Anda di halaman 1dari 13

SOP PEMERIKSAAN KEHAMILAN

No. Dokumen No.Revisi Halaman: 1/1

Klinik Pratama
Dharma Husada
Ditetapkan Oleh:
Standar Penanggung Jawab
Operasional Tanggal Terbit Klinik Pratama Dharma Husada
Prosedur (SOP) 2 Mei 2023

dr. Anis Bitriarno, M.MRS


NIP: -
Tindakan yang dilakukan untuk pemeriksaan kebidanan pada masa
Pengertian
kehamilan yang terdiri dari edukasi, penapisan, deteksi dini,
pencegahan dan pengobatan

Tujuan Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan


anternatal yng berkualitas sehingga ibu hamil mampu menjalani
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan
bayi yang sehat dan berkwalitas
1. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, Kemenkes RI Tahun
Referensi 2015
2. Permenkes RI Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual
3. Buku KIA Jakarta, Depkes RI Tahun 2010
4. Permenkes Nomor 21 Tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan
Kehamilan, Melahirkan, Kontrasepsi dan Seksual
a. Menyiapkan alat dan bahan, antara lain :
Prosedur 1. Selimut
2. Buku KIA
3. Tensimeter
4. Stetoskop
5. Metelin
6. Funandoskop
7. Dopler
8. Reflek hammer
9. Jarum suntik disposable
10. Kapas
11. Air DTT
12. Vaksin Tetanus Toxoid
b. Instruksi kerja
1. Petugas menerima pasien masuk ruang kebidanan setelah
pendaftaran dari loket.
2. Petugas mempersiapkan kartu ibu.
3. Petugas melakukan anamnesa lengkap pada pasien baru dan
anamnesa lanjutan pada pasien lama.
4. Petugas melakukan pengukuran tekanan darah, BB,TB, dan
LILA.
5. Petugas meminta pasien untuk berbaring ditempat tidur
sambil menanyakan keluhan pasien.
6. Petugas melakukan inspeksi
7. Petugas Petugas melakukan palpasi /Leopold 1 sd 4.
8. Petugas melakukan auskultasi dengan doppler untuk
mendengarkan DJJ.
9. Petugas melakukan pendeteksian pada pasien untuk
kehamilan normal atau kehamilan beresiko.
10. Petugas memberitahu hasil pemeriksaan dan memberikan
konseling seputar kehamilan.
11. Petugas melakukan follow up untuk pemeriksaan lab pada
trimester III.
12. Petugas melakukan integrasi melalui rujukan internal atau
eksternal bila terdapat indikasi kehamilan beresiko.
13. Petugas mencatat dalam dokumen pencatatan dan pelaporan
dan memberitahu tanggal kunjungan berikutnya
Unit terkait - Klinik Pratama Dharma Husada
SOP HIPEREMESIS GRAVIDARUM

No. Dokumen No.Revisi Halaman: 1/1

Klinik Pratama
Dharma Husada
Ditetapkan Oleh:
Standar Penanggung Jawab
Operasional Tanggal Terbit Klinik Pratama Dharma Husada
Prosedur (SOP) 2 Mei 2023

dr. Anis Bitriarno, M.MRS


NIP: -
Keadaaan dimana seorang wanita hamil muda mengalami muntah
Pengertian
berlebigan lebih dari 10 kali dalam 24 jam, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan.
Tujuan Menurunkan angka kesakitan pada ibu dan bayi
Prawirohardjo S,Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Referensi Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
1. Lakukan anamnesa
Prosedur 2. Lakukan pemeriksaan menyeluruh
3. Lakukan konsultasi dengan dokter umum terlatih
4. Pedoman tatalaksana pada HG :
a. Rehidrasi parenteral dengan 500 cc RL dan 500 cc Dextrose
10% dalam 2 jam pertama
b. Pemeliharaan cairan 2.500 cc RL dan 500 cc NaCl 0.9%
untuk 22 jam berikutnya
c. Penderita dipuasakan sampai muntah berkurang
5. Lakukan pengukuran balance cairan
6. Lakukan dokumentasi secara lengkap
Unit terkait - Klinik Pratama Dharma Husada
SOP PEMERIKSAAN NIFAS

No. Dokumen No.Revisi Halaman: 1/2

Klinik Pratama
Dharma Husada
Ditetapkan Oleh:
Standar Penanggung Jawab
Operasional Tanggal Terbit Klinik Pratama Dharma Husada
Prosedur (SOP) 2 Mei 2023

dr. Anis Bitriarno, M.MRS


NIP: -
Pelayanan kesehatan nifas adalah pelayanan kesehatan standar
Pengertian
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin.
Tujuan 1. Pemantauan perubahan fisiologis pada masa nifas.
2. Mencegah terjadinya infeksi.
Undang - Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
Referensi
Kunjungan masa nifas pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari setelah
Prosedur persalinan.
1. Memanggil pasien sesuai no antrian
2. Melakukan Anamnesa dan mencatat pada rekmed/ kartu ibu
3. Lakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)
4. Lakukan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam
lainnya
5. Lakukan penilaian fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan
luka, sakit kepala, rasa lelah dan nyeri punggung
6. Tanyakan kepada ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana
dukungan yang didapatkannya dari keluarga, pasangan dan
masyarakat untuk perawatan bayinya.
7. Lakukan tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah
8. Anjurkan ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan bila ibu
menemukan salah satu tanda berikut:
a. Perdarahan berlebihan
b. Secret vagina berbau
c. Demam
d. Nyeri perutberat
e. Kelelahan atau sesak
f. Bengkak ditangan, wajah, tungkai, atau sakit kepala, atau
pandangan kabur
g. Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau
perdarahan putting
9. Berikan informasi kepada ibu perlunya kebersihan diri:
a. Membesihkan daerah vulva dari depan ke belakang
b. Mengganti pembalut dua kali sehari, mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelamin
c. Menghindari menyentuh daerah luk episiotomy atau laserasi
10. Lakukan pemeriksaan payudara dan anjurkan untuk pemberian
ASI eksklusif (6 bulan)
11. Berikan kapsul vitamin A 200.000 IU yang kedua
12. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
13. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi
14. Anjurkan ibu tetap melakukan mobilisasi
15. Cuci tangan setelah melakukan tindakan
16. Lakukan pencatatan dan pelaporan dokumentasi
Unit terkait - Klinik Pratama Dharma Husada

SOP PEMASANGAN AKDR


No. Dokumen No.Revisi Halaman: 1/4

Klinik Pratama
Dharma Husada
Ditetapkan Oleh:
Standar Penanggung Jawab
Operasional Tanggal Terbit Klinik Pratama Dharma Husada
Prosedur (SOP) 2 Mei 2023

dr. Anis Bitriarno, M.MRS


NIP: -
Suatu tindakan pemasangan alat kontrasepsi yang dipasang dalam
Pengertian
rahim yang berupa kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk
huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga
(Cu).
Tujuan Untuk menjarangkan kehamilan selama 10 tahun
1. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Referensi Perencanaan Pembangunan Nasional
2. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2014 tentang Perencanaan dan Penganggaran Bidang
Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional
Kesehatan
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2015 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
Konseling Pra-Pemasangan & Seleksi Klien
Prosedur 1. Lakukan seleksi klien (anamnesis) secara cermat untuk
memastikan tidak ada kesalahan untuk menggunakan AKDR

Riwayat Kesehatan Reproduksi :


 Tanggal haid terakhir, lama haid dan pola peredaran haid
 Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
 Riwayat kehamilan ektopik
 Neri yang hebat setiap haid
 Anemia berat ( Hb < 9 gr% atau Hematokrit <30 )
 Riwayat infeksi genetalia (ISG), Penyakit Menular Seksual
(PMS), atau infeksi panggul
 Berganti-ganti pasangan (risiko ISG tinggi)
 Kanker serviks
2. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan
panggul dan jelaskan apa yang akan dilakukan dan
dipersilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan
Pemeriksaan Panggul
3. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan
mencuci area genetalia dengan menggunakan sabun dan air
4. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dengan sabun,
keringkan dengan air bersih
5. Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan
6. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan
atau kelainan lainnya di daerah supra pubik
7. Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan
panggul
8. Atur arah sumber cahaya untuk melihat serviks
9. Pakai sarung tangan DTT
10. Atur penempatan peralatan dan bahan-bhan yang akan
digunakaan dalam wadah steril atau DTT
11. Lakukan inspeeksi pada genetalia eksterna
12. Palpasi kelenjar skene dan bartolini amati adanya nyeri atau
duh (discharge) vagina
13. Masukkan spekulum vagina
14. Lakukan pemeriksaan inspekulo :
 Pemeriksaan adanya lesi atau keputihan pada vagina
 Inspeksi serviks
15. Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali
pada tempat semula dengan tidak menyentuh peralatan lain
yang belum digunakan
16. Lakukan pemeriksaan bimanual :
 Pastikan gerakkan serviks bebas
 Tentukan besar dan posisi uterus
 Pastikan tidak ada kehamilan
 Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
17. Lakukan pemeriksaan rektovaginal (bila ada indikasi) :
 Kesulitan menentukan besar uterus retroversi
 Adanya tumor pada cavum Douglasi
18. Celupkan dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin
0,5 % kemudian buka secara terbalik dan rendam dalam
larutan klorin
Tindakan Pra Pemasangan
19. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien
rasakan pada saat proses pemasangan dan persilahkan klien
untuk mengajukan pertanyaan
20. Masukkan lengan AKDR Cu T 380 A di dalam kemasan
sterilnya :
 Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat ke belakang
 Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa
menyentuh benda tidak steril
 Letakkan kemasan pada tempat yang datar
 Selipkan karton pengukur di bawah lengan AKDR
 Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung
inserter sampai ke pangkal lengan sehingga lengan akan
melipat
 Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter,
tarik tabung inserter
Prosedur Pemasangan AKDR
21. Pakai sarung tangan DTT yang baru
22. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
23. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai
3 kali
24. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati (takik
pertama)
25. Masukkan sonde uterus dengan teknik ”tidak menyentuh”
(no touch technique) yaitu secara hati-hati memasukkan
sonde ke dalam cavum uteri dengan sekali masuk tanpa
menyentuh dinding vagina ataupun bibir spekulum
26. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan
sonde
27. Ukur kedalaman cavum uteri pada tabung inserter yang
masih berada di dalam kemasan sterilnya dengan menggeser
leher biru pada tabung inserter, kemudian buka seluruh
plastik penutup kemasan
28. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh
permukaan yang tidak steril, hati-hati jangan sampai
terdorong
29. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi
horizontal (sejajar lengan AKDR), sementara melakukan
tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung inserter
ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau
sampai terasa adanya tahanan
30. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu
tangan
31. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik
withdrawal yaitu menarik keluar tabung inserter sampai
pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong
32. Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong
kembali ke serviks sampai leher biru menyentuh serviks atau
terasa adanya tahanan
33. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang
AKDR kurang lebih 3-4 cm
34. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah
terkontaminasi
35. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati rendam dalam larutan
klorin 0,5 %
36. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas
jepitan tenakulum, tekan dengan kasa selama 30-60 detik
37. Keluarkan spekulum dengan hati-hati
Tindakan Pasca Pemasangan
38. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit untuk dekontaminasi
39. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa,
sarung tangan sekali pakai) ke tempat yang sudah disediakan
40. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan
ke dalam larutan klorin 0,5%, bersihkan cemaran pada
sarung tangan, buka secara terbalik dan rendam dalam
larutan klorin 0,5%
41. Cuci tangan dengan air sabun
42. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan 15 menit
setelah pemasangan boleh pulang
Konseling Pasca Pemasangan
43. Ajarkan klien bagimana cara memeriksan sendiri benang
AKDR dan kapan harus dilakukan
44. Jelaskan pada klien apa yng harus dilakukan bila mengalami
efek samping
45. Beritahu kapan klien harus kembali ke klinik untuk kontrol
46. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T380 A adalah
10 tahun
47. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat
bila memerlukan konsultasi, pemeriksaan medik atau bila
menginginkan AKDR tersebut dicabut
48. Minta klien untuk mengulangi penjelasan yang telah
diberikan
49. Lengkapi rekam medik dan berikan kartu AKDR kepada
klien
Unit terkait - Klinik Pratama Dharma Husada
SOP PENCABUTAN AKDR

No. Dokumen No.Revisi Halaman: 1/2

Klinik Pratama
Dharma Husada
Ditetapkan Oleh:
Standar Penanggung Jawab
Operasional Tanggal Terbit Klinik Pratama Dharma Husada
Prosedur (SOP) 2 Mei 2023

dr. Anis Bitriarno, M.MRS


NIP: -
KB suntik dapat diberikan dengan penyuntikan Depo provera dan
Pengertian
sejenisnya pada PUS. KB suntik lebih praktis, karena akseptor
dapat datang setiap 3 bulan sekali maupun 1 bulan sekali.
Tujuan Sebagai pedoman baku dalam pelayanan pelaksaan pemakaian KB
Suntik, mencegah kehamilan, dan mengatur jarak diantara
kehamilan.
1. Permenkes Nomor 21 Tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan
Referensi Kehamilan, Melahirkan, Kontrasepsi dan Seksual
2. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, edisi 2 tahun
2010
3. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Depkes ,
2003
1. Petugas memanggil pasien dan mempersilahkan untuk duduk
Prosedur 2. Petugas memberi salam dan memperkenalkan diri
3. Petugas melakukan anamnesa dan identifikasi pasien
4. Petugas menjelaskan tindakan apa yang akan dilakukan
5. Petugas melakukan konseling tentang kontrasepsi KB Suntik
6. Petugas Melakukan informed consent
7. Petugas Mencuci tangan
8. Petugas melakukan pemeriksaan umum dan pemeriksaan
fisik:
a. Berat badan
b. Tekanan darah
c. Pemeriksaan payudara
d. Pemeriksaan abdomen
9. Petugas memberitahu klien akan dilakukan penyuntikan
10. Petugas melakukan penyuntikan secara I.M
11. Petugas memberitahu pasien sudah dilakukan penyuntikan
12. Petugas mencuci tangan
13. Petugas memberitahu pasien kunjungan ulang 3 bulan lagi
14. Petugas mencatat hasil dalam rekam medis
*Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Jangan menggunakan kontrasepsi bila :
a. Hamil/ dicurigai hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya
c. Bila klien tidak bisa menerima gangguan haid terutama
d. Penderita kanker payudara/ riwayat kanker payudara
2. Penderita diabetes dengan komplikasi

Unit terkait - Klinik Pratama Dharma Husada


SOP PENCABUTAN KB IMPLAN

No. Dokumen No.Revisi Halaman: 1/2

Klinik Pratama
Dharma Husada
Ditetapkan Oleh:
Standar Penanggung Jawab
Operasional Tanggal Terbit Klinik Pratama Dharma Husada
Prosedur (SOP) 2 Mei 2023

dr. Anis Bitriarno, M.MRS


NIP: -
Pelepasan implant adalah mencabut batang silasik norplant/
Pengertian
jedena/ indoplant/ implanon yang dikerjakan sesuai standar.
Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam pelepasan implant secara tepat
dan benar.
1. Permenkes Nomor 21 Tahun 2021 tentang Pelayanan
Referensi Kesehatan Kehamilan, Melahirkan, Kontrasepsi dan Seksual.
2. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, edisi 2 tahun
2010.
3. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Depkes,
2003
Konseling Pra Pencabutan
Prosedur 1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
2. Tanyakan tujuan kedatangannya
3. Tanyakan apa alasannya ingin melepas implan tersebut
dan jawab semua pertanyaannya
4. Tanyakan tujuan reproduksi (KB) selanjutnya (apakah
klien mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi
jumlah anaknya)
5. Jelaskan proses pelepasan implan dan apa yang klien
rasakan pada saat proses pelepasan
Tindakan Pra Pencabutan
6. Pastikan klien sudah mencuci lengan dengan
menggunakan sabun dan air
7. Bantu klien naik ke meja pemeriksaan
8. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain
bersih
9. Pakai sarung tangan DTT yang baru
10. Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan
dipakai dalam wadah steril atau DTT
Prosedur Pencabutan
11. Petugas meraba implant untuk memastikan tempat
pencabutan, bila perlu tandai dengan spidol, usap dengan
larutan antiseptic biarkan kering
12. Petugas mengusap lengan kiri (tempat yang akan di
insisi) dengan larutan antiseptic melingkar keluar 8 – 13
cm, biarkan kering
13. Petugas memakai sarung tangan
14. Petugas memasang duk lubang di area pemasangan
implant
15. Petugas memberi anestesi local di daerah pemasangan di
bawah kulit
16. Petugas melakukan sayatan kecil melintang selebar 2 mm
17. Petugas meraba kapsul yang palng dekat dengan luka
insisi, dorong ke arah sayatan. Jepit kapsul dengan klem
U dengan agak ditarik keatas, gunakan scapel untuk
memisahkan jaringan yang mungkin sudah menempel di
permukaan kapsul
18. Petugas mengangkat kapsul bila sudah terlihat dengan
sayatan menggunakan klem
19. Petugas melakukan pengangkatan kapsul kedua dengan
cara yang sama
20. Petugas merapatkan sayatan dengan klem penjepit,
bersihkan area pelepasan dengan kasa antiseptic, ditutup
dengan plester lalu dibalut dengan perban
21. Memberi tahu pasien bila tindakan sudah selesai
dilakukan
Tindakan Pasca Pencabutan
22. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
23. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa,
sarung tangan sekali pakai) ke tempat yang sudah
disediakan
24. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan
dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin
tersebut
25. Cuci tangan dengan air dan sabun
Konseling Pasca Pencabutan
26. Memberikan penyuluhan kepada klien:
a. Mungkin daerah pemasangan bengkak/ sakit di
daerah insisi dalam beberapa hari,hal ini normal
b. Jaga luka insisi agar tetap kering, minimal 48 jam
setelah tindakan jangan terkena air dan jangan
membuka perban
c. Minum obat sesuai petunjuk
27. Petugas memberi tahu klien untuk kembali control 3 hari
setelah pelepasan/ jika ada keluhan
28. Petugas mencatat di rekam medis
Unit terkait - Klinik Pratama Dharma Husada

Anda mungkin juga menyukai