Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PRATIKUM FARMAKOLOGI II
PERCOBAAN IV
UJI OBAT KOLINERGIK DAN ANTIKOLINERGIK

Dosen Pembimbing : Ratna Widyasari, M.Farm-Klin.,Apt


Nama Kelompok :

1. AndreanKurniadi 219754
2. EkoYusmantoYohanes 219781
3. Ferry Herliwisandi 219796
4. Herlyana 219805
5. Juwanti 219814
6. Moses Arnold Alparandi 219826

Kelas : 2C
Kelompok : 2

PRODI D III FARMASI


LABORATORIUM FARMAKOLOGI
AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
2023
PERCOBAAN IV
UJI OBAT KOLINERGIK DAN ANTIKOLINERGIK

I. TUJUAN PRATIKUM

Mahasiswa diharapkan dapat memiliki keterampilan dalam melakukan pengujian


aktivitas kolinergik dan antikolinergik suatu obat hewan percobaan.

II. DASAR TEORI

Sistem saraf otonom merupakan bagian sistem saraf yang mengatur fungsi
visceral tubuh. Sistem ini mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastrointestinal,
pengosongan kadung kemih, berkeringat, suhu tubuh dan aktivitas lain. Karakteristik
utama SSO adalah kemampuan memengaruhi yang sangat cepat (misal: dalam beberapa
detik saja denyut jantung dapat meningkat hampir dua kali semula, demikian juga
dengan tekanan darah dalam belasan detik, berkeringat yang dapat terlihat setelah dipicu
dalam beberapa detik, juga pengosongan kandung kemih). Sifat ini menjadikan SSO
tepat untuk melakukan pengendalian terhadap homeostasis mengingat gangguan
terhadap homeostasis dapat memengaruhi seluruh sistem tubuh manusia. Dengan
demikian, SSO merupakan komponen dari refleks visceral (Guyton, 2006).

Perjalanan SSO dimulai dari persarafan sistem saraf pusat (selanjutnya disebut
SSP). Neuron orde pertama berada di SSP, baik di sisi lateral medulla spinalis maupun
di batang otak. Akson neuron orde pertama ini disebut dengan serabut preganglion.
Serabut ini bersinaps dengan badan sel neuron orde kedua yang terletak di dalam
ganglion. Serabut pascaganglion menangkap sinyal dari serabut preganglion melalui
neurotransmiter yang dilepaskan oleh serabut preganglion. Seperti yang telah diketahui,
ganglion merupakan kumpulan badan sel yang terletak di luar SSP. Akson neuron orde
kedua, yang disebut dengan serabut pascaganglion muncul dari ganglion menuju organ
yang akan diinervasi. Organ efektor menerima impuls melalui pelepasan
neurotransmiter oleh serabut pascaganglion Kecuali untuk medulla adrenal, baik sistem
saraf simpatis dan parasimpatis mengikuti pola seperti yang telah dijelaskan di atas
(Regar, 2010).
Obat yang berkhasiat terhadap saraf parasimpatik, yang diantaranya sebagai berikut:

a. Parasimpatomimetik.(Kolinergik), yaitu obat yang meniru perangsangan dari


saraf parasimpatik oleh asetilkolin, contohnya pilokarpin dan phisostigmin.
b. Parasimpatolitik (Antikolinergik), yaitu obat yang meniru bila saraf
parasimpatik ditekan atau melawan efek kolinergik, contohnya alkaloida
belladonna (atropine) (sunaryo, 2020).

Obat-obat yang menggantikan kerja asetilkolin menempatkan reseptor- reseptor


asetilkolin disebut Obat antikolinergik atau parasimpatolitik. Nama lain untuk
antikolinergik adalah agen- agen penghambat kolinergik, agen- agen antiparasimpatis,
agen- agen antimuskarinik, atau antispasmodik, jaringan tubuh dan organ yang
dipengaruhi oleh obat- obatan antikolinergik berarti obat yang bekerja menghambat
timbulnya efek akibat aktivitas susunan saraf parasimpatis, antimuskarinik merupakan
antikolinergik yang bekerja di alat yang dipersarafi serabut pascaganglion kolinergik.
Antimuskarinik memperlihatkan efek sentral terhadap susunan saraf pusat, yaitu
merangsang pada dosis kecil dan mendepresi pada dosis toksik.

Pilocarpin berasal dari tanaman pilocarpus jaborandi dan pilokarpus


microphyllus. Pilocarpin memiliki efek nikoitik. Efek nikonitik ini juga terlihat setelah
diadakan denervasi. Pilocarpin terutama menyebabkan rangsangan terhadap kelenjar
keringat, kelenjar air mata, dan kelenjar ludah. Produksi keringat dapat mencapai tiga
liter. Efek terhadap kelenjar keringat ini terjadi karena perangsangan langsung (efek
nikotinik). Suatu kekhususan dari kelenjar keringat ialah bahwa, secara anatomi kelenjar
ini termasuk sistem simpatik, tetapi neuritransmiternya asetilkolin. Ini yang
menjelaskan terjadinya hiperhidrosis oleh zat kolinergik.

Atropin merupakan campuran d- dan l-hiosiamin) dan skopolamin (1-hiosin)


merupakan dua alkaloid aktif. Atropin terutama ditemukan pada atropa belladonna dan
datura stramonium, sedangkan skopolamin terutama diperoleh dari hyoscyanus niger.
Alakolid- alkaloid ini merupakan ester organic dari asam tropat dengan tropanol atau
skopin (basa organik). hambatan oleh atropin bersifat reversibel dan dapat diatasi
dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian
antikolinesterase.

Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi hambatannya


jauh lebih kuat terhadap yang eksogen. Skopolamin memiliki efek depresi sentral yang
lebih besar daripada atropine, sedangkan efek perifer terhadap jantung, usus, dan otot
bronkus lebih kuar dipengaruhi oleh atropin. Efek farmakodinamik, atropin merangsang
medulla oblongata dan pusat lain otak; alkaloid belladonna menyebabkan midriasis dan
siklopegia; mengurangi secret hidung, mulut, faring, dan bronkus; frekuensi jantung
berkurang; menghambat bradikardi; antispasmodic; menghambat aktivitas kelenjar
eksokrin, yaitu kelenjar liut dalam mulut serta bronkus.

Efek kolinergik faal yang terpenting sebagai berikut:

a. Stumulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristalic dengan


b. Sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCL), juga sekresi air mata, dan lain-
lain.
c. Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,
vasodilatasi, danpenurunan tekanan darah.
d. Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan
sekresi dahakdipebesar.
e. Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil mata (miosis) dan
menurunnya tekananintraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.
f. Kontraksi kandung kemih dengan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran
urine.
g. Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka
h. Menekan ssp setelah pada permulaan menstimulasinya.

Respon utama dari obat antikolinergikadalah Menurunkan motilitasgastrointestinal,


Mengurangi salivasi, Mengatasi pupil mata( midriasis), Meningkatkan denyut nadi.
Efek- efek dari antukolinergik adalah sebagai berikut:

a. Penurunan kontraksi kandung kemih


b. Mengurangi retensi urin
c. Mengurangi rigiditas dan tremor yang berkaitan dengan eksitasi neuruskular
antikolinergik juga dapat digunakan sebagai antidot terhadap toksisitas yang
diakibatkan oleh pemindahankolinesterase dan minum organofosfat.

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT :
 Spuit 1 cc
 Timbangan hewan
 Corong gelas
 Beaker glass
 Gelas ukur

3.2 BAHAN :
 Atropine ( dosis 1 X p manusia 70 kg = 1 mg )
 Pilocarpine ( dosis 1 X pakai manusia 70 kg = 20 mg)
 Diazepam ( dosis 1 X pakai manusia 70 kg = 5 mg)
 Nacl 0,9 %
 Kertas saring yang ditaburi metilen blue
IV. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN

A. Perhtungan Bahan diazepam

Bobot tablet = 0,119 gram 119 mg

Dosis 1 X P manusia = 5 mg

Volume maksimum = 1 ml

Nacmc = 0,5%

Konversi = 0,0026

Larutan stok = 50 ml

 Dosis 1 X P mencit = 5 mg X 0,0026


= 0,013 mg / 20-30 gram / 1 ml
 Jumlah obat yang ditimbang
5 mg 0,013 mg
X
119 mg X

X = 0,3094 mg / 1 ml

 Larutan stok = 50 ml
0,3094 mg = 1 ml
X = 50 ml
0,3094 mg x 50 ml
X =
1 ml

= 15,47 mg / 50 ml

0,5
 Nacmc 0,5 % = X 50 = 0,25 gram / 50 ml
100
 Air korpus = 10 X 0,25
= 2,5 ml
 Aquadest = 50 ml
B. perhitungan bahan pilokarpin 1 % sebanyak 50 ml

Dosis 1 X P pada manusia = 20 mg / 1 ml

Konversi manusia kemencit = 0,0026

Larutan dibuat sebanyak 50 ml

 Dosis 1 X P pada mencit = 20 mg X 0,0026


= 0,052 mg/ 0,05 ml/ 20-30 gram
 Volume yang diambil
20 mg 0,052mg
X
1 ml X

0,052mg x 1 ml
X=
20 mg

= 0,0026 ml / 0,05 ml

 Jika dibuat larutan stok 50 ml


0,0026 mL 0,05 ml
X
X 50 ml

50 ml X 0,0026 ml
X=
0,05 ml

= 2,6 ml / 50 ml

 Aqua pro injeksi = 50 ml – 2,6 ml


= 47,4 ml

C. Perhitungan bahan atropin

Atropin ( dosis 1 X P manusia 70 kg = 0,5 mg)

1 ampul atropin sulfate ( 0,25 mg/ 1 ml )

Dibuat sebanyak 50 ml
 Dosis 1 X P untuk mencit = 0,0026 X 0,5 mg

= 0,0013

 Larutan stok

0,25 mg 0,0013
=
1 ml x

0,0013 x 1 ml
X=
0,25 mg

X = 0,0052 ml

 Jika di buat 50 ml

0,0052ml X 50 ml
= 0,52 ml / 50 ml( IV)
0,5 ml

 Aqua proinjeksi = 50 ml – 0,52 ml


= 49,48 ml

V. CARA KERJA

Pembuatan larutan uji

1. Suspensi diazepam

Bahan

- Disiapkan alat dan bahan


- Ditimbang masing-masing bahan
- Dimasukan air korpus kedalam cawan penguap
- Dimasukan Nacmc sedikit demi sedikit secara merata
- Didiamkan selama 30 menit
- Setelah Nacmc kembang, masukkan kedalam lumpang, gerus hingga
halus
- Kemudian masukkan serbuk diazepam kedalam lumpang yang telah
berisi Nacmc gerus hingga homogen
- Lalu masukkan aquadest sedikit demi sedikit hingga habis, gerus
hingga homogen
- Masukkan larutan yang sudah jadi kedalam gelas beaker dan diberi
Hasil label

2. Larutan pilokarpin
Bahan

- Disiapkan alat dan bahan


- Ditimbang masing-masing bahan
- Dimasukan pilokarpin kedalam gelas beaker
- Ditambahkan aqua proinjeksi secukupnya, aduk sampai larut
tambahkan sisa aqua proinjeksi, aduk sampai larut
Hasil

3. Larutan atropin
bahan
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang masing-masing bahan
- Dimasukan atropin kegelas beaker
- Ditambahkan aqua proinjeksi secukupnya, aduk hingga larut
- Tambahkan sisa aqua proinjeksi, aduk hingga larut
Hasil
VI. HASIL PENGAMATAN

VII. PEMBAHASAN

VIII. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai