Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

PERCOBAAN 3

UJI OBAT KOLINERGIK DAN ANTIKOLINERGIK

DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM :

SULASTRI HERDANINGSIH, M.Farm., Apt

DISUSUN OLEH

KELOMPOK : 3 (3B)

Petronila Angrilini Marbun (209701)

Putri Ramadhani (209704)

PRODI D III FARMASI

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK

2022
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Dapat memiliki keterampilan dalam melakukan pengujian aktivitas kolinergik dan
antikolinergik suatu obat pada hewan pecobaan

II. DASAR TEORI

Sistem saraf otonom merupakan bagian sistem syaraf yang mengatur fungssi visceral
tubuh.sistem ini mengatur tekanan ateri ,motilitas dan sekresi gastrointestinal, pengosongan
kandung kemih, berkeringat, suhu tubuh dan aktivitas lain. Sifat ini menjadikan SSO tepat untuk
melakukan pengendalian terhadap homeostasis mengingat gangguan terhadap homeostasis dapat
memengaruhi seluruh sistem tubuh manusia ( Guyton, 2006).

Obat obat yang mengaktifkan sistem saraf parasimpatis disebut sebagai obat – obat
kolinergik, atau parasimpatomimetik, Kolinergik adalah sekelompok zat yang dapat
menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi parasimpatis ( sp) , karena melepaskan
neurohormon asetilkolin ( ach ) diujung- ujung neuronnya. Obat-obat kolinergik juga dikenal
dengan kolinomimetik, perangsang kolinergik, atau agonis kolinergik. Asetilkolin adalah
neurotransmiter yang ada pada bagian ganglion ujung saraf terminal parasimpatis dan
mempersafi reseptor-reseptor organ, jaringan dan koneksi.

Ada dua resi kolinergik reseptor :

(1) reseptor otot yang menerima otot polos dan dilepaskan denyut jantung dan

(2) resep untuk nikotinik ( neurimuskular) yang mempengaruhi baik reseptor muskarinik
maupun nikotinik.

Obat – obat yang menggantikan kerja asetilkolin menempatkan reseptor- reseptor


asetilkolin disebut Obat antikolinergik atau parasimpatolitik. Nama lain untuk antikolinergik
adalah agen- agen penghambat kolinergik, agen- agen antiparasimpatis, agen- agen
antimuskarinik, atau antispasmodik, jaringan tubuh dan organ yang dipengaruhi oleh obat-
obatan antikolinergik berarti obat yang bekerja menghambat timbulnya efek akibat aktivitas
susunan saraf parasimpatis, antimuskarinik merupakan antikolinergik yang bekerja di alat yang
dipersarafi serabut pascaganglion kolinergik. Antimuskarinik memperlihatkan efek sentral
terhadap susunan saraf pusat, yaitu merangsang pada dosis kecil dan mendepresi pada dosis
toksik.

Pilocarpin berasal dari tanaman pilocarpus jaborandi dan pilokarpus microphyllus.


Pilocarpin memiliki efek nikoitik. Efek nikonitik ini juga terlihat setelah diadakan denervasi.
Pilocarpin terutama menyebabkan rangsangan terhadap kelenjar keringat , kelenjar air mata, dan
kelenjar ludah. Produksi keringat dapat mencapai tiga liter. Efek terhadap kelenjar keringat ini
terjadi karena perangsangan langsung ( efek nikotinik ). Suatu kekhususan dari kelenjar keringat
ialah bahwa , secara anatomi kelenjar ini termasuk sistem simpatik, tetapi neuritransmiternya
asetilkolin. Ini yang menjelaskan terjadinya hiperhidrosis oleh zat kolinergik.

Atropin merupakan campuran d- dan l- hiosiamin ) dan skopolamin ( l- hiosin )


merupakan dua alkaloid aktif . Atropin terutama ditemukan pada atropa belladonna dan datura
stramonium, sedangkan skopolamin terutama diperoleh dari hyoscyanus niger. Alakolid –
alkaloid ini merupakan ester organic dari asam tropat dengan tropanol atau skopin ( basa
organik). hambatan oleh atropin bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan pemberian
asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase.

Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih
kuat terhadap yang eksogen. Skopolamin memiliki efek depresi sentral yang lebih besar daripada
atropine, sedangkan efek perifer terhadap jantung , usus, dan otot bronkus lebih kuar dipengaruhi
oleh atropin. Efek farmakodinamik , atropin merangsang medulla oblongata dan pusat lain otak;
alkaloid belladonna menyebabkan midriasis dan siklopegia; mengurangi secret hidung, mulut,
faring, dan bronkus ; frekuensi jantung berkurang; menghambat bradikardi; antispasmodic;
menghambat aktivitas kelenjar eksokrin, yaitu kelenjar liut dalam mulut serta bronkus.

Efek kolinergik faal yang terpenting sebagai berikut :

- Stumulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristalic dengan

- Sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCL), juga sekresi air mata, dan lain-lain.

- Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan
penurunan tekanan darah.
- Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan sekresi dahak
dipebesar.

- Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil mata ( miosis) dan menurunnya tekanan
intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.

- Kontraksi kandung kemih dengan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urine.

- Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

- Menekan ssp setelah pada permulaan menstimulasinya.

Respon utama dari obat antikolinergik adalah Menurunkan motilitas


gastrointestinal,Mengurangi salivasi, Mengatasi pupil mata( midriasis), Meningkatkan denyut
nadi. Efek- efek dari antukolinergik adalah sebagai berikut :

- Penurunan kontraksi kandung kemih

- Mengurangi retensi urin

- Mengurangi rigiditas dan tremor yang berkaitan dengan eksitasi neuruskular antikolinergik juga
dapat digunakan sebagai antidot terhadap toksisitas yang diakibatkan oleh pemindahan
kolinesterase dan minum organofosfat.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 ALAT :
• Spuit 1cc
• Timbangan hewan
• Corong gelas
• Beker gelas
• Gelas ukur

3.2 BAHAN :
• Atropine (dosis 1Xp manusia 70 kg = 1mg )
• Pilocarpin (dosis 1Xp manusia 70 kg = 20 mg )
• Diazepam ( dosis 1Xp manusia 70 kg = 5 mg )
• Nacl 0,9 %
• Kertas saring yang ditaburi metilen blue

IV. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN

Dosis Pilocarpin untuk manusia 1XP = 10 mg

Dosis Pilocarpin untuk mencit 1XP = 20 mg X 0,0026

= 0,052 mg/20-30 g /1ml

= 10 mg x 0,052 mg

1mL x

X = 0,052mg X 1mL

10 mL

= 0,0052 mL

- Volume untuk 50 mL

Volume yang diambil = volume untuk 0,05mL

X 50mL
= 0,0052 mL = 0,05mL

X 50mL
X = 0,0052mL x 50mL

0,05 mL
X = 5,2mL / 50mL
V. CARA KERJA

Penyiapan obat antikonergik pada hewan uji


- Di puasakan terlebih dahulu selama 18 jam sebelum praktikum
- Dibagi menjadi 4 kelompok masing- masing kelompok terdiri dari 1 ekor mencit
- Diberi diazepam secara PO
- Setelah 30 menit ( setelah tanda sedasi terlihat ) setiap kelompok diberi perlakuan
Suntikan pilocarpin secara IM
- Semua mencit disimpan dalam wadah kaca yang diberi alas kertas saring
- Catat waktu saat muncul efek salivasi akibat pilokarpin HCL. Pengeluaran saliva
pada kertas saring diamati setiap5 menit dan diameternya diukur. Setiap kali
setelah pengamatan, kertas saring diganti dengan yang baru. Pengamatan dilakuka
selama 30 menit dimulai setelah penyuntikan pilocarpin
- Setelah 30 menit suntikan atropin SO4 secara IV
- Catat waktu saat muncul efek salivasi akibat atropine SO4. Selanjutnya lakukan
pengamatan seperti diatas. Ekskresi saliva untuk setiap kelompok

- Dihitung presentase inhibisi saliva untuk setiap kelompok dari diameter bercak
saliva pada setiap waktu pengamatan
VI. HASIL PENGAMATAN

Perhitungan :
1. Kelompok atropine

Rata – rata = x 100 % = 0%


2. Kelompok pilokarpin

Rata – rata =
= 2,4

% inhibisi = x 100 % = 0%
3. Kelompok pilokarpin

Rata- rata =
=4

% inhibisi = x 100 % = 0%
4. Kelompok Nacl

% inhibisi = x 100 % = 0%
VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan percobaan mengenai efek kolinergik dan


antikolinergik sebagai obat untuk sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom terbagi
atas 2 bagian, yaitu siostem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. kelenjar
saliva yang merupakan salah satu kelenjar dalam sistem pencernaan, akan meningkat
aktivitasnya jika distimulasi oleh sistem saraf parasimpatik atau oleh obat-obat
parasimpatomimetik. tetapi sebaliknya, jika diberikan obat –obat yang aktivitasnya
berlawanan dengan sistem parasimpatik yaitu obat simpatomimetik, maka aktivitas

kelenjar saliva akan menurun Sistem saraf otonom ini terdiri dari neuron –neuron
motorik yang mengatur kegiatan organ –organ dalam, Misalnya jantung, paru – paru,
ginjal, kelenjar keringat , otot polos pembuluh darah.

Percobaan ini dimulai dengan mempersiapkan berbagai alat yang dibutuhkan


kemudiaan dilakukan pemilihan hewan percobaan yaitu mencit. setiap kelompok
praktikum masing-masing memilih 4 mencit, dimana satu mencit sebagai kontrol,
serta tiga mencit lainnya merupakan mencit yang diberikan atropin dengan berbagai
variasi dosis. mencit yang dipilih, lalu ditimbang. penimbang mencit ini dilakukan
dengan meletakkan seekor mencit yang akan digunakan, diatas neraca ohaus dan
diamati angka yang menunjukkan berat badan mencit. penimbangan mencit ini
bertujuan untuk mengetahui perhitungan dosis yang tepat pada perlakuan
percobaan, karena setiap individu yang memiliki berat badan yang berbeda akan
mendapatkan pemberian dosis yang berbeda, mengingat berat badan merupakan
salah satu dajtor yang penting menentukan pemberian jumlah dosis. setelah
ditimbang setiap mencit diberikan tanda pengenal yang berbda. hal ini bertujuan
agar mempermudah mengenali mencit baik pada saat pemberian perlakuan maupun
saat dilakukan pengamatan terhadap percobaan. mencit dibagui menjadi 4
kelompok masing-masing kelompok diberikan sesuai obat yang akan di ujikan.
secara intraperitonial menggunakan jarum suntik. urutan yang diberikan dalam
bentuk larutan. pemberian dilakukan dengan cara memegang atau menjepit tengkuk
diantara jari telunjuk dan jari tengah, dengan membuat posisi abdomen yang lebih
tinggi dari kepala. jarum disuntik dengan membentuk sudut 10’ . penyuntikan harus
sedikit menepi dari garis tengah, untuk menghindari terkenanya kandung kemih.
jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati. tujuan pembertian uretan adalah
untuk membuat mencit tertidur atau menurunkan aktivitasnya. selain itu, pembiusan
mencit dilakukan karena dalam keadaan tertidur biasanya akan terjadi salivasi
dimana salivasi ini akan digunakan sebagai parameter dalam pengujian obat – obat
sistem saraf otonom.

Sistem saraf otonom terbagi atas 2 bagian, yaitu siostem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. kelenjar saliva yang merupakan salah satu kelenjar dalam
sistem pencernaan, akan meningkat aktivitasnya jika distimulasi oleh sistem saraf
parasimpatik atau oleh obat-obat parasimpatomimetik. tetapi sebaliknya, jika
diberikan obat –obat yang aktivitasnya berlawanan dengan sistem parasimpatik
yaitu obat simpatomimetik, maka aktivitas kelenjar saliva akan menurun.
Pilokarpin merupakan obat antikonlinergik yang merangsang saraf
parasimpatik yang dimana efeknya akan menyebabkan percepatan denyut jantung dan
mengaktifkan kelenjar-kelenjar pada tubuh salah satunya kelenjar saliva . obat
kolinergik adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan
stimulasi susunan Parasimpatis (SP), karena melepaskan neurohormon asetikolin (Ach)
di ujung – ujung neuronnya. Efek Kolinergis yang ditimbulkan juga termasuk dalam
merangsang atau menstimulasisekresi kelenjar ludah, sehingga hal tersebut dapat
memicu terjadinya hipersalivasi sehingga air liur atau saliva yang dikeluarkan oleh
mencit menjadi lebih banyak karena pilokarpin merupakan salah satu pemacu sekresi
kelenjar yang terkuat pada kelenjar saliva..
VIII. KESIMPULAN
1. Semakin besar bobot hewan percobaan, maka volume pemberian obat semakin
besar
2. Pilokarpin sebagai zat kolinergik yang dapat meningkatkan sekresi saliva
3. Atropine sebagai zat antkolinergik mampu menginhibisi hipersaliva pada hewan
percobaan
4. Semakin tinggi dosis atropin yang diberikn terhadap hen percobaan , semakin
sedikit saliva yang dikeluarkan oleh hewan percobaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel , H. C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. UI press jakarta.

Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Prof.Mr.A.G Pringgodigdo.1977. Ensiklopedi Umum. Yogyakarata : Penerbit Kanisius

Bagian farmakologi fakultas kedokteran universitas indonesia. 1995. Farmakologi dan terapi.
Edisi ke empat. Bagian farmakologi fakultas kedokteran universitas indonesia. Jakarta

Tan, H. T. dan Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
PERTANYAAN

1. Terangkan bagaimana mekanisme kerja obat kolinergik ? berikan contohnya


2. Terangkan bagaimana mekanisme kerja obat antikolinergik ? berikan contohnya

Jawaban

1. Obat golongan antagonis kolinergik bekerja dengan cara menghambat pengikatan


asetilkolin pada reseptor kolinergik muskarinik. Efek obat antagonis kolinergik adalah
midriasis, siklopegia dan pencegahan sinekia posterior pada pasien uveitis. Contohnya :
Pilocarpin sebagai obat kolinergik diharapkan dapat memberikan efek pengeluaran
saliva yang berlebih.

2. antikolinergik bekerja dengan cara menghambat asetilkolin, yaitu zat kimia penghantar
sinyal antara sel-sel saraf (neurotransmiter). Cara kerja ini akan mempengaruhi banyak
organ, termasuk otot jantung, paru-paru, saluran cerna, hingga saluran kemih, sehingga
bisa digunakan untuk menangani beragam kondisi.
Contohnya : Atropin diharapkan dapat bekerja sebagai antikolinergik yang akan menekan
efek pengeluaran saliva dari mencit.

LAMPIRAN

1. Penimbangan bahan
Atropine sulfat -
Pilocarpin
Pirocarpin

Diazepam

3. Pembuatan larutan

Atropine sulfat
Pilocarpin

Pilocarpin

Diazepam

4. Hasil pengamatan
Atropin - -
Pilokarpin 10

15

20
25

Pilocarpin 5
10

15

20

25

30
Diazepam 0

15

20

25

30

Anda mungkin juga menyukai