Anda di halaman 1dari 68

PELAYANAN KAMAR BERSALIN

No. Dokumen No.Revisi Halaman


1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY C. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Kamar bersalin adalah kamar yang digunakan untuk memeriksa
PENGERTIAN dan melakukan tindakan pasien Obstetri, Ginekologi, dan
melahirkan.
Prosedur pelayanan pasien COVID-19 di Kamar Bersalin bertujuan
TUJUAN untuk menetapkan tata cara pelayanan kebidanan atau perawatan
pada pasien COVID-19 di Kamar Bersalin.
Dilakukan pada pasien COVID-19 yang mengalami nyeri sesuai
KEBIJAKAN dengan kebijakan direktur nomor: 188.4/62/SK/RSUD-ABE/V/2020
tentang Manajemen Nyeri.
1. Pasien masuk melalui Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik, dan
Instalasi Rawat Inap.
2. Bidan Kamar Bersalin melakukan pemeriksaan fisik dan
melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pasien.
3. Bidan menentukan kasus fisiologi, patologi, pelayanan khusus
dan tindakan emergency yang memerlukan pengawasan
khusus.
4. Bidan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Obgin.
5. Setelah melakukan kolaborasi, bidan menyiapkan tindakan
PROSEDUR
yang akan dilakukan termasuk informed consent dan
pemeriksaan penunjang.
6. Pasien yang masuk Kamar Bersalin yang sudah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter atau kolaborasi dan tidak
memerlukan tindakan atau observasi di Kamar Bersalin, bias
alih rawat ke Instalasi Rawat Inap yang dituju.
7. Bila pasien memerlukan tindakan operasi, bidan mendaftarkan
ke Instalasi Kamar Operasi, kolaborasi dengan dokter
anastesi, petugas perinatologi, dan pesan tempat ke Instalasi
Rawat Inap yang dituju.
PELAYANAN KAMAR BERSALIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
8. Untuk persalinan normal yang apgar skor baik dilakukan
inisiasi menyusui dini.
9. Bila terjadi asfiksia pada bayi dan memerlukan tindakan
resusitasi bisa meminta tenaga perinatologi.
10. Setelah asuhan kebidanan di Kamar Bersalin selesai pasien
dan keadaan pasien stabil, pasien bias dipindahkan ke
Instalasi Rawat Inap yang dituju dengan diantar oleh
petugas dilengkapi dengan status pasien.
PROSEDUR
11. Bila keadaan pasien memerlukan pengawasan istimewa,
pasien dipindahkan ke ruang Intensive Care Unit.
12. Petugas Kamar Bersalin, melakukan serah terima pada
petugas Instalasi Rawat Inap yang dituju.
13. Apabila pasien meninggal, yang telah diperiksa dan
dinyatakan oleh dokter yang merawat, petugas Kamar
Bersalin memberitahu ke petugas Kamar Jenazah dan
melengkapi status serta administrasi
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT 4. Intensive Care Unit
5. Poli Obgin
6. Laboratorium
Radiologi
KONSELING DAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Komunikasi yang dilakukan antara petugas dengan pasien yang
PENGERTIAN bertujuan untuk memberikan informasi, pendidikan,dan pengambilan
keputusan serta perubahan perilaku.
TUJUAN Pengetahuan Ibu Hamil bertambah.

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :


603/Menkes/SK/VII/2008 tentang pemberlakuan program
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
KEBIJAKAN 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
A. Persiapan Alat
1. Buku KIA
2. Kertas
3. ATK
4. Buku register
B. Persiapan Pasien
1. Pasien diberitahu
2. Tanda tangan inform concent
PROSEDUR C. Penatalaksanaan
1. Memberi salam kepada pasien dan keluarga.
2. Menyiapkan pasien dan keluarga.
3. Mendiskusikan topic yang akan dibahas.
4. Menjelaskan tentang cara menghitung usia kehamilan
yaitu dimulai dari hari pertama menstruasi yang terakhir
sebelum hamil (HPHT).
5. Menjelaskan tentang cara menghitung taksiran persalinan
ibu secara umum yaitu tanggal HPHT
KONSELING DAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
ditambah 7 hari, bulan HPHT dikurangi 3, dan tahun HPHT
ditambah 1, sesuai dengan usia kehamilan 40 minggu atau
9 bulan 7 hari.
6. Mendiskusikan cara mengatasi atau mengurangi
ketidaknyamanan yang mungkin timbul selama kehamilan.
7. Menjelaskan kepada pasien tentang pemenuhan
kebutuhan nutrisi selama kehamilan : olahraga ringan,
PROSEDUR
istirahat, kebersihan diri dan lingkungan, persiapan
pemberian ASI, pengenalan tanda bahaya kehamilan, dan
cara mencari pertolongan persalinan, kontrasepsi,
hubungan seksual, kegiatan sehari-hari,
imunisasi,penggunaan obat, dan pakaian ibu hamil.
8. Mengulangi kembali bersama pasien dan keluarga tentang
topik diskusi yang dilakukan.
1. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Gawat Darurat
3. Instalasi Bedah Sentral
ANAMNESA PADA IBU HAMIL
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Tanya jawab atau temu wicara pada ibu hamil mengenai status
PENGERTIAN
kesehatan, keluhan, riwayat sebelum dan selama kehamilan.
Mendapatkan data atau informasi yang berkaitan dengan klien ibu
TUJUAN
hamil.
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
603/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Program
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
KEBIJAKAN 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
PROSEDUR A. Sapa pasien
B. Tanyakan atau pastikan pasien sedang hamil
C. Proses anamnesa :
1. Tanyakan pada pasien saat ini kehamilan yang ke
berapa, jumlah dan keadaan anak, serta riwayat
obstetric yang lain (abortus, mola, dan KET).
2. Cari tahu tentang hari pertama menstruasi yang terakhir
sebelum hamil.
3. Hitung usia kehamilannya.
4. Tanyakan berapa kali pasien periksa ke tenaga
kesehatan selama kehamilannya.
5. Riwayat penyakit : tanyakan tentang riwayat penyakit
yang di derita sebelum dan selama kehamilan ini.
D. Riwayat persalinan :
Tanyakan tentang riwayat semua persalinan pasien, antara
lain usia anak, cara melahirkan, jenis kelamin, berat lahir, serta
penyulit pada saat persalinan dan nifas.

ANAMNESA PADA IBU HAMIL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
E. Tanyakan pada pasien keluhan yang dirasakan saat ini, bila
pasien rujukan tanyakan alasan dirujuk.
F. Diskusikan rencana kunjungan saat ini dan apa yang bias
diperoleh pada kunjungannya, serta jadwal kunjungan
berikutnya.
1. Instalasi Gawat Darura.
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Bedah Sentral.
MENGUKUR TINGGI BADAN PADA IBU HAMIL
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/1

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
PENGERTIAN Melakukan pemeriksaan pengukuran tinggi badan pada ibu hamil.

TUJUAN Mengetahui tinggi badan ibu hamil.

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :


603/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Program
KEBIJAKAN Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
A. Persiapan Alat
1. Status
2. ATK
3. Buku register
B. Persiapan Pasien
1. Pasien diberitahu.
2. Tanda tangan inform consent.
PROSEDUR
C. Penatalaksanaan
1. Alat pengukur tinggi badan disiapkan.
2. Ibu dipersilahkan berdiri dengan membelakangi alat
pengukur.
3. Alat pengukur ditarik kemudian diletakkan diatas kepala
ibu.
4. Angka dilihat dan dicatat.
1. Ruang VK (Kamar Bersalin)
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Gawat Darurat
PEMBERIAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/1

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
PENGERTIAN Memberikan suntikan imunisasi TT pada ibu hamil.

TUJUAN Ibu dan bayi tidak terinfeksi tetanus.

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :


603/Menkes/SK/VII/2008 tentang pemberlakuan Program
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
KEBIJAKAN 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
A. Persiapan Alat
1. Spuit
2. Vaksin TT
3. Buku KIA
4. Kapas Alkohol
B. Persiapan Pasien
PROSEDUR
1. Pasien diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Tanda tangan inform consent.
C. Penatalaksanaan
1. Menyiapkan pasien di atas tempat tidur.
2. Mengatur posisi.
3. Melakukan injeksi SC dalam dengan dosis 0,5 cc.
1. Ruang Perinatologi.
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Gawat Darurat.
CATATAN PERKEMBANGAN TERINTEGRASI (PROGRESS NOTE)
No. Dokumen No.Revisi Halaman
½

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Catatan keadaan pasien saat dilakukan pemeriksaan atau tindakan oleh
dokter, perawat, bidan, dan tim kesehatan lainnya dalam
PENGERTIAN mendokumentasikan pelayanan asuhan kedokteran, keperawatan dan
petugas kesehatan lainnya sesuai dengan tahapan proses pelayanan
yang diberikan.
Sebagai acuan dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya dalam
TUJUAN mendokumentasikan perkembangan yang terintegrasi pada pasien yang
ada di Ruang Rawat Inap.
KEBIJAKAN 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
012/MENKES/III/2012 tentang Akreditas Rumah Sakit.
PROSEDUR 1. Setiap tindakan harian yang dilakukan kepada pasien harus
didokumentasikan dan dibuat sejak pasien masuk rumah sakit
sampai dengan pasien pulang.
2. Pencatatan Perkembangan Terintegrasi (Progress Note),
pertama kali dilakukan oleh petugas yang menerima pasien
setelah di ruang rawat inap, baik dokter, perawat, bidan, dan
tenaga kesehatan lain.
3. Pencatatan Perkembangan Terintegrasi tentang keadaan pasien
ditulis pada lembar rekam medis (RM 05).
4. Pencatatan Perkembangan Terintegrasi dilakukan setiap hari
sesuai dengan keluhan pasien.
5. Setelah melakukan tindakan pelayanan kepada pasien rawat inap
harus segera ditulis oleh petugas yang melakukan meliputi :
tanggal, jam, nama dan paraf dokter, perawat, petugas kesehatan
lain yang melakukan.
6. Sebelum berkas dikirim ke Rekam Medis, dikontrol kelengkapan

CATATAN PERKEMBANGAN TERINTEGRASI (PROGRESS NOTE)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
dokumentasinya oleh kepala ruangan.

1. Rekam Medik, Evaluasi, dan Pelaporan.


2. Instalasi Gawat Darurat.
3. Instalasi Rawat Inap.
4. Ruang Perinatologi.
UNIT TERKAIT
5. Instalasi Rawat Jalan.
6. Instalasi Gizi.
7. Instalasi Farmasi.
8. Instalasi Radiologi.
PENILAIAN FISIK
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/4

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi atau
PENGERTIAN
keadaan bayi.
TUJUAN Menilai kondisi bayi.

1. Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


KEBIJAKAN 2. Undang-Undang Nomor : Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
775/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
PROSEDUR A. Persiapan Alat
1. Jam
2. Stetoskop neonates
3. Thermometer axilla
4. Thermometer rektal
5. Timbangan bayi
6. Pita pengukur
7. Buku catatan
B. Persiapan Petugas
1. Pemeriksaan melakukan prosedur 7 langkah mencuci
tangan sebelum dan sesudah memeriksa bayi.
C. Tanda Vital
1. Neonatus stabil : penilaian dilakukan sebelum memberi
asupan.
2. Neonatus tidak stabil : 1 – 2 jam.

PENILAIAN FISIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/4

R
SUD Abepura
PROSEDUR 3. Suhu :
a. Suhu rectum hanya dilakukan sekali saat bayi masuk
ruangan : selanjutnya suhu axilla.
b. Suhu normal axilla : 36,5 – 37,5.
c. Neonates ditempatkan di tempat tidur dengan
penghangat harus dipasang probe thermometer : suhu
diukur tiap jam sampai stabil.
4. Jika hipotermia :
a. Pastikan tempat tidur penghangat atau incubator
dinyalakan dan bekerja baik.
b. Hangatkan kembali neonates dengan perlahan.
c. Periksa suhu bayi tiap jam sampai normal.
d. Bila mungkin, kontak kulit ke kulit.
e. Beritahu dokter.
f. Untuk mencegah hipotermi, kepala memakai topi dan
lampu penghangat jika membuka incubator.
g. Gunakan lubang pada incubator.
h. Periksa sumber hilangnya panas seperti O ruangan
yang dingin.
5. Jika hipertermi :
a. Pastikan incubator baik.
b. Periksa apakah neonates sedang menangis atau
bergerak dengan kuat atau dibungkus berlebihan.
c. Beritahu dokter.
6. Detak Jantung
a. Dengan auskultasi dan diukur selama satu menit
penuh.
b. Neonates stabil : tiap 4 jam.
c. Neonates tidak stabil : tiap jam.
d. Denyut jantung normal 120-160 x/m, kontak kulit ke
kulit, membantu menstabilkan.
e. Takikardi (>160x/m) :
- Pastikan tidak sedang menangis atau bergerak
kuat.
PENILAIAN FISIK
No. Dokumen No.Revisi Halaman
3/4

R
SUD Abepura
PROSEDUR - Beritahu dokter.
f. Bradikardi (< 100 x/m) :
- Nilai warna dan nafas
- Beritahu dokter
7. Frekuensi Nafas
a. Normal 40 – 60 x/m.
b. Harus diukur satu menit penuh.
c. Jika stabil : 4 jam.
d. Tidak stabil : 1 jam.
8. Tekanan Darah
a. Diukur pada ke 4 ekstremitas awal.
b. Jika stabil jadwal.
c. Tidak stabil 1 – 2 jam.
G. Ukuran Pertumbuhan
Terdapat 3 komponen :
a. Berat Badan
- Harus diukur tiap hari, pada waktu yang tetap bersama
dengan perawatan rutin dan pembersih incubator.
- Harus diplotkan pada grafik berat badan pada saat bayi
masuk ruangan dan setiap hari. Jika berat badan
berbeda bermakna dari hari sebelumnya ukur 2 kali
jika tetap beritahu dokter.
- Jika tidak stabil harus ada perintah dokter untuk
tidak menimbang.
b. Panjang Badan :
- Dari puncak kepala sampai dengan tumit diukur
saat bayi masuk dan tiap minggu.
- Catat pada grafik dan diukur tiap minggu : 1,2,3. Bayi
harus terlentang dan hindari mengganggu bayi.
c. Lingkar Kepala :
- Diukur saat bayi masuk dan tiap minggu.
- Ukur dengan pita pengukur dari bagian paling menonjol
tulang occipital dan frontal.
- Pengukuran tiap hari pada kelainan neurologis.
PENILAIAN FISIK
No. Dokumen No.Revisi Halaman
4/4

R
SUD Abepura
UNIT TERKAIT Ruang Perinatologi
PELAYANAN NIFAS
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Pelayanan nifas adalah pelayanan yang diberikan pada ibu dalam
PENGERTIAN masa nifas agar masa nifasnya berjalan normal dan bila ditemukan
komplikasi segera ditangani.
1. Masa nifas berjalan normal.
TUJUAN 2. Ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
3. Memberikan penanganan segera bila ditemukan komplikasi.
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
KEBIJAKAN 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
PROSEDUR A. Persiapan Alat
1. Peralatan pemeriksaan fisik.
2. Peralatan untuk perawatan payudara.
3. Peralatan untuk perawatan vulva hygiene.
B. Persiapan Pasien
1. Anjurkan pasien untuk buang air kecil sebelum diperiksa.
2. Pasien ditempatkan diruangan yang terjaga privasinya.
C. Penatalaksanaan
1. Memeriksa tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu, dan
nadi.
2. Memeriksa tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, jahitan
episiotomy, dan lochea.
3. Memeriksa payudara meliputi putting susu, bendungan
asi, dan pengeluaran asi.
4. Memeriksa lochea apakah normal atau tidak.
5. Bila ditemukan kelainan atau komplikasi maka segera
diberikan penanganan sesuai dengan komplikasi yang
ditemukan.
6. Menanyakan keluhan pasien seperti keluhan buang air

PELAYANAN NIFAS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
Kecil, adanya benjolan di jalan lahir, nyeri di jalan lahir,
atau kemungkinan adanya hematoma.
7. Melakukan pemeriksaan perineum dan introitus vagina
untuk melihat adanya kasa yang tertinggal.
8. Memberikan nasehat pada ibu tentang kebersihan diri,
istirahat, gizi laktasi, perawatan payudara, massage
payudara jika terjadi bendungan payudara. pentingnya
latihan untuk pengembalian otot perut dan panggul serta
KB. Edukasi ini diberikan selama perawatan nifas dan
sebelum pasien pulang.
1. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT
2. Ruang Perinatologi
PENATALAKSANAAN AMNIOTOMI
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Amniotomi adalah memecah selaput ketuban pada saat
PENGERTIAN
pembukaan lengkap dan kepala sudah di dasar panggul.
1. Keputusan Menteri Kesehatan No. 603/Menkes/SK/VII/2008
tentang Pemberlakuan Program Rumah Sakit Umum
Daerah Abepura.
TUJUAN 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
KEBIJAKAN 1. Mempercepat turunnya bagian bawah janin.
2. Mempercepat proses persalinan.
PROSEDUR 1. Persiapan alat :
 Handscoon steril
 Setengah kocher
 Funandoscop atau Doupler
2. Persiapan pasien
 Membantu prosedur bersama ibu
3. Penatalaksanaan :
 Dengarkan denyut jantung janin dan catat pada
partograf.
 Cuci kedua tangan.
 Pakai sarung tangan.
 Diantara kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam dengan
hati-hati, raba selaput ketuban untuk memastikan
bahwa kepala telah masuk, dan tali pusat atau bagian
kecil tidak teraba.
 Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan
setengah kocher steril dengan lembut ke dalam vagina

PENATALAKSANAAN AMNIOTOMI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
PROSEDUR dan pandu klem dengan jari dari tangan yang
digunakan untuk pemeriksaan hingga mencapai selaput
ketuban.
 Pegang ujung setengah kocher diantara ujung jari
pemeriksaan, gerakkan jari dan dengan lembut
gosokkan setengah kocher pada selaput ketuban dan
pecahkan.
 Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang
digunakan untuk pemeriksaan.
 Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan
menempatkannya kedalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi. Pastikan bahwa tali pusat atau bagian
kecil dari bayi tidak teraba, keluarkan tangan
pemeriksaan secara lembut dari dalam vagina.
 Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada
mekonium atau darah.
 Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lalu lepaskan
sarung tangan dan biarkan terendam didalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
- Cuci kedua tangan
- Segera periksa ulang DJJ
- Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan
selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.
1. Ruang Perinatologi
2. Instalasi Bedah Sentral
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Patologi Klinik

INFEKSI PEURPERIUM
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Infeksi peurperium adalah infeksi saluran genital yang terjadi
PENGERTIAN setelah pecah ketuban atau mulai persalinan hingga setelah
persalinan atau aborsi.
1. Deteksi dini dan upaya pencegahan infeksi peurperium.
TUJUAN 2. Terlaksananya prosedur penatalaksanaan yang tepat.
3. Agar tercapai kesejahteraan ibu dan bayi.
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
KEBIJAKAN 1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan No :
603/MENKES/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Program
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
PROSEDUR A. Penatalaksanaan Profilaksis
1. Penatalaksanaan resiko kehamilan (anemia dan DM).
2. Menghindari factor resiko (partus lama, periksa dalam
berulang kali).
3. Antibiotic spectrum luas sebagai profilaksis untuk
kantung ketuban pecah dini.
4. Persalinan aman.
B. Penatalaksanaan Aktif
1. Pasang 2 kanul IV besar.
2. Infus kristaloid.
3. Antibiotic spectrum luas.
4. Evakuasi produk kehamilan yang tertinggal.
5. Pantau sel darah putih setiap 48 jam atau sesuai
kondisi.
6. Lanjut antibiotic selama 24 jam selama 48 jam bebas

INFEKSI PEURPERIUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
demam.
7. Foto torax untuk menentukan adanya emboli pulmoner
septic atau pneumoni.
1. Instalasi Patologi Klinik
2. Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Farmasi
4. Ruang Perinatologi
5. KSM Obsgin
PERAWATAN LUKA
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/3

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Mengganti balutan atau penutup luka yang sudah kotor atau lama
PENGERTIAN dengan penutup atau pembalut luka yang baru.

1. Mencegah terjadinya infeksi.


TUJUAN 2. Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien dan orang
lain.
Instrument Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di
KEBIJAKAN Rumah Sakit Oleh Departemen Kesehatan RI Tahun 2005.
PROSEDUR A. Persiapan Alat
1. Seperangkat peralatan steril dalam tempatnya (missal
dalam duk steril) yang terdiri dari :
a. Sarung tangan steril.
b. Pinset anatomi.
c. Pinset chirurgic.
d. Pinset arteri.
e. Gunting lurus.
f. Kapas lidi.
g. Kassa steril.
h. Kassa penekan (deppres).
i. Mangkok kecil.
2. Peralatan yang tidak steril terdiri dari :
a. Sarung tangan bersih.
b. Gunting pembalut.
c. Plester.
d. Obat desinfektan dalam tempatnya (antiseptic
solution).
e. Normal salin.
f. Bensin atau aseton dalam tempatnya.

PERAWATAN LUKA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/3

R
SUD Abepura
PROSEDUR g. Waskom berisi larutan clorin 5%.
h. Perlak.
i. Bengkok.
j. Sketsel.
B. Persiapan pasien dan lingkungan
1. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2. Pasang sampiran atau sketsel.
3. Atur posisi pasien.
C. Penatalaksanaan
1. Petugas mencuci tangan.
2. Letakkan bantalan tahan air atau perlak dibawah klien.
3. Alat-alat di dekatkan.
4. Menjelaskan prosedur tindakan.
5. Pakai sarung tangan bersih.
6. Basahi plester dengan bensin.
7. Buka pembalut dengan pinset anatomi dari arah dalam.
8. Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan.
9. Buang bekas pembalut ke bengkok.
10. Siapkan peralatan balutan steril.
11. Kenakan sarung tangan steril.
12. Inspeksi luka.
13. Bersihkan luka dengan antiseptic atau laruta normal
salin.
14. Bila diperlukan berikan obat topical sesuai rekomendasi
dari medis.
15. Pasang kassa yang basah pada permukaan luka.
16. Pasang kassa steril kering diatas kassa basah.
17. Tutup dengan kassa, pasang plester diatas bantalan
atau amankan dengan verban, atau pengikat.
18. Alat yang habis dipakai ditaruh di Waskom larutan klorin
5%.
19. Bantu klien kembali pada posisi nyaman.
20. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
PERAWATAN LUKA
No. Dokumen No.Revisi Halaman
3/3

R
SUD Abepura
21. Dokumentasikan hasil observasi luka, balutan dan
drainase.

1. Instalasi rawat inap


2. Ruang Perinatologi
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Gawat Darurat
4. ICU
5. Instalasi Rawat Jalan
DEMAM NIFAS
No. Dokumen No.Revisi Halaman
½

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Kenaikan suhu tubuh > 38°C yang terjadi selama 2 hari pada 10
PENGERTIAN
hari pertama pasca persalinan.
TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi nifas.

1. Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah
KEBIJAKAN Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
PROSEDUR A. Persiapan Alat
1. Peralatan pemeriksaan fisik.
2. Peralatan untuk pemberian cairan infus.
3. Jelaskan apa yang bias diperoleh dari kunjungannya.
B. Persiapan Pasien
Pasien ditempatkan di ruangan yang terjaga privasinya.
C. Penatalaksanaan
1. Pasang dua kanula IV besar.
2. Mulai infus kristaloid.
3. Antibiotika terapetik :
Pemberian antibiotika spectrum luas adalah terapi
segera dan menghentikan penyebaran infeksi lebih
jauh. Jika kultur dan uji sensitivitas sudah diketahui,
antibiotika diganti sesuai dengan hasil kedua pengujian
tersebut.
4. Memantau jumlah sel darah putih setiap 48 jam atau
menurut kondisi klinisnya.

DEMAM NIFAS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
5. Lanjutkan antibiotic hingga pasien tidak mengalami
demam selama 24-48 jam dan tidak merasa nyeri.
6. Jika diperlukan dilakukan pemeriksaan thorak foto untuk
menentukan adanya emboli pulmoner septik atau
pneumonia.
1. Ruang Perinatologi
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Patologi Klinik
MALPOSISI
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/1

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Malposisi adalah posisi abnormal vertex kepala janin (dengan
PENGERTIAN
ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu.
1. Proses persalinan berjalan lancer.
TUJUAN 2. Mencegah terjadinya komplikasi.
3. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
603/Menkes/SK/VII/2008 tentang pemberlakuan Program
KEBIJAKAN Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
1. Rotasi spontan dapat terjadi pada 90% kasus.
2. Jika terdapat tanda persalinan macet, denyut jantung janin >
180 atau < 100 pada fase apapun, lakukan seksio sesarea.
3. Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban.
4. Jika pembukaan servik belum lengkap dan tidak ada tanda
obstruksi, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin.
PROSEDUR
5. Jika pembukaan servik lengkap dan tidak ada kemajuan
fase pengeluaran, periksa kemungkinan obstruksi.
6. Jika tidak ada obstruksi, akhiri persalinan dengan ekstraksi
vakum atau forsep bila syarat-syarat dipenuhi.
7. Bila ada tanda obstruksi atau syarat-syarat pengakhiran
persalinan tidak dipenuhi, lakukan seksio sesaria.
1. Ruang Perinatologi
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Gawat Darurat

KOMPRESI BIMANUAL DAN AORTA ABDOMINALIS


No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/3

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
1. Kompresi bimanual adalah suatu tindakan yang dilakukan
dengan cara menjepit atau menekan dinding uterus supaya
untuk menjepit pembuluh darah di dalam myometrium
(sebagai pengganti mekanisme kontraksi) hal ini dapat
PENGERTIAN dilakukan dengan dua cara yaitu kompresi bimanual internal
atau dengan kompresi bimanual eksternal.
2. Kompresi aorta abdominalis adalah suatu tindakan yang
dilakukan dengan menekan aorta abdominalis sebagai
upaya untuk menghentikan perdarahan.
1. Menghentikan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
TUJUAN 2. Mencegah terjadinya komplikasi.
3. Menurunkan angka kematian ibu.
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
KEBIJAKAN 603/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Program
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
A. Kompresi Bimanual Internal
1. Masukkan tangan secara obstetric ke dalam lumen
vagina, ubah menjadi kepalan dan letakkan dataran
punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks
interior dan dorong segmen bawah uterus ke kranio
PROSEDUR
anterior.
2. Upayakan tangan luar mencakup bagian belakang
korpus uteri sebanyak mungkin.
3. Lakukan kompresi uterus dengan mendekatkan telapak
tangan luar dan kepalan tangan dalam.

KOMPRESI BIMANUAL DAN AORTA ABDOMINALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/3

R
SUD Abepura
PROSEDUR 4. Tetap berikan tekanan sampai perdarahan berhenti dan
uterus berkontraksi.
5. Jika uterus sudah mulai berkontraksi :
a. Pertahankan posisi tersebut hingga uterus
berkontraksi dengan baik, dan secara perlahan
lepaskan tangan anda.
b. Lanjut memantau ibu secara ketat.
6. Jika uterus tidak berkontraksi :
a. Lakukan kompresi bimanual eksternal oleh asisten
atau anggota keluarga.
b. Sementara itu dilakukan :
- Berikan ergometrin 0,2 mg IM.
- Pastikan infus dengan 20 unit oksitosin dalam 1
liter cairan IV (NaCl atau RL) 60n tetes per menit
berjalan baik dan metil ergometrin 0,4 mg,
tambahkan misoprostol jika diperlukan.
B. Kompresi Bimanual Eksternal
1. Lakukan kompresi uterus dengan cara menekan dinding
belakang uterus dan korpus uteri diantara genggaman
ibu jari dan keempat jari lain serta dinding depan uterus
dengan telapak tangan dan tiga jari lain.
2. Pertahankan posisi tersebut hingga uterus berkontraksi
dengan baik jika perdarahan pervaginam berhenti.
3. Lanjutkan ke langkah berikut jika perdarahan belum
berhenti.
C. Kompresi Aorta Abdominalis
1. Raba pulsasi arteri femoralis pada lipat paha.
2. Kepalkan tangan kiri dan tekanan bagian punggung jari
telunjuk hingga kelingking pada umbilicus kearah
kolumna vertebralis dengan arah tegak lurus.
3. Dengan tangan yang lain, raba pulsasi arteri femoralis
untuk mengetahui cukup tidaknya kompresi :
a. Jika pulsasi masih teraba, artinya tekanan kompresi
masih belum cukup.
KOMPRESI BIMANUAL DAN AORTA ABDOMINALIS
No. Dokumen No.Revisi Halaman
3/3

R
SUD Abepura
b. Jika kepalan tangan mencapai aorta abdominalis,
maka pulsasi arteri femoralis akan berkurang atau
terhenti.
1. Ruang Perinatologi
2. Instalasi Bedah Sentral
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Patologi Klinik
KISTA OVARI KESAKITAN AKUT
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Kista ovary adalah suatu kantung (rongga) yang berisi cairan bias
serous maupun mosinosum yang tumbuh di indung telur (ovarium)
PENGERTIAN yang diameternya ≥ 6 cm. Sedangkan Kista Ovari Kesakitan Akut
adalah kistoma ovary yang dapat menimbulkan tiba-tiba rasa
sangat nyeri akibat terpuntir atau pecah.
TUJUAN 1. Mencegah jangan sampai syok akibat nyeri hebat akibat
kistoma pecah atau yang terpuntir.
2. Persiapan operasi cito.
3. Pemeriksaan lanjut apakah ganas atau tidak.
1. Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 2009 tentang
KEBIJAKAN Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
A. Persiapan Alat dan Obat
1. Laparatomi atau Laparoskopi set.
2. Infus set, ambu bag, cateter set.
3. Pemberian analgesic.
B. Persiapan Pasien
PROSEDUR 1. Penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien.
2. Penjelasan pada keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan dan membuat surat persetujuan tindakan
medis.
C. Penatalaksanaan
1. Anamnesa tentang gejala kista ovarium :

KISTA OVARI KESAKITAN AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
PROSEDUR a. Awalnya seringkali tanpa gejala.
b. Timbul rasa nyeri saat menstruasi.
c. Sering merasakan nyeri di perut bagian bawah.
d. Sering merasa nyeri saat berhubungan suami istri.
e. Sering merasa nyeri pada punggung yang menjalar
ke kaki.
f. Saat buang air besar atau kecil sering terasa nyeri.
g. Siklus menstruasi tidak teratur kadang mengeluarkan
darah lewat jalan lahir.
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Nyeri tekan pada perut bagian bawah.
b. Tanda pre-syock atau syock.
3. Pemeriksaan USG.
4. Pemeriksaan laboratorium : HB, Hematrokit, Leukosit,
Trombosit, masa perdarahan, masa pembekuan, dan
Gula darah sewaktu, Ureum Creatinin.
5. Mendaftarkan pasien ke Instalasi Bedah Sentral dan
mengkonsultasikan ke anastesi.
6. Sebelum dikirim ke Instalasi Bedah Sentral, pasien
diberi propilaxis injeksi antibiotic secara intravena.
1. Instalasi Rawat Inap
2. Ruang Perinatologi
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Patologi Klinik
4. Instalasi Radiologi

PELAKSANAAN KEGIATAN IN HOUSE TRAINING


(PELATIHAN, WORKSHOP, SOSIALISASI, REFRESHING)
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Setiap kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan pelatihan
workshop, sosialisasi yang diselenggarakan oleh Instalasi Diklat
PENGERTIAN
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura dengan tempat kegiatan di
dalam dan atau di luar Rumah Sakit.
1. Terlaksananya kejelasan dan kelancaran pelaksanaan
pelatihan, workshop, sosialisasi, refreshing dan sejenisnya
yang dilaksanakan oleh Instalasi Diklat Rumah Sakit Umum
TUJUAN
Daerah Abepura.
2. Terlaksananya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
Pelaksanaan Pelatihan Workshop, sosialisasi, refreshing karyawan
KEBIJAKAN Rumah Sakit Umum Daerah Abepura diproses oleh Instalasi Diklat
Litbang dan Perpustakaan atas persetujuan Direktur.
Untuk pelaksanaan pelatihan workshop, sosialisasi, refreshing (In
House Training) Rumah sakit Daerah Abepura :
1. Jenis kegiatan pelatihan workshop, sosialisasi dan
sejenisnya sudah masuk dalam Rencana Bisnis Anggaran
(RBA) dan atau berdasarkan kebutuhan dan adanya
kebijakan Rumah Sakit terkait dengan kegiatan tersebut.
2. Dari kegiatan pelatihan, workshop, sosialisasi tersebut
PROSEDUR dituangkan dalam Kerangka Acuan Kegiatan (TOR) dari Unit
Pengusul maksimal 1 (satu) bulan sebelum kegiatan yang
selanjutnya akan diproses lebih lanjut oleh Instansi Diklat
Litbang dan Perpustakaan.
3. Setelah ada persetujuan dari Direktur, Instalasi Diklat
Litbang dan Perpustakaan akan menindak lanjuti dengan
berkoordinasi dengan Bagian atau Bidang dan atau pihak
terkait tentang, Narasumber, peserta, tempat dan lainnya
PELAKSANAAN KEGIATAN IN HOUSE TRAINING
(PELATIHAN, WORKSHOP, SOSIALISASI, REFRESHING)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2

R
SUD Abepura
yang berhubungan dengan kegiatan Pelatihan, Workshop,
sosialisasi dan sejenisnya.
4. Dari hasil koordinasi tersebut akan ditindaklanjuti dengan
penerbitan surat tugas peserta dan feedback ke unit terkait.
PROSEDUR
5. Setelah pelaksanaan pelatihan, Instalasi Diklat Litbang dan
Perpustakaan membuat laporan tertulis terkait pelaksanaan
pelatihan tersebut yang ditujukan kepada Rumah Sakit
Umum Daerah Abepura.
1. Direktur
2. Wakil Direktur Pelayanan
UNIT TERKAIT 3. Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan
4. Kepala Bidang
5. Kepala Instansi

KONSULTASI KASUS KEGAWATAN MATERNAL DI


INSTALASI GAWAT DARURAT KE DPJP OBGYN
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Adalah tindakan konsultasi yang dilakukan oleh Dokter Jaga IGD
PENGERTIAN sesuai dengan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh dokter jaga
IGD didampingi bidan jaga IGD kepada Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP) Obstetri Gynekologi (OBGYN) untuk kasus
kegawatan maternal.
Pasien Kegawatan Maternal mendapatkan penanganan pertama
TUJUAN
yang sesuai dengan prosedur.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
KEBIJAKAN 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
1. Pasien dating ke IGD mendapatkan pelayanan sesuai
prioritas kegawatannya (Triage).
2. Pasien dilakukan anamnesa kebidanan, pemeriksaan tanda-
tanda vital dan pemeriksaan gynekologi oleh bidan jaga
IGD.
3. Bidan jaga menginformasikan hasil pemeriksaan kepada
dokter jaga IGD.
4. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan fisik secara head
to toe dicatat pada format status present OBGYN.
PROSEDUR
5. Dokter jaga IGD didampingi bidan jaga IGD melakukan
konsultasi kepada DPJP OBGYN untuk penanganan
kegawatan selanjutnya.
6. Hasil konsultasi didokumentasikan pada lembar konsultasi
yang tersedia di IGD.
7. Dilakukan tindakan untuk mengatasi kegawatan sesuai
dengan advice DPJP.
8. Pasien kondisi stabil Airway, Breathing, Circulation, dikirim
ke Kamar Bersalin atau Intensive Care Unit (ICU).
KONSULTASI KASUS KEGAWATAN MATERNAL DI
INSTALASI GAWAT DARURAT KE DPJP OBGYN
No. Dokumen No.Revisi Halaman
2/2

R
SUD Abepura
1. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT 2. Ruang Rawat Inap
3. ICU
OPERASI DARURAT ATAU CYTO
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Operasi darurat atau cyto adalah suatu tindakan operasi yang
PENGERTIAN
harus dilakukan sesegera mungkin (kurang dari 30 menit).
1. Menolong jiwa pasien.
TUJUAN
2. Acuan bagi personil terkait dalam menangani kasus-kasus.

KEBIJAKAN
A. Siapkan Pasien
1. Puasakan pasien dewasa 6 jam dan anak-anak 4 jam.
2. Lakukan pemeriksaan penunjang : Laboratorium, Foto
Rontgen, EKG (bila perlu) dan kondul ke bagian lain
(Misal dokter penyakit dalam dan dokter bedah, dokter
anastesi).
3. Siapkan mental pasien.
4. Siapkan dan lengkapi persetujuan tindakan kedokteran
anastesi.
5. Siapkan dan lengkapi persetujuan tindakan kedokteran.
6. Daftarkan pasien ke IBS.
PROSEDUR
B. Langsung kirim ke IBS setelah ada konfirmasi dari IBS.
C. Siapkan Personil
1. Di dalam jam kerja dinas pagi.
2. Di luar jam kerja dinas pagi dikerjakan oleh tim jaga sore
atau malam. Bila ada kekurangan bias memanggil tim on
call.
D. Siapkan Sarana
1. Tentukan atau siapkan kamar operasi.
2. Indikasi tertentu siapkan di ruang kamar operasi yang
telah ditentukan atau disiapkan secara khusus.

OPERASI DARURAT ATAU CYTO

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
E. Siapkan Prasarana, meliputi : linen, medical supply,
obat-obatan dan cairan yang diperlukan.
1. Instalasi Bedah Sentral
2. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT
3. Intensive Care Unit
4. Ruang Perinatologi
PROSEDUR PERSIAPAN OPERASI ELEKTIF
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Pasien yang dipersiapkan untuk operasi dengan kondisi medis
PENGERTIAN
pasien dalam keadaan tidak emergensi.
1. Dapat dilakukan perencanaan, penjadwalan operasi dengan
tim Instalasi Bedah Sentral.
TUJUAN
2. Dokter anastesi dapat melakukan visite pre-operatif.
3. Diperoleh hasil operasi optimal.
Pedoman Teknis Ruan Operasi Rumah Sakit Kemenkes RI Dirjen
KEBIJAKAN Bina Upaya Kesehatan 2012.
1. Pasien dipersiapkan di poli klinik atau ruangan perawatan
berupa informe choice, informed consent, pemeriksaan
laboratorium, seperti darah lengkap, fungsi hati, fungsi
ginjal, bleading time, cloting time, pemeriksaan radiologi,
pemeriksaan USG, EKG, HBS antigen, dan VCT.
2. Konsul ke dokter spesialis lainnya jika ditemukan kelainan
dalam pemeriksaan penunjang.
3. Pemberitahuan ke Instalasi Bedah Sentral minimal 1 hari
sebelum operasi elektif.
4. Pengisian format persetujuan tindakan operasi oleh pasien.
PROSEDUR
5. Puasa lebih dari 6 jam.
6. Premedikasi di ruang perawatan.
7. Pemberian terapi cairan (Ringer Laktat 500 cc) 1000-1500
cc dalam 15 menit, injeksi antibiotic profilaksis 2 gr (IV)
dilakukan di kamar operasi 1 jam sebelum tindakan operasi.
8. Pasien dibawa ke kamar operasi di damping oleh perawat,
POS dengan membawa oksigen. Sebelumnya perawat
mengisi form transfer pasien.
9. Pasien mandi dan menggunakan Handscrub di daerah
operasi.

PROSEDUR PERSIAPAN OPERASI ELEKTIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
10. Perhiasan atau barang berharga pasien disimpan oleh
keluarga atau di lker rumah sakit.
1. Poliklinik Kebidanan
UNIT TERKAIT
2. Ruangan Bersalin
GAWAT JANIN DALAM PERSALINAN
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Gawat janin adalah suatu keadaan dimana janin tidak menerima
cukup oksigen sehingga terjadi hipoksia. Diagnosis gawat janin :
1. Frekuensi denyut janin kurang dari 120x/menit atau lebih
PENGERTIAN dari 160x/menit.
2. Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih
dari 10x/hari).
3. Ada air ketuban berwarna kehijauan atau berbau.
1. Proses persalinan lancer.
TUJUAN 2. Mencegah terjadinya komplikasi.
3. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
1. Keputusan Menteri Kesehatan No. 603/Menkes/SK/VII/2008
KEBIJAKAN tentang Pemberlakuan Program Rumah Sakit Umum
Daerah Abepura.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang
Pedoman Penyelenggara Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
1. Bila sedang dalam infus oksitosin : segera hentikan infus.
2. Posisikan ibu berbaring miring ke kiri.
3. Berikan oksigen.
4. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan)
mulailah penanganan yang sesuai.
5. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan DJJ tetap abnormal
PROSEDUR
sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan
dalam untuk mencari penyebab gawat janin:
a. Jika terdapat perdarahan dengan nyeri hilang timbul atau
menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasenta.
b. Jika terdapat tanda-tanda infeksi berikan antibiotic.
c. Jika tali pusat terletak dibagian bawah janin atau dalam

GAWAT JANIN DALAM PERSALINAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2
R
SUD Abepura
vagina, lakukan penanganan prolapse tali pusat.
6. Jika DJJ tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain
gawat janin (meconium kental pada cairan amnion) segera
dilakukan seksio sesaria.
7. Siapkan segera resusitasi neonates.
1. Ruang Perinatologi
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Bedah Sentral
3. Instalasi Gawat Darurat
INSERSI AKDR PASCA PLASENTA
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
AKDR pasca plasenta adalah pemasangan IUD dimana klien
PENGERTIAN dilakukan insersi alat kontrasepsi dalam Rahim 10 menit setelah
plasenta lahir.
TUJUAN Meningkatkan kualitas pelayanan KB di fassilitas bersalin.

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :


KEBIJAKAN 603/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Program
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
A. Konseling Awal
1. Sapa klien.
2. Berikan informasi umum tentang keluarga berencana.
3. Jelaskan apa yang bias diperoleh dari kunjungannya.
B. Penapisan Klien
1. Lihat kembali catatan klien untuk memastikan bahwa
klien adalah calon yang tepat sebagai pengguna AKDR.
2. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
PROSEDUR C. Konseling Spesifik
1. Lakukan konseling AKDR pasca plasenta.
2. Diskusikan keuntungan dan keterbatasan AKDR pasca
placenta.
3. Perhatikan hal-hal yang kemungkinan menjadi penyulit
setelah pemasangan AKDR.
4. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencing.
D. Persiapan Sebelum Pemasangan
1. Beritahu klien.
INSERSI AKDR PASCA PLASENTA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
2. Cuci tangan.
3. Susun peralatan diatas meja dan atur sesuai urutan
tindakan.
4. Buka kemasan AKDR hingga setengahnya dan
keluarkan inseter.
E. Lakukan Pemasangan AKDR.
F. Tindakan Pasca Insersi
1. Anjurkan klien tetap berbaring, sambil IMD jelaskan
kunjungan ulang.
2. Bereskan alat-alat.
3. Cuci tangan.
1. Ruang Perinatologi
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Bedah Sentral
DISCHARGE PLANNING
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan serta koordinasi yang
PENGERTIAN dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan
kesehatan dan pelayanan social sebelum dan sesudah pulang
(Carpenito, 1990).
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologi dan
social.
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada
pasien.
TUJUAN 4. Membantu rujukan pada system pelayanan yang lain.
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan serta
mempertahankan status pasien.
6. Membantu pasien dan keluarga untuk memahami
permasalahan dan upaya pencegahan serta mengurangi
angka kekambuhan.
KEBIJAKAN Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2010 tentang Rumah Sakit.
PROSEDUR 1. Pasien mulai masuk rawat dilakukan Discharge Planning
sesuai dengan blanko yang sudah ada (lembar I : diisi
dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk rawat inap,
lembar II : diisi sehari sebelum pasien direncanakan pulang,
kecuali untuk kasus-kasus tertentu).
2. Pasien menyiapkan hasil pemeriksaan penunjang yang
harus dibawakan (hasil laboratorium bila perlu di foto copy,
hasil rontgen, hasil P.A dan lain-lain.
3. Perawat mencatat obat sisa (yang dibawa pulang) dan
masih dilanjutkan di rumah, bila pasien tertinggal di ruangan
dimana pasien dirawat, maka petugas ruangan tersebut

DISCHARGE PLANNING

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
menginformasikan atau menghubungi atau mengantarkan
obat yang tertinggal tersebut kepada pasien.
4. Untuk obat atau alkes yang sudah tidak terpakai dan masih
bisa dikembalikan ke apotik dibuatkan pengantar.
PROSEDUR
5. Keluarga menyelesaikan administrasi, kembali ke kantor
perawatan, kwitansi administrasi dicatat oleh petugas
ruangan.
6. Pasien boleh pulang
1. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Ruang Perinatologi
PELAKSANAA HPP KARENA ATONIA UTERI
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/3

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat
PENGERTIAN berkontraksi sehingga darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya placenta menjadi tidak terkendali.
1. Meningkatkan dan mempertahankan uterus agar tetap
berkontraksi dengn baik.
2. Mempertahankan tekanan distol lebih atau sama dengan 90
mmHg.
3. Mempertahankan nadi kurang dari 100x/menit.
TUJUAN
4. Mempertahankan produksi urine lebih atau sama dengan
25cc/jam.
5. Mempertahankan kesadaran tetap baik.
6. Menangani dan menghentikan perdarahan.
7. Mencegah komplikasi.
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
603/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Program
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
KEBIJAKAN 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
PROSEDUR 1. Tegakkan diagnose kerja atonia uteri, bila memang terjadi
atonia uteri siapkan histerektomi.
2. Bila terjadi sub involusi lakukan prosedur sebagai berikut :
a. Lakukan massage uterus.
b. Pasang infus.
c. Beri oxytocin 10 UI IV, dan 20 UI drip (sesuai kondisi).
d. Pastikan placenta telah lahir lengkap (bila masih
tertinggal lakukan evakuasi sisa placenta).

PENATALAKSANAAN HPP KARENA ATONIA UTERI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/3

R
SUD Abepura
PROSEDUR e. Pastikan tidak ada laserasi jalan lahir.
f. Lakukan tindakan spesifik.
3. Kompresi bimanual eksternal
a. Cengkeram dengan kedua tangan dari dinding
abdomen.
b. Evaluasi (bila perdarahan berkurang atau kontraksi
uterus baik, kompresi diteruskan, pertahankan kontraksi
uterus).
c. Bila upaya ini belum berhasil coba dengan kompresi
bimanual internal.
4. Kompresi bimanual internal
a. Tangan kiri diperut ibu, membuat uterus anteflexi.
b. Tangan yang lain dijalan lahir dengan posisi
menggenggam.
c. Uterus dijepit diantara dua tangan.
d. Evaluasi (bila perdarahan berkurang atau berhenti
pertahankan agar uterus tetap berkontraksi).
e. Apabila tindakan ini tidak efektif lakukan kompresi aorta
abdominalis.
5. Kompresi aorta abdominalis
a. Tangan kanan meraba arteri femoralis.
b. Tangan yang lain dalam posisi menggenggam menekan
aorta abdominalis setinggi umbikulus.
6. Evaluasi
a. Tampon uterus atau kondom kateter.
b. Berikan transfuse bila perlu.
c. Lakukan uji beku darah.
d. Bila perlu dilakukan tindakan operatif :
1) Koservatif jahitan uterus.
2) Ligase arteri uterine.
3) histerektomi.

PENATALAKSANAAN HPP KARENA ATONIA UTERI


No. Dokumen No.Revisi Halaman
3/3

R
SUD Abepura
1. Ruang Perinatologi
2. Instalasi Bedah Sentral
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Patologi Klinik
PELAKSANAAN NEAR MISS
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
1. Near Miss adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa
pasien tetapi bias teratasi sehingga pasien bias pulang
dengan keadaan baik.
PENGERTIAN
2. Pelaksanaan Near Miss adalah pencatatan dan pelaporan
semua kasus near miss serta pemilihan kasus untuk
disosialisasikan atau dipresentasikan.
TUJUAN Peningkatan pelayanan kepada kasus maternal dan perinatal.

1. Undang-Undang Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit.
KEBIJAKAN 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
PROSEDUR 1. Tim AMP mengkoordinir laporan dari masing-masing unit.
2. Tim AMP menjadwalkan untuk presentasi kasus Near Miss
satu kali setiap bulan.
3. KSM Obsgin dan KSM Anak menentukan kasus yang akan
dipresentasikan.
4. Tim AMP menyiapkan tempat, perlengkapan dan peserta.
5. Masing-masing KSM Obsgin dan KSM Anak
mempresentasikan Near Miss.
6. Hasil presentasi (notulen) dibuat laporan ke Wakil Direktur
Pelayanan untuk ditindak lanjuti.
PELAKSANAA NEAR MISS
No. Dokumen No.Revisi Halaman
2/2

R
SUD Abepura
1. Instalasi Rawat Inap
2. Ruang Perinatologi
UNIT TERKAIT 3. Intensive Care Unit
4. Instalasi Gawat Darurat
5. Instalasi Pelayanan Khusus
MEMILIH DOKTER PENANGGUNG JAWAB
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Proses pasien dan atau keluarga pasien dalam memilih atau
PENGERTIAN
menentukan dokter yang merawat di ruang perawatan.
1. Tercapainya pelayanan yang maksimal dan optimal dari
ruang perawatan.
TUJUAN
2. Sebagai implementasi dari ketentuan yang mengacu
standar pelayanan di Rumah Sakit.
1. Pedoman hak pasien dan keluarga.
KEBIJAKAN 2. Bahwa setiap pasien yang dirawat di Rumah Sakit harus
dirawat dokter penanggung jawab.
PROSEDUR 1. Setelah pasien berada di ruang perawatan petugas
(perawat) menemui pasien dan atau keluarga pasien untuk
berkomunikasi tentang dokter yang akan merawat.
2. Petugas (perawat) menyampaikan nama-nama dokter
spesialis yang bisa atau dapat merawat pasien sesuai
dengan kasusnya selama di ruang perawatan.
3. Pasien dan atau keluarga setelah mengerti atau menerima
penjelasan dari petugas (perawat) menentukan atau memilih
dokter dengan cara menulis di form yang sudah disediakan
oleh petugas.
4. Petugas menghubungi dokter yang dimaksud sesuai
dengan permintaan pasien.
5. Hasil dari komunikasi dengan dokter apakah menerima atau
tidak disampaikan pada pasien dan atau keluarga.
6. Pasien diberitahu pelaksanaan kunjungan visite dokter oleh
petugas.

MEMILIH DOKTER PENANGGUNG JAWAB

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
1. Komite Medik
2. KSM
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Rawat Inap
4. Intensive Care Unit
PENARIKAN PERALATAN KESEHATAN
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/3

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
9 May 2020
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Penarikan Peralatan Kesehatan adalah bentuk standar mengenai
langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi elektromedis
dalam melaksanakan Penarikan Peralatan Kesehatan yang
berdasarkan preasyarat dan prosedur yang harus dipenuhi.
PENGERTIAN
Peralatan Kesehatan yang ditarik dari instalasi, ruangan, bagian
dan unit adalah peralatan membahayakan bagi pasien atau
pengguna yang diinformasikan oleh K3RS dan Instalasi
Pemeliharaan Saran dan Sanitasi Lingkungan.
Untuk menjamin keselamatan pasien atau pengguna terhadap
TUJUAN
resiko akibat pengguna peralatan yang membahayakan tersebut.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
KEBIJAKAN 1190/MENKES/PER/VIII/ tahun 2010 tentang Izin Edar Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan rumah Tangga.
PROSEDUR 1. K3RS mengkoordinasikan adanya peralatan yang
berbahaya dengan menginformasikan bahaya tersebut ke
instalasi, ruangan, bagian, unit. Menentukan apakah
peralatan yang berbahaya digunakan di Rumah Sakit.
Menginformasikan, memberitahukan dan menyarankan
instalasi, ruangan, bagian, unit yang berhubunngan dengan
peralatan yang berbahaya.
2. Sumber informasi peralatan yang berbahaya :
a. Koordinator K3RS
b. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Sanitasi Lingkungan
c. Pabrikan
3. Klasifikasi tanda bahaya :
a. URGENT (U) : Membahayakan jiwa. Bahaya yang
diakibatkan tereksposenya, menggunakan, kegagalan
produk, yang deapat membahayakan kesehatan atau

PENARIKAN PERALATAN KESEHATAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/3

R
SUD Abepura
PROSEDUR kemungkinan meninggal.
b. SERIOUS (S) : Dibutuhkan tindakan perbaikan : bahaya
yang diakibatkan tereksposenya, menggunakan,
kegagalan produk, yang dapat membahayakan
kesehatan sesaat atau kemungkinan membutuhkan
perawatan kesehatan lebih lanjut.
c. ADVISORY (A) : Bahaya yang diakibatkan
tereksposenya, menggunakan, kegagalan produk, yang
tidak membahayakan kesehatan atau kemungkinan tidak
membutuhkan perawatan kesehatan lebih lanjut.
4. Bila mendapat informasi bahwa ada peralatan yang
membahayakan baik dari K3RS maupun pabrikan, maka
Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Sanitasi Lingkungan
akan mengecek ke daftar inventaris dimana peralatan
tersebut digunakan.
5. Apabila peralatan telah dinyatakan dengan jelas pada
laporan, Direktur harus mengirimkan copy mengenai
halinike koordinator K3RS. Bila berita mengenai peralatan
yang membahayakan atau harus ditarik dari peredaran
langsung dari pabrik harus dikirim langsung ke K3RS dan
laporan disimpan di system computer.
6. Tindakan yang perlu dilakukan :
a. Bila pemberitahuan tentang peralatan yang ditarik dari
peredaran menyatakan bahwa tidak memerlukan
tindakan koreksi hanya di file (sebagai contoh ,
perubahan cara penggunaan).
b. Berita menyatakan peralatan membutuhkan perbaikan
dan harus dikembalikan ke pabrik, vendor, bagian teknik
harus mengeluarkan permintaan perbaikan untuk
peralatan yang bersangkutan (menyebut pemberitahuan
bahaya). Kumpulkan peralatan dan berikan ke vendor
untuk dilakukan perbaikan. Bila peralatan telah selesai
dilakukan perbaikan teknisi harus memasukkan data
peralatan tersebut ke dalam system SMS.
PENARIKAN PERALATAN KESEHATAN
No. Dokumen No.Revisi Halaman
3/3

R
SUD Abepura
1. K3RS
2. IPSRS
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Rawat Jalan
4. Instalasi Rawat Inap
5. Penunjang
PEMASANGAN IMPLANT
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Memasang tabung implant sejumlah 2 (dua) buah kebawah lapisan
PENGERTIAN kulit pada 1/3 lengan atas bagian bawah yang berfungsi sebagai
alat kontrasepsi selama 3 tahun.
TUJUAN Proses pemasangan implant berjalan lancar.

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :


603/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Program
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
KEBIJAKAN 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
PROSEDUR A. Konseling Awal
1. Sapa klien.
2. Berikan informasi umum tentang keluarga berencana.
3. Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya.
B. Penapisan Klien
1. Lihatlah kembali catatan klien untuk memastikan bahwa
klien adalah calon yang tepat sebagai pengguna implant.
2. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
3. Pastikan klien memilih implant melalui proses konseling.
C. Konseling Spesifik
1. Lakukan konseling implant.
2. Diskusikan keuntungan dan keterbatasan implant.
3. Perhatikan hal-hal yang kemungkinan menjadi penyulit
setelah pemasangan implant.
D. Persiapan sebelum pemasangan
1. Tanda tangan inform consent.
2. Siapkan alat.

PEMASANGAN IMPLANT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
3. Beritahu klien.
4. Cuci tangan.
5. Susun peralatan diatas meja dan atur sesuai urutan
tindakan.
PROSEDUR E. Lakukan pemasangan implant
F. Tindakan pasca insersi
1. Jelaskan waktu control.
2. Bereskan alat-alat.
3. Cuci tangan.
1. Ruang Perinatologi
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Bedah Sentral
INSERSI AKDR
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
AKDR adalah alat kontrasepsi yang berukuran relative kecil sesuai
dengan kavum uteri ukuran normal (tidak hamil) terbuat dari plastik
PENGERTIAN yang dilingkupi oleh gulungan kawat tembaga dan harus
dimasukkan ke dalam kavum uteri untuk menimbulkan efek
kontraseptif.
1. Proses pemasangan berjalan lancar.
TUJUAN
2. Meningkatkan kualitas pelayanan KB AKDR.
KEBIJAKAN 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
603/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Program
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
PROSEDUR A. Konseling Awal
1. Sapa klien.
2. Berikan informasi umum tentang keluarga berencana.
3. Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya.
B. Penapisan Klien
1. Lihatlah kembali catatan klien untuk memastikan bahwa
klien adalah calon yang tepat sebagai pengguna AKDR.
2. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
3. Pastikan klien memilih AKDR melalui proses konseling.
4. Berikan penjelasan tentang menjarangkan kehamilan.
C. Konseling Spesifik
1. Lakukan konseling AKDR.
2. Diskusikan keuntungan dan keterbatasan AKDR.
3. Perhatikan hal-hal yang kemungkinan menjadi penyulit

INSERSI AKDR

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
setelah pemasangan AKDR.
4. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencing.
D. Persiapan sebelum pemasangan
1. Tanda tangan inform concent.
2. Siapkan alat.
3. Beritahu pasien.
4. Cuci tangan.
5. Susun peralatan diatas meja dan atur sesuai urutan
tindakan.
PROSEDUR
6. Buka kemasan AKDR hingga setengahnya.
E. Lakukan pemasangan AKDR
F. Tindakan pasca insersi
1. Anjurkan klien tetap berbaring dan observasi selama
kurang lebih 15 menit, apakah terjadi nyeri hebat atau
perdarahan.
2. Jelaskan waktu control.
3. Bereskan alat-alat.
4. Cuci tangan.
UNIT TERKAIT 1. Ruang Perinatologi
2. Instalasi Bedah Sentral

PENCABUTAN IMPLANT
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/2

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Mencabut tabung implant sejumlah 2 (dua) buah dari lapisan
PENGERTIAN
bawah kulit pada 1/3 lengan atas.
TUJUAN Proses pencabutan implant berjalan lancar.

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :


603/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Program
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
KEBIJAKAN 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
1. Sapa klien.
PROSEDUR
2. Bicarakan dengan klien alasan pencabutan implant, dan
rencana berikutnya.
3. Pastikan klien sudah mencuci lengannya.
4. Perhatikan hal-hal yang kemungkinan menjadi penyulit saat
pencabutan implant.
5. Persiapan sebelum pencabutan :
a. Tanda-tangan inform concent.
b. Siapkan alat.
c. Beritahu klien.
d. Cuci tangan.
e. Susun peralatan di atas meja dan atur sesuai urutan
tindakan.
6. Lakukan pencabutan implant.
7. Tindakan pasca pencabutan implant.

PENCABUTAN IMPLANT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2

R
SUD Abepura
1. Instalasi Bedah Sentral
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Jalan
PELAYANAN PASIEN TERMINAL DAN AKHIR HIDUP
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/3

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
1. Keadaan terminal adalah suatu keadaan dimana menurut
akal sehat tidak ada harapan lagi untuk sembuh.
2. Kematian adalah suatu keadaan terputusnya hubungan
PENGERTIAN tubuh dengan dunia luar yang ditandai dengan tidak adanya
denyut nadi, tidak bernapas selama beberapa menit, dan
ketidakadaan segala reflek, serta kegiatan otak, dinyatakan
oleh dokter yang berwenang.
1. Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal dalam
proses penyakit terminal dan akhir hayat.
TUJUAN
2. Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan pada pasien
terminal dan akhir hayat.
KEBIJAKAN Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
812/Menkes/SK/VII/2007 trntang Kebijakan Perawatan Paliatif.
A. Melaksanakan asesmen menjelang kematian tentang :
1. Keadaan tonus otot yang ditandai dengan :
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam bicara, proses menelan, dan
hilangnya reflek menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal yang
ditandai dengan nausea, muntah, perut kembung,
PROSEDUR obstipasi.
d. Penurunan control sphincter urinary dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Keadaan sirkulasi yang ditandai dengan :
a. Kemunduran dalam sensasi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama pada daerah kaki, kemudian
tangan, telinga dan hidung.

PELAYANAN PASIEN TERMINAL DAN AKHIR HIDUP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/3

R
SUD Abepura
3. Keadaan tanda-tanda vital :
a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernapasan dangkal, cepat dan tidak teratur.
d. Gangguan sensori.
e. Penglihatan kabur.
f. Gangguan penciuman dan pendengaran.
B. Mengkaji tanda-tanda klinis saat pasien akan meninggal :
1. Pupil mata melebar.
2. Tidak mampu untuk bergerak.
3. Kehilangan reflek.
4. Nadi cepat dan dingin.
5. Pernapasan cines-stoke dang ngorok.
6. Tekanan drah sangat rendah.
7. Mata dapat tertutup atau agak terbuka.
C. Mengkaji tanda-tanda meninggal secara klinis :
1. Tidak respon rangsangan dari luar secara total.
2. Tidak ada gerak dari otot khususnya pernapasan.
3. Tidak ada reflek.
4. Gambaran mendatar pada EKG.
D. Memberikan tindakan pada pasien tahap terminal atau
menjelang ajal :
A (Airway) : memastikan bahwa jalan napas patent
- Posisi head tilt chin lift.
- Posisi oropharyngeal tube.
- Pasang nasopharyngeal tube.
- Pasang endotracheal tube.
B (Breathing) : memastikan bahwa dada bisa mengembang
secara simetris dan adekuat.
- Pemberian oksigen lewat selang maupun masker.
- Pemberian napas buatan bila pasien apneu.
C (Circulation) : memastikan bahwa sirkulasi cukup, akral
hangat, produksi urine cukup.
- Pemberian cairan infus.
PELAYANAN PASIEN TERMINAL DAN AKHIR HIDUP
No. Dokumen No.Revisi Halaman
3/3

R
SUD Abepura
PROSEDUR - Pemberian obat-obatan jantung.
- Pemberian vasokonstiktor.
- Pemantauan produksi urine lewat kateter urine.
E. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaniah
1. Menghilangkan rasa nyeri dengan memberikan anti
nyeri, mengubah posisi tidur dan perawatan fisik.
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan infus dan
sonde.
F. Memenuhi kebutuhan emosi
1. Menenangkan pasien apabila menghadapi ketakutan
yang hebat (ketakutan yang hebat akibat menyadari
bahwa dirinya tidak mampu mencegah kematian).
2. Mendampingi pasien yang ingin memperbincangkan
kehidupan di masa lalu dan kemudian hari.
3. Memberikan kesempatan kepada keluarga pasien untuk
memberi tuntunan pasien menjelang ajal sesuai agama
dan budaya setempat.
1. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Ruang Perinatologi

TRANSFUSI
No. Dokumen No.Revisi Halaman
1/3

RSUD Abepura
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Abepura
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. DAISY CH. URBINAS
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 1967 1231 200502 2 028
Transfuse adalah proses pemindahan darah atau suatu komponen
PENGERTIAN
darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipen).
1. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut
oksigen.
TUJUAN 2. Memperbaiki volume darah dalam tubuh.
3. Memperbaiki kekebalan.
4. Memperbaiki masalah pembekuan.
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
603/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Program
Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
KEBIJAKAN 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.

A. Indikasi Pemberian Transfusi


1. Anemia pada perdarahan akut
2. Anemia kronis
3. Gangguan pembekuan darah
4. Plasma loos atau hipoalbuminemia
5. Pasien dengan syok haemoragia
PROSEDUR B. Persiapan Alat
1. Satu (1) set transfuse darah dengan blood filter (blood
set)
2. Cairan isotonic (Nacl 0,9%)
3. Produk darah yang dibutuhkan (PRC,WB,TC, dan lain-
lain)
4. Obat-obatan sesuai dengan program medis

TRANSFUSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/3

R
SUD Abepura
PROSEDUR 5. Handscoon disposable
6. Tensimeter dan thermometer
C. Pelaksanaan
1. Memberikan salam teraupetik.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan, tanda gejala
reaksi transfuse.
3. Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien.
4. Minta tanda tangan persetujuan atau informed consent.
5. Periksa produk darah yang disiapkan, golongan darah
dan kesesuaian cross match, jumlah darah dan nomor
kantong serta masa berlaku.
6. Menggunakan handscoon.
7. Pemasangan transfuse set yang tepat menggunakan
abocat nomor 18.
8. Memasang cairan dengan cairan isotonic (Nacl 0,9%).
9. Apabila kadar HB kurang dari 5gr% berikan injeksi Lasix
1 ampul IV terlebih dahulu sebelum darah dimasukkan
dengan catatan kondisi pasien stabil (tekanan darah
systole minimal 100 mmHg) dan terpasang power
cateter.
10. Pemberian transfuse pada pasien perdarahan lama
diutamakan PRC bila perdarahan baru diutamakan WB.
11. Pemberian transfusi perhari maksimal 3 kali kemudian
istirahat 1 hari apabila masih diperlukan diulang hari
berikutnya.
12. Monitor TTV pada awal, sepanjang dan setelah transfusi.
13. Ganti cairan Nacl 0,9% dengan produk darah yang
tersedia.
14. Monitor ada tidaknya reaksi alergi terhadap pemasangan
produk darah.
15. Monitor kecepatan aliran transfusi.
16. Jangan memberikan medikasi IV atau cairan lain kecuali
isotonic dalam darah.
17. Bila transfuse sudah selesai ganti dengan cairan/larutan
TRANSFUSI
No. Dokumen No.Revisi Halaman
3/3

R
SUD Abepura
Nacl 0,9%.
18. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT
4. Intensive Care Unit
5. Ruang Bersalin
6. Ruang Perinatologi

Anda mungkin juga menyukai