tanpa melalui pelantara (calo).
Berikut ini penjelasan tentang Salah satu tujuan dari adanya
pengawasan dan pengendalian proses Samsat Drive Thru ini adalah untuk
Samsat drive thru : meningkatkan partisipasi masyarakat
1. Pengawasan terhadap kinerja unit dalam mendapatkan pelayanan
Samsat Drive Thru dilakukan oleh pemerintahan. Keberadaan calo yang
1 (satu) orang pengawas yang selama ini dianggap telah membantu
merupakan Perwira Polri di urusan menudahkan masyarakat dalam
Samsat pada satuan unit Lalu berhubungan dengan pemerintah
Lintas masing-masing sebenarnya telah menjauhkan
Polda/Polwiltabes/Polres atau pemerintah dengan masyarakat dalam
Polres Metro. palayanan publik, selain tetntu saja
2. Kepada pengawas unit Samsat adanya biaya lebih yang harus
Drive Thru dapat juga diberikan dikeluarkan oleh masyarakat itu sendiri.
tugas untuk mengawasi 1 (satu) Namun perlu diingat, bahwa layanan
atau lebih mobil unit pelayanan Samsat Drive Thru ini dapat diperoleh
SAMSAT Drive Thru yang apabila semua kelengkapan
dioperasikan pada wilayahnya persyaratan telah terpenuhi. Terkadang
masing-masing yaitu muncul anggapan masyarakat yang
Polda/Polwil/Polwiltabes/ merasa dipersulit padahal mungkin ini
Polresta/Polres yang menaungi terjadi karena kelengkapan dari
wilayah kerja unit Samsat Drive peryaratan yang diminta belum
Thru. terpenuhi. Dalam situsi seperti inim
3. Pengawas unit Samsat Drive Thru biasanya masyarakat menggunakan
melakukan koordinasi dan jasa calo.
bertanggung jawab melaporkan Informasi tentang persayaratan

236
pelayanan Samsat Drive Thru ini dapat yang masih menggunakan jasa calo
diperoleh dengan mengakses akan membuat calo sulit untuk
http://dispenda.jabarprov.go.id. diberantas.
sebagaimana dalam gambar berikut ini : Menghadapi hal tersebut,
Pemda selalu melakukan inovasi-
Gambar Informasi Samsat Drive Thru inovasi dalam pelayanan publik. Ini
di website merupakan salah satu usaha yang
dilakukan pemda dalam melakukan
reformasi birokrasi. Namun tetap saja,
keberhasilan inovasi tersebut akan
membutuhkan dukungan dari
masyarakat itu sendiri.

DAFTAR ACUAN
Frincess, Heflin. 2008. Manajemen
Reformasi Birokrasi.
Sumber : Yogyakarta: Mida Pustaka.
http://dispenda.jabarprov.go.id/mekanisme- Dwiyanto, Agus. 2006. Reformasi
samsat-drive-thru/ Birokrasi Publik di Indonesia.
GAMA Yogyakarta: University
Testimoni dari masyarakat yang Press.
telah menggunakan fasilitas pelayanan Moenir, H.A.S. 2006. Manajemen
Samsat Drive Thru ini banyak yang Pelayanan Umum di Indonesia.
merasa puas dengan pelayanan yang Jakarta:Bumi Aksara.
cepat dan praktis. Pamudji. 1994. Profesionalisme
Aparatur Negara dalam
PENUTUP Meningkatkan Pelayanan dan
Samsat drive thru ini telah Perilaku Politik Publik.
memudahkan masyarakat dalam proses Jakarta:Widya Praja.
pembayaran pajak kendaraan. Namun Sedarmayanti. 2010. Reformasi
ternyata masih ada masyarakat yang Adminiatrasi Publik, Reformasi
enggan melakukan pembayaran pajak Birokrasi dan Kepemimpinan
tersebut sendiri. Masyarakat lebih Masa Depan. Bandung: Rerfika
memilih pihak ketiga atau pelantara Aditama.
(calo) untuk melakukan pembayaran Sinambela, Poltak. 2007. Reformasi
pajak. Hal tersebut terjadi karena Pelayanan Publik Teori,
ketidaktahuan masyarakat akan telah Kebijakan dan Implementasi.
mudahnya pelayanan atau karena Jakarta:Bumi Aksara.
adanya krisis kepercayaan masyarakat Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja
terhadap pemerintah. Pelayanan Publik.
Masyarakat menganggap Bandung:Refika Aditama.
bahwa palayanan yang dilakukan oleh Undang-Undang Republik Indonesia
birokrasi pemerintahan itu akan selalu Nomor 12 Tahun 2008 tentang
berbelit-belit, buruk, lamban dan Pemerintahan Daerah.
membutuhkan banyak waktu dan biaya. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003
Masyarakat justru beranggapan bahwa tentang Panduan Kebijakan
dengan menggunakan jasa pelantara Strategi Nasional Elektronik
(calo) akan mempermudah dan Government.
pempercepat proses membayar pajak Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
walaupun harus mengeluarkan biaya 2010 tentang Grand Design
lebih banyak. Anggapan masyarakat Reformasi Birokrasi.
tentang rumitnya proses birokrasi akan PermenPAN & RB Nomor 11 Tahun
melahirkan kebutuhan masyarakat akan 2015 tentang Road Map
adanya jasa calo. Adanya masyarakat Reformasi Birokrasi 2015-2019.

237
SOP Samsat Drive Thru Kepolisian Jurnal Pendayagunaan Aparatur
Republik Indonesia. Negara. Edisi 2/tahun 2.
Jurnal Pendayagunaan Aparatur www.dispenda.jabarprov.go.id
Negara. Edisi 1/tahun 1.

238
PENGARUH MANAJEMEN ASET
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA BARAT

Ony Widilestariningtyas dan Ginanjar


(Dosen Prodi Akuntansi Unikom
onykulestari@yahoo.com, ginanjargooner@gmail.com)

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa
Barat pada Tahun Anggaran 2014. Fenomena yang ditemui dilapangan yaitu perwujudan
dari otonomi daerah yang kurang memberikan peningkatan terhadap Pendapatan Asli
Daerah.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
manajemen aset terhadap pendapatan asli daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten
dan Kota di Provinsi Jawa Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif dan
metode verifikatif dengan pengujian statistik mengunakan Regresi Linier Sederhana
dengan data sekunder. Adapun populasi dalam penilitian ini adalah LHP LKPD
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat pada Tahun Anggaran
2014. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah dengan mengambil seluruh dari
populasi atau disebut sensus.
Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen aset berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan asli daerah dengan arah positif, artinya semakin baik manajemen
aset maka akan semakin besar pula pendapatan asli daerah yang akan diperoleh. Lalu
keeratan korelasi menunjukan bahwa hubungan kedua variabel adalah erat/kuat.

Kata Kunci : Manajemen Aset, Pendapatan Asli Daerah, LHP LKPD Pemerintah
Daerah.

PENDAHULUAN daerah menjadi lebih mandiri, dan


1.1. Latar Belakang ketergantungan kepada pemerintah
Sejak adanya UU No. 22 Tahun pusat menjadi semakin kecil (Tamboto
1999 tentang Otonomi Daerah yang et al., 2014).
diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004 Kewenangan yang diberikan
tentang Pemerintah Daerah berkaitan pula dengan bagaimana
sebagaimana diubah dengan UU No. 12 pemerintah daerah mampu
Tahun 2008, Pemerintah Pusat memaksimalkan kekayaan daerah yang
mendesentralisasikan sebagian urusan dimiliki misalnya melalui pengelolaan
pemerintahan kepada Pemerintah manajemen aset (Jusmin, 2013).
Daerah. Salah satu dampak dari Pengelolaan aset daerah harus
desentralisasi adalah adanya perubahan ditangani dengan baik agar aset
dalam pembagian alokasi keuangan tersebut dapat menjadi modal awal bagi
antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah untuk melakukan
Pemerintah Daerah (Krisindarto, 2012). pengembangan kemampuan
Kewenangan yang lebih luas keuangannya. Aset jika tidak dikelola
memberikan peluang bagi daerah untuk dengan semestinya, aset tersebut justru
meningkatkan kinerja keuangan dan menjadi beban biaya karena sebagian
mengoptimalkan potensi lokalnya, dari aset membutuhkan biaya
sehingga pada gilirannya kemampuan perawatan atau pemeliharaan dan juga
keuangan daerah menjadi lebih baik, turun nilainya atau terdepresiasi seiring

239
waktu (Veronika & Tangkuman, 2014). dimaksimalkan dalam pengertian untuk
Pentingnya manajemen aset secara bisa memenuhi kebutuhan fiscal kita
tepat dan berdayaguna, dengan didasari dalam menata Kota Bandung baik
prinsip pengelolaan yang efisien dan infrastruktur, ekonomi maupun sosial
efektif, diharapkan akan memberi (Edi Siswadi, 2010).
kekuatan terhadap kemampuan
pemerintah dalam membiayai 1.1. Rumusan Masalah
pembangunan daerahnya yang 1. Bagaimana imlementasi manajemen
tercermin dalam Pendapatan Asli aset pada Pemerintah Daerah
Daerah (PAD) (Aira, 2014). Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
Adapun kondisi di lapangan 2. Seberapa Besar Pengaruh
yang diperoleh, Pada Mei 2014, Badan Manajemen Aset Terhadap
Pemeriksa Keuangan Republik Pendapatan Asli Daerah Pemerintah
Indonesia (BPK RI) Perwakilan Jawa Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
Barat melaporkan kurang efektifnya
pengelolaan aset Pemkot Bandung, 1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian
Pemerintah Kota Bandung memliki aset 1.2.1. Maksud Penelitian
berupa tanah dan bangunan yang Maksud dari penelitian ini
bermasalah senilai Rp. 3,6 triliun karena adalah untuk memahami teori-teori yang
luasannya tidak diketahui atau sertifikasi didapat dalam data dan/atau informasi
aset nya tidak jelas (Cornell Syarief, yang diperoleh serta mengetahui
2014). Aset senilai Rp 3,6 triliun yang bagaimana implementasi kegiatan
tidak dilengkapi luasannya itu manajemen aset yang dilakukan oleh
merupakan bagian dari aset senilai Rp 4 Pemerintah Daerah Kabupaten dan
triliun yang tidak didukung oleh Kota di Jawa Barat dapat
informasi memadai, selain tidak mempengaruhi Pendapatan Asli
mencantumkan luasan, aset-aset Daerah.
tersebut juga ada yang tidak disertai
alamat serta tidak disertai alamat dan 1.2.2. Tujuan Penelitian
luasan (Cornell Syarief, 2014). Nilai aset Adapun tujuan dari penelitian ini
yang tak beralamat mencapai Rp 185,5 adalah:
miliar. Jadi, ada aset yang dicatat, tetapi 1. Untuk Mengetahui Implementasi
masih harus dicari gedung dan lahannya manajemen aset pada Pemerintah
di mana. Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa
Permasalahan manajemen aset Barat.
lainnya yaitu mengenai legalitas 2. Untuk mengetahui seberapa besar
kepemilikan aset, kepala DPKAD Kota pengaruh manajemen aset terhadap
Bandung menyatakan pada Desember pendapatan asli daerah pada
2013 terhitung kurang lebih 90% aset Pemerintah Daerah Kabupaten dan
Kota Bandung belum tersertifikasi di Kota di Jawa Barat.
antaranya terdapat pada bangunan-
bangunan peninggalan Belanda, daerah 1.3. Kegunan Penelitian
perluasan dan daerah otonomi kota. 1.3.1. Kegunaan Praktis
Pemkot Bandung kesulitan memperoleh 1. Melalui hasil dari penelitian ini,
hak kepemilikan bangunan peninggalan diharapkan dapat memecahkan
Belanda karena bukti kepemilikannya masalah yang terjadi pada proses
sulit ditelusuri, Siapa yang menguasai implementasi manajemen aset
fisik, itu yang diprioritaskan (Ahmad daerah. Berdasarkan teori dan bukti
Rekotomo, 2013). Padahal dengan aset empiris yang dihasilkan, maka
yang dimiliki, Kota Bandung seharusnya fenomena kurang maksimalnya
bisa lebih mengoptimalkan asetnya pendapatan asli daerah karena
tersebut. Menurut Sekretaris Daerah kurang baiknya pengelolaan aset
(Sekda) Kota Bandung, Aset yang daerah bisa diperbaiki.
dimiliki sangat potensial untuk bisa

240
2. Hasil penelitian diharapkan bisa permasalahan Inventarisasi, Legal Audit,
menjadi sumbangsih pemikiran yang Penilaian, Optimalisasi Aset dan
bermanfaat bagi pelaksanaan Pengawasan & Pengendalian akan
manajemen aset baik itu untuk terlihat seberapa besar aset yang sudah
organisasi pemerintahan maupun dikelola dengan memadai.
organisasi lainnya.
1.3.2. Pendapatan Asli Daerah
1.3.2. Kegunaan Akademis Menurut Halim & Kusufi
Bagi akademis, penelitian ini (2012:101) menjelaskan bahwa
diharapkan bisa menjadi Pendapatan Asli Daerah merupakan
pengembangan ilmu di bidang akuntansi semua penerimaan daerah yang berasal
sektor publik serta untuk menemukan dari sumber ekonomi asli daerah.
masalah baru serta pemecahannya Dalam Ahman & Indriani
mengenai manajemen aset pada sektor (2007:46) , menjelaskan sumber-sumber
pemerintahan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA daerah, hasil perusahan milik daerah,
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS hasil pengelolaan kekayaan daerah
1.3. Kajian Pustaka yang dipisahkan dan lain-lain
1.3.1. Manajemen Aset pendapatan asli daerah yang sah.
Menurut Olga Kaganova &
Mihaly Kopanyi dalam Catherine 1.4. Kerangka Pemikiran
Farvacque-Vitkovic & Mihaly Kopanyi Hubungan antara manajemen
(2014:276), menjelaskan Municipal aset terhadap pendapatan asli daerah
asset management is a process of dijelaskan dalam Olga Kaganova &
making decisions and implementing Mihaly Kopanyi dalam Catherine
them regarding operating, maintaining, Farvacque-Vitkovic & Mihaly Kopanyi
refurbishing, acquiring, or developing (2014:280). Dijelaskan, no municipality
physical assets cost-eff ectively, with the would exist or survive without a
ultimate objective of providing the best sufficient portfolio of assets, which it
possible service to local citizens. needs to fulfill its various vital functions.
Menurut Siregar (2004:518) The main reasons why managing assets
menyebutkan bahwa tahapan kerja should be central to local governments
manajemen aset dibagi dalam lima are … source of revenue, Government
tahap kerja yang saling berhubungan property and asset can be a major
dan terintegrasi satu dengan lainnya, source of revenues, whether one-time,
yaitu Inventarisasi, Legal Audit, as a sale of surplus property, or
Penilaian, Optimalisasi Aset dan recurrent, including leasing land and
Pengawasan & Pengendalian. Dengan commercial properties or granting
membandingkan total aset yang dimiliki concessions for operating municipal
dengan jumlah pengelolaan aset yang parking lots
kurang memadai hasil dari pemeriksaan
BPK RI berupa permasalahan-
.
Paradigma pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Manajemen Aset Pendapatan Asli Daerah


(X) (Y)

Farvacque-Vitkovic & Halim & Kusufi (2012:101)


Mihaly Kopanyi (2014:276) Ahman & Indriani (2007:46)
Farvacque-Vitkovic &
Siregar (2004:518) Mihaly Kopanyi (2014:276)

241
1.5. Hipotesis sederhana, analisis ini digunakan untuk
H = Manajemen Aset mencari hubungan secara linear antara
berpengaruh nyata terhadap satu variabel independen (X) dengan
Pendapatan Asli Daerah variabel dependen (Y), atau dalam
artian ada variable yang mempengaruhi
2. Metodologi Penelitian dan ada variable yang dipengaruhi.
2.1. Metode Penelitian Analisis ini untuk mengetahui arah
Metode yang digunakan peneliti hubungan antara variabel independen
dalam penelitian ini adalah metode dengan variabel dependen apakah
deskriptif dan verifikatif dengan positif atau negatif dan untuk
pendekatan kuantitatif. Dengan memprediksi nilai dari variabel
menggunakan metode penelitian akan dependen apabila nilai variabel
diketahui hubungan signifikansi antara independen mengalami kenaikan atau
variabel yang diteliti sehingga penurunan.
kesimpulan yang akan memperjelas Data yang digunakan dalam
gambaran mengenai objek yang diteliti. penelitian ini adalah data sekunder
metode deskriptif dan verifikatif berupa LHP LKPD (Laporan Hadil
bertujuan untuk menggambarkan benar Pemeriksaan Laporan Keuangan
atau tidaknya fakta-fakta yang ada serta Pemerintah Daerah) Kabupaten dan
menjelaskan tentang hubungan antara Kota di Jawa Barat tahun anggaran
variabel yang diteliti dengan cara 2014, dengan mengambill sampel
menumpulkan data, mengolah, sensus atau jenuh yaitu mengambil
menganalisis, dan menginterprestasikan pengambilan sampel dari semua
data dalam pengujian hipotesis. anggota populasi, yaitu 27 LHP LKPD
Metode pengujian data yang Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
digunakan adalah analisis linier

2.2. Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala


Municipal asset management
is a process of making
decisions and implementing
them regarding operating, Inventarisasi
maintaining, refurbishing, Legal audit
acquiring, or developing Penilaian
Manajemen Aset physical assets cost-eff Opitmalisasi aset Rasio
(X) ectively, with the ultimate Pengawasan dan pengendalian
objective of providing the best
possible service to local Siregar (2004:518)
citizens.
(Farvacque-Vitkovic &
Mihaly Kopanyi .2014:276)
Pendapatana Asli Daerah
Realisasi Pendapatan Asli
merupakan semua penerimaan
Pendapatan Daerah
daerah yang berasal daei Rasio
Asli Daerah (Y)
sumber ekonomi asli daerah.
(Halim & Kusufi, 2012)
(Halim & Kusufi, 2012:101)

242
2.3. Tenik Pengumpulan Data Pemerintah Daerah) BPK RI Perwakilan
1. Penelitian lapangan Jawa Barat untuk seluruh Kabupaten
a Pengamatan (Observation) dan Kota di Jawa Barat.
b Dokumentasi
(Documentation) HASIL PENELITIAN DAN
2. Penelitian Kepustakaan (Library PEMBAHASAN
Research)
2.5. Hasil Penelitian
2.4. Unit Analisis 2.5.1. Hasil Analisis Deskriptif
Unit analisis dalam penelitian ini 2.5.1.1. Hasil Analisis Deskriptif
adalah LHP LKPD (Laporan Hasil Manajemen Aset
Pemerikasaan Laporan Keuangan

Implementasi Manajemen Aset TA 2014


27 Pemerintah Daerah di Jawa Barat
Hasil Pengelolaan
Aset Yang
Aset yang Kurang Total Aset
No. Instansi Dikelola dengan
Memadai (Rp.)
Memadai
(Rp.)
1 Kabupaten Bandung 146,131,023,943.00 8.866.342.222.287,58 98.35%
2 Kabupaten Bandung Barat 1,946,634,006,772.00 4.623.427.540.393,34 57.90%
3 Kabupaten Bekasi 2,152,522,585,722.00 11.945.826.702.258,90 81.98%
4 Kabupaten Bogor 135,739,013,234.69 18.168.758.328.991,00 99.25%
5 Kabupaten Ciamis 998,651,064,038.33 3.579.137.338.463,73 72.10%
6 Kabupaten Cianjur 556,085,142,220.00 5.019.727.453.814,68 88.92%
7 Kabupaten Cirebon 116,668,518,559.27 3.881.890.021.889,73 96.99%
8 Kabupaten Garut 552,227,303,016.00 3.966.764.515.560,68 86.08%
9 Kabupaten Indramayu 2,698,894,767,015.00 4.604.394.610.965,58 41.38%
10 Kabupaten Karawang 951,801,752,983.11 5.592.497.171.595,24 82.98%
11 Kabupaten Kuningan 1,530,259,114,338.01 2.363.359.345.752,52 35.25%
12 Kabupaten Majalengka 519,123,404,326.08 4.145.928.277.813,08 87.48%
13 Kabupaten Pangandaran 60,255,534,572.00 1.353.819.507.370,28 95.55%
14 Kabupaten Purwakarta 270,415,580,426.00 2.238.401.002.560,49 87.92%
15 Kabupaten Subang 784,295,637,162.00 4.474.138.024.624,32 82.47%
16 Kabupaten Sukabumi 32,474,272,410.00 4.650.491.921.373,21 99.30%
17 Kabupaten Sumedang 48,054,864,425.45 3.107.278.084.406,45 98.45%
18 Kabupaten Tasikmalaya 11,778,351,971.00 4.287.140.779.583,76 99.73%
19 Kota Bandung 22,000,028,099,513.50 25.247.736.636.747,00 12.86%
20 Kota Banjar 2,531,233,954.02 1.719.988.056.191,40 99.85%
21 Kota Bekasi 1,149,984,574,118.00 7.776.755.170.073,43 85.21%
22 Kota Bogor 238,942,372,024.28 6.263.429.999.065,65 96.19%
23 Kota Cimahi 5,081,010,019.00 2.218.543.225.767,84 99.77%
24 Kota Cirebon 236,016,407,420.00 3.373.856.254.013,82 93.00%
25 Kota Depok 8.198.084.298.261,30 100.00%
26 Kota Sukabumi 240,991,716.00 1.962.304.218.698,00 99.99%
27 Kota Tasikmalaya 55,412,726,221.00 3.799.596.475.799,70 98.54%
Rata-rata 84.35%
Sumber: LHP LKPD Pemerintah Daerah (Data Telah Diolah)

243
Manajemen aset yang dilakukan Bandung yaitu masalah inventarisasi
oleh pemerintah daerah, merupakan dan pencatatan nilai asset, banyak
kegiatan pengelolaan barang milik asset-aset miliki Pemkot bandung yang
daerah sesuai dengan peraturan tidak dilengkapi dengan informasi yang
perundang-undangan. Pemerintah jelas mulai dari informasi lokasi, luasan
daerah dituntut untuk bisa seefektif dan aset hingga masalah legalitas.
seefisien mungkin dalam mengelola Permasalahan pada pengelolaan aset
aset atau barang milik daerah. yang banyak ini pula yang menjadi
Dengan membandingkan hasil pertimbangan BPK tidak memberikan
pemeriksaan BPK RI mengenai jumlah opini WTP untuk LKPD pemkot
aset yang dikelola kurang memadai Bandung pada tahun anggaran 2014.
dengan total aset yang dimiliki suatu Sedangkan untuk Pemerintah
pemda dapat diliat seberapa besar aset Kota Depok dari total aset sebesar Rp.
yang telah dikelola dengan memadai. 8.198.084.298.261,30 BPK RI tidak
Dari hasil penelitain dari 27 Pemerintah menemukan permalahan untuk
Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa pengelolaan aset. Hal ini juga tercermin
Barat terdapat 4 Pemerintah Daerah pada opini BPK RI terhadapa LKPD
yang memiliki jumlah aset yang dikelola Kota Depok yang memberikan opini
dengan memadainya paling rendah atau WTP untuk tahun anggaran 2014. Untuk
dengan kata lain memiliki banyak aset pemerintah daerah lain yang memiliki
yang bermasalah, yaitu antara lain Kab. jumlah aset bermasalah dengan jumlah
Bandung Barat (57,90%), Kab. yang kecil yaitu Pemkab Sukabumi,
Indramayu (41,38%), Kab. Kuningan Pemkab Sumedang, Pemkab
(35,25%) dan Kota Bandung (12.86%). Tasikmalaya, Kota Cimahi dan Kota
Pemda Kota Bandung memilki Sukabumi juga mendapatkan opini WTP
paling banyak aset yang tidak dikelola untuk Laporan Keuangan Pemerintah
dengan memadai, menurut laporan BPK Daerahnya. Manajemen aset
RI Perwakilan Jawa Barat, Kota merupakan salah satu poin penting
Bandung memiliki asset senilai Rp. penilaian dalam Sistem Pengendalian
22.000.028.099.513,50 yang Internal (SPI).
bermasalah. Permasaahan yang
menjadi sorotan utama Pemkot

2.5.1.2. Hasil Analisis Deskripsif Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah TA 2014


27 Pemerintah Daerah di Jawa Barat
No. Instansi Anggaran Realisasi %
1 Kabupaten Bandung 583.782.229.947,58 702.045.372.759,08 102,33
2 Kabupaten Bandung Barat 254.795.835.592,00 248.697.185.722,70 101,18
3 Kabupaten Bekasi 1.290.412.792.982,00 1.547.787.549.382,00 119,94
4 Kabupaten Bogor 1.481.027.789.000,00 1.712.937.376.136,16 115,66
5 Kabupaten Ciamis 161.636.566.519,00 182.320.228.014,00 112,80
6 Kabupaten Cianjur 385.119.931.061,60 411.538.567.542,95 106,86
7 Kabupaten Cirebon 424.593.340.403,00 452.870.109.028,00 106,66
8 Kabupaten Garut 324.329.660.481,00 373.261.713.306,00 115,09
9 Kabupaten Indramayu 284.472.232.000,00 328.116.166.964,00 115,34
10 Kabupaten Karawang 836.464.055.855,00 909.158.490.944,00 108,69
11 Kabupaten Kuningan 185.714.311.741,00 202.517.821.129,00 109,05
12 Kabupaten Majalengka 198.122.446.078,00 223.120.890.621,00 112,62

244
13 Kabupaten Pangandaran 46.323.540.943,00 32.473.188.880,00 70,10
14 Kabupaten Purwakarta 459.349.229.156,00 293.833.261.345,00 63,97
15 Kabupaten Subang 206.423.025.875,00 262.614.860.828,00 127,22
16 Kabupaten Sukabumi 411.643.077.000,00 457.059.973.434,86 111,03
17 Kabupaten Sumedang 260.719.911.434,66 301.900.842.760,30 115,76
18 Kabupaten Tasikmalaya 152.337.814.551,00 154.255.170.573,00 101,26
19 Kota Bandung 1.808.509.055.075,00 1.716.057.298.378,00 94,89
20 Kota Banjar 103.638.432.277,00 118.592.601.620,00 114,43
21 Kota Bekasi 1.170.134.918.800,00 1.205.265.728.279,55 103,00
22 Kota Bogor 483.014.420.704,00 544.835.708.254,00 112,80
23 Kota Cimahi 207.829.160.605.95 227.949.120.180,56 109,68
24 Kota Cirebon 265.668.901.051,00 298.540.660.324,00 112,37
25 Kota Depok 638.584.271.255,45 659.173.522.492,23 103,22
26 Kota Sukabumi 244.768.896.910,00 258.467.192.313,00 105,60
27 Kota Tasikmalaya 230.647.636.948,00 253.450.505.778,21 109,89
Sumber: LHP LKPD Pemerintah Daerah

Dilihat dari tingkat realisasi yang 1. Nilai Koefisien Korelasi yang


telah dicapai tiap-tiap pemkab dan diperoleh antara manajemen
pemkot di atas, hampir semua telah aset (X) dan pendapatan asli
mencapai tingkat realisasi dari target daerah(Y) adalah 0.725 dengan
yang telah dianggarkan. Dan ada 3 arah hubungan positif. Keeratan
Pemda yang tidak mencapai tingkat korelasinya termasuk kategori
realisasi PAD 100% yaitu Kabupaten erat/kuat karena berapa pada
Pangandaran, Kabupaten Purwakarta interval 0.60-0.799. Arah
dan Kota Bandung. hubungan positif menunjukan
Kabupaten Purwakarta yang jika implementasi manajemen
memiliki tingkat realisasi PAD paling aset dilakukan dengan baik
rendah yanitu hanya sebesar 63,97%, maka penerimaan pendapatan
dikarenakan masih banyak piutang yang asli daerah pun akan baik pula
belum tertagih atau belum terealisasi 2. Nilai koefisien determinasi
oleh Pemkab Purwakarta.. Sedangkan antara manajemena aset (X)
untuk Pemkab Pangandaran yang dan pendapatan asli daerah (Y)
merupakan Daerah Otonom Baru, adalah 52,5%. Artinya
Realisasi PAD sebesar 70,10% masih manajemen aset memberikan
dirasa cukup baik. Karena target dari kontribusi kepada pendapatan
sumber-sumber yang menjadi unggulan asli daerah sebesar 52,5% atau
Kabupaten Pangandaran dari Pajak dapat disimpulkan bahwa
Hotel dan Restoran di wilayah-wilayah pendapatan asli daerah
wisata telah melebihi target yang dipengaruhi oleh manajemen
ditetapkan. Seperti dari pajak hotel di aset sebesar 52,5% sedangkan
wilayah objek wisata pantai sisanya merupakan pengaruh
Pangandaran. faktor lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
2.5.2. Hasil Analisis Verifikatif 3. Persamaan regresi yang dapat
Hasil analisis verifikatif Regresi diperoleh adalah:
Linier Sederhana dengan menggunakan Y=a+bX
program IBM SPSS Statistics v.23 Y= 80.550.000.000+0,099X
mengenai pengaruh manajemen aset Koefisien b dinamakan koefisien
terhadap pendapatan asli daerah 27 arah regresi dan menyatakan
Kabupaten dan Kota di Jawa Barat perubahan rata-rata variabel Y
adalah sebagai berikut: untuk setiap perubahan variabel

245
X sebesar satu satuan. asli daerah adalah sebesar 52,5%,
Perubahan ini merupakan sedangkan sisanya sebesar 47,5%
pertambahan bila b bertanda merupakan faktor lain yang tidak diteliti.
ositif dan penurunan bila b Dari hasil output pengujian diketahui
bertanda negative. Persamaan nilai tHitung= 5,529 dengan nilai
tersebut dapat diterjemahkan signifikansi 0,000 < 0,05, maka H0
sebagai berikut: ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada
 Konstanta sebesar pengaruh yang nyata (signifikan)
80.550.000.000 menyatakan variabel manajemen aset terhadap
bahwa jika tidak ada nilai variabel pendaatan asli daerah.
manajemen aset maka nilai Pengaruh manajemen aset
partisipasi sebesar terhadap pendapatan asli daerah ini
80.550.000.000. menjelaskan teori dari Olga Kaganova &
 Koefisien regresi X sebesar Mihaly Kopanyi dalam buku Municipal
0,099 menyatakan bahwa Finance (2014:280), yang
setiap pertambahan 1 nilai mengemukakan bahwa no municipality
manajemen aset, maka nilai would exist or survive without a
partisipasi bertambah sufficient portfolio of assets, which it
sebesar 0.099. needs to fulfill its various vital functions.
4. Pengujian hipotesis Dijelaskan pula mengapa manajemen
 H0 : Manajemen aset tidak aset sangat sentral bagi pemerintah
berpengaruh nyata daerah salah satu alasannya yaitu
(signifikan) terhadap sebagai source of revenue, Government
pendapatan asli daerah. property and asset can be a major
 H1 : Manajemen aset source of revenues, whether one-time,
berpenaruh nyata (signifikan) as a sale of surplus property, or
terhadap pendapatan asli recurrent, including leasing land and
daerah. commercial properties or granting
Dari hasil output pengujian concessions for operating municipal
diketahui nilai tHitung= 5,529 parking lots.
dengan nilai signifikansi 0,000 < Pengaruh positif manajemen
0,05, maka H0 ditolak dan H1 aset terhadap pendapatan asli daerah
diterima, yang berarti ada ini juga menguatkan fenomena yang
pengaruh yang nyata dikemukakan sebelumnya pada salah
(signifikan) variabel manajemen satu Pemda di Jawa Barat yaitu Pemkot
aset terhadap variabel Bandung yang memiliki total aset
pendaatan asli daerah. bermasalah senilai Rp. 4 triliun karena
masalah informasi aset yang kurang
2.6. Pembahasan memadai, lalu sekitar 90% aset kota
Berdasarkan hasil penelitian bermasalah karena legalitas, bahkan
dapat diketahui nilai Koefisien Korelasi bila dilihat dari jumlah aset yang dikelola
yang diperoleh antara manajemen aset kurang memadai hasil pemeriksaan
(X) dan pendapatan asli daerah(Y) BPK melalui LHP-nya ada sekitar 87%
adalah 0.725 dengan arah hubungan aset yang dikelola krang memadai.
positif. Keeratan korelasinya termauk Permasaahan yang menjadi sorotan
kategori erat/kuat karena berapa pada utama Pemkot Bandung yaitu masalah
interval 0.60-0.799. Arah hubungan inventarisasi dan pencatatan nilai asset,
positif menunjukan jika implementasi banyak asset-aset miliki Pemkot
manajemen aset dilakukan dengan baik bandung yang tidak dilengkapi dengan
maka penerimaan pendapatan asli informasi yang jelas mulai dari informasi
daerah pun akan baik pula. Besar lokasi, luasan aset hingga masalah
kontribusi yang diberikan oleh legalitas. Banyaknya permasalahan
manajemen aset terhadap pendapatan pengeloaan aset ini berimbas pada
realisasi pendapatan asli daerah

246
Pemkot Bandung yang termasuk ke sebesar 52,5%, sedangkan
dalam 3 dari 27 Pemkab dan Pemkot sisanya sebesar 47,5%
yang ada di Jawa Barat, yang tidak merupakan faktor lain yang tidak
mencapat tingkat realisasi 100% pada diteliti. Nilai Koefisien Korelasi
tahun anggaran 2014. yang diperoleh antara adalah
0.725, Keeratan korelasinya
KESIMPULAN DAN SARAN termsauk kategori erat/kuat.
Kesimpulan Persamaan regresi yang dapat
Berdasarkan analisis yang telah diperoleh adalah
dilakukan serta pembahasan di atas, Y=80.550.000.000+0,099X
maka dapat ditarik kesimpulan guna artinya:
menjawab rumusan masaah yang telah  Konstanta sebesar
dikemukakan sebelumnya, sebagai 80.550.000.000 menyatakan
berikut: bahwa jika tidak ada nilai
1. Implementasi manajemen aset manajemen aset maka nilai
pada 27 Kabupaten dan Kota di partisipasi sebesar
Jawa Barat tahun anggaran 80.550.000.000.
2014 jika dilihat dari rata2  Koefisien regresi X sebesar
jumlah aset yang dikelola 0,099 menyatakan bahwa
dengan memadai, maka bisa setiap pertambahan 1 nilai
dikatakan tinggi yaitu 84,5% manajemen aset, maka nilai
telah dikelola dengan memadai. partisipasi bertambah
Meskipun demikian, hal tersebut sebesar 0.099.
tidak bisa dikatakan baik karena Saran
dari 27 entitas hanya 1 yang Saran Praktis
tidak mendapat sorotan khusus Dalam implementasi kegiatan
mengenai permasalaha manajemen aset pada pemerintah
pengelolaan/manajemen aset daerah di Jawa Barat, hendaknya
oleh BPK RI dalam laporan hasil masing-masing Pemerintah Daerah
pemeriksaannya, yaitu Pemkot melakukan koordinasi secara terus-
Depok. Dari 27 entitas menerus dalam menindak lanjuti
Pemerintah Daerah yang permasalahan pengelolan aset daerah,
memiliki jumlah aset yang terutama rekomendasi dari BPK RI.
dikelola dengan memadainya Rekomendasi BPK merupakan hasil
paling rendah atau dengan kata dari penelaahan dan pemeriksaan
lain memiliki banyak aset yang secara menyeluruh, dengan
bermasalah, yaitu antara lain menindaklanjuti secara bertahap
Kab. Bandung Barat (57,90%), rekomendasi dari BPK, perlahan
Kab. Indramayu (41,38%), Kab. masalah-masalah manajemen aset yang
Kuningan (35,25%) dan Kota dimiliki akan berkurang.
Bandung (12.86%).
2. Manajemen aset berpengaruh Saran Akademis bagi penelirian
signifikan terhadap pendapatan selanjutnya
asli daerah dengan arah Bagi Peneliti Selanjutnya agar
hubungan positif, artinya apat menggunakan faktor-faktor internal
semakin baik implementasi lainnya yang kemungkinan
manajemen aset yang dilakukan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah
oleh Pemerintah Daerah di selain Manajemen Aset dan Pemanfaata
Jawa barat maka akan aset Daerah seperti Pajak Daerah,
membuat pendapatan asli Belanja Daerah dan lainnya. Selain itu
daerah baik atau meningkat. dapat menggunakan faktor-faktor
Besar kontribusi yang diberikan eksternal yang kemungkinan
oleh manajemen aset terhadap mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah
pendapatan asli daerah adalah seperti Rasio Kemandirian daerah,

247
inflasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia Optimalisasi Aset Tetap (Tanah
dan lainnya. dan Bangunan) Pemerintah
Kota Baubau. Tesis.
DAFTAR ACUAN Yogyakarta: Fakultas
Abdul Halim & Syam Kusufi. 2012. Ekonomika dan Bisnis,
Akuntansi Sektor Publik: Teori, Universitas Gajah Mada.
Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Mulalinda, Veronika & S.J, Tangkuman.
Salemba Empat. 2014. Efektifitas Penerapan
Agung Krisindarto. 2012. Pengelolaan Sistem dan Prosedur Akuntansi
Aset Tanah Milik Pemerintah Aset Tetap Pada Dinas
Kota Semarang. Jurnal Pendapatan, Pengelolaan
Pembangunan Wilayah dan Keuangan dan Aset Daerah
Kota. Volume 8 (4); 403-411. Kabupaten Sitaro. Jurnal EMBA.
Aras Aira. 2014. Peran Manajemen Aset Volume 2 (1); 521-531.
Dalam Pembangunan Daerah. Siregar Doli. D, 2004, Manajemen Aset:
Jurnal Penelitian Sosial Strategi Penataan Konsep
Keagamaan. Volume 17 (1); 21- Pembangunan Berkelanjutan
39. Secara Nasional dalam Konteks
Catherine Farvacque-Vitkovic & Mihaly Kepala Daerah sebagai CEO’s
Kopanyi. 2014. Municipal pada Era Globalisasi dan
Finance. Washington DC: The Otonomi Daerah. Jakarta: PT
World Bank Gramedia Pustaka Utama.
Eeng Ahman & Epi Indriani. 2007. Tamboto, Laedi., Jenny, M., Mawikere,
Ekonomi dan Akuntansi: L. 2014. Analisis Kemampuan
Membina Kompetensi Ekonomi. Keuangan Daerah dalam Masa
Bandung: PT Grafindo Media Otonomi Daerah Pada
Pratama. Kbupaten Minahasa Tenggara.
Jusmin. 2013. Pengaruh Manajemen Jurnal EMBA. Volume 2 (2);
Aset Terhadap Tingkat 755-767.

LAMPIRAN

248
249
PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG
WILAYAH (RTRW) TERHADAP EFEKTIVITAS PEMANFAATAN
RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
DIKOTA BANDUNG

Poni Sukaesih Kurniati dan Victor Christian David Lumanuh


(Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom)

ABSTRAK
Pada tahun 2014 luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Bandung baru
mencapai 12,14% dari 30% total luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah Kota
Bandung. Hal ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan RTH di Kota Bandung belum
terealisasi secara efektif. Belum efektifnya pemanfaatan RTH ini berkaitan erat dengan
implementasi kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Kota Bandung yang
belum berjalan secara optimal.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari implementasi kebijakan (X) dengan
menggunakan teori Grindle. Grindle mengungkap bahwa keberhasilan implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks kebijakan, sedangkan untuk
variabel efektivitas (Y) menggunakan teori Tangkilisan. Tangkilisan mengungkap bahwa
keberhasilan efektivitas dapat dilihat melalui tujuan organisasi dan pelaksanaan fungsi
atau cara mencapai tujuan tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan
verifikatif. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Teknik pengumpulan
data dan informasi penelitian dilakukan melalui studi pustaka, angket, observasi dan
wawancara. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 86 orang yang diperoleh melalui
tehnik Proportionate Random Sampling. Uji statistik penelitian menggunakan korelasi
Pearson Product Moment, koefisien determinan dan uji signifikasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel implementasi kebijakan (X)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas (Y) dengan koefisien determinan
sebesar 57,76% dan sisanya 42,24% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.

Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Efektivitas, Rencana Tata Ruang Wilayah


(RTRW), Ruang Terbuka Hijau (RTH)

PENDAHULUAN ruang”.
Pengaturan pemanfaatan ruang Tujuan penataan ruang menurut
merupakan salah satu kewenangan Undang-UndangNomor 26 tahun 2007
pemerintah, mulai tingkat pusat sampai Pasal 3 yaitu:
tingkat daerah. Oleh karena itu, dalam “Penyelenggaraan penataan ruang
proses pengaturan dan pemanfaatan bertujuan untuk mewujudkan
ruang kota harus dilaksanakan secara ruangwilayah nasional yang aman,
bersama-sama, terpadu dan nyaman, produktif,danberkelanjutan
menyeluruh, dalam upaya mencapai berlandaskan Wawasan Nusantara dan
tujuan pembangunan. seperti yang Ketahanan Nasional dengan:
diamanahkan dalam Undang-Undang a. terwujudnya keharmonisan antara
Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan lingkungan alam dan
RuangPasal 1 ayat 9 yang menyatakan lingkunganbuatan;
bahwa: “Pengaturan Penataan Ruang b. terwujudnya keterpaduan dalam
adalah upaya pembentukan landasan penggunaan sumber daya alam
hukum bagi pemerintah, pemerintah dansumber daya buatan dengan
daerah,danmasyarakat dalam penataan memperhatikan sumber daya

250
manusia; dan mewujudkan tata ruang yang
c. terwujudnya pelindungan fungsi aman,nyaman,produktif, efektif,
ruang dan pencegahan dampak efisien,berkelanjutandan berwawasan
negatifterhadap lingkungan akibat lingkungan, berbasis perdagangan, jasa
pemanfaatan ruang”. dan industri kreatif yang
Sejalan dengan diundangkan- bertarafnasional”. (Pasal 3 Perda No.18
nyaUndang-Undang Nomor 26 tahun tahun 2011).
2007 tentang Penataan Ruang, seluruh Kegiatan penataan ruang di
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung mencakup aspek
Kota dan Kabupaten di seluruh perencanaan, pemanfaatan maupun
Indonesia harus sudah menyesuaikan pengendalian dan pemeliharan, salah
dengan undang-undang tersebut satunya memfokuskan pada
selambat-lambatnya tiga tahun setelah pengendalian dan pemeliharaan kualitas
undang-undangtersebut ditetapkan. lingkuganyang akan dijadikan pedoman
Dengan demikian, RTRW Kota dalam proses pembangunan secara
Bandung yang ditetapkan dengan umum.
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor Pengendalian dan pemeliharaan
02 tahun 2004 tentang RTRW Kota kualitas lingkungan kota juga tidak
Bandung sebagaimana telah diubah terlepas dari penyediaan ruang terbuka
menjadi Peraturan Daerah Kota hijau kota. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Bandung Nomor 03 tahun 2004 harus di Kota Bandung selama periode 2008-
direvisi dan ditetapkan kembali 2013 cenderung mengalami
selambat-lambatnya tahun 2010. peningkatan. Hanya saja pada tahun
Ketentuan ini sejalan dengan selesainya 2014 persentase RTH tidak bertambah
tahap pertama RTRW Kota Bandung yakni masih sama dengan tahun 2013
2004-2013 yang merujuk kepada sebesar 12,14%. Jika pada tahun 2009
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 persentase RTH berada di tingkat
tentang Penataan Ruang dan tahap 9,31%, kemudian di tahun 2014 hanya
kedua RTRW Kota Bandung 2011-2031 menjadi 12,14%. Walaupun begitu,
yang disusun merujuk kepada Peraturan besaran RTH ini masih jauh dari kondisi
Daerah Nomor 18 tahun 2011 tentang ideal yang dipersyaratkan,
RTRW Kota Bandung. Sebagaimana yang tercantum dalam
Tujuan penataan Kota Bandung Perda Nomor 18 tahun 2011 tentang
sebagaimana yang dimaksud dalam rencana tata ruang wilayah Kota
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor Bandung tahun 2011-2031 Pasal 88a
18tahun 2011 tentang RTRW Kota yaitu: “melakukan pemenuhan RTH
Bandung tahun 2011-2031, yaitu: sebesar 30% (tigapuluh persen) dari
“Tujuan penataan ruang kota yaitu luasan total wilayah kota”.

251
Grafik
Perkembangan Luasan RTH Kota Bandung periode 2009-2014

Persentase RTH (%)


30

20

10 10,03 11,42 12,12 12,14 12,14


9,31
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung tahun 2015

Pembentukan RTH kota Efektivitas pemanfaatan RTH di


merupakan respon terhadap kebutuhan Kota Bandung belum berjalan secara
RTH wilayah perkotaan, yang meliputi optimal, hal ini terlihat dari adanya
kebutuhan dari aspek ekologis, sosial, indikasi masalah. Pertama, luas lahan
dan ekonomi wilayah tersebut. Dari yang terbangun dalam bentuk
aspek ekologis, RTH kota merupakan pertumbuhan pemukiman di Kota
bagian dari keseluruhan sistem ekologi Bandung semakin meningkat dan
wilayah perkotaan, sedangkan dari mengurangi RTH, seperti terlihat pada
aspek sosial dan ekonomi merupakan grafik berikut:
bagian dari struktur tata ruang tempat
manusia beraktivitas.

Grafik
Penggunaan lahan di Kota Bandung tahun 2012

Sumber: BPS Kota Bandung tahun 2012

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) secara langsung diikuti oleh pening-
Kota Bandung diatas terlihat bahwa katan kebutuhan lahan bermukim. Hal
dominasi penggunaan lahan terbesar ini tidak diimbangi oleh pengendalian
adalah di bidang pemukiman. Implikasi lahan yang berfungsi membatasi inter-
dibalik tidak terkendalinya pengendalian vensi manusia terhadap lingkungan
ruang adalah ketersediaanya RTH itu alam perkotaan. Perkembangan jumlah
sendiri. penduduk untuk lebih jelasnya dapat
Kedua, peningkatan populasi dilihat pada grafik berikut:
penduduk di Kota Bandung juga tidak

252
Grafik
Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Bandung tahun 2007–2012 dan Proyeksi
tahun 2013–2018

Keterangan:
Pola Proyeksi linier
Pola Proyeksi non linier

Sumber: BPS Kota Bandung


tahun 2012

Berdasarkan data di atas, kan atas adanya indikasi masalah yang


terlihat bahwa jumlah penduduk cender- pertama, ketidaktegasan pemerintah
ung mengalami peningkatan. Dengan dalam menerapkan peraturan RTRW
pola proyeksi linier, maka diperkirakan yang berimplikasi terhadap adanya alih
penduduk Kota Bandung tahun 2018 fungsi RTH dan berkurangnya RTH di
mencapai 2,6 juta jiwa, sedangkan Kota Bandung.
dengan pola proyeksi non linier yang Kedua, belum optimalnya pem-
relatif lebih valid, menunjukkan tingkat anfaatan dokumen RTRW sebagai
pertumbuhan yang lebih lambat, se- acuan dalam perencanaan pem-
hingga tahun 2018 diperkirakan ber- bangunan. Hal ini terlihat dari belum
jumlah 2,5 juta jiwa. Peningkatan jumlah terealisasinya Peraturan Daerah
penduduk ini belum diikuti dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
kebijakan pemerintah yang mampu Kota Bandung yang dari target
memberikan kebutuhan lahan bermu- tersusunnya pada tahun 2012.
kim. Peningkatan jumlah penduduk Ketiga, peningkatan populasi
tanpa adanya pengendalian lahan tidak diimbangi dengan daya tampung
tentunya sangat berdampak terhadap dan daya dukung Kota Bandung. Ber-
ketersediaan RTH. dasarkan data materi teknis RTRW Kota
Ketiga, rendahnya proporsi RTH Bandung tahun 2011-2031 bahwasanya
mengingat tuntutan proporsi RTH dalam daya dukung dan daya tampung Kota
Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 Bandung terhadap jumlah penduduk
Pasal 29 ayat 2 pada wilayah kota yaitu 3 juta. Jika dilihat pada grafik
paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari perkembangan jumlah penduduk Kota
luas wilayah kota. Kenyataannya pada Bandung tahun 2007–2012 dan
tahun 2014 perkembangan luasan RTH Proyeksi tahun 2013–2018, terlihat
hanya mencapai 12,14%. bahwa pada tahun 2018 jumlah
Keempat, alih fungsi RTH yang penduduk Kota Bandung bisa mencapai
terjadi di Kota Bandung salah satunya 2,5 juta, jumlah ini hampir mencapai
adalah adanya makam dan taman kota batas maksimum daya dukung dan daya
yang dijadikan Stasiun Pengisian Bahan tampung Kota Bandung.
Bakar Umum (SPBU). Keempat, pola ruang Kota
Kelima, kurangnya penyediaan Bandung belum terbentuk sesuai
RTH serta upaya pemeliharaan RTH dengan ketentuan yang ditetapkan
yang sudah ada. dalam Undang-undang nomor 26 tahun
Tidak efektifnya pemanfaatan 2007 tentang penataan ruang. Persoa-
RTH ini berkaitan erat dengan imple- lan pola ruang yang terjadi adalah
mentasi kebijakan RTRW yang belum rendahnya proporsi ruang terbuka hijau
berjalan secara optimal. Hal ini didasar- kota, tingginya alih fungsi lahan, masih

253
terdapatnya lingkungan perumahan pula berbentuk perintah-perintah atau
yang kumuh dan kurangnya lahan keputusan-keputusan ekslusif yang
Tempat Permakaman Umumn (TPU). penting atau keputusan badan peradi-
Berdasarkan latar belakang lan. Lazimnya keputusan tersebut
yang dikemukakan di atas, maka peneiti mengidentifikasikan masalah yang ingin
mengidentifikasikan masalah yaitu, diatasi, menyebutnya secara tegas
apakah implementasi kebijakan RTRW tujuan atau sasaran yang ingin dicapai,
berpengaruh terhadap efektivitas pe- dan berbagai cara untuk menstrukturkan
manfaatan RTH? atau mengatur proses implementa-
sinya”.
TINJAUAN PUSTAKA Tachjan mengemukakan
2.1 Implementasi Kebijakan bahwa:
Implementasi kebijakan adalah “Implementasi kebijakan publik,
suatu proses pelaksanaan atas berbagai disamping dapat dipahami sebagai
bentuk kebijakan yang dicanangkan salah satu aktivitas dari admin-
oleh negara atau pemerintah untuk istrasi publik sebagai institusi
mencapai tujuan-tujuan yang telah (birokrasi) dalam proses kebijakan
dirumuskan sebelumnya, yang berguna publik, dapat dipahami pula se-
bagi kepentingan publik. Dalam kaitan bagai salah satu lapangan studi
ini Dunn menyatakan bahwa: “policy administrasi publik sebagai
implementation includes the execution ilmu.”(Tachjan, 2006:63)
and steering of law action over time. Pendangan Tachjan diatas
Policy implementation is essentially a dapat diartikan bahwa produk kebijakan
practical activity, as distinguished from apapun yang akan diimplementasikan
policy formulation, which is essentially haruslah mengedepankan pemahaman
theoretical” (Dunn, 1981:60). terhadap kebijkan publik tersebut, baik
Pelaksanaan kebijakan menurut dari prospektif politik maupun prospektif
William Dunn tersebut lebih bersifat administrasi secara berimbang.
kegitan praktis termasuk didalamnya Berdasarkan pendapat para ahli
melaksanakan eksekusi serta diatas, dapat disimpulkan bahwa imple-
mengarahkan. Pengarahan kebijakan mentasi kebijakan sebenarnya merupa-
merupakan suatu bagian yang sangat kan serangkaian proses atau tindakan
penting dalam suatu proses kebijakan. yang dilakukan oleh pemerintah melalui
Setiap kebijakan dalam prakteknya konsep, asas dan prinsip kebijakan
sering memunculkan masalah di lapan- untuk mencapai tujuan yang telah
gan karena umumnya kebijakan yang ditetapkan. Implementasi kebijakan juga
dirumuskan tidak sesuai dengan masa- dapat diartikan sebagai realisasi aktivi-
lah yang ada, sehingga dalam hal ini tas-aktivitas untuk mencapai tujuan
Mazmanian dan Sabatier mendefinisi- yang telah ditentukan melalui kebijakan
kan implementasi kebijakan sebagai: yang telah ditetapkan sedangkan yang
“Implementation of the basic policy dimaksud dengan studi implementasi
decision, usually in the form of kebijakan merupakan suatu upaya untuk
laws, but can also form command- mengukur keberhasilan atau ketid-
ments or the decision important ex- akberhasilan suatu kebijakan.
ecutive or judicial bodies or deci- Menurut Grindle, ada dua
sion. Typically, this decision identi- kelompok faktor utama yang
fies the problem you want ad- mempengaruhi keberhasilan imple-
dressed, explicitly mention the pur- mentasi kebijakan yaitu: “variabel isi
pose or objectives to be achieved, kebijakan (content of policy) dan varia-
and various ways to structure or or- bel konteks kebijakan (context of policy)”
ganize the implementation pro- (Grindle, 1980:9-10). Isi kebijakan
cess”.(Mazmanian dan Sabatier, (content of policy) dan konteks ke-
1983:4) bijakan (context of policy) yang diklasifi-
Pendapat Mazmanian dan kasikan menurut Grindle sangat
Sebatier diatas dapat diartikan sebagai mempengaruhi proses implementasi itu
suatu pelaksanaan keputusan ke- sendiri. Klasifikasinya sebagai berikut:
bijaksanaan dasar yang biasanya dalam Isi kebijakan (content of policy):
bentuk undang undang, namun dapat

254
1. Interest affected (kepentingan- ”Efektivitas merupakan hubungan
kepentingan yang dipengaruhi); antara keluaran suatu pusat
2. Type of benefits (tipe manfaat); tanggung jawab dengan sasaran
3. Exten of changeenvisioned (tingkat yang mesti dicapai, semakin besar
perubahan perilaku); kontribusi daripada keluaran yang
4. Site of decision making (letak dihasilkan terhadap nilai pen-
pengambilan keputusan); capaian sasaran tersebut, maka
5. Program implementors (pelaksana dapat dikatakan efektif pula unit
program); tersebut”. (Supriyono, 2000: 29).
6. Recources commited (sumber daya) Selanjutnya efektivitas menurut
Konteks kebijakan (context of pendapat Sukamto diungkapkan bahwa
policy): “Efektivitas berasal dari kata effective-
1. Power, interest, and strategies of ness yang dapat diartikan taraf sampai
actor involved (kekuasaan, sejauh mana suatu kebijakan atau
kepentingan dan strategi aktor-aktor program akan mencapai apa yang
terlibat); diinginkan”.(Sukamto, 1983:96) Lebih
2. Institution and regime characteristics lanjut Agung Kurniawan menefinisikan
(karakteristik institusi dan rezim); efektivitas yaitu: “Efektivitas adalah
3. Compliance and responsiveness kemampuan melaksanakan tugas,
(kepatuhan dan daya tanggap). fungsi (operasi kegiatan program atau
(Grindle, 1980:11) misi) daripada suatu organisasi atau
Faktor atau variabel isi sangat sejenisnya yang tidak adanya tekanan
berkaitan dengan kepentingan, tujuan atau ketegangan diantara pelaksa-
yang hendak dicapai, sumber-sumber naannya”. (Kurniawan, 2005:109)
yang dapat disediakan dan latar Epstein melihat efektifitas
belakang yang dimiliki oleh faktor yang sebagai berikut:
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan. 1. Effectiveness measurement is a
Tahir menjelaskan bahwa: method for examining how well a
“Isi kebijakan menunjukan government is meeting the public
kedudukan pembuat kebijakan dan purposes it is intended to fulfill
posisi pembuat kebijakan 2. Efficiency measurement is a method
mempengaruhi bagaimana imple- for examining how well a
mentasi kebijikan. Sementara itu government is performing the thing it
faktor atau variabel konteks is doing without regard to whether
berkaitan dengan lingkungan di- those are the right things for the
mana kebijakan itu dibuat dan ak- government to do.
tivitas administrasi dil- (Epstein, 1988:11)
aksanakan”.(Tahir, 2014:74) Menurut Epstein dalam konteks
Kesederhanaan model imple- pemerintahan daerah untuk melihat
mentasi kebijakan ini merupakan kelebi- efektivitas, maka pemerintah
han yang menjadikan model ini mudah menggunakan outward looking atau
untuk dipahami. Dalam penelitian ini melihat keluar yaitu kepentingan publik
model yang digunakan adalah model sebagai penentu atau tolak ukur terkait
implementasi kebijakan dari Grindle dengan dampak palayanan dan
karena sesuai dengan permasalahan sejumlah kondisi masyarakat. Se-
yang diteliti. baliknya jika mengukur efisiensi, maka
pemerintah lebih menggunakan
2.2 Efektivitas sejumlah faktor dan parameter ke dalam
Siagian mengatakan bahwa: (inward looking) yaitu segala sesuatu
“Efektivitas adalah pemanfaatan sumber yang berkaitan dalam sisi intenal
daya, dana, sarana dan prasarana pemerintah dalam melaksanakan tugas
dalam jumlah tertentu yang secara dan fungsinya.
sadar ditetapkan sebelumnya untuk Berdasarkan penjelasan diatas,
menghasilkan batang atau jasa dengan maka dapat disimpulkan bahwa efek-
mutu tertentu tepat pada tivitas merupakan suatu ukuran yang
waktunya”.(Siagian, 1997:77) Supriyono memberikan gambaran seberapa jauh
mendefinisikan efektivitas menurut yaitu: target dapat tercapai. Pengertian efek-
tivitas ini lebih berorientasi kepada

255
keluaran sedangkan masalah karena peneiti tidak hanya
penggunaan masukan kurang menjadi menggunakan fakta-fakta empiris yang
perhatian utama. Apabila efisiensi dimungkinkan akan ditemui dilapangan,
dikaitkan dengan efektivitas maka tetapi juga bermaksud menganalisis dan
walaupun terjadi peningkatan efektivitas menjelaskan pengaruh antar variabel
belum tentu efisiensi meningkat. satu dengan variabel lainnya.
Tangkilisan mengemukakan
bahwa untuk mengukur efektivitas 3.2 Populasi dan Sampel
organisasi dilihat dari dua aspek, yaitu: Populasi yang menjadi sasaran
“1. Tujuan organisasi, dan 2. Pelaksa- dalam penelitian ini yang sekaligus
naan fungsi atau cara untuk mencapai menjadi sumber data adalah pegawai di
tujuan tersebut.” (Tangkilisan, 2007:140) DISTARCIP dan DISKAMTAM Kota
Perspektif yang digunakan oleh Bandung sebagai berikut:
Tangkilisan adalah perspektif tujuan,
dimana tolak ukur yang digunakan Tabel 3.1
adalah bagaimana organisasi mencapai Populasi DISTARCIP dan DISKAMTAM
tujuan, termasuk merealisasi visi dan SKPD Jumlah Populasi
misi organisasi sesuai dengan mandat
DISTARCIP 306
yang diembannya.
DISKAMTAM 279
Adapun yang menjadi dasar
Jumlah 585
pertimbangan digunakan teori Tang-
kilisan tersebut karena teori tersebut
relevan dengan permasalahan peneliti. Sumber: (DISTARCIP dan DISKATAM)
Dasar pertimbangan lain karena kemu-
dahan dari faktor-faktor yang menjadi Berdasarkan hasil kalkulasi di
acuan untuk melihat efektivitas pem- atas maka populasi dalam penelitian ini
anfaatan RTH. Misalnya faktor pertama, berjumlah 515 orang. Peneliti
tujuan organisasi yang secara tidak menggunakan rumus slovin untuk
langsung mengarahkan dan memu- menentukan ukuran sampel dengan
dahkan peneliti untuk melihat efektivitas taraf kesalahan sebesar 10% sehingga
pemanfaatan RTH. ditemukan ukuran sampel dalam
penelitian ini sebesar 86. Dari jumlah
METODE PENELITIAN sampel (n) = 86 responden, kemudian
3.1 Desain Penelitian ditentukan jumlah masing-masing sam-
Metode penelitian yang pel, yaitu antara DISTARCIP dan
digunakan dalam penelitian adalah DISKAMTAM secara Proportionate
deskriptif dan verifikatif. Di samping itu, Random Sampling (PRS). Alokasi
jenis pendekatan penelitian yang sampel pada penelitian ini dapat dilihat
digunakan dalam penelitian ini adalah pada tabel sebagai berikut:
kuantitatif (quantitative). Peneliti
menggunakan pendekatan kuantitatif

Tabel
Frame sampel penelitian lapangan
Ukuran
SKPD Populasi Proposi Sampling
sampel
DISTARCIP 306 45

DISKAMTAM 279 41
Jumlah 585 86
Sumber: (Diolah oleh peneliti Tahun 2015)
dari 45 pegawai DISTARCIP dan 41
Berdasarkan hasil perhitungan pegawai DISKAMTAM.
rumus di atas, maka diketahui jumlah
sampel yang diteliti dalam penelitian ini 3.3 Teknik Pengumpulan Data
adalah berjumlah 86 orang yang terdiri Teknik pengumpulan data dan
informasi penelitian dilakukan melalui

256
studi pustaka dan studi lapangan. Studi Pemerintah Daerah dan masyarakat
Pustaka dilakukan dengan Kota Bandung untuk mengarahkan
menggunakan dari data-data sekunder lokasi kegiatan dan menyusun program
lain terkait dengan implementasi ke- pembangunan yang berkaitan dengan
bijakan RTRW dan efektivitas pem- pemanfaatan ruang kota. Untuk melihat
anfaatan RTH selain menggunakan keberhasilan implementasi kebijakan
angket. Dimaksudkan pula sebagai RTRW Kota Bandung dapat diukur
landasan bagi analisis dan rumusan melalui Isi kebijakan (content of policy)
teori atau informasi yang berkaitan erat dan Konteks kebijakan (context of
dengan penelitian yg dilakukan. Studi policy).
lapangan dilakukan dengan penyebaran
angket, wawancara tidak mendalam dan Isi Kebijakan
observasi non partisipan. Isi kebijakan merupakan hal
yang cukup kompleks khususnya terkait
3.4 Teknik Analisis Data dengan isi kebijakan RTRW Kota Ban-
Teknik analisis data diarahkan dung. Penyusunan isi RTRW yang tidak
pada pengujian hipotesis serta jawaban diimplementasikan secara optimal
masalah yang diajukan. Analisis data tentunya berimplikasi terhadap pem-
dilakukan setelah data seluruh re- bangunan Kota Bandung baik jangka
sponden terkumpul.Selanjutnya dil- panjang maupun jangka menengah.
akukan uji validitas ,uji realibilitas dan uji Oleh karena itu pentingnya peran im-
hipotesis yang berguna untukmengukur, plementor kebijakan RTRW Kota Ban-
memperoleh indeks serta menganalisa dung dalam merealisasikan isi kebijakan
sejauhmana data yang di ukur dapat RTRW yang telah ditetapkan secara
valid dan sah dengan cara efektif, efisien dan akuntabel. Isi ke-
mendeskripsikan atau menggambarkan bijakan RTRW dapat ditinjau melalui:
hasil data yang telah terkumpul dan 1) Pengaruh pihak-pihak yang
penyajian dalam bentuk angka-angka berkepentingan dalam implementasi
tanpa bermaksud membuat kesimpulan kebijakan RTRW
yang berlaku umum, hasilnya diuraikan 2) Manfaat yang dapat diperoleh dari
secara deskriptif dengan memberikan implementasi kebijakan RTRW
pandanganberkenaan terkait 3) Jangkauan perubahan perilaku
denganpengaruh implementasi pegawai yang diharapkan dalam
kebijakan RTRW terhadap efektivitas implementasi kebijakan RTRW
pemanfaatan RTH di Kota Bandung. 4) Pelaksanaan pengambilan
keputusan dalam implementasi
HASIL PENELITIAN DAN kebijakan RTRW
PEMBAHASAN 5) Pelaksana-pelaksana kebijakan
RTRW yang mempengaruhi im-
4.1 Objek Penelitian plementasi RTRW
Objek penelitian dalam 6) Ketersediaan Sumber Daya
penelitian ini adalah Dinas Tata Ruang Manusia (SDM) dalam implementasi
dan Cipta Karya (DISTARCIP) selaku kebijakan RTRW
implementor kebijakan tata ruang Kota Hasil akumulasi tanggapan
Bandung dan Dinas Pemakaman dan responden menunjukan bahwa indikator
Pertamanan (DISKAMTAM) selaku pelaksana-pelaksana kebijakan RTRW
instansi Pemerintah Daerah Kota Ban- yang mempengaruhi implementasi
dung yang berwenang mengelola RTH RTRW merupakan indikator dengan
di Kota Bandung. persentase skor terbesar yakni sebesar
88,14%. Artinya bahwa indikator
4.2 Analisis Deskriptif Variabel Imple- pelaksana-pelaksana kebijakan meru-
mentasi Kebijakan (X) pakan hal urgent yang perlu diper-
Rencana Tata Ruang Wilayah hatikan dalam upaya mengoptimalkan
(RTRW) Kota Bandung yang selanjut- sub variabel (dimensi) isi kebijakan
nya disebut RTRWK adalah arahan (content of policy) RTRW Kota Ban-
kebijakan dan strategi pemanfaatan dung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
ruang wilayah Kota Bandung. RTRWK pada tabel berikut:
berfungsi sebagai acuan bagi

257
Tabel
Akumulasi Tanggapan Responden Sub Variabel Isi Kebijakan content of policy)
No Indikator Skor % Skor Kriteria
1. Pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan
347 80,70 Sangat Kuat
dalam implementasi kebijakan RTRW.
2. Manfaat yang dapat diperoleh dari imple-
314 73,02 Kuat
mentasi kebijakan RTRW
3. Jangkauan perubahan perilaku pegawai
yang diharapkan dalam implementasi 369 85,81 Sangat Kuat
kebijakan RTRW
4. Pelaksanaan pengambilan keputusan
dalam implementasi kebijakan RTRW 365 84,88 Sangat Kuat
5. Pelaksana-pelaksana kebijakan RTRW
yang mempengaruhi implementasi RTRW 379 88,14 Sangat Kuat
6. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)
324 75,35 Kuat
dalam implementasi kebijakan RTRW
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015 (Diolah)
81,39%

0 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat

Dalam memahami variabel isi bagi peneliti untuk melihat fenomena


kebijakan (content of policy), peneliti problematik yang dialami dalam imple-
memandang bahwa implementasi mentasi kebijakan RTRW dengan
kebijakan masih melibatkan unsur politik menggunakan parameter kewenangan
yaitu pada indikator pertama hingga dan kepentingan.
keempat yaitu pengaruh pihak-pihak Dari hasil penelitian jika
yang berkepentingan (interest affected), dikorelasikan dengan fakta yang terjadi
manfaat yang dapat diperoleh (type of dilapangan, terlihat adanya relevansi
benefits), jangkauan perubahan perilaku antara hasil penelitian dengan fakta
(extent of change envisioned) dan dilapangan. Salah satu fakta yang
pelaksanaan pengambilan keputusan terjadi yakni belum diperolehnya kese-
(site if decision making). Sedangkan pakatan materi RDTR Kota Bandung
pada indikator kelima dan keenam yaitu antara DISTARCIP dengan DPRD Kota
pelaksana-pelaksana kebijakan (pro- Bandung. Hal ini diperkuat dengan
gram implementors) dan ketersediaan indikator yang digunakan peneliti yakni
sumber daya (resources committed) pengaruh pihak-pihak yang berkepent-
lebih di titikberatkan kepada karakteristik ingan (interest affected). Tentunya jika
pelaksana kebijakan dan kebutuhan dilakukan analisis singkat dapat disim-
instansi. pulkan bahwa DPRD selaku pihak
Isi kebijakan dalam penelitian ini eksternal yang berkepentingan tentunya
lebih mengacu kepada bagaimana memiliki pengaruh yang cukup signifikan
kedudukan implementor kebijakan terhadap upaya penetapan RDTR Kota
RTRW Kota Bandung mempengaruhi Bandung.
implementasi kebijakan RTRW Kota Adanya relevansi antara fakta
Bandung. Implementor kebijakan ten- dan hasil penelitian tentunya didasari
tunya mempunyai peran penting dalam atas studi pustaka, wawancara dan
melaksanakan kebijakan yang telah observasi maupun hasil akumulasi
ditetapkan. Artinya apabila implementasi angket yang menunjukan bahwa varia-
kebijakan RTRW belum secara optimal bel isi kebijakan tergolong sangat kuat.
direalisasikan maka peran implementor Hal ini menunjukan bahwa variabel isi
kebijakan dipertanyakan. Hal ini menarik kebijakan merupakan faktor yang sangat

258
urgent untuk mengukur keberhasilan 2) Karakteristik instansi dan pemimpin
implementasi kebijakan RTRW. dalam implementasi kebijakan
RTRW
Konteks Kebijakan 3) Kepatuhan dan daya tanggap
Salah satu sub variabel yang pegawai dalam implementasi
digunakan dalam penelitian ini untuk kebijakan RTRW
mengukur keberhasilan implementasi Berdasarkan hasil akumulasi
kebijakan RTRW Kota Bandung yaitu tanggapan responden terhadap sub
konteks kebijakan. Konteks kebijakan variabel konteks kebijakan (context of
yang dimaksud dalam penelitian ini policy) terlihat bahwa indikator kepatu-
yakni terkait dengan situasi dan ling- han dan daya tanggap pegawai
kungan dalam intansi yang berwenang mempunyai persentase skor terendah
sebagai implementor kebijakan RTRW yakni 70%. Hanya saja jika dilihat dari
Kota Bandung. Konteks kebijakan dapat kriteria, indikator kepatuhan dan daya
dilihat melalui: tanggap pegawai masih tergolong kuat.
1) Kekuasaan, kepentingan dan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
strategi yang digunakan oleh aktor tabel akumulasi skor sebagai berikut:
yang terlibat dalam implementasi
kebijakan RTRW

Tabel
Akumulasi Tanggapan Responden Sub Variabel Konteks Kebijakan (context of
policy)
No Indikator Skor % Skor Kriteria
1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi
yang digunakan oleh aktor yang terlibat 358 83,26 Sangat Kuat
dalam implementasi kebijakan RTRW
2. Karakteristik instansi dan pemimpin
329 76,51 Kuat
dalam implementasi kebijakan RTRW
3. Kepatuhan dan daya tanggap pegawai
301 70 Kuat
dalam implementasi kebijakan RTRW
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015 (Diolah)

Berdasarkan hasil analisis sub yang memilki manfaat kehidupan yang


variabel konteks kebijakan (context of sangat tinggi, tidak saja dapat menjaga
policy), terlihat bahwa ketiga indikator dan mempertahankan kualitas ling-
yang digunakan mempunyai kontribusi kungan tapi juga dapat menjadi nilai
yang signifikan terhadap keberhasilan kebanggan identitas kota.
implementasi kebijakan. Hal ini tentunya Pada Tahun 2013 dan 2014,
didukung oleh hasil akumulasi skor pada RTH di Kota Bandung tidak mengalami
sub variabel konteks kebijakan yang peningkatan sama sekali yakni 12,14%.
menunjukan bahwa sub variabel ini Angka ini tentu masih jauh dari kondisi
tergolong kuat. Dalam memahami sub ideal yakni 30%. Beranjak dari hal
variabel konteks kebijakan, memang tersebut tentunya perlu dilakukan
tidak bisa dipungkiri bahwa ketiga penelitian lebih lanjut terkait pemanfaa-
indikator tersebut mengandung usur tan RTH di Kota Bandung. Untuk
politik, sehingga dalam hal ini dapat melihat efektivitas pemanfaatan RTH di
dikatakan bahwa keberhasilan imple- Kota Bandung dapat diukur dengan
mentasi kebijakan juga tidak terlepas melihat tujuan organisasi dan pelaksa-
dari unsur politik pemangku kepent- naan fungsi atau cara untuk mencapai
ingan. tujuan tersebut.
Jika ditinjau dari tujuan organ-
4.3 Analisis Deskriptif Variabel isasi dan pelaksanaan fungsi atau cara
Efektivitas (Y) mencapai tujuan tersebut maka sudah
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di jelas bahwa yang menjadi objek dari
wilayah perkotaan merupakan bagian penelitian ini yakni instansi yang bertu-
dari penataan ruang kawasan perkotaan gas mengelola RTH di Kota Bandung.

259
Dengan menjadikan tujuan organisasi Organisasi dalam penelitian ini
sebagai tolak ukur efektivitas pem- yakni instansi Pemerintah Kota Bandung
anfaatan RTH di Kota Bandung, maka yang berwenang mengelola RTH di Kota
akan terlihat bagaimana realisasi visi, Bandung yaitu Dinas Pemakaman dan
misi, tugas pokok dan fungsi dari in- Pertamanan (DISKAMTAM), Peneliti
stansi yang terkait. Pelaksanaan fungsi menjadikan tujuan organisasi sebagai
atau cara untuk mencapai tujuan terse- tolak ukur untuk melihat efektivitas
but dipahami oleh peneliti sebagai suatu pemanfaatan RTH di Kota Bandung
upaya melalui realisasi berbagai ke- karena tujuan DISKAMTAM sebagai
bijakan yang terkonsep dalam mening- instansi yang berwenang mengelola
katkan efektivitas pemanfaatan RTH di RTH tentunya berkaitan erat dengan
Kota Bandung. efektivitas pemanfaatan RTH di Kota
Bandung. sehingga dalam ini tujuan
Tujuan Organisasi organisasi dapat dilihat melalui:
Tujuan organisasi merupakan 1) Realisasi visi dan misi
kebutuhan yang ingin dipenuhi dalam 2) Pelaksanaan tugas pokok dan
jangka waktu tertentu. Dalam penelitian fungsi
ini, perspektif tujuan organisasi yang Berdasarkan hasil analisis sub
digunakan adalah bagaimana organisasi variabel tujuan organisasi terlihat bahwa
menacapai tujuan, termasuk merealisasi indikator pelaksanaan tugas pokok dan
visi dan misi. Tujuan organisasi pada fungsi mempunyai persentase skor
dasarnya merupakan pedoman yang tertnggi yakni 83,26%. Untuk lebih
dijadikan oleh setiap anggota organisasi jelasnya dapat dilihat pada tabel
dalam melaksanakan tugas dan akumulasi skor sebagai berikut:
tanggung jawab yang diembannya.

Tabel
Akumulasi Tanggapan Responden Sub Variabel Tujuan Organisasi
No Indikator Skor % Skor Kriteria
Sangat
1. Realisasi visi dan misi 352 81,86
Kuat
Sangat
2. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi 358 83,26
kuat
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015 (Diolah)

Tujuan organisasi merupakan tingkat efektivitas pemanfaatan RTH di


kebutuhan yang ingin dipenuhi dalam Kota Bandung.
jangka waktu tertentu. Menetapkan
tujuan organisasi tentunya memberikan Pelaksanaan fungsi atau cara men-
arah secara terstruktur dan capai tujuan
menghindarkan organisasi dari Pada prinsipnya untuk men-
kekacauan. Dalam hal efektivitas pem- capai tujuan organisasi dibutuhkan
anfaatan RTH di Kota Bandung maka rencana program dan kegiatan yang
organisasi yang berwenang mengelola strategis. DISKAMTAM selaku instansi
RTH di Kota Bandung tentunya mempu- pengelola RTH tentunya mempunyai
nyai tujuan yang relevan dengan per- berbagai rencana dan kegiatan yang
masalahan RTH yakni pemanfaatan strategis dalam mencapai tujuannya.
RTH di Kota Bandung. Pelaksanaan fungsi atau cara mencapai
Pada kenyataannya, dalam tujuan DISKAMTAM dapat dilihat me-
upaya mencapai tujuan akhir organisasi lalui:
harus mengenali kondisi-kondisi yang 1) Perencanaan pemanfaatan RTH
dapat menghalangi tercapainya tujuan. 2) Pelaksanaan pengelolaan RTH
Dengan menggunakan tujuan akhir atau 3) Pengawasan pengelolaan RTH
tujuan yang diinginkan sebagai target 4) Pengendalian pengelolaan RTH
pencapaian, maka dapat diketahui 5) Evaluasi pengelolaan RTH

260
Kegiatan-kegiatan yang dil- Berdasarkan hasil analisis sub
akukan oleh DISKAMTAM di atas ten- variabel Pelaksanaan fungsi atau cara
tunya merupakan cara untuk mencapai untuk mencapai tujuan, terlihat bahwa
tujuan DISKAMTAM yaitu merealisasi indikator evaluasi pengelolaan RTH
visi dan misi. Kegiatan tersebut juga mempunyai persentase skor tertnggi
tentunya mampu mendeskripsikan yakni 80,93%. Untuk lebih jelasnya
bagaimana efektivitas pemanfaatan dapat dilihat pada tabel akumulasi skor
RTH di Kota Bandung. sebagai berikut:

Tabel
Akumulasi Tanggapan Responden Sub Variabel Pelaksanaan Fungsi atau cara
untuk mencapai tujuan
No Indikator Skor % Skor Kriteria
1. Perencanaan pemanfaatan RTH 333 77,44 Kuat
2. Pelaksanaan pengelolaan RTH 343 79,77 Kuat

3. Pengawasan pengelolaan RTH 339 78,84 Kuat

4. Pengendalian pengelolaan RTH 306 71,16 Kuat

5. Evaluasi pengelolaan RTH 348 80,93 Sangat Kuat


Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015 (Diolah)
77,67%

0 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat

Pelaksanaan fungsi atau cara


Dari hasil akumulasi skor, dapat dilihat untuk mencapai tujuan merupakan
bahwa sub variabel pelaksanaan fungsi suatu proses yang harus ditempuh
atau cara untuk mencapai tujuan setiap instansi pemerintah. Terkait
tergolong kuat. Hal ini menunjukan dengan konteks permasalahan dalam
bahwa persepsi responden dalam penelitian ini yakni RTH dan
melihat sub variabel pelaksanaan fungsi kewenangan instasi pemerintah yang
atau cara mencapai tujuan menjadi mengelola RTH yaitu DISKAMTAM.
suatu keharusan yang sifatnya normatif. Maka Pelaksanaan fungsi atau cara
Dari hasil tanggapan responden juga mencapai tujuan DISKAMTAM dapat
dapat disimpulkan bahwa keberhasilan ditinjau dari strategi apa saja yang
efektivitas pemanfaatan RTH di Kota digunakan dalam mencapai tujuan
Bandung memang tidak terlepas dari DISKAMTAM. strategi inilah yang dijadi-
bagaimana instansi daerah yang ber- kan sebagai tolak ukur dalam meninjau
wenang mengelola RTH melaksanakan keberhasilan efektivitas pemanfaatan
fungsinya sesuai dengan kaidah-kaidah RTH di Kota Bandung.
yang telah ditetapkan.

Tabel
Akumulasi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Efektivitas (Y)
No Indikator % Skor Kriteria
1. Tujuan Organisasi 82,56 Sangat Kuat

2. Pelaksanaan fungsi atau cara untuk mencapai tujuan 77,67 Kuat


Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015 (Diolah)

261
Ho: Implementasi kebijakan tidak
Jika dilihat dari tabel akumulasi
mempunyai hubungan secara
tanggapan terponden terhadap variabel
signifikan dengan efektivitas
efektivitas. Sub variabel tujuan organ-
Kaidah keputusan yang dibuat
isasi mempunyai persentase skor lebih
dalam menguji hipotesis di atas :
besar dibandingan sub variabel
1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil
pelaksanaan fungsi atau cara untuk
atau sama dengan nilai probabilitas
mencapai tujuan. Berpedoman pada
sig atau [0,05 ≤ sig], maka Ha
hasil akumulasi variabel efektivitas (X) di
ditolak, artinya tidak signifikan
atas, maka dapat disimpulkan bahwa
2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih
keberhasilan efektivitas pemanfaatan
besar atau sama dengan nilai
RTH di Kota Bandung sangat di-
probabilitas sig atau [0,05 ≥ sig],
pengaruhi oleh tujuan organisasi dan
maka Ha diterima, artinya signifikan
pelaksanaan fungsi atau cara untuk
Untuk menentukan tingkat
mencapai tujuan.
koefisien korelasi antara variabel im-
plementasi kebijakan (X) dan efektivitas
4.4 Analisis Koefisien Korelasi
(Y), maka digunakan interpretasi
Pearson Product Moment
koefisien korelasisebagai berikut:
Korelasi PPM dihitung dengan
menggunakan bantuan software SPSS
Tabel
untuk mempermudah dan memperoleh
Interpretasi Koefisien Korelasi
hasil yang akurat karena perhitungan
korelasi PPM secara manual cukup Interval koefisien Tingkat hubungan
rumit dan memungkinkan terjadinya 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
kesalahan dalam perhitungannya. 0,60 – 0,799 Kuat
Hipotesis korelasi PPM sebagai berikut:
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
Ha: Implementasi kebijakan mempu-
nyai hubungan secara signifikan 0,20 – 0,399 Rendah
dengan efektivitas 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
Sumber: (Riduwan, 2011:81)
Tabel
Hasil CorrelationPearson Product Moment
Implementasi
Kebijakan Efektivitas
Implementasi Kebijakan Pearson Correlation 1 .760**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Efektivitas Pearson Correlation .760** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015 (Diolah)

Tabel correlations yang diperoleh dari Untuk melihat seberapa kuat


variabel implementasi kebijakan dan hubungannya dapat dilihat dari nilai
efektivitas yaitu dengan nilai sig sebesar PearsonCorrelation, dari tabel correla-
0,000. Jika dibandingkan dengan tion di dapatkan nilai r = 0,760. Hasil ini
probabilitas 0,05. Ternyata nilai jika dikonsultasikan dengan tabel inter-
probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai pretasi koefisien korelasi maka dapat
probabilitas sig atau [0,05 > 0,000], disimpulkan bahwa implementasi ke-
maka Ho ditolak dan Ha diterima, bijakan RTRW mempunyai hubungan
artinya signifikan. Terbukti bahwa im- yang kuat dengan efektivitas pem-
plementasi kebijakan RTRW mempu- anfaatan RTH di Kota Bandung.
nyai hubungan secara signifikan dengan Hubungan antara implementasi
efektivitas pemanfaatan RTH. kebijakan RTRW dan efektivitas pem-
anfaatan RTH di Kota Bandung terlihat

262
dari isi materi teknis RTRW Kota Ban- bijakan penataan ruang yang belum
dung tahun 2011-2031 yang didalamnya optimal.
dibahas tentang arahan penyediaan Faktor lain selain implementasi
RTH di Kota Bandung. Tidak hanya itu, kebijakan dari sudut pandang peneliti
dalam Peraturan Daerah nomor 18 yakni terkait dengan penyusunan materi
tahun 2011 tentang RTRW Kota Ban- RTRW Kota Bandung, anggran pem-
dung tahun 2011-2031 juga dibahas anfaatan RTH di Kota Bandung, kerja
tentang regulasi yang mengatur pem- sama dengan pihak lain dan partisipasi
anfaatan RTH di Kota Bandung. Se- masyarakat Kota Bandung.
hingga dalam hal ini terlihat bahwa Faktor penyusunan materi
adanya hubungan yang kuat antara RTRW Kota Bandung merupakan faktor
RTRW dan RTH. penting dalam perencanaan pem-
bangunan. Penyusunan materi RTRW
4.5 Analisis Koefisien Determinasi tentunya harus memperhatikan berbagai
Koefisien determinasi diperoleh aspek pembangunan dan pertumbuhan
dari nilai korelasi, yaitu dengan kota maupun permasalahan kota dan
mengkuadratkan koefisien korelasi (r2) hasil pengkajian implikasi penataan
sehingga diperoleh nilai koefisien de- kota. Materi RTRW juga tentunya
terminasi sebesar 57,76%. Dari hasil memuat tentang rencana penyediaan
koefisien determinasi dapat disimpulkan dan pemanfaatan RTH. Hal ini
bahwa besarnya pengaruh implementasi mengindikasikan bahwa penyusunan
kebijakan RTRW terhadap efektivitas materi RTRW berpengaruh terhadap
pemanfaatan RTH di Kota Bandung efektivitas pemanfaatan RTH di Kota
sebesar 57,76% sementara sisanya Bandung.
42,24% di pengaruhi oleh faktor lain Anggaran merupakan faktor
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Besarnya pengaruh implementasi ke- Anggaran dapat digunakan dalam
bijakan RTRW berbanding tipis dengan mengoptimalkan efektivitas pemanfaa-
faktor lain yang tidak diteliti dalam tan RTH di Kota Bandung. Keterbatasan
penelitian ini. alokasi Anggaran Pendapatan Belanja
Hasil penelitian dari sub variabel Daerah (APBD) Kota Bandung
isi kebijakan dan konteks kebijakan dibandingkan cakupan penanganan
tentunya dapat memberikan gambaran RTH di Kota Bandung tentunya menjadi
bagaimana implementasi kebijakan masalah dalam upaya merealisasikan
RTRW berpengaruh cukup signifikan rencana penyediaan dan pemanfaatan
terhadap efektivitas pemanfaatan RTH RTH di Kota Bandung. Salah satu
di Kota Bandung. Peran implementor contoh masalah keterbatasan anggaran
kebijakan RTRW tentunya merupakan terkait dengan pembebasan lahan.
tolak ukur keberhasillan implementasi Keterbatasan anggaran dalam upaya
kebijakan RTRW di Kota Bandung. pembebasan lahan untuk RTH tentunya
Artinya apabila peran implementor tidak menjadi faktor penghambat upaya
dilaksanakan secara optimal maka realisasi kebijakan yang telah ditetap-
tentunya berimplikasi terhadap tidak kan. Permasalahan keterbatasan ang-
efektifnya pemanfaatan RTH di Kota garan tentunya berpengaruh terhadap
Bandung. efektivitas pemanfaatan RTH di Kota
Dari pemahaman di atas jika Bandung.
relevansikan dengan permasalahan Kerjasama dalam lingkungan
dalam penelitian ini yakni terkait dengan instansi Pemerintah Daerah Kota Ban-
kebutuhan RTH di Kota Bandung, maka dung dalam pengelolaan RTH merupa-
dalam hal ini terlihat pentingnya peran kan tugas 3 SKPD yang biasa disebut
implementor kebijakan RTRW dalam trio LH yang terdiri dari Dinas Pemaka-
merealisasikan berbagai kebijakan man dan Pertamanan (DISKAMTAM),
strategis demi mendukung kebutuhan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
RTH di Kota Bandung. Hal ini mengingat (DPKP) dan Badan Pengelola Ling-
karena pada dasarnya permasalahan kungan Hidup (BPLH). Untuk mening-
pemanfaatan RTH di Kota Bandung katkan kebutuhan RTH di Kota Bandung
tidak terlepas dari implementasi ke- tentunya harus diimbangi dengan ker-
jasama antara pemerintah, swasta dan

263
masyarakat. Hubungan kerjasama kasi atau disebut juga thitung kemudian
antara pemerintah, swasta dan dikonsultasikan dengan ttabel dengan
masyarakat merupakan wujud dari ketentuan sebagai berikut:
prinsip good governance yang mutlak Jika thitung ≥ ttabel, maka tolak Ho artinya
diterapkan dalam sistem Pemerintahan implementasi kebijakan RTRW ber-
Indonesia. Kerjasama antara pengaruh positif dan signifikan terhadap
pemerintah, swasta dan masyarakat efektivitas pemanfaatan RTH
salah satunya dapat memberikan kontri- thitung ≤ ttabel, terima Ho artinya
busi finansial bagi Pemerintah Daerah implementasi kebijakan RTRW tidak
Kota Bandung dan mengatasi perma- berpengaruh positif dan signifikan
salahan keterbatasan anggaran dalam terhadap efektivitas pemanfaatan RTH
pengelolaan RTH di Kota Bandung. Untuk menguji hipotesis di atas
Perlunya kerjasama antara pemerintah, digunakan statistik uji t sehingga di-
swasta dan masyarakat secara terin- peroleh nilai thitungsebesar 10,73. Hasil
tegrasi tentunya berpengaruh terhadap thitung selanjutnya dibandingkan dengan
efektivitas pemanfaatan RTH di Kota ttabel. Untuk taraf kesalahan 10% uji dua
Bandung. fihak dan Derajat Kebebasan (DK) = n-
Pemanfaatan RTH di Kota 2=84, maka diperoleh ttabel =
Bandung tentunya tidak bisa terlepas- 1,662.Berdasarkan hasil thitung jika dikon-
kan dari partisipasi masyarakat. Faktor sultasikan dengan ttabel yakni 1,662.
partisipasi masyarakat dalam pengel- Ternyata thitung lebih besar dari ttabel atau
olaan dan pemeliharaan RTH merupa- 10,73 > 1,662. Jadi Ho ditolak, artinya
kan salah wujud pemanfaatan RTH di implementasi kebijakan RTRW ber-
Kota Bandung. Kurangnya kesadaran pengaruh positif dan signifikan terhadap
masyarakat akan pentingnya RTH efektivitas pemanfaatan RTH di Kota
sebagai paru-paru kota terlihat dari Bandung.
sikap masyarakat. Sikap positif Berdasarkan hasil uji signifikasi
masyarakat terhadap RTH terlihat dari maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis
bagaimana cara dia mengelola RTH di yang diajukan oleh peneliti dapat
lingkungannya secara baik. Persepsi diterima, yakni implementasi kebijakan
masyarakat tentang manfaat RTH pada RTRW berpengaruh positif dan signif-
situasi dan kondisi tertentu juga kurang ikan terhadap efektivitas pemanfaatan
memberi pengaruh terhadap partisipasi RTH di Kota Bandung. Adanya
masyarakat dalam pengelolaan RTH. pengaruh yang positif dan signifikan
Artinya orang yang persepsinya tinggi terlihat dari berbagai arahan kebijakan
tentang manfaat RTH belum tentu dia RTRW Kota Bandung yang implikasinya
berpartisipasi dalam pengelolaan RTH terhadap efektivitas pemanfaatan RTH
di lingkungannya. Orang-orang seperti di Kota Bandung.
inilah yang sekiranya menurut peneliti
adalah orang-orang bebal dan tidak KESIMPULAN DAN SARAN
peduli dengan negara. Beranjak dari hal 5.1 Kesimpulan
tersebut, maka terlihat bahwa partisipasi Berdasarkan hasil penelitian
masyarakat tentunya berpengaruh dan pembahasan dapat ditarik kes-
terhadap efektivitas pemanfaatan RTH impulan bahwa variabel implementasi
di Kota Bandung. kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah
Beberapa faktor di atas yang (RTRW) berpengaruh positif dan signif-
implikasinya terhadap efektiitas pem- ikan terhadap efektivitas pemanfaatan
anfaatan RTH dikemukakan oleh peneliti Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan
sebagai faktor lain yang mempengaruhi koefisien determinan sebesar 57,76%
efektivitas pemanfaatan RTH di Kota dan sisanya 42,24% dipengaruhi oleh
Bandung. faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Nilai koefisien determinan
4.6 Uji Signifikasi 57,76% adalah besar pengaruh imple-
Uji signifikasi (uji t) bertujuan mentasi kebijakan RTRW yang terdiri
untuk mencari hubungan yang positif dari isi kebijakan RTRW dan konteks
dan signifikan dari implementasi ke- kebijakan RTRW terhadap efektivitas
bijakan RTRW (X) terhadap efektivitas pemanfaatan RTH, sedangkan 42,24%
pemanfaatan RTH (Y). Hasil uji signifi- adalah pengaruh faktor lain yang tidak

264
diteliti yaitu penyusunan materi RTRW countability. New York: National
Kota Bandung, anggaran pemanfaatan civic league press.
RTH di Kota Bandung, kerja sama Evans, Lindsay. 2007. Pengantar Six
dengan pihak lain dan partisipasi Sigma an Introduction to Six Sigma
masyarakat Kota Bandung. And Process Improvement. Jakarta:
Salemba Empat.
5.2 Saran Grindle, Marilee. S. 1980. Politics and
Berdasarkan kesimpulan yang Policy Implementation in the Third
diperoleh dalam penelitian ini, maka World. New Jersey: Princeton Uni-
diajukan saran oleh peneliti kepada versity Press.
segenap pihak yang terkait sebagai Handayaningrat. 1985.Pengantar Studi
berikut: Ilmu Administrasi dan Manajemen.
1. Jalin sinergitas dengan Kementrian Jakarta: PTEresco.
Agraria dan Tata Ruang/Badan Kodoatie, Robert. J dan Roestarn
Pertahanan Nasional untuk Sjarief, 2010. Tata Ruang Air. Yog-
membuat RDTR Kota Bandung yakarta: Andi Offset.
sebagai upaya penyusunan Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Kota Bandung. PEMBARUAN
2. Perlu dilakukan intensifikasi dan Makmur.2011.Efektivitas Kebijakan
ekstensifikasi RTH di sepanjang Kelembagaan Pengawasan. Ban-
sempadan sungai dan sekitar danau dung: PT Refika Aditama.
buatan dan mata air di Kota Ban- Mazmanian, Daniel H, and Sabatier,
dung, selain sebagai estetika Paul. A. 1983. Implementation and
perkotaan namun secara langsung Public Policy. New York: Harpers
akan memberikan kontribusi Collins.
mencegah terjadinya penurunan Riduwan. 2011. Pengantar Statistika.
daya dukung Kota Bandung. Bandung: Alfabeta.
3. Untuk memenuhi kebutuhan RTH Riduwan. 2013. Rumus dan Data dalam
30% dan efisiensi pemukiman, Analisis Statistika. Bandung:
maka perlu ditingkatkannya Alfabeta.
pemenuhan kebutuhan rumah Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya
tinggal berupa hunian vertical Manusia dan Produktivitas Kerja.
berupa rumah susun yang nyaman Bandung: CV Mandar Maju.
dan layak huni. Siagian, Sondang. P. 1997. Organisasi,
4. Perlunya ditingkatkan kuantitas dan kepemimpinan dan perilaku ad-
kualitas SDM dalam penyusunan ministrasiJakarta: CV Haji Mas
RTRW dan pengelolaan RTH Agung.
melalui pelatihan/diklat teknis Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
maupun kerjasama dengan asosiasi Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Ban-
profesi. dung: Alfabeta
Supriyono. 2000. Sistem Pengendalian
DAFTAR ACUAN Manajemen. Jakarta: Erlangga..
Buku-buku Suharsaputra, Unhar. 2012. Metode
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Penelitian Suatu Pendekatan Prak- Tindakan. Bandung: PT Rafika
tik. Jakarta: Rineka Cipta Aditama.
Dunn, William. N. 1981. Public Policy Tachjan. 2006, implementasi kebijakan
Analysis And Introduction. USA: publik, Bandung: AIPI Bandung.
Prentice Hall. Tahir, Arifin. 2014. Kebijakan Publik dan
Edward, George. C. 1980. Implementing Transparansi penyelenggaraan
Public Policy. Washington: Con- pemerintah daerah. Bandung:
gressional Quartery Press. Alfabeta.
Epstein, Paul. D. 1988. Using Perfor- Tangkilisan, Hessel Nogi. S. 2007.
mance measurement in a local Manajemen Publik. Jakarta: PT
goverment. A guide to improving Grasindo.
decisions, performance, and ac- Van Metter, Donald. A and Van Horn,
Carl. E. 1975. The Policy Imple-

265
mentation Process. USA : Sage Rencana Pembangunan Jangka
Publication. Inc. Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Wahab, Solichin Abdul. 2001. Analisis Bandung Tahun 2014-2018
kebijakandariFormulasike Impleme Materi Teknis Rencana Tata Ruang
ntasi Kebijakan Negara. Jakarta: Wilayah (RTRW) Kota Bandung
Bumi Aksara. Tahun 2011-2031
Wibawa, Samodra. 1994. Kebijakan Rencana Strategis Dinas Pemakaman
Publik, Proses dan Analisis. Ja- dan Pertamanan Kota Bandung
karta: Intermedia. Tahun 2013-2018
Rencana Strategis Dinas Tata Ruang
Jurnal dan Cipta Karya Kota Bandung Ta-
Sukamto. 1983. Penelitian Kebijakan hun 2014-2018
Efektivitas Guru Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Depdikbud Ja- Rujukan Elektronik
karta. 90-96 http://distarcipkotabandung.org

Dokumen Sumber Lain


Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Tentang Penataan Ruang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Universitas Komputer Indonesia
Nomor: 05/PRT/M2008 Tentang (UNIKOM). 2015. Pedoman
Pedoman Penyediaan dan Pem- Penulisan Skripsi dan Pelaksanaan
anfaatan Ruang Terbuka Hijau di Sidang. Bandung: FISIP UNIKOM.
Kawasan Perkotaan Achdiat. 2013. Pengaruh Implementasi
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor Kebijakan Penataan Ruang Ter-
18 Tahun 2011 Tentang Rencana hadap Efektivitas Pemanfaatan
Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Tahun 2011-2031 Perkotaan Di Kota Cimahi. Ban-
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor dung: Unpad
07 Tahun 2011 Tentang Pengel- Darto. 2007. Pengaruh Implementasi
olaan Ruang Terbuka Hijau Kebijakan Tata Ruang Kota Ter-
Peraturan Daerah Kota Bandung No.12 hadap Efektivitas Pemanfaatan
Tahun 2011 tentang penyelen- Ruang di Kota Bandung (Studi Per-
gaaraan retribusi dan Izin Mendiri- aturan Daerah Kota Bandung
kan Bangunan (IMB) dan retribusi No.02 Tahun 2004 Tentang
biaya cetak peta. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Peraturan Walikota Bandung Nomor 743 Bandung). Bandung: Unpad
Tahun 2014 Tentang Rincian Tu- Sumaryana, Asep. 2012. Pengaruh
gas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Lingkungan Sosial Terhadap Efek-
dan Tata Kerja Dinas Tata Ruang tivitas Implementasi Kebijakan
dan Cipta Karya Kota Bandung Rencana Tata Ruang Wilayah Di
Peraturan Walikota Bandung Nomor 428 Kota Bandung (Studi Mengenai
Tahun 2010 Tentang Rincian Tu- Pemanfaatan Ruang Di Wilayah
gas Pokok, Fungsi Uraian Tugas Bandung Utara). Bandung: Unpad
dan Tata Kerja Dinas Pemakaman
dan Pertamanan Kota Bandung

266
ANALISISATAS PENGUKURAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
Suryanto
(Departemen Administrasi Bisnis, Unpad/suryanto@unpad.ac.id)

ABSTRAK
Instansi/lembaga pemerintah merupakan organisasi publik yang kinerjanya harus
dilaporkan kepada masyarakat.Pengukuran kinerja instansi/lembaga pemerintah tersebut
merupakan wujud akuntabilitas organisasi dalam memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat. Selama ini sering terjadi adanya perbedaan pemahaman terhadap indikator
pengukuran kinerja baik oleh masyarakat, anggota DPR maupun pemerintah. Tulisan ini
bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengukuran kinerja pemerintah di Indonesia.
Adapun kajian ini merupakan hasil pemikiran dari studi literatur baik artikel maupun buku
teks dan peraturan perundang-undangan.
Hasil kajian menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia sudah memiliki model
sistem pengukuran kinerja yang dinamakan sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah (SAKIP). SAKIP tersebut juga terus menerus disempurnakan oleh
Pemerintah namun SAKIP ini masih memiliki kelemahan yang perlu terus diperbaiki oleh
pemerintah. Selain itu, permasalahan yang juga terjadi adalah fokus dari pengukuran
kinerja oleh instansi pemerintah yang seringhanya terfokus pada penyerapan anggaran.

Kata kunci: sistem pengukuran kinerja, SAKIP, LAKIP.

punishment, mengevaluasi efisiensi,


PENDAHULUAN efektivitas, dan ekonomis program serta
Suatu institusi dikatakan meningkatkan kinerja.
mempunyai kinerja yang baik apabila Instansi pemerintah sebagai
pelaksanaan institusi publik yang harus menjalankan
kegiatan/program/kebijakan dapat transparansi dituntut adanya
mencapai target dan sasaran yang telah pengukuran kinerja yang terukur dalam
ditetapkan sebelumnya.Untuk dapat setiap aktivitasnya.Sistem pengukuran
menghasilkan kinerja yang baik, maka kinerja ini akan mengintegrasikan
pada tahap awal perlu memilih dan proses peningkatan kinerja yang dimulai
menetapkan indikator kinerja yang akan dengan tahap perencanaan sampai
dibutuhkan. Indikator kinerja tidak hanya dengan tahap evaluasi pencapaiannya.
ditetapkan pada level kegiatan saja, Sebenarnya sistem pengukuran
namun juga pada level sasaran kinerja di instansi pemerintah telah
strategis. Hal ini dimaksudkan untuk diatur melalui intruksi presiden nomor 7
memperjelas capaian indikator kinerja tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja
pada tingkat kegiatan maupun sasaran instansi pemerintah dan Keputusan
agar dapat diukur secara langsung. Kepala Lembaga Administrasi Negara
Pengukuran kinerja perlu (LAN) Nomor 589/IX/6/Y/1999 tentang
dipersiapkan secara tepat dengan Pedoman Penyusunan Pelaporan
memperhatikan segala dimensi baik Akuntabilitas Kinerja Instansi
finansial maupun non finansial. Sistem Pemerintah, yang telah diperbaiki
pengukuran kinerja akan dengan Keputusan LAN Nomor
mengintegrasikan proses peningkatan 239/IX/6/8/2003.Berdasarkan dua
kinerja yang dimulai dengan tahap ketentuan tersebut, maka setiap entitas
perencanaan sampai dengan tahap keuangan diharuskan menyusun
evaluasi pencapaiannya.Adanya sistem Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
pengukuran kinerja ini dapat bermanfaat Pemerintah (LAKIP).
untuk berbagai hal, antara lain untuk LAKIP merupakan produk akhir
menerapkan sistem reward and dari Sistem Akuntabilitas Kinerja

267
Instansi Pemerintah (SAKIP) yang mengembangkan kemampuan dan
menggambarkan kinerja yang dicapai kreativitasnya demi mencapai kemajuan
oleh suatu instansi pemerintah atas bersama. Osborne dan Gaebler (dalam
pelaskanaan program kegiatan yang Rosyid, 2000 : 192) bahkan menyatakan
dibiayai APBN/APBD.Penyusunan bahwa pemerintah yang demokratis lahir
LAKIP berdasarkan siklus anggaran untuk melayani warganya dan karena
yang berjalan selama satu tahun. itulah tugas pemerintah adalah mencari
Pengukuran kinerja instansi cara untuk menyenangkan warganya.
pemerintah merupakan suatu evaluasi Pandangan pengukuran kinerja
terhadap instansi pemerintah mengenai hanya dari serapan anggaran
kegiatan yang telah dilaksanakan sebenarnya tidak mutlak salah, karena
berdasarkan tolok ukur yang telah menurut Harimurti (2004) indikator
dibuat dalam standar minimum kinerja yang berdasarkan outcome
pelayanan publik.Walaupun pengukuran belum secara spesifik dan tidak jelas
kinerja pemerintah telah dibuat SAKIP, sehingga memungkinkan terjadinya
namun dalam kesalahan interpretasi.Disamping itu,
pelaksanaannya,pengukuran kinerja selama ini pengukuran keberhasilan
instansi pemerintah masih terfokus pada maupun kegagalan dari satuan
penyerapan anggaran saja.Sebagian organisasi/kerja dalam menjalankan
pihak memandang bahwa kinerja suatu tugas pokok dan fungsinya sulit untuk
instansi dikatakan berhasil apabila dilakukan secara objektif. Kesulitan ini
instansi tersebut mampu menyerap disebabkan belum pernah disusun suatu
anggaran yang sudah sistem pengukuran kinerja yang dapat
dianggarkan.Penyerapan anggaran menginformasikan tingkat
yang rendah menunjukkan kinerja keberhasilannya.
lembaga/instansi tersebut lemah, Oleh karena itu
sementara lembaga/instansi yang dipertimbangkan untuk memperbaiki
mampu menyerap anggaran makin indikator kinerja suatu instansi
besar dikatakan memiliki kinerja yang pemerintah agar lebih mencerminkan
baik. kinerja sesuangguhnya.Tingkat kinerja
Pengukuran kinerja suatu instansi pemerintah harus
berdasarkan serapan anggaran memperhatikan seluruh aktivitas.
sebenarnya kurang menggambarkan Tingkat keberhasilan harus diukur tidak
kinerja secara utuh.Tetapi, semata-mata kepada input (penyerapan
kenyataannya masih banyak instansi anggaran) dari program instansi tetapi
pemerintah yang diukur kinerjanya lebih ditekankan kepada output, proses,
berdasarkan penyerapan manfaat, dan dampak dari program
anggaran.Mereka belum memandang instansi tersebut bagi kesejahteraan
kinerja lembaga/institusi secara masyarakat. Melalui suatu pengukuran
komprehensif. kinerja, keberhasilan suatu instansi
Pengukuran kinerja pemerintah akan lebih dilihat dari
lembaga/instansi pemerintah hanya dari kemampuan instansi tersebut
penyerapan anggaran saja akan berdasarkan sumber daya yang
menimbulkan permasalahan karena dikelolanya untuk mencapai hasil sesuai
pada dasarnya pemerintah adalah dengan rencana yang telah dituangkan
pelayan masyarakat. Sebagaimana dalam perencanaan strategis
yang disebutkan oleh Rasyid (2000 : 13) Dalam rangka mengukur tingkat
bahwa fungsi pemerintah pada keberhasilan suatu instansi pemerintah
hakekatnya adalah pelayanan kepada sangat dibutuhkan adanya indikator
masyarakat. Pemerintah tidaklah yang jelas oleh stakeholders. Oleh
diadakan untuk melayani diri sendiri, karena itu indikator kinerja harus
tetapi untuk melayani masyarakat, merupakan sesuatu yang akan dihitung
menciptakan kondisi yang dan diukur serta digunakan sebagai
memungkinkan setiap anggota dasar untuk menilai atau melihat tingkat

268
kinerja, baik dalam tahap perencanaan, visi organisasi yang tertuang dalam
tahap pelaksanaan, maupun tahap perumusan skema strategis suatu
setelah kegiatan selesai dan berfungsi. organisasi.Sementara itu, pengukuran
Dengan indikator kinerja yang kinerja menurut Robertson (dalam
komprehensif, suatu organisasi Mahsun, 2014: 25) merupakan penilaian
mempunyai ukuran yang jelas terhadap pekerjaan yang dilakukan
bagaimana dia akan dikatakan berhasil apakah pekerjaan tersebut sudah
atau tidak berhasil. mencapai tujuan dan kriteria yang
Permasalahan pengukuran ditetapkan sebelumnya, sejauh mana
kinerja ini, khususnya mengenai pelaksanaan program atau pekerjaaan
pengukuran yang terfokus pada tersebut, serta efektivitas tindakan
penyerapan anggaran oleh instansi dalam mencapai tujuan.
pemerintah, menjadi perhatian bagi Pengukuran kinerja sektor
penulis dan menurut penulis merupakan publik (pemerintahan) digunakan untuk
permasalahan yang cukup krusial yang melihat sejauh mana kinerja yang telah
perlu kita perhatikan. dihasilkan dalam periode waktu tertentu
serta melihat tantangan-tangatang atau
TINJAUAN PUSTAKA hambatan-hambatan yang menganggu
2.1 Definisi Kinerja dan Pengukuran pencapaian kinerja.
Kinerja Berikut adalah Skema
Kinerja menurut Bastian (2001) Pengukuran Kinerja Pemerintahan
adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan

Rencana Pengukuran Evaluasi


Implementasi
Strategis Kinerja Kinerja

Gambar 1.1. Skema Pengukuran Kinerja


Sumber: (Mahsun,2014:29)

Pengukuran Kinerja Sektor Publik Pengukuran kinerja


Sistem pengukuran kinerja mendapatkan perhatian sejak
sektor publik menurut Mardiasmo munculnya konsep New Publik
(2002:121) adalah suatu sistem yang Management (Hood, 1995, Arnaboli dan
bertujuan untuk membantu manajer Azzone, 2010). Kinerja diukur melalui
publik menilai pencapaian suatu strategi penggunaan pengukuran kinerja dimana
melalui alat ukur finansial dan non suatu matrik digunakan untuk
finansial. Adapun maksud pengukuran mengkuantifikasi efisiensi atau
kinerja sektor publik, antara lain : (1) efektivitas dari suatu kegiatan
membantu mmperbaiki kinerja (Matthews, 2011). Hatry (1999)
pemerintah, (2) pengalokasian sumber mendefisinikan pengukuran kinerja
daya dan pembuatan keputusan, dan (3) sebagai pengukuran secara reguler
mewujudkan pertanggungjawaban terhadap hasil (outcome) dan efisiensi
publik dan memperbaiki komunikasi dari pelayanan atau program. Poister
kelembagaan. (2003) menyatakan sistem pengukuran
kinerja merupakan sistem manajemen
yang melacak ukuran kinerja pilihan

269
secara reguler untuk menilai implementasi, (2) pelaksanaan, dan (3)
kinerja meningkatkan pengambilan penggunaan informasi kinerja.
keputusan terprogram, kinerja, dan Perancangan dan implementasi terdiri
akuntabilitas dari aktivitas perancangan,
Pengukuran kinerja mempunyai pembangunan, pengujian, dan
banyak manfaat bagi organisasi. penyebaran. Pelaksanaan terdiri dari
Meskipun terdapat sedikit bukti kegiatan pengumpulan data, kontrol
efektivitasnya, sistem pengukuran kualitas data, dan analisis data dan
kinerja terus diimplementasikan pelaporan kinerja.Penggunaan informasi
didasarkan pada asumsi bahwa sistem kinerja untuk perencanaan/manajemen
pengukuran kinerja ini akan mempunyai strategis, manajemen operasi,
dampak positif terhadap kinerja (Bourne, penganggaran dan manajemen
Kennerley & Franco-Santos, 2005). keuangan, manajemen sumber daya
Sedangkan Hatry (1999) manusia, dan lainnya.
mengemukakan pengukuran kinerja Konsep pengukuran kinerja lain
berhubungan dengan aktivitas evaluasi di sektor publik menurut Mardiasmo
lainnya yaitu evaluasi program dan studi (2002:127) mengacu pada konsep value
mendalam lainnya, hubungan dengan for money (VFM). Konsep value for
audit kinerja, dan perencanaan money terdiri dari tiga elemen utama,
strategis, penganggaran, dan analisis yaitu:
kebijakan. Pengukuran dan pelaporan (1) Ekonomi
kinerja bermanfaat untuk meningkatkan Ekonomi terkait dengan
program dan akuntabilitas (Hildebrand pengkonversian input primer berupa
dan McDavid, 2011). Bourne, Kennerley sumber daya keuangan (uang / kas)
& Franco-Santos (2005) lebih lanjut menjadi input sekunder berupa
mengemukakan sistem pengukuran tenaga kerja, bahan, infrastruktur,
kinerja digunakan untuk mendukung dan barang modal yang dikonsumsi
berbagai fungsi manajemen. untuk kegiatan operasi organisasi.
Terdapat tiga komponen dalam Organisasi harus memastikan
sistem pengukuran kinerja menurut bahwa dalam perolehan sumber
Poister (2003), antara lian: (1) daya input tidak terjadi pemborosan.
pengumpulan data dan pemrosesan, (2) (2) Efisiensi
analisis, dan (3) tindakan lanjutan atau Efisiensi terkait dengan hubungan
pengambilan keputusan. Komponen antara output berupa barang atau
pengumpulan data dan pemrosesan pelayanan yang dihasilkan dengan
meliputi kegiatan pengumpulan data, sumber daya yang digunakan untuk
pemrosesan data, komputasi indikator menghasilkan output.
kinerja, dan jaminan kualitas. Komponen (3) Efektivitas
analisis adalah komparasi data terkait Efektivitas terkait dengan hubungan
waktu, target, unit organisasi, antara hasil yang diharapkan
benchmarks eksternal, dan rincian lain. dengan hasil yang sesungguhnya
Komponen tindakan lanjutan terkait tercapai. Efektivitas merupakan
dengan keputusan (strategi, program, hubungan antara output dengan
pemberian pelayanan, operasi, sumber tujuan. Semakin besar kontribusi
daya, tujuan, sasaran, target, dan output terhadap pencapaian tujuan,
standar), indikator kinerja, dan evaluasi maka semakin efektif organisasi,
program. program, atau kegiatan.
Hasil kajian literatur atas sistem Konsep VFM menekankan pada
pengukuran kinerja juga dilakukan hasil atau pelayanan terhadap publik.
Powers (2009) yang mengajukan Organisasi tidak hanya berfokus pada
kerangka untuk pengevaluasian pendapatan saja, tetapi bagaimana
efektivitas sistem pengukuran kinerja. meningkatkan pelayanan terhadap
Kerangka sistem pengukuran kinerja ini publik. Menurut Greiling (2005) untuk
meliputi (1) perancangan dan mengukur tingkat ekonomi, efisiensi dan

270
efektivitas diperlukan pengembangan pada SAKIP itu sendiri, terdiri dari
indikator kinerja dalam desain sistem rencana strategis, rencana kegiatan,
pengukuran kinerja organisasi. pengukuran kinerja, evaluasi kinerja,
dan analisis akuntabilitas kinerja.
PEMBAHASAN Akuntabilitas suatu instansi yang
Akuntabilitas pemerintahan di diwujudkan melalui implementasi SAKIP
negara yang menganut paham sangat penting terhadap penerapan
demokrasi sebenarnya tidak lepas prinsip-prinsip good governance, yaitu
dari prinsip dasar demokrasi yaitu untuk memperoleh keyakinan memadai
kedaulatan adalah di tangan rakyat. bahwa tujuan suatu usaha atau kegiatan
Pemerintahan demokrasi menjalankan yang spesifik akan dapat dicapai dan
dan mengatur kehidupan rakyat dalam dapat mencegah hilangnya sumber
bernegara dengan mengeluarkan daya.
sejumlah aturan serta mengambil dan Akuntabilitas merupakan kata
menggunakan sumber dana kunci dari sistem tersebut yang dapat
masyarakat. Pemerintah wajib diartikan sebagai perwujudan dari
memberikan pertanggungjawabannya kewajiban seseorang atau instansi
atas semua aktivitasnya kepada pemerintah untuk
masyarakat. Seiring dengan mempertanggungjawabkan pengelolaan
meningkatnya aktivitas pemerintah sumber daya dan pelaksanaan
dalam pengaturan perdagangan dan kebijakan yang dipercayakan
industri, perlindungan hak asasi dan kepadanya dalam rangka pencapaian
kepemilikan serta penyediaan jasa tujuan yang telah ditetapkan melalui
sosial, timbul kesadaran yang luas untuk media pertanggungjawaban dan berupa
menciptakan sistem laporan akuntabilitas yang disusun
pertanggungjawaban pemerintah yang secara periodik.
lebih komprehensif. Instruksi Presiden (INPRES)
Sistem tersebut antara lain Nomor 7 Tahun 1999 tentang
meliputi sistem anggaran pendapatan Akuntabilitas Kinerja Instansi
dan belanja, organisasi pelayanan Pemerintah mewajibkan setiap instansi
pemerintah, manajemen wilayah yang pemerintah untuk memper-
profesional serta pengembangan praktik tanggungjawabkan pelaksanaan tugas
akuntansi dan pelaporan keuangan. dan fungsinya,termasuk pengelolaan
Ternyata dalam pelaksanaannya, sumber daya yang ada dengan
keingintahuan masyarakat tentang didasarkan suatu perencanaan
akuntabilitas pemerintahan tidak dapat strategis. Pertanggungjawaban
dipenuhi hanya dengan informasi dimaksud dilaporkankepadapemberi
keuangan saja. Masyarakat ingin tahu mandat, pimpinanmasing-masing
lebih jauh apakah pemerintah yang instansi, lembaga pengawasan dan
dipilihnya telah beroperasi dengan penilai akuntabilitas,danakhirnya
ekonomis, efisien dan efektif. disampaikan kepada Presiden. Laporan
Sistem pengukuran kinerja di tersebut menggambarkan kinerja
Indonesia dikenal dengan nama sistem instansi pemerintah melalui suatu
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
(SAKIP). Berbagai pengungkapan Pemerintah (SAKIP).
dituangkan dalam dokumen-dokumen Pertanggungjawaban sumber
SAKIP. SAKIP pada dasarnya daya publik (public resources) ini
merupakan suatu instrumen yang merupakan kuncidari proses
digunakan instansi/lembaga pemerintah pengelolaan negara serta merupakan
dalam memenuhi kewajiban untuk elemen yang utama bagi demokrasi
mempertanggungjawabkan keberhasilan yang sehat. Pihak legislatif, eksekutif
dan kegagalan pelaksanaan misi dan masyarakat sangat ingin
organisasi. Unsur-unsur yang terdapat mengetahui, apakah pelayanan
pemerintah kepada masyarakat telah

271
dilaksanakan secara efisien, efektif, 1. Rencana Strategis
ekonomis serta telah menaati hukum Rencana strategis merupakan
dan aturan yang ada dokumen perencanaan instansi
Tujuan SAKIP adalah untuk pemerintah dalam periode 5 (lima)
mendorong terciptanya akuntabilitas tahun yang memuat visi, misi,
kinerja instansi pemerintah. Adapun tujuan, strategi, kebijakan, program
sasaran yang ingin dicapai dari SAKIP dan kegiatan pembangunan serta
tersebut, antara lain : indikator kinerja utama, sesuai
a. Menjadikan instansi pemerintah dengan tugas dan fungsi instansi
yang akuntabel sehingga dapat pemerintah yang disusun dengan
beroperasi secara efisien, efektif, berpedoman pada rencana
dan responsif terhadap aspirasi pembangunan Jangka Menengah
masyarakat dan lingkungannya. Nasional (RPJM). Rencana
b. Terwujudnya transparansi instansi strategis juga merupakan proses
pemerintah. berkelanjutan dan sistematis dari
c. Terwujudnya partisipasi masyarakat pembuatan keputusan yang
dalam pelaksanaan pembangunan berisiko, dengan memanfaatkan
nasional. sebanyak-banyaknya pengetahuan
d. Terpeliharanya kepercayaan antisipasi dan
masyarakat kepada pemerintah. mengorganisasikannya secara
Selanjutnya SAKIP ini dalam PP sistematis untuk usaha-usaha
8 Tahun 2006 tentang Pelaporan melaksanakan keputusan tersebut
Keuangan dan Kinerja Instansi serta mengukur hasilnya melalui
Pemerintah dikembangkan secara umpan balik yang sistematis.
terintegrasi dengan sistem Dalam implementasi SAKIP,
perencanaan, sistem penganggaran, perencanaan strategis merupakan
sistem perbendaharaan, dan sistem langkah awal untuk melaksanakan
akuntansi pemerintahan. SAKIP juga mandat, merupakan paduan dari
tertuang dalam Peraturan Presiden implementasi strategic management
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem dan strategic thinking yang dinamis.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Rencana Strategis (Renstra)
Pemerintah yang mana didalamnya merupakan dokumen penting untuk
menyebutkan SAKIP merupakan masa depan sebagai produk dari
rangkaian sistematik dari berbagai sistem pemerintahan yang
aktivitas, alat dan prosedur yang berorientasi pada hasil dan proses
dirancang untuk tujuan penetapan dan sekaligus.
pengukuran, pengumpulan data,
2. Perjanjian Kinerja
pengklarifikasian, pengikhtisaran, dan
Perjanjian kinerja adalah
pelaporan kinerja pada instansi
lembar/dokumen yang berisikan
pemerintah, dalam rangka
penugasan dari pimpinan instansi
pertanggungjawaban dan peningkatan
yang lebih tinggi kepada pimpinan
kinerja instansi pemerintah. Adapun
instansi yang lebih rendah untuk
tentang petunjuk teknis perjanjian
melaksanakan program/kegiatan
kinerja, pelaporan kinerja dan tata
yang disertai dengan indikator
caraReview laporan kinerja instansi
kinerja. Perjanjian kinerja selain
pemerintah dikeluarkan PERMENPAN
berisi mengenai perjanjian
No. 53 Tahun 2014.
penugasan/ pemberian amanah,
Penyelenggaraan SAKIP ini
juga terdapat sasaran strategis,
dilaksanakan untuk menghasilkan
indikator kinerja dan target yang
sebuah laporan kinerja yang berkualitas
diperjanjikan untuk dilaksanakan
serta selaras dan sesuai dengan
dalam 1 (satu) tahun serta memuat
tahapan-tahapan meliputi :
rencana anggaran untuk program

272
dan kegiatan yang mendukung laporan kinerja atas prestasi kerja
pecapaian sasaran strategis. yang dicapai berdasarkan
Penggunaan Anggaran yang telah
3. Pengukuran kinerja dialokasikan. Laporan kinerja
Pengukuran kinerja tersebut terdiri dari Laporan Kinerja
merupakan langkah untuk Interim dan Laporan Kinerja
membandingkan realisasi kinerja Tahunan. Laporan Kinerja Tahunan
dengan sasaran (target) kinerja paling tidak memuat perencanaan
yang dicantumkan dalam strategis, pencapaian sasaran
lembar/dokumen perjanjian kinerja strategis instansi pemerintah,
dalam rangka pelaksanaan realisasi pencapaian sasaran
APBN/APBD tahun berjalan. strategis dan penjelasan yang
Pengukuran kinerja dilakukan oleh memadai atas pencapaian kinerja.
penerima tugas atau penerima
6. Review dan Evaluasi Kinerja
amanah pada seluruh instansi
Review merupakan langkah
pemerintah.
dalam rangka untuk meyakinkan
Pengukuran kinerja tidak
keandalan informasi yang disajikan
dimaksudkan sebagai mekanisme
sebelum disampaikan kepada
pemberian reward and punishment,
pimpinan. Review tersebut
namun lebih merupakan suatu
dilaksanakan oleh Aparat
metode untuk menilai kemajuan
pengawasan intern pemerintah dan
yang telah dicapai dibandingkan
hasil Review berupa surat
dengan tujuan dan sasaran yang
pernyataan telah diReview yang
ditetapkan. Instrumen PKPK
ditandatangani oleh Aparat
(Pengukuran Kinerja
pengawasan intern pemerintah.
Program/Kegiatan), PPS
Sedangkan evalusi kinerja
(Pengukuran Pencapaian Sasaran),
merupakan evaluasi dalam rangka
dan BSC (Balanced Scorecard)
implementasi SAKIP di instansi
merupakan alat pengukuran kinerja
pemerintah.
yang berguna dan saling
Seperti yang dijelaskan di atas,
melengkapi.
Pemerintah Indonesia sudah memiliki
Pimpinan di tingkat atas
model dalam sistem pengukuran kinerja
memerlukan kualitas informasi
yang ditetapkan dalam SAKIP dan
kinerja dengan karakteristik lebih
menghasilkan laporan berupa LAKIP.
teragregasi, real time, yang bersifat
Sebagai suatu sistem, SAKIP terus
kuantitatif baik untuk input, output
menerus disempurnakan oleh
maupun outcome.
pemerintah.Walaupun sudah diterapkan
4. Pengelolaan Kinerja dan disempurnakan, SAKIP masih
Pengelolaan kinerja memiliki beberapa kekurangan dan
merupakan proses kelemahan. Kekurangan dan kelemahan
pencatatan/registrasi, tersebut, antara lain:
penatausahaan dan penyimpanan a. Dasar hukum paling tinggi yang
data kinerja serta melaporkan data mengatur adalah PP
kinerja. Pengelolaan data kinerja b. Masih terdapat perbedaan nama
mempertimbangkan kebutuhan laporan
instansi pemerintah sebagai c. Belum dilakukan penggabungan
kebutuhan manajerial, data/laporan atau kompilasi laporan kinerja pada
keuangan yang dihasilkan dari level Pemerintah Pusat
sistem akuntansi dan statistik d. Belum dilakukan audit atas laporan
pemerintah. kinerja.
Selain kelemahan-kelemahan di
5. Pelaporan Kinerja
atas,indikator pengukuran kinerja
Pelaporan kinerja adalah
instansi/lembaga pemerintah masih
proses menyusun dan menyajikan

273
banyak mendapat komentar yang instansi tetapi lebih ditekankan kepada
kurang baik dari masyarakat. Komentar- output, proses, manfaat, dan dampak
komentar tersebut wajar terjadi karena dari program instansi tersebut bagi
antara harapan masyarakat terhadap kesejahteraan masyarakat. Melalui
kinerja instansi pemerintah dengan apa suatu pengukuran kinerja, keberhasilan
yang dilakukan oleh para pengelola dan suatu instansi pemerintah akan lebih
pejabat pemerintahan sering berbeda. dilihat dari kemampuan instansi tersebut
Artinya, terjadi kesenjangan harapan berdasarkan sumber daya yang
(expectation gap) yang bisa dikelolanya untuk mencapai hasil sesuai
menimbulkan ketidakharmonisan antara dengan rencana yang telah dituangkan
instansi pemerintah dengan para direct dalam perencanaan strategis.
users dari masyarakat . Pengukuran tingkat
Expectation gap merupakan keberhasilan suatu instansi pemerintah
kesenjangan yang terjadi karena adanya sangat dibutuhkan adanya indikator
perbedaan antara harapan masyarakat yang jelas oleh stakeholders.Indikator
dengan apa yang sebenarnya menjadi kinerja adalah ukuran kuantitaif dan/atau
pedoman mutu manajemen suatu kualitatif yang menggambarkan tingkat
organisasi yang menyediakan layanan pencapaian suatu sasaran atau tujuan
publik. Hal ini sebagai akibat dari belum yang telah ditetapkan. Oleh karena itu
adanya sistem pengukuran kinerja indikator kinerja harus merupakan
formal yang dapat menginformasikan sesuatu yang akan dihitung dan diukur
tingkat keberhasilan suatu instansi serta digunakan sebagai dasar untuk
pemerintah.Walaupun sudah ada menilai atau melihat tingkat kinerja, baik
LAKIP, para pengelola pemerintahan dalam tahap perencanaan, tahap
sering mempunyai anggapan bahwa pelaksanaan, maupun tahap setelah
ukuran keberhasilan suatu instansi kegiatan selesai dan berfungsi. Dengan
pemerintah cukup ditekankan pada demikian, tanpa adanya indikator
kemampuan instansi tersebut dalam kinerja, sulit bagi kita untuk menilai
menyerap anggaran.Jadi, suatu instansi tingkat keberhasilan dan
dinyatakan berhasil jika dapat menyerap ketidakberhasilan kebijaksanaan
100% anggaran pemerintah walaupun maupun program suatu instansi
hasil maupun dampak yang dicapai dari pemerintah. Dengan indikator kinerja,
pelaksanaan program tersebut masih suatu organisasi mempunyai wahana
berada jauh di bawah standar. yang jelas bagaimana dia akan
Keberhasilan ini hanya ditekankan pada dikatakan berhasil atau tidak berhasil di
aspek input tanpa melihat tingkat output masa yang akan datang.
maupun dampaknya. Sementara Indikator kinerja suatu
masyarakat mengharapkan organisasi hendaknya dapat dipahami
keberhasilan instansi pemerintah adalah secara sama baik oleh manajemen
tindakan nyata yang bisa meningkatkan maupun stakeholders. Dengan indikator
kesejahteraan mereka. yang sama dan persepsi yang sama
Pada saat ini, fenomena maka penilaian keberhasilan diharapkan
pengukuran keberhasilan yang hanya menggunakan kriteria yang sama
menekankan pada input seperti di atas sehingga lebih obyektif. Indikator kinerja
banyak mendapat sorotan tajam dari instansi pemerintah semestinya tidak
berbagai pihak. Oleh karena itu hanya dipahami pejabat atau aparatur
dipertimbangkan untuk memperbaiki instansi pemerintah, namun juga penting
indikator keberhasilan suatu instansi bagi pihak lain seperti legislatif, investor,
pemerintah agar lebih mencerminkan kreditur, institusi internasional,
kinerja sesuangguhnya.Tingkat pengamat, dan juga masyarakat umum.
keberhasilan suatu instansi pemerintah Jadi dengan adanya indikator yang jelas
harus memperhatikan seluruh aktivitas. diharapkan akan menciptakan
Tingkat keberhasilan harus diukur tidak konsensus berbagai pihak baik internal
semata-mata kepada input dari program maupun eksternal untuk menghindari

274
kesalahan interpretasi selama Greiling, D., (2005), “Performance
pelaksanaan program dan dalam measurement in the public sector:
menilai keberhasilan suatu instansi the German experience”,
pemerintah. International Journal of Productivity
and Performance
ManagementVol.54 No.7, pp. 551-
PENUTUP
567
Pemerintah Indonesia saat ini
Harimurti, Yohanes. (2004).
sudah memiliki model dalam sistem
Problematika Suatu Instansi
pengukuran kinerja yang ditetapkan
Pemerintah dalam Menyusun
dalam SAKIP dan menghasilkan laporan
Indikator Kinerja Tinjauan dari
berupa LAKIP.Sebagai suatu sistem,
Dimensi Value For Money. Jurnal
SAKIP terus menerus disempurnakan
Akuntansi dan Keuangan Sektor
oleh pemerintah.Walaupun sudah
Publik Volume 5 Nomor 2, 1-9.
diterapkan dan disempurnakan, SAKIP
Hatry, Harry P. 1999. Performance
masih memiliki beberapa kekurangan
Measurement Getting Results. The
dan kelemahan. Kekurangan tersebut
Urban Institute Press, Washington
adalah dasar hukum paling tinggi yang
D.C.
mengatur adalah PP, masih terdapat
Hildebrand, Richard dan James C.
perbedaan nama laporan, belum
McDavid. 2011. Joining Public
dilakukan penggabungan atau kompilasi
Accountability and Performance
laporan kinerja pada level pemerintah
Management: A Case study of
pusat, dan belum dilakukan audit atas
Lethbridge, Alberta. Canadian
laporan kinerja.
Public
Walaupun sudah ada SAKIP,
Administration/Administration
namun pengukuran kinerja masih
Publique Du Canada Volume 54,
terfokus pada penyerapan anggaran
No. 1 (March/Mars 2011), pp. 41-
saja.Ukuran kinerja pada keberhasilan
72.
pada penyerapan anggaran berarti
Hindri Asmoko, 2014. Evaluasi
hanya ditekankan pada aspek input
Pengukuran Kinerja Pemerintah
tanpa melihat tingkat output maupun
Pusta di Indonesia. Jurnal
dampaknya.Indikator pengukuran
Badan Pendidikan dan
kinerja pemerintah sebaiknya mudah
Pelatihan Keuangan
diukur dan dipahami oleh semua
Kementerian Keuangan
stakeholder agar tidak terjadi
Hood, Christopher. 1995. The New
kesenjangan harapan antara pemerintah
Public Management in the 1980s:
dan masyarakat.
Variations on a theme. Accounting,
Organization and Society, Vol. 20
DAFTAR ACUAN
No.2/3, pp. 93-109.
Arnaboldi, Michela dan Giovanni
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja
Azzone. 2010. Constructing
Sektor Publik. Yogyakarta: UPP
Performance Measurement in The
AMP YKPN.
Public Sector. Critical Perspectives
Mahsun, Mohamad. 2014. Pengukuran
on Accounting 21, pp. 266-282.
Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor
BPFE.
Publik. Badan Penerbit Fakultas
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor
Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Bourne, Kennerley & Franco-Santos.
Matthews, Joseph R. 2011. Assesing
2005. Managing Through
Organizational Effectiveness: The
Measures: a Study of Impact on
Role of Performance Measures.
Performance. Journal of
Library Quarterly Vol. 81 No. 1, The
Manufacturing Technology
University of Chicago.
Mangement, Vol. 16, No. 4, pp.
Poister, Theodore H. 2003. Measuring
373-395.
Performance in Public and

275
Nonprofit Organizations. Jossey- Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun
Bass A Wiley Imprint, San 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Francisco, CA. Kinerja Instansi Pemerintah
Powers, Lori Criss. 2009. A Framework Instruksi Presiden Republik Indonesia
for Evaluating the Effectiveness of Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Performance Measurement Akuntabilitas Kinerja Instansi
System. RealWorld Systems Pemerintah.
Research Series 2009. Diunduh Peraturan Menteri PAN Nomor
dari PER/09/M.PAN/5/2007 tahun 2007
http://ssrn.com/abstract=1371158. tentang Pedoman Umum
Tim Studi Pengembangan Sistem Penetapan Indikator Kinerja Utama
Akuntabilitas Kinerja Instansi di Lingkungan Instansi Pemerintah.
Pemerintah. 2011. Pengukuran Peraturan Menteri PAN Nomor PEW 20
Kinerja Suatu Tinjauan pada M.PAN 1111 2008 tahun 2008
Instansi Pemerintah. Edisi 1. tentang Penyusunan Indikator
Jakarta: BPKP. Kinerja Utama.
Rasyid, Muhammad Ryaas, 2000, Peraturan Menteri Negara
Makna Pemerintahan – Tinjauan Pendayagunaan Aparatur Negara
dari segi Etika dan Kepemimpinan, dan Reformasi Nomor 29 Tahun
Jakarta : PT. Mutiara Sumber 2010 tentang Pedoman
Widya Penyusunan Penetapan Kinerja
Sumber lain: dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 Instansi Pemerintah.
tentang Keuangan Negara. Peraturan Menteri PAN Nomor 53 tahun
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 2014 tentang Petunjuk Teknis
tentang Perbendaharaan Negara. Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Kinerja Dan Tata Cara Review
tentang Pemeriksaan Pengelolaan Laporan Kinerja Instansi
dan Tanggung Keuangan Negara. Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun Keputusan Menteri Keuangan Nomor
2006 tentang Pelaporan Keuangan 454/KMK.01/2011 tentang
dan Kinerja Instansi Pemerintah. Pengelolaan Kinerja di Lingkungan
Kementerian Keuangan.

276
KIPRAH PEREMPUAN DALAM POLITIK
DI LIHAT DARI SUDUT PANDANG ISLAM
(Suatu studi pada kepemimpinan politik Megawati Soekarno Putri)

Tatik Fidowaty
(Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom/novi_me11@yahoo.co.id)

ABSTRAK
Perempuan merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang unik dengan berbagai
kelebihan dan kekurangan. Perempuan sering mendapatkan perlakuan yang diskriminatif
karena di anggap kedudukannya di bawah laki-laki seperti tidak boleh beraktifitas di luar
rumah, akan tetapi perempuan berusaha untuk mendobrak paham tersebut dengan
banyaknya perempuan yang bekerja diluar rumah dan berpartisipasi dalam politik dan
bahkan menjadi pemimpin.
Kepemimpinan perempuan dalam politik menuai pro dan kontra, bagi ulama
dengan pemikiran yang konservatif dan tradisionalis, perempuan tidak di perbolehkan
untuk menjadi pemimpin apalagi jika menduduki jabatan tertinggi, sedangkan yang
membolehkan perempuan untuk memimpin dalam kegiatan politik diwakili oleh ulama
moderat yang berpandangan bahwa kedudukan antara laki-laki dan perempuan sejajar
sehingga apabila perempuan tersebut memiliki kemampuan untuk memimpin, maka
diperbolehkan. Masing-masing ulama menafsirkan berdasarkan sudut pandang mereka
dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran sebagai sumbernya.
Pro dan kontra kepemimpinan politik perempuan di dominasi oleh faktor ideologi,
budaya dan perbedaan kepentingan. Dalam sejarah kepemimpinan di Indonesia,
Indonesia pernah di pimpin oleh presiden perempuan yaitu Megawati Suekorno Putri
yang merupakan presiden Indonesia ke-5. Megawati menjabat sejak 23 juli 2001 sampai
dengan 20 oktober 2004. Pada pemilihan umum secara langsung pada tahun 2004 ia
kalah sehingga yang menjadi presiden adalah Susilo bambang Yudhoyono. Megawati
menjadi pemimpin yang karismatik di dalam PDIP di antaranya karena faktor trah Bung
Karno, sistem kepartaian yang sangat sentralistik dan monoloyalitas kepada figur sentral
Megawati, sehingga walaupun Megawati terlihat santai akan tetapi Megawati selalu di
sanjung oleh para simpatisan dan kader partai karena menyandang nama besar ayahnya
yang membuatnya memiliki magnet untuk mengumpulkan massa pendukungnya.

Kata kunci: Islam, Perempuan, Politik, Kepemimpinan, Megawati

PENDAHULUAN pendapat dalam hal apakah perempuan


boleh menduduki jabatan tertinggi
1.1 Latar Belakang negara (presiden atau yang
Perempuan yang berpartisipasi semacamnya) seperti laki-laki.
dalam politik dilihat dari sudut pandang Perempuan dianggap tidak cocok
Islam selalu menarik untuk di bahas memegang kekuasaan ataupun memiliki
karena banyak menuai perdebatan. kemampuan seperti yang dimiliki laki-
Hingga zaman kerajaan-kerajaan Islam laki karena banyak yang beranggapan
(dinasti) tidak banyak menempatkan bahwa perempuan adalah mahluk yang
perempuan pada posisi-posisi yang lemah dan perlu untuk di lindungi.
strategis atau posisi kunci di Perempuan disamping sebagai
pemerintahan Kehadiran perempuan hamba Allah, ibu dari anak-anaknya,
dalam dunia politik hanyalah sebagai istri dari seorang suami, serta anak dari
pelengkap dari kekurangan yang ayah-bundanya adalah bagian dari
mungkin ada. Dalam hal berpolitik masyarakat sebagaimana halnya laki-
perempuan juga memiliki hak untuk laki. Keberadaan keduanya di tengah-
berpartisipasi di dalamnya sebagaimana tengah masyarakat tidak dapat
laki-laki. Namun, terjadi perbedaan dipisahkan satu sama lain, tetapi

277
merupakan satu kesatuan yang utuh, merupakan salah satu aktivitas politik
karena keduanya bertanggung jawab yang harus dilaksanakan baik oleh laki-
mengantarkan kaum Muslim untuk laki maupun perempuan secara
menjadi umat terbaik di dunia ini. Ini bersama-sama dan berkesinambungan.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa di jabatan kekuasaan atau legislasi. Hal
selama ini terdapat kesalahpahaman ini didukung oleh asumsi, bahwa jika
terhadap aktivitas politik perempuan. kekuasaan ataupun penentu kebijakan
Sebagian memandang bahwa bukan perempuan atau minoritas
keterlibatan perempuan dalam dunia perempuan, suara perempuan tidak
politik dianggap tidak layak dan akan didengar dan diperjuangkan.
melanggar fitrah, seakan-akan politik Akibatnya, wajar jika akhirnya
bukan milik dan bagian perempuan, perempuan dipandang harus menguasai
karena dalam kacamata mereka, politik suara di legislatif ataupun langsung
identik dengan kekerasan, kekuasaan, menduduki jabatan sebagai penentu
kelicikan atau tipu daya yang hanya kebijakan.
pantas menjadi milik laki-laki saja. Indonesia dalam pelaksanaan
Pandangan seperti inilah yang akhirnya pemerintahannya menggunakan sistem
membuat perempuan tidak mau demokrasi di mana masyarakat awam
berpolitik. Alih-alih melakukan aktivitas berpikiran bahwa demokrasi diartikan
politik, memikirkannya pun mereka tidak sebagai kebebasan di mana setiap
mau. Akhirnya, kaum perempuan hanya orang punya hak yang sama untuk ikut
mencukupkan diri untuk memikirkan dan serta dalam pemerintahan baik itu laki-
beraktivitas dalam urusan dirinya, anak- laki maupun perempuan. Dalam sejarah
anaknya, dan keluarganya. Pada saat kepemimpinan di Indonesia, Indonesia
yang sama, mereka tidak mau peduli pernah di pimpin oleh presiden
dengan apa yang terjadi di lingkungan perempuan yaitu Megawati Suekorno
sekitarnya. Putri yang merupakan presiden
Sebaliknya, sebagian yang lain Indonesia ke-5. Megawati menjabat
berpendapat bahwa justru perempuan sejak 23 juli 2001 sampai dengan 20
harus berkiprah dan berperan aktif di oktober 2004. Pro dan kontra mewarnai
segala bidang, sama dengan laki-laki kepemimpinan Megawati. Argumen
tanpa pengecualian, termasuk dalam penentang kebolehan kepemimpinan
bidang politik. Hanya saja, politik yang politik perempuan diwakili oleh kaum
mereka maksud terbatas pada aspek konservatif dan tradisionalis, sedangkan
kekuasaan dan legislasi saja. Artinya, yang membolehkan perempuan untuk
aktivitas politik mereka senantiasa memimpin dalam kegiatan politik diwakili
diarahkan pada upaya untuk meraih oleh ulama moderat.
peluang sebesar-besarnya untuk duduk

1.2 Rumusan Masalah ke dunia politik. Selain itu juga


Berdasarkan latar belakang di diharapkan memiliki kegunaan yang
atas, maka penulis merumuskan bersifat teoritis dan praktis sebagai
masalah dalam bentuk pertanyaan, berikut:
bagaimana kiprah perempuan dalam 1. Aspek teoritis adalah hasil studi ini
politik di lihat dari sudut pandang Islam? diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran tentang
1.3 Tujuan berbagai macam teori
Tujuannya adalah untuk kepemimpinan, perempuan dan
mengetahui kiprah perempuan dalam politik di lihat dari sudut pandang
politik di lihat dari sudut pandang Islam. Islam.
2. Aspek praktis (guna laksana) adalah
1.4 Kegunaan hasil studi ini diharapkan akan dapat
Hasil studi ini selain untuk memberikan masukan dan solusi
kepentingan akademik, penelitian ini dari berbagai masalah yang
juga dapat dijadikan sumber informasi, dihadapi kaum perempuan yang
bahan rujukan atau bahkan sebagai ingin memasuki dunia politik.
solusi bagi perempuan yang ingin terjun

278
KAJIAN PUSTAKA
pandangan yang berbeda dalam rangka
1.2 Politik memperoleh dukungan rakyat” (Maran,
Menurut Miriam Budiardjo dalam 2007:85).
bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik Menurut pengertian di atas partai
mengemukakan definisi politik sebagai politik merupakan organisasi
berikut: “Politik adalah bermacam- penghubung antara para pelaku politik
macam kegiatan dalam suatu sistem aktif dalam masyarakat dengan
politik (atau negara) yang menyangkut pemerintah. Dalam mewujudkan hal itu
proses menentukan tujuan-tujuan dari para pelaku politik aktif dalam
sistem itu dan melaksanakan tujuan- masyarakat tersebut berkompetisi
tujuan itu” (Budiardjo, 2002:8). dengan kelompok-kelompok lain yang
Berdasarkan definisi di atas, dapat memiliki pandangan yang berbeda.
dikemukakan bahwa politik merupakan Masyarakat yang dimaksud tersebut
kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam berasal dari golongan yang tidak tentu,
suatu negara dalam mencapai dan yaitu masyarakat dari berbagai kalangan
melaksanakan tujuan yang telah dibuat. dan berbagai profesi.
Kegiatan tersebut menyangkut proses Partai politik merupakan organisasi
menentukan tujuan-tujuan dari suatu politik yang dibentuk dengan suatu
negara dan melaksanakan tujuan-tujuan tujuan dan melaksanakan fungsi-fungsi
tersebut. tertentu guna pencapaian tujuannya.
Menurut Joyce Mitchell definisi Menjalankan fungsi-fungsi tersebut
politik adalah: “Pengambilan keputusan merupakan ciri negara yang
kolektif atau pembuatan kebijaksanaan berdemokrasi. Fungsi utama partai
umum untuk masyarakat seluruhnya politik adalah mencari dan
(Politics is collective decisionmaking or mempertahankan kekuasaan guna
the making of public policies for an mewujudkan program-program
entire society)” (Mitchell dalam berdasarkan ideologi tertentu. Selain
Budiardjo, 2002:11). fungsi utama tersebut terdapat
Maksud definisi di atas beberapa fungsi lain yang dilaksanakan
pengambilan keputusan oleh badan parpol, seperti yang dikemukakan oleh
hukum tertentu secara kolektif Ramlan Surbakti yaitu:
(pembuatan keputusan bersama) untuk 1. Fungsi sosialisasi politik.
kepentingan masyarakat. Sedangkan 2. Fungsi rekrutmen politik.
menurut Karl W. Deutsch definisi politik 3. Fungsi partisipasi politik.
sebagai berikut: “Politik adalah 4. Fungsi pemadu kepentingan.
pengambilan keputusan melalui sarana 5. Fungsi komunikasi politik.
umum” (Deutsch dalam Budiardjo, 6. Fungsi pengendali konflik.
2002:12). Maksud dari definisi di atas, 7. Fungsi kontrol politik.
politik merupakan pengambilan (Surbakti, 1992:117-121).
keputusan yang dilakukan suatu negara
melalui sarana umum, sarana umum Dalam negara demokratis partai
yaitu menyangkut tindakan umum atau politik menyelenggarakan beberapa
nilai nilai. fungsi, menurut Miriam Budiardjo fungsi
parpol ada empat (4) yaitu:
1.2.1 Partai Politik 1) Komunikasi Politik
Politik erat kaitannya dengan partai 2) Sosialisasi Politik
politik, karena partai politik merupakan 3) Rekruitment Politik
organisasi yang mewadahi. menurut 4) Pengatur Konflik
Sigmund Neumann dalam Maran (Budiarjdo, 2002:163-166)
definisi partai politik adalah: “Organisasi
penghubung yang terdiri dari para
pelaku politik aktif dalam suatu
masyarakat, yang menaruh perhatian
pada pengendalian kekuasaan
pemerintahan yang berkompetisi
dengan kelompok lain atau dengan
kelompok-kelompok yang memiliki

279
sebatas di organisasi saja tetapi bisa
Fungsi parpol negara demokratis juga terjadi dimanapun asalkan ada
berbeda dengan fungsi parpol negara kegiatan mempengaruhi.
komunis. Perbedaan tersebut dapat Konsep ini bisa dimekarkan
dilihat bahwa fungsi parpol dalam sehingga tidak hanya kemampuan untuk
negara demokratis mengatur dan bekerja tetapi juga kemauan kerja
menyalurkan aspirasi masyarakat, dengan semangat dan yakin. Semangat
sedangkan parpol dalam negara mencerminkan hasrat, kesungguhan
komunis mengendalikan aspek dan intensitas dalam pelaksanaan
kehidupan secara menyeluruh. Fungsi pekerjaan, rasa yakin mencerminkan
partai politik berbeda-beda, tergantung pengalaman dan kemampuan teknis.
faham yang dianut oleh negara tersebut. Memimpin berarti membimbing,
Sebgai contoh antara negara melaksanakan, mengarahkan, dan
demokratis dengan negara komunis. mendahului. Para pemimpin bertindak
membantu kelompok untuk mencapai
1.3. Kepemimpinan tujuan dan mendayagunakan
Kepemimpinan berasal dari kemampuan secara maksimal.
terjemahan bahasa Inggris, yaitu Pemimpin berdiri di belakang untuk
leadership. Secara etimologis leadership mendorong, pemimpin berada di depan
berasal dari terminologi to lead yang kelompok pada saat melancarkan
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan kemajuan-kemajuan mengilhami
menjadi terminologi pemimpin. Dari kelompok untuk mencapai tujuan. (Sani,
terminologi ini muncul terminologi leader 1987:232)
(memimpin) dan membentuk terminologi Sedangkan menurut Soerjono
leadership (kepemimpinan). Soekanto Kepemimpinan (leadership)
Pemimpin adalah orang yang adalah “Kemampuan dari seseorang
mempunyai pengikut, yang mengatur untuk mempengaruhi orang lain atau
dan mengkoordinasikan aktifitas pengikut-pengikutnya sehingga orang
groupnya untuk mencapai tujuan lain tersebut bertingkah laku
bersama. Sedangkan dalam Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh
dikenal dengan istilah khalifah. pemimpin tersebut. (Soekanto, 2006:
Pemimpin untuk mencapai tujuan yang 288).
diinginkan membutuhkan staf dan Dalam agama Islam terkenal
anggota yang kemudian muncul istilah dengan sebutan imamah yang menurut
yang dikenal dengan kepemimpinan. bahasa berarti “kepemimpinan”, seperti
Kepemimpinan menurut Miftah ketua atau yang lainnya baik ia memberi
Thoha dalam bukunya Kepemimpinan petunjuk ataupun menyesatkan. Imam
Dalam Manajemen merupakan juga disebut khalifah, yaitu penguasa
“kegiatan untuk mempengaruhi perilaku atau pemimpin tertinggi rakyat.
orang lain, atau seni mempengaruhi
perilaku manusia baik perorangan atau 1.2.2 Syarat-Syarat Kepemimpinan
kelompok. Kepemimpinan bisa terjadi Agar seorang pemimpin dapat
dimana saja, asalkan seseorang menjalankan kepemimpinannya dengan
menunjukan kemampuannya baik, maka diperlukan syarat-syarat
mempengaruhi perilaku orang-orang lain tertentu. Menurut Ghiselli yang dikutip
ke arah tercapainya suatu tujuan oleh Abdul Sani dalam bukunya
tertentu. (Thoha, 2003:9). Manajemen Organisasi menyebutkan
Mengacu pada pendapat diatas, adanya beberapa syarat dari
maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan yang efektif, yaitu:
kepemimpinan itu merupakan suatu (1) Kemampuan pengawasan dalam
kegiatan yang dilakukan seseorang kedudukan atau pelaksanaan
terhadap individu atau kelompok yang fungsi-fungsi manajemen, terutama
tujuannya untuk mempengaruhi pengarahan dan pengawasan
tindakan individu atau kelompok pekerjaan orang lain (para
tersebut agar bertindak sesuai yang bawahan).
diinginkan. Menurut pendapat ini, (2) Kebutuhan akan prestasi dalam
kepemimpinan tidak hanya terjadi pekerjaan, mencakup pencarian

280
tanggung jawab dan keinginan bahasa Jerman. Kata tersebut
untuk sukses. mempunyai arti like, wish, desire, aim.
(3) Kecerdasan, mencakup Kata want dalam bahasa Inggris bentuk
kebijaksanaan, pemikiran, kreatif, lampaunya adalah wanted. Jadi wanita
dan daya pikir. adalah who is being wanted (seseorang
(4) Ketegasan (decisivenes, atau yang dibutuhkan) yaitu seseorang yang
kemampuan untuk membuat di inggini.
keputusan-keputusan dan
memecahkan masalah-masalah METODE DAN TEHNIK
dengan cakap dan tepat. PENGUMPULAN DATA
(5) Kepercayaan diri, atau pandangan Metode yang di gunakan oleh
terhadap dirinya sebagai penulis dalam pembuatan artikel ini
kemampuan untuk menghadapi adalah metode deskriftif dengan
masalah-masalah. pendekatan kualitatif. Penulis
(6) Inisiatif atau kemampuan untuk menggunakan penelitian deskriptif
bertindak tidak tergantung karena penelitian ini dapat
mengembangkan serangkaian menggambarkan secara sistematis
aktivitas dan menemukan cara-cara kiprah perempuan dalam politik di lihat
baru atau inovasi. (Sani, 1987:250). dari sudut pandang Islam.
Hal itu sejalan dengan pendapat
1.3 Perempuan Moh.Nazir dalam bukunya Metode
Secara umum, Islam merupakan Penelitian Sosial yang mendefinisikan
agama yang mengatur seluruh metode deskriptif sebagai berikut:
kehidupan manusia dan juga Metode deskriptif adalah suatu metode
membicarakan semua hal dalam dalam meneliti status kelompok
berbagai aspek, termasuk di dalamnya manusia, suatu subjek, suatu set
masalah mahluk Tuhan yang berjenis kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun
kelamin perempuan suatu kelas peristiwa pada masa
Perempuan sebagai bagian dari sekarang. Tujuan dari penelitian ini
masyarakat sering di anggap sebagai adalah untuk membuat deskriptif,
kaum yang termarjinalkan sehingga gambaran/lukisan secara sistematis,
terjadi ketimpangan status sosial antara faktual dan akurat mengenai faktor-
laki-laki dan perempuan. Banyaknya faktor, sifat-sifat serta hubungan antara
penindasan terhadap perempuan fenomena yang diselidiki.
meunjukan bahwa laki-laki menguasai (Nazir,1999:63).
perempuan dalam berbagai bidang Sedangkan Teknik pengumpulan
kehidupan. Perempuan merupakan data yang digunakan penulis adalah
mahluk lemah lembut dan penuh kasih studi kepustakaan. studi kepustakaan ini
sayang karena perasaannya yang halus. dilakukan dengan cara mempelajari
Secara umum sifat perempuan yaitu literatur-literatur yang ada hubungannya
keindahan, kelembutan serta rendah dengan masalah yang diteliti. Penulis
hati dan memelihara. melakukan studi literatur untuk
Adapun pengertian perempuan mendapatkan data yang relevan dengan
sendiri secara etimologis menurut perempuan, politik dan kepemimpinan di
Zaitunah Subhan (199:19) adalah dari lihat dari sudut pandang Islam.
kata empu yang artinya dihargai. Lebih
lanjut Zaitunah menjelaskan pergeseran
PEMBAHASAN
istilah dari wanita ke perempuan. Kata
wanita di berasal dari kata sansekerta,
3.1 Perempuan dalam Islam
dengan dasar kata wan yang berarti
Pada dasarnya Islam tidak
nafsu, sehingga kata wanita mempunyai
membeda-bedakan manusia baik laki-
arti yang dinafsui atau merupakan objek
laki maupun perempuan, yang
nafsu. Jadi secara simbolik mengubah
membedakan keduanya hanyalah amal
kata wanita ke perempuan adalah
perbuatannya dan ketakwaan kepada
mengubah objek menjadi subjek. Tetapi
Allah. Akan tetapi ulama yang menganut
dalam bahasa Inggris wan ditulis
paham paternalistik beranggapan
dengan kata want atau men dalam
bahwa kedudukan/derajat perempuan
bahasa Belanda, wun dan schen dalam

281
lebih rendah di bandingkan dengan laki- mereka kerjakan”. (Q.S. An
laki, akibatnya seolah-olah Islam yang Nahl: 97).
mendiskriminasikan posisi perempuan
dan perannya dalam kehidupan publik Kedudukan wanita dan pria adalah
atau masyarakat. Padahal sama dan diminta untuk saling
sesungguhnya Islam sangat bekerjasama untuk mengisi kekurangan
menekankan pentingnya keadilan satu dengan yang lainnya, sebagai
tersebut, seperti firman Allah pada surat mana di jelaskan dalam surat Q.S. At –
Al-Maidah ayat 8, yang berbunyi: Taubah ayat 71 yang berbunyi:

َ‫ُ ْْ َْ ُ َ ْل ِن َنؤ ُْ َل َْ َ و َنم ْ ْؤ ْملا‬


ْ َْ ‫َل َْن ْؤاْ ؤِ لْلاَ َل َْن ْؤاْ ؤِ لَؤَْ َل‬
َ‫َ ََ َ َلنْاْ مْلا‬ ‫ِ ِا َْن ْؤ ْلن َِم َلنَِْن ْؤلاَ َن ي‬ َ َ‫ِل ْؤن َؤ َْ ْمل ِ َل َن ْل َْ ْلا‬
‫ََّْ َ ِ يا َي‬
ََّ َ َ‫َلنََْٰ و ُْل هنََِو‬
‫َ َن ْم َه ْؤ ْْ َْ ي‬ ْ ‫ََّ َل َم‬
َ ‫َنهنَؤ َ َلنْهِ نَْلاَ ي‬ ‫ي‬
ِ ِ ‫ِه‬
َ َِ ‫نه َهنِن‬

Artinya: “Dan orang-orang yang


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, lelaki dan
beriman! Jadikanlah kamu perempuan, sebahagian
sebagai penegak keadilan mereka (adalah) menjadi
karena Allah, (ketika) menjadi penolong bagi sebahagian
saksi dengan adil. Dan yang lain. mereka menyuruh
janganlah kebencianmu (mengerjakan) yang ma’ruf,
terhadap satu kaum, mencegah dari yang munkar,
mendorong kamu untuk mendirikan shalat, menunaikan
berlaku tidak adil, berlaku zakat dan mereka taat pada
adilah, karena (adil) itu lebih Allah dan Rasul-Nya. mereka
dekat kepada takwa. Dan itu akan diberi rahmat oleh
bertakwalah kepada Allah, Allah; Sesungguhnya Allah
sungguh, Allah Maha Teliti Maha Perkasa lagi Maha
apa yang kamu kerjakan”. Bijaksana”. (Q.S. At – Taubah:
(Q.S Al-Maidah [5]:8) 71)

Selain Q.S Al-Maidah [5]:8 di atas, Berdasarkan ayat di atas,


persamaan kedudukan antara laki-laki perempuan di anggap sama dalam
dengan perempuan dijelaskan dalam mendapatkan karunia Allah, baik yang
Q.S. An Nahl: 97 yang berbunyi: berdimensi akhirat maupun duniawi,
semua tergantung pada usaha dan
‫منُ ُْنم ٌَُِ ِل اؤ م ْمَْثُ َ لىىْثْنُمم ِْ َام ِْل كْم ًْ لِ اًمِل َام ْل َْمم ْ َمن‬ ْ ‫ُ َثن ْ ِي‬ kemampuan individu dalam memperoleh
‫ز لام ًِْملًْثُنبم ْى ََ ِْ َُناْم‬ ْ ‫ْ ىًْلام ْْىيلهُْام‬
ْ َ ْ ‫َمنِْ ْثرَ لسىْثْ ُب َْم ْرَ ْم ُُ َْمهلن‬ ridho dari Allah. Al-Quran sangat
menekankan kepada umatnya untuk
Artinya: “Barangsiapa yang berlaku adil dalam berbagai segi
mengerjakan amalan shalih, kehidupan manusia, baik dalam
baik laki-laki maupun kehidupan pribadi, bermasyarakat,
perempuan dalam keadaan berbangsa maupun bernegara. Al-Quran
beriman, maka sesungguhnya tidak membeda-bedakan umatnya
akan kami berikan kepadanya berdasarkan etnis, warna kulit, suku
kehidupan yang baik dan akan bangsa, kepercayaan, kelas sosial, ras,
kami beri balasan pula kepada pendidikan, maupun berdasarkan jenis
mereka dengan pahala yang kelamin.
lebih baik dari apa yang telah

3.2 Pro dan Kontra kepemimpinan laki-laki sehingga menimbulkan


politik Perempuan perbedaan dalam hal kemampuan.
Secara biologis dari segi fisik,
Perbedaan secara anatomis dan perempuan lebih kecil di bandingkan
fisiologis menyebabkan perbedaan pola laki-laki, suaranya lebih halus,
tingkah laku antara perempuan dengan perkembangan tubuh perempuan terjadi

282
lebih dini, kekuatan perempuan tidak kepala daerah atau bahkan kepala
sekuat laki-laki, dan secara fisiologis negara, penolakan kebanyakan terjadi
perempuan mempunyai pembawaan pada masyarakat yang berpikiran
yang kalem, lemah lembut, keibuan, konservatif dan tradisonalis. Ketika
emosional, anggun, cantik, perasaannya terjadi masalah pada perempuan saat
lebih halus, mudah tersentuh dan dia memimpin, maka dengan mudah
dilindungi. Sedangkan laki-laki dianggap mengatakan bahwa sebabnya ialah
kuat, keras, rasional, jantan, perkasa, gender. Padahal pada kenyataannya
galak dan melindungi. Karakteristik banyak juga kepemimpinan laki-laki
perempuan di atas kemudian di perkuat yang tersandung berbagai
oleh struktur kebudayaan yang ada, permasalahan.
khususnya oleh adat istiadat, sistem Ayat dalam Al-Quran yang sering di
sosial-ekonomi serta pengaruh jadikan para ulama tradisional acuan
pendidikan menjadikan kedududukan untuk menolak kiprah perempuan dalam
perempuan berada di bawah laki-laki. kepemimpinan politik adalah Q. S. al-
Kan tetapi, pada perkembangannya Nisa: 34 yang berbunyi:
kaum feminis menuntut adanya
kesetaraan antara laki-laki dan ‫علَى‬ َ ‫اَّللُ بَ ْع‬
َ ‫ض ُه ْم‬ َّ ‫ض َل‬َّ َ‫علَى النِّسَاءِّ بِّ َما ف‬ َ َ‫الرجَا ُل َق َّوا ُمون‬ ِّ
perempuan dalam segala bidang
ٌ‫ْض َو ِّب َما أ َ ْنفَقُوا مِّ ْن أَ ْم َوال ِِّّه ْم َفالصَّا ِّلحَاتُ َقانِّتَاتٌ حَا ِّف ََظات‬
ٍ ‫بَع‬
termasuk partisipasi perempuan
dalam politik praktis. Tentu saja pada َّ‫ُوزهُنَّ فَ ِّع َُظوهُن‬
َ ‫الَّلتِّي تَ َخافُونَ نُش‬ َّ ‫ب بِّ َما َح ِّف ََظ‬
َّ ‫اَّللُ َو‬ ِّ ‫ِّل ْلغَ ْي‬
awalnya hal ini mendapat benturan dari
‫َاج ِّع َواض ِّْربُوهُنَّ فَ ِّإ ْن أَ َط ْعنَ ُك ْم فَ ََّل‬
ِّ ‫َوا ْهج ُُروهُنَّ فِّي ا ْل َمض‬
kaum konservatif dan tradisionalis.
Mereka menganggap bahwa perempuan َ َ‫اَّلل كَان‬
‫ع ِّليًّا َك ِّب ا‬
‫يرا‬ َ َّ َّ‫يَّل ِّإن‬ َ َّ‫علَي ِّْهن‬
‫س ِّب ا‬ َ ‫ت َ ْبغُوا‬
yang ‘keluar dari rumahnya’ adalah tidak
Artinya: “Kaum Laki-laki itu adalah
lazim, tidak Islami, dan tidak berbudaya.
pemimpin bagi kaum wanita,
Perempuan bagi mereka hanyalah
oleh karena Allah telah
pengayom keluarga dan pendidik
melebihkan sebagian mereka
anak. Namun, pada perkembangannya,
(laki-laki) atas
mulai banyak ulama dan intelektual
sebahagianyang lain (wanita),
yang menyebutkan argumen-argumen
dan karena mereka (laki-laki)
mengenai bolehnya perempuan untuk
telah menafkahkan sebagian
berpartisipasi dalam kegiatan publik
harta mereka. Sebab itu maka
meski tidak lupa menyebutkan
wanita yang saleh, ialah yang
pula bahwa para perempuan tersebut
taat kepada Allah lagi
perlu berbicara terlebih dahulu kepada
memelihara diri ketika
suaminya.
suaminya tidak ada, oleh
Perempuan memiliki perannya
karena Allah telah memelihara
sendiri ketika mereka berpartisipasi
(mereka). Wanita-wanita yang
dalam kegiatan sosial-politik. Seperti
kamu khawatirkan nusyuznya,
membangun bangsa, berpartisipasi
maka nasehatilah mereka dan
dalam legislatif, atau keterlibatan dalam
pisahkanlah mereka di tempat
pengawasan sosial. Akan tetapi suara-
tidur mereka, dan pukullah
suara penolakan isu kepemimpinan
mereka. Kemudian jika
perempuan sepertinya lebih
mereka mentaatimu, maka
banyak disuarakan dalam nada budaya
janganlah kamu mencari-cari
dan nuansa patriarkis. Kebudayaan
jalan untuk menyusahkannya.
seringkali lebih menjadi alasan tepat
Sesungguhnya Allah Maha
mengapa mereka menolak
Tinggi lagi maha Besar”. (Q.S
kepemimpinan perempuan. Sehingga
Al-Nisa:8)
semangkin terlihat bahwa penolakan
Menurut Quraish Shihab dalam kitab
terhadap kepemimpinan perempuan
tafsirnya, Tafsir al-Mishbāh
lebih kepada unsur budaya bukan
menyebutkan bahwa: “Kaum laki-laki
agama. Kemudian barulah mereka
yakni jenis kelamin laki-laki atau suami
mencari pembenaran dalam kajian
itu adalah qawwamun pemimpin dan
keagamaan.
penanggung jawab atas kaum wanita,
Di Indonesia sekarang ini
oleh karena Allah telah melebihkan
banyak sekali perempuan yang menjadi

283
sebahagian mereka (laki-laki) atas Dalam hal ini terdapat dua
sebahagian yang lain (wanita), dan persoalan penting pada penggunaan
karena mereka yakni (laki-laki secara kata qawwam ini.
umum atau suami telah menafkahkan 1. Kaum lelaki bertanggung jawab untuk
sebagian dari harta mereka untuk menyediakan segala keperluan
membayar mahar dan biaya hidup untuk material dan spiritual wanita dalam
isteri dan anak-anaknya”. (Shihab, bentuk yang memuaskan sesuai
2000:402). dengan kesenangan dan
perasaannya sehingga dia tenang
Kata َ‫ قَ َّوا ُمون‬adalah bentuk jamak dari dan tenteram.
kata qawwām, yang terambil dari kata 2. Kaum lelaki memberikan
qāma. Kata ini berkaitan dengannya. perlindungan dan penjagaan
Ayat di atas menggunakan bentuk terhadap anggota keluarganya dalam
jamak yakni qawwāmūn sejalan dengan batas-batas kekuasaan terhadap
makna kata al-rijāl yang berarti banyak keluarganya.
lelaki. Di dalam kata ini tercakup (Rauf’izzat, 1997:159)
pengertian kepemimpinan. Namun,
makna yang dikehendaki dari kata ini Menurut Quraish Shihab (1996:314),
jauh lebih luas, yakni pemerliharaan ayat ini tidaklah mengenai
pembinaan dan pemenuhan hak- kepemimpinan lelaki dalam segala hal
kewajiban. Allah SWT. menetapkan (termasuk sosial dan politik) atas
lelaki sebagai pemimpin dengan dua perempuan, melainkan kepemimpinan
pertimbangan pokok, yaitu: lelaki atas perempuan dalam rumah
tangga. Artinya, menggunakan ayat ini
Pertama, ‫ْض‬ٍ ‫ع َلى بَع‬ َ ‫اَّللُ بَ ْع‬
َ ‫ض ُه ْم‬ َّ ‫بِّ َما َف‬
َّ ‫ض َل‬ sebagai larangan terhadap perempuan
bimā fadhdhala-llāhu ba’dhahum ‘alā untuk memimpin dalam politik tidaklah
ba’dh/karena Allah melebihkan tepat
sebahagian mereka atas sebahagian
yang lain, yakni masing-masing memiliki Tafsir Quraish Shihab berbeda
keistimewaan-keistimewaan. Tetapi dengan Allamah Thabathaba`i, ‫الرجَا ُل‬ ِّ
keistimewaan yang dimiliki lelaki lebih َ َ‫ قَ َّوا ُمون‬tidaklah dikhususkan
ِّ‫ع َلى النِّسَاء‬
menunjang tugas kepemimpinan untuk suami (atau dalam konteks rumah
daripada keistimewaan yang dimiliki tangga), melainkan memberi hak
perempuan. (Shihab, 2000:404). kepada para lelaki secara keseluruhan,
untuk memimpin para perempuan dalam
Menurut Ayatullah Jawadi Amuli segala hal yang mempengaruhi
(2011:362), kelebihan ini bukanlah bukti kehidupan keduanya (Thabathaba`i,
kemuliaan atau kelebihan yang patut 1992:210).
dibanggakan. Melainkan tugas dan
tanggung jawab yang harus Alasannya ialah, kepemimpinan
dilaksanakan. Maka lelaki diharapkan adalah suatu posisi dimana pemiliknya
untuk tidak bersikap tidak adil terhadap harus memiliki intelektual dan logika
apa-apa yang dipimpinnya. yang baik, sesuatu yang lekat kepada
para lelaki. Pendapat ‘Allamah
Kedua, ‫ َوبِّ َما أ َ ْنفَقُوا مِّ ْن أَ ْم َوال ِِّّه ْم‬wa bimā Thabathaba`i merupakan perwakilan
anfaqū min amwālihim/karena mereka dari pendapat ulama dan ahli fikih
(laki-laki) telah menafkahkan sebagian lainnya bahwa perempuan tidak boleh
dari harta mereka. Kalimat ini menjadi pemimpin, dan ayat ini menjadi
menunjukkan bahwa memberi nafkah dalil mereka.
kepada wanita telah menjadi suatu
kelaziman bagi lelaki, karena dalam Selain itu, argumen lainnya
sebuah keluarga laki-laki sebagai penentang kepemimpinan perempuan
pemimpin rumah tangga yang di ialah hadis dari Abi Bakrah bahwa
wajibkan untuk memenuhi kebutuhan Rasulullah saw. bersabda: Tidak akan
keluarganya. bahagia sesuatu kaum yang
mengangkat sebagai pemimpin mereka
seorang perempuan. Akan tetapi
Fatimah Mernissi mengkritik hadis ini,

284
lantaran adanya unsur politik dalam Saya seringkali mendengar hadits
hadis tersebut. Abi Bakrah menyebutkan ”wanita itu kurang akal dan agamanya.”
hadis tersebut ketika dalam situasi Dari hadits ini sebagian pria akhirnya
Perang Jamal, dimana ‘A`isyah, menganiaya para wanita. Oleh karena
bersama Zubayr dan Thalhah menjadi itu wahai Syaikh kami memintamu untuk
pemimpin bagi pasukan Jamal (unta). menerangkan makna hadits ini. Adapun
(Tahido Yanggo, 2010:51) makna hadits Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam: “Tidaklah aku pernah
Abi Bakrah sebagai pihak oposisi melihat orang yang kurang akal dan
nampak menyebutkan hadis tersebut agamanya sehingga dapat
untuk mendapatkan simpati orang-orang menggoyangkan laki-laki yang teguh
untuk menjelek-jelekkan ‘A`isyah. Ulama selain salah satu di antara kalian wahai
lain mencoba memahami hadis ini wanita.” Lalu ada yang menanyakan
dengan berpendapat, bahwa kepada Rasulullah, ”Wahai Rasulullah,
perempuan boleh menjadi pemimpin, apa yang dimaksud kurang akalnya?”
namun tidak menjadi top leader seperti Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun
kepala negara Islam atau khalifah. menjawab, ”Bukankah persaksian dua
Sedang hadis dari Abi Bakrah ini wanita sama dengan satu pria?” Ada
melarang kepemimpinan perempuan, al- yang menanyakan lagi, ”Wahai
Qur`an justru menyebutkan Rasulullah, apa yang dimaksud dengan
kepemimpinan perempuan melalui figur kurang agamanya?” Beliau shallallahu
Ratu Bilqis dari Saba’. ’alaihi wa sallam pun menjawab,
”Bukankah ketika seorang wanita
Enam alasan yang membuat mengalami haidh, dia tidak dapat
perempuan tidak boleh memimpin melaksanakan shalat dan tidak dapat
menurut para ulama adalah: berpuasa?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Alasan Pertama; Pemimpin wanita
pasti merugikan. “Tatkala ada Jadi, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
berita sampai kepada Nabi menjelaskan bahwa yang dimaksud
shallallahu ’alaihi wa sallam dengan kurang akalnya adalah dari sisi
bahwa bangsa Persia penjagaan dirinya dan persaksian tidak
mengangkat putri Kisro (gelar bisa sendirian, harus bersama wanita
raja Persia dahulu) menjadi lainnya. Inilah kekurangannya, seringkali
raja, beliau shallallahu ’alaihi wanita itu lupa. Akhirnya dia pun sering
wa sallam lantas bersabda, menambah-nambah dan mengurang-
”Suatu kaum itu tidak akan ngurangi dalam persaksiannya. Oleh
bahagia apabila mereka karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Dan
menyerahkan kepemimpinan persaksikanlah dengan dua orang saksi
mereka kepada wanita”. (HR. dari orang-orang lelaki (di antaramu).
Bukhari no. 4425) Jika tak ada dua oang lelaki, maka
Dari hadits ini, para ulama (boleh) seorang lelaki dan dua orang
berpendapat bahwa syarat al imam al perempuan dari saksi-saksi yang kamu
a’zhom (kepala negara atau presiden) ridhai, supaya jika seorang lupa maka
haruslah laki-laki. yang seorang mengingatkannya.” (QS.
Al Baqarah: 282)
Alasan Kedua; Wanita kurang akal
dan agama. “Tidaklah aku pernah Yang dimaksud dengan kurangnya
melihat orang yang kurang akal dan agama adalah ketika wanita tersebut
agamanya sehingga dapat dalam kondisi haidh dan nifas, dia pun
menggoyangkan laki-laki yang teguh meninggalkan shalat dan puasa, juga
selain salah satu di antara kalian wahai dia tidak mengqodho shalatnya. Inilah
wanita.” (HR. Bukhari no. 304) yang dimaksud kurang agamanya.
(Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 4/292)
Apa yang dimaksud dengan kurang akal
dan agamanya? Alasan Ketiga; Wanita ketika shalat
berjama’ah menduduki shaf paling
Ada yang menanyakan kepada belakang. Rasulullah shallallahu ’alaihi
Syaikh ’Abdul Aziz bin ’Abdillah bin Baz: wa sallam bersabda, “Sebaik-baik shof

285
untuk laki-laki adalah paling depan perkembangan pemikiran dari masa ke
sedangkan paling jeleknya adalah paling masa. Jika dulu perempuan di anggap
belakang, dan sebaik-baik shof untuk hanya sebagai pelengkap saja dengan
wanita adalah paling belakang banyaknya pembatasan terhadap kaum
sedangkan paling jeleknya adalah paling perempuan seperti, perempuan tidak
depan.” (HR. Muslim no. 440) boleh bersekolah, tidak punya hak
Alasan Keempat; Wanita tidak suara, hanya berperan sebagai ibu
dapat menikahkan dirinya sendiri, tetapi rumah tangga saja. Akan tetapi seiring
harus dengan wali. dengan perkembangan peradaban
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pemikiran tradisional yang
bersabda, “Tidak ada nikah kecuali membelenggu kaum perempuan
dengan wali.” (HR. Abu Daud no. 2085, tersebut mulai bergeser. Perempuan
Tirmidzi no. 1101 dan Ibnu Majah no. menjadi sejajar dengan laki-laki terlihat
1880. Syaikh Al Albani mengatakan dari banyaknya perempuan yang
bahwa hadits ini shohih). mampu bekerja dan menduduki posisi
sebagai pemimpin tanpa melupakan
Alasan Kelima; Wanita mengalami kewajibannya sebagai seorang ibu bagi
haidh, hamil, melahirkan, dan menyusui. anaknya dan seorang istri bagi
suaminya, seorang anak bagi ibu dan
Allah Ta’ala berfirman,“Dan perempuan- bapaknya.
perempuan yang tidak haid lagi Menurut penulis Islam tidak
(monopause) di antara perempuan- mengharamkan perempuan menjadi
perempuanmu jika kamu ragu-ragu pemimpin ataupun berpartisipasi dalam
(tentang masa iddahnya), maka masa politik selama mendapatkan izin dari
iddah mereka adalah tiga bulan; dan suaminya dan mempunyai kemampuan
begitu (pula) perempuan-perempuan untuk memimpin. Yang menyebabkan
yang tidak haid. Dan perempuan- masalah dan perdebatan adalah ketika
perempuan yang hamil, waktu iddah terjadi benturan kepentingan, budaya
mereka itu ialah sampai mereka dan egoisme pribadi antara laki-laki dan
melahirkan kandungannya. Dan perempuan. Perempuan juga sering
barangsiapa yang bertakwa kepada dikatakan sebagai tiang Negara, apabila
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya perempuan runtuh maka runtuh pula
kemudahan dalam urusannya.” (Q. S. pertahanan Negara, karena di balik laki-
Ath Tholaq: 4) laki yang sukses maka ada perempuan
tangguh yang menyokongnya. Sekarang
Jika datang waktu seperti ini, maka di ini bahkan banyak perempuan yang
mana tanggung jawab wanita sebagai beralih peran dengan laki-laki, dan
pemimpin? banyak perempuan tangguh yang
mampu melakukan pekerjaan yang di
Alasan Keenam; Wanita mudah putus lakukan oleh laki-laki
asa dan tidak sabar. Kita telah Pada era kontemporer seperti
menyaksikan pada saat kematian dan sekarang ini, apalagi dengan sistem
datangnya musibah, seringnya para demokrasi yang di anut oleh Indonesia.
wanita melakukan perbuatan yang Penolakan kepemimpinan perempuan
terlarang dan melampaui batas seperti dalam jabatan politik akan selalu
menampar pipi, memecah barang- menjadi perdebatan yang panjang dan
barang, dan membanting badan. melelahkan karena berbenturan dengan
Padahal seorang pemimpin haruslah konsep demokrasi itu sendiri apalagi
memiliki sifat sabar dan tabah. dengan adanya 30 % kuota keterwalikan
Menurut penulis, perbedaan perempuan di legislatif. Masyarakat
penafsiran antar ulama di atas terjadi awampun memahami demokrasi
karena perbedaan pandangan dan sebagai kebebasan untuk berpendapat,
ideologi yang di anut masing-masing berbicara, menyuarakan aspirasi dan
ulama. Perbedaan waktu penafsiran lain sebagainya bagi seluruh rakyat
juga mempengaruhi penafsiran ayat- Indonesia tanpa membedakan jenis
ayat Al-Quran tersebut, karena kelamin.
penafsiran ayat-ayat tersebut pada Apabila penulis cermati, di Negara
akhirnya disesuaikan dengan yang berdasarkan musyawarah untuk

286
mufakat maka, walaupun perempuan antaranya sebagai pemimpin yang
menjadi pemimpin akan tetapi mereka percaya diri, memiliki visi misi, dan
selalu di bantu oleh staf ahli di pelopor perubahan. Adapun faktor-
bidangnya masing-masing sehingga faktor yang menyebabkan Megawati
tugas sebagai pemimpin menjadi lebih menjadi pemimpin yang karismatik di
ringan dan hanya mengarahkan atau dalam PDIP di antaranya karena faktor
mengatur saja, meskipun tenggung trah Bung Karno, sistem kepartaian
jawab tetap berada pada pemimpin. yang sangat sentralistik dan
monoloyalitas kepada figur sentral
3.3 Kepemimpinan Politik Megawati Megawati, sehingga walaupun Megawati
Karier politik Megawati terbilang terlihat santai akan tetapi Megawati
melesat dengan cepat. Dalam kongres selalu di sanjung oleh para simpatisan
luar biasa PDI yang di selenggarakan di dan kader partai karena menyandang
Surabaya 1993, Megawati terpilih nama besar ayahnya. Kharisma yang
secara aklamasi sebagai Ketua Umum ada pada Megawati membuatnya
PDI. Pemilu 1999, PDI-P berhasil memiliki magnet untuk mengumpulkan
memenangkan pemilu. Meski bukan massa pendukungnya.
menang telak, tetapi ia berhasil meraih
lebih dari tiga puluh persen suara.
dalam Sidang Umum 1999 mega terpilih KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
menjadi wakil Presiden, Ia kalah tipis Kesimpulan
dalam voting pemilihan Presiden: 373 Berdasarkan pembahasan di atas,
banding 313 suara, kemudian pada penulis menarik kesimpulan sebagai
sidang istimewa MPR RI Senin berikut:
(23/7/2001), telah menaikkan statusnya 1. Dalam Kedudukan antara perempuan
menjadi Presiden, setelah Presiden dan laki-laki dalam islam adalah
Abdurrahman Wahid dicabut mandatnya sejajar, yang membedakannya
oleh MPR RI. hanyalah iman dan takwa kepada
Megawati menjabat sebagai Allah.
presiden selama kurang lebih 3 tahun, 2. Pro dan kontra kepemimpinan politik
karena pada pemilihan umum secara perempuan lebih di dominasi oleh
langsung pada tahun 2004 ia kalah faktor ideologi, budaya dan
pada putaran kedua sehingga yang perbedaan kepentingan serta agama
menjadi presiden adalah Susilo sebagai dalil.
bambang Yudhoyono. Dalam 3. Dalam menjalankan
kepemimpinannya Megawati kepemimpinannya Megawati
berpenampilan tenang dan tampak menggunakan gaya kepemimpinan
kurang acuh dalam menghadapi karismatik yang menempatkannya
persoalan. Tetapi dalam hal-hal tertentu sebagai figure penerus Suekarno.
megawati memiliki determinasi dalam
kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan
Rekomendasi
megawati yang anti kekerasan itu tepat
sekali untuk menghadapi situasi bangsa
Berdasarkan kesimpulan di atas
yang sedang memanas. Megawati lebih
maka penulis memberikan rekomendasi
menonjolkan kepemimpinan dalam
sebagai berikut:
budaya ketimuran. Ia cukup lama dalam
1. Manusia sebagai khalifah harus
menimbang-nimbang sesuatu
mampu hidup berdampingan dengan
keputusan yang akan diambilnya. Tetapi
mengedepankan asas toleransi
begitu keputusan itu diambil, tidak akan
sesuai dengan fitrahnya/kodratnya.
berubah lagi.
2. Peran perempuan sebagai pemimpin
Megawati mempunyai intuisi
publik tidak boleh mengganggu
tajam. Mega bertindak berdasarkan
perannya sebagai ibu dan istri yang
intuisinya, yang oleh orang-orang lain
baik untuk keluarga, sehingga
tidak terpikirkan sebelumnya. Mega
apabila di rasa mampu memimpin
cukup demokratis, tapi pribadi Megawati
maka lakukanlah, apabila tidak maka
dinilai tertutup dan cepat emosional. Ia
jangan memaksakan diri. Hail ini
alergi pada kritik. Megawati memiliki ciri-
perlu direnungkan secara mendalam.
ciri sebagai pemimpin karismatik yaitu di

287
3. Kepemimpinan karismatik didasarkan Zakiyah Munir, lily. 1999. Memposisikan
pada kemampuan khusus yang di Kodrat. Bandung: Mizan.
dapatkan karena anugrah sehingga Zaitunah Subhan. 1999. Tafsir
adakalanya wewenang karismatik Kebencian: Studi Bias Gender
menghilang dari seorang pemimpin dalam Perspektif al-Quran.
manakala masyarakatnya berubah Yogyakarta: LKis
dan mempunyai faham yang Rujukan elektronik:
berbeda. Untuk itu diperlukan http://id.wikipedia.org/wiki/Megawati_So
tindakan nyata keberpihakan kepada ekarnoputri
rakyat untuk mempertahankan kursi http://kinanti0205.wordpress.com/tag/me
kepemimpinan. gawati/
http://sosok.kompasiana.com/2013/04/1
6/mengenal-gaya-kepemimpinan-
DAFTAR ACUAN
presiden-di-indonesia-
Buku-buku:
551824.html
Budiardjo, Miriam. 2002. Dasar-Dasar
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstr
Ilmu Politik. Jakarta: PT.
eam/123456789/2982/1/102146-
Gramedia Pustaka Utama.
HADI%20MUSTAFA-FISIP.PDF
Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar
Sosiologi Politik. Jakarta: Asdi
Mahasatya.
Jawadi Amuli, Ayatullah. 2011.
Keindahan dan Keagungan
Perempuan: Perspektif Studi
Perempuan dalam Kajian Al-
Qur`an, Filsafat dan Irfan.
Jakarta: Sadra Press.
Nazir, M. 1999. Metode Penelitian
Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rauf ‘Izzat, Hibbah. 1997. Wanita dan
Politik, Pandangan Islam,
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,
Shihab. Quraish. 2000. Tafsir al-
Mishbāh: Pesan, Kesan dan
Keserasian al-Qur`an. Ciputat:
Lentera Hati
______________. 1996. Wawasan Al-
Qur`an: Tafsir Maudhu’i atas
Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung: Penerbit Mizan.
Sani, A. 1987. Manajemen Organisasi.
Jakarta: Gunung Agung.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi
suatu pengantar. Jakarta: Raja
Grapindo Persada
Surbakti Ramlan. 1992. Memahami Ilmu
Politik. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Tahido Yanggo, Huzaemah. 2010. Fikih
Perempuan Kontemporer.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Thabathaba`i, Allamah MH. 1992. Al-
Mizān: An Exegesis of the
Qur`an, vol. 8. Tehran: WOFIS.
Thoha, M. 1983. Kepemimpinan Dalam
Manajemen. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.

288
289

Anda mungkin juga menyukai