Anda di halaman 1dari 6

.

PENATALAKSAAN ATONIA
UTERI
No. Dokumen : 067

SOP No. Revisi :


Tanggal Terbit :
Halaman : 5
PUSKESMAS dr. BAYU MURDALIN
NGULAK NIP. 19830308 201412 2 001

1. Pengertian Suatu tindakan Investasi kepada ibu bersalin untuk menghentikan perdarahan
segera setelah plasenta lahir akibat tidak adanya kontraksi 15 detik dilakukan
mesase
2. Tujuan Sebagal acuan dari penanganan perdarahan yang disebabkan karena atonia
uteri

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 004/2014 tentang jenis – jenis
pelayana klinis
4. Referensi 1. Saifuddin Abdul Bari, dkk (2010), Buku Acuan Nasional Pelayanan
kesehatan Matemal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
2. Kementerian Kesehatan RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan Untuk Tenaga
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
3. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul Pelatihan
Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal Bagi Dokler Umum, Bidan dan Perawat, Kemenkes RI, Jakarta.

5. Prosedur A. Persiapan Alat dan Bahan


1. Sarung tangan steril
2. Kateter nelaton
3. Infus set dewasa 2 buah
4. Abocath no 18:3 buah
5. Cairan Nacl 0,9% 5 labu
6. Oxcitocyn: 5 ampul
7. Metilergometrin 0,2 mg : 2 ampul
8. Spuit 3 cc :3 buah
9. Kondom steril
10. Nierbeiken
11. Alas bokong/ underpad
12. APD
13. Rekam Medik Klien
14. Alat Tulis

B. Penerimaan Pasien dan persetujuan Tindakan Medis


1. Menyapa pasien, keluarga serta memperkenalkan di setiap pertama
kali berinteraksi dengan pasien da keluarga.
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga.
3. Mencuci tangan dengan alkohol rub sebelum menyentuh pasien
C. Tindakan Penatalaksanaan Perdarahan pascanalin
karena atonia Uteri
1. Teriak minta tolong (petugas atau bidan penanggungjawab pasien)
2. Nilai sirkulasi, jalan nafas dan pemafasan pasien - bila ibu tidak
bernafas, segera lakukan tindakan resusitasi
3. Orang kedua dalam tim respon awal emergency segera mendekatkan
troli emergency ke tempat kejadian emergency
4. Bidan penanggngjawab pasien menyampaikan kepada orang pertama
atau dokter jaga tentang kondisi ibu saat ini dan kondisi lain yang
dapat mempengaruhi :
a. Usia ibu
b. Kehamilan keberapa
c. Usia kehamilan
d. Proses persalinan yang baru saja di alami, termasuk riwayat
induksi, kelahiran menggunakan alat persalinan lama atau terlalu
cepat, riwayat ketuban pecah, kelahiran plasenta, jumlah
perdarahan: yang terjadi.
e. Berat lahir bayi
f. Tanda-tanda vital selama ini
g. Kadar HB saat hamil h. Riwayat HPP/ atonia pada kehamilan
sebelumnya jika ada

5. Berikan oksigen 4-6 liter/ menit melalui sungkup atau kanula


6. (orang kedua dibantu orang ketiga - secara sinultan) melakukan
pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
b. Hitung frekuensi nadi
c. Hitung frekuensi napas
d. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan manset yang sesuai

7. Bila menemukan tanda-tanda syok orang pertama segera mengambil


alih siuasi dan melakukan tatalaksana syok sesuai daftar tilik syok
sementara itu orang kedua secara simultan melakukan :
a. Masase uterus
b. Bersihkan bekuan darah dan pastikan kavum uteri bersih
c. Berikan infuse oksitosin 20-40 IU dalam 1 liter cairan kristaloid
d. Bila oksitosin tidak tersedia berikan ergometrin 0.2 mg IM
e. Bila perdarahan masih tidak berhasil diatas, diberikan
misoprostolprektal 800-1000 mg
f. Berikan injeksi 1 gram asam traneksamat IV
g. Jika perdarahan masih terus berlangsung lakukan kompresi
h. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan awal terarah (quick
check) dengan baik dan lengkap
i. Pada saat memasang infus, lakukan juga pemasangan sampel
darah untuk pemeriksaan kadar HB dan golongan darah

D. Melakukan Kompresi Bimanual


Dapat dilakukan oleh orang pertama/ dokter jaga atau orang kedua bidan
senior. Bila perdarahan masih berlangsung. uterus tidak berkontraksi,
lakukan Kompresi Bimanual Interna
1. Ganti dengan sarung tangan panjang steril hingga menutup siku
2. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan non dominan menyisihkan kedua
labia minora ke lateral dan tangan dominan secara obstetrik
dimasukan melalui introitus vagina
3. Kepalkan tangan dominan dan letakkan dataran punggung jari
telunjuk hinggakelingkingpadaforniks anterior, dorong uterus kea rah
cranio- anterior
4. Tapak tangan non dominan menekan bagian belakang corpus uteri
5. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri
dengan kepalan tangan kanan pada forniks anterior
6. Penolong berdiri di depan vulva dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, sisihkan kedua labia mayora ke lateral dan secara obstetrik,
masukkan tangan kanan melalui introitus
7. Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran punggung jari telunjuk
hingga kelingking pada fomiks anterior, dorong uterus ke cranio-
anterior
8. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang corpus uten
9. Lakukan komprasi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri
dengan kepalan tangan kanan pada fomiks anterior
10. Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit Perhatikan
perdarahan yang terjadi, bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi
demikian hingga kontraksi uterus membaik keluarkan tangan setelah
1-2 menit
11. Keluarkan tangan kanan, bersihkan sarung tangan dan randam dalam
klorin 0.5%
12. Cuci tangan dan lengan keringkan dengan handuk
13. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah kompresi bimanual
selama 5 menit, lakukan kompresi bimanual eksternal oleh orang
kedua atau ketiga
14. Orang pertama segera menyiapkan rujukan

E. Perawatan pasca tindakan jika atonia teratasi

1. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (lakukan skin test


terlebih dahulu)
a. Ampisilin 2 gram dan metronidazol 500 mg IV
b. Atau sepazolin1 gram dan metronidazole 500 mg IV

2. Lakukan pengawasan dan pencatatan (orang kedua dan orang ketiga)


tanda vital dengan mengukur tensi nadi serta kontraksi uterus dan
volume perdarahan
a. Setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama
b. Setiap 30 menit pada jam kedua
c. Setiap jam untuk waktu Seterusnya hingga pasien benar-benar
dalam keadaan stabil

3. Pasang kateter untuk mengawasi jumlah urine yang keluar, ukur


volume urine setiap 3 sampai 4 jam
4. Periksa kadar HB pasca tindakan
5. Buat laporan tindakan dan catat kondisi pasien pada catatan medis
6. Buat intruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang
memerlukan pemantauan ketat
7. Beritahu pada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dan
pasien masih memerlukan perawatan
F. Persiapan dan Proses Rujukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Pertahankan cairan infuse dan kondisi pasien dan lanjutkan resusitasi
cairan jika diperlukan
4. Lanjutkan pemberian uterotonika selama perjalanan
5. Menghubungi faskes tujuan melalu telepon/SMS
6. Petugas kesehatan mendampingi rujukan

G. Dekontaminasi dan Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan


1. Letakkan semua peralatan yang digunakan dalam tindakan kedalam
bak berisik lorin 0.5% untuk dekontaminasi
2. Buang semua benda tajam kedalam kontainer yang tidak tembus,
khusus untuk pembuangan benda tajam 3. Cuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir, keringkan tangan menggunakan handuk
kering sekali pakai.
e. Bagan Alir

f. Hal-hal yang Observasi pasien antara 5 sampai dengan 15 menit terhadap reaksi obat
perlu
diperhatikan
g. Unit Terkait 1. Poli / BP KIA
2. Rawat Inap
3. Immunisasi
4. Ruang KI. KB
5. Puskesmas Pembantu

h. Dokumen 1. Rekam Medis


terkait 2. Catatan Tindakan
i. Rekaman
Historis Tanggal Mulai
Perubahan No Yang dirubah Isi Perubahan
Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai