Anda di halaman 1dari 5

ATONIA UTERI

No Dokumen :
441/469/Puskesmasbbk
SOP No.Revisi : 00
Berlaku tgl : 16 Januari 2023
Halaman : 1/5

UPTD Hj. Endang Sugiati,


S.Tr.Keb, SKM
Puskesmas NIP :
Babakan 196508291986032007

Suatu tindakan intervensi kepada ibu bersalin untuk menghentikan


Pengertian perdarahan segera setelah plasenta lahir akibat tidak adanya
kontraksi uterus setelah 15 detik dilakukan massase
Sebagai acuan dari penatalaksanaan eksplorasi digital pada sisa
Tujuan
plasenta

SK Kepala Puskesmas Nomer 441/070/Puskesmasbbk tentang Jenis-


Kebijakan Jenis Pelayanan UKM

1. Saifudin Abdul Bari, dkk (2010), Buku Acuan Nasional


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonata, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
2. Kementrian Kesehatan RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan Untuk
Tenaga Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta
Referensi
3. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul
Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal Bagi Dokter Umum, Bidan dan Perawat,
Kemekes RI, Jakarta
Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesian Provinsi Jawa Barat
tahun 2019, Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan.
Prosedur A. Petugas yang Melaksanakan
Poned
B. Persiapan Alat dan Obat
1. Sarung Tangan Steril
2. Kateter nelaton
3. Infus set dewasa : 2 buah
4. Abocath no 18 : 3 buah
5. Cairan NaCl 0,9 % : 5 buah
6. Oxytocyn : 5 ampul
7. Metilergometrin 0,2 mg : 2 ampul
8. Spuit 3 cc : 3 buah
9. Kandom steril
10. Nierbeiken
11. Alas bokong/ underpad
12. APD
13. Rekam Medis Klien
14. Alat Tulis
C. Penerimaan Pasien dan persetujuan Tindakan Medis
1. Menyapa pasien, keluarga serta memperkenalkan diri setiap
pertama kali berinteraksi dengan pasien dan keluarga
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga
3. Mencuci tangan dengan alcoholsrub sebelum menyentuh
pasien

D. Tindakan Penatalaksanaan Perdarahan pascasalin karena


atonia uteri
1. Teriak minta tolong (petugas atau bidan penanggungjawab
pasien)
2. Nilai sirkulasi, jalan nafas dan pernafasan pasien bila ibu tidak
bernafas, segera lakukan tindakan resusitasi
3. Orang kedua dalam tim respon awal emergency segera
mendekatkan troli emergency ke tempat kejadian emergency
4. Bidan penanggung jawab pasien menyampaikan kepada
orang pertama atau dokter jaga tentang kondisi ibu saat ini
dan kondii lain yang dapat mempengaruhi :
a. Usia Ibu
b. Kehamilan keberapa
c. Usia Kehamilan
d. Proses persalinan yang baru saja di alami, termasuk
riwayat induksi, kelahiran menggunakan alat, persalinan
lama atau terlalu cepat, riwayat ketuban pecah, kelahiran
plasenta, jumlah perdarahan yang terjadi
e. Berat lahir bayi
f. Tanda-tanda vital selama ini
g. Kadar HB saat hamil
h. Riwayat HPP/ atonia pada kehamilan sebelumnya jika ada
5. Berikan oksigen 4-6 liter/ menit melalui sungkup atau kanula
6. (orang kedua dibantu orang ketiga – secara simultan)
melakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
b. Hitung frekuensi nadi
c. Hitung frekuensi napas
d. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan manset yang
sesuai
7. Bila menemukan tanda-tanda syok orang pertama segera
mengambil alih situasi dan melakukan tatalaksana syok seuai
daftar tilik syok sementara itu orang kedua secara simultan
melakukan :
a. Massase uterus
b. Bersihkan bekuan darah dan pastikan kavum uteri bersih
c. Berikan infuse oksitosin 20–40 IU dalam 1 liter cairan
kristaloid
d. Bila oksitosin tidak tersedia berikan ergometrin 0,2 mg IM
e. Bila perdarahan masih tidak berhasil diatasi, diberikan
misoprostol 800-1000 mg
f. Berikan injeksi 1 gram asam traneksamat IV
g. Jika perdarahan masih terus berlangsung lakukan
kompresi
h. Melakukan pencatatn hasil pemeriksaan awal terarah
(quick check) dengan baik dan lengkap
i. Pada saat memasang infus, lakukan juga pemasangan
sampel darah untuk pemeriksaan kadar HB dan golongan
darah

E. Melakukan Kompresi Bimanual


Dapat dilakukan oleh orang pertama/ dokter jaga atau orang
kedua/ bidan senior. Bila perdarahan masih berlangsung, uterus
tidak berkontraksi, lakukan Kompresi Bimanual Interna
1. Ganti dengan sarung tangan panjang steril hingga menutup
siku
2. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan non dominan menyisihkan
kedua labia minora ke lateral dan tangan dominan secara
obstetric dimasukan melalui introitus vagina
3. Kepalkan tangan dominan dan letakkan dataran punggung jari
tulunjuk hingga kelingking pada formic anterior, dorong uterus
kea rah cranio – anterior
4. Tapak tangan non dominan menekan bagian belakang corpus
uteri
5. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan
kiri dengan kepalan tangan kanan pada forniks anterior
6. Penolong berdiri di depan vulva dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri, sisihkan kedua labia mayora ke lateral dan secara
obstetric, masukan tangan kanan melalui introitus
7. Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran punggung jari
telunjuk hingga kelingking pada forniks anterior, dorong uterus
ke cranio – anterior
8. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang corpus uteri
9. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan
kiri dengan kepalan tangan kanan pada forniks anterior
10. Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 detik
Perhatikan perdarahan yang terjadi, bila perdarahan berhenti,
pertahankan posisi demikian hingga kontraksi uterus
membaik keluarkan tangan selama 1-2 menit
11. Keluarkan tanan kanan, bersihkan sarung tangan dan
rendam dalam klorin 0,5 %
12. Cuci tangan dan lengan keringkan dengan handuk
13. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah komprei bimanial
selam 5 menit, lakukan kompresi bimanual eksternal oleh
orang kedua atau ketiga
14. Orang pertama segera menyiapkan rujukan

F. Perawatan pasca tindakan jika atonia teratasi


1. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (dilakukan skin
test terlebih dahulu)
a. Ampisilin 2 gram dan metronidazole 500 mg IV
b. Atau sepazolin 1 gram dan metronidazole 500 mg IV
2. Lakukan pengawasan dan pencatatan (orang kedua dan
orang ketiga) tanda vitasl dengan mengukur tensi nadi serta
kontraksi uterus dan volume perdarahan
a. Setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama
b. Setiap 30 menit pada jam kedua
c. Setiap jama untuk waktu seterusnya hingga pasien benar-
benar dalam keadaan stabil
3. Pasang kateter untuk mengawasi jumlah urine yang keluar,
ukur volume urine setiap 3 sampai 4 jam
4. Periksa kadar HB pasca tindakan
5. Buat laporan tindakan dan catat kondisi pasien pada catatan
media
6. Buat intruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang
memerlukan pemantauan ketat
7. Beritahu pada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah
selesai dan pasien masih memerlukan perawatan

G. Persiapan dan Proses Rujukan


1. Surat Rujukan
2. Transportasi
3. Pertahankan cairan infuse dan kondisi pasien dan lanjutkan
resusitasi cairan jika diperlukan
4. Lanjutakan pemberian uterotonika selama perjalanan
5. Menghubungi faskes tujuan memlalu telepon/ SMS
6. Petugas kesehatan mendampingi rujukan

H. Dekontaminasi dan Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan


1. Letakkan semua peralatan yang digunakan dalam tindakan
kedalam bak berisikan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi
2. Buang semua bahan tajam kedalam container yang tidak
tembus, khusus untuk pembuangan benda tajam
3. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
tangan menggunakan anduk kering sekali paka

Diagram Alir -
Unit Terkait Poned

8. Rekaman Historis Perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai