Anda di halaman 1dari 36

Pengukuran Kefarmasian

Apt. Yuni Andriani, M.Pharm.Sci.


JUMLAH VS BOBOT

1. Jumlah Obat (Number of Drugs): Ini merujuk pada berapa


banyak jenis obat yang ada dalam satu formulasi atau dosis. Sebagai
contoh, sebuah formulasi obat tertentu mungkin mengandung satu
atau lebih jenis bahan aktif (zat yang memberikan efek terapeutik),
serta bahan tambahan seperti pengisi, perekat, dan pelumas. Jumlah
obat dapat bervariasi tergantung pada formulasi spesifik suatu
produk.

2. Bobot Obat (Drug Weight): Ini merujuk pada berat dari bahan
aktif atau obat dalam satu dosis. Dalam formulasi tablet atau kapsul,
bobot obat akan mencakup berat zat aktif tersebut dan setiap bahan
tambahan lainnya yang membentuk dosis satu unit.
Menghitung jumlah obat

Jumlah obat 1

Jumlah obat 4
Menghitung bobot obat
Guafenesin: 100 mg x 6= 600 mg
Dexamethasone: 0,5 mg x 6= 3 mg
Codein HCl: 10 mg x 6= 60 mg
SL: 150 mg x 6= 900 mg

Apabila diapotek tersedia Guafenesin: 6 tab


Guafenesin: 100 mg/tab Dexamethasone: 6 tab
Dexamethasone: 0,5 mg/tab Codein HCl: 3 tab
Codein HCl: 20 mg/tab SL: 900 mg
SL: serbuk
Berapakah jumlah bahan yang
diambil??
Guafenesin: 100 mg x 6= 600 mg
Dexamethasone: 0,5 mg x 6= 3 mg
Codein HCl: 10 mg x 6= 60 mg
SL: 150 mg x 6= 900 mg

Apabila diapotek tersedia dalam bentuk serbuk


semua, bagaimana cara memperoleh jumlah
bahan yang dibutuhkan untuk diracik??

Lakukan penimbangan bahan dengan metode


pengeceran
Pengenceran, dilakukan jika menimbang bahan obat dalam jumlah
kecil (kurang dari 50 mg), dengan cara diencerkan menggunakan
zat tambahan yang cocok.
PENGENCERAN BAHAN SERBUK
Dexamethasone: 0,5 mg x 6= 3 mg

Bobot zat
RUMUS PENGENCERAN OBATx 2500 mg= 150 mg
1-10 mg

• Cara/teknis pengerjaannya : Timbang 50 mg dexa +


Sacharus Lactis 2450 mg, gerus hingga homogen, lalu ambil
hasil pengenceran sebanyak 150 mg ( 150 mg mengandung
5 mg dexa).
Neraca/Timbangan Obat

Jenis :
1. Timbangan gram kasar; daya beban 250-1000 g, kepekaan 200 mg.
2. Timbangan gram halus; daya beban 100-200 gram, kepekaan 50
mg.
3. Timbangan milligram; daya beban 10-50 gram, kepekaan 5 mg
Daya beban adalah bobot maks yg boleh ditimbang
Kepekaan suatu timbangan adalah tambahan bobot minimal yang
dapat menimbulkan simpangan jarum timbangan setelah kedua
pinggan timbangan dibebani dengan bobot maksimum
Kenapa perlu diencerkan bobot zat
obat <50 mg ??

Pengenceran obat atau pemicikan obat merupakan tahapan yang


harus dilakukan untuk meningkat keakuratan takaran obat dalam
resep disebabkan takaran obat <50 mg, sehingga dikhawatirkan
alat tidak akurat dalam menimbangnya, sehingga diperlukan
pengenceran obat.
• Aturan umum pengenceran atau aturan perbandingan obat dan
pengencer :

Bobot zat • Dibuat 500 mg  , artinya bahan


10-50 mg ditimbang 50 mg, eksipien 450 mg

Bobot zat • 2500 mg


1-10 mg

Bobot zat • pengenceran


0,1-1 mg bertingkat
(21)
. Metode pengenceran/pemicikan sediaan padat

•Ketentuan batas penimbangan terendah adalah 50 mg


A. Rumus Pengenceran obat (pemicikan) rentang 10 mg sampai 50 mg :

RUMUS PENGENCERAN OBATx Jumlah hasil pemicikan

Contoh Pengenceran obat padat :


Timbang Captopril sebanyak 20 mg maka perhitungan pengencerannya sebagai
berikut :

Cara/teknis pengerjaannya : Timbang 50 mg Captopril + Sacharus Lactis 450 mg,


gerus hingga homogen, lalu ambil hasil pengenceran sebanyak 200 mg
(200 mg mengandung 20 mg Captopril).
• B. Rumus Pengenceran obat (pemicikan) rentang 1 mg
sampai 10 mg :

RUMUS PENGENCERAN OBATx 2500

• Contoh Pengenceran obat padat :


• Timbang CTM sebanyak 5 mg maka perhitungan
pengencerannya sebagai berikut :

• Cara/teknis pengerjaannya : Timbang 50 mg CTM +


Sacharus Lactis 2450 mg, gerus hingga homogen, lalu
ambil hasil pengenceran sebanyak 250 mg ( 250 mg
mengandung 5 mg CTM).
A.Rumus Pengenceran obat (pemicikan) rentang 0,1 mg-1mg:

Pengenceran bertingkat harus dilakukan agar kadar zat aktif yang jumlahnya
sangat kecil dapat terbagi rata dalam masa tablet yang jumlahnya besar.
Sehingga pasien yang menggunakan obat tersebut dapat memperoleh dosis obat
yang tepat.

Contoh perhitungan pengenceran bertingkat : misalnya dibutuhkan Atropin


Sulfat 0,5 mg.
Pengenceran I :
timbang atropin sulfat 50 mg + Lactosum 450 mg= 500 mg
Pengenceran I diambil 50 mg (mengandung Atropin Sulfat)
dan dilanjutkan ke pengenceran II.
Pengenceran II :
Lima puluh miligram pengenceran I (mengandung Atropin Sulfat 5 mg)
dicampur dengan Lactosum hingga diperoleh berat 500 mg, dicampur dan
diaduk hingga homogen.
Hasil pengenceran II diambil sebanyak =

RUMUS PENGENCERAN OBATx 500= 50 mg


CONTOH

R/
Aminophylin 2 mg
CTM 2 mg
Extr. Belladon 10 mg
Lactosum q.s

m.f.l.a. pulv.dtd. no X
S.t.d.d.pulv.1

Pro: An. Yuni (10 thn) Jl Gamping Yogyakarta


KESIMPULAN:
DIAMBIL 50 mg CTM campur dengan 450 mg
lakstosa sampai homogen,
Diambil 200 mg dari 500 mg campuran tersebut.
Catatan: JIKA CTM DALAM BENTUK SERBUK
a. Dalam resep dibutuhkan 20 mg Chlorpheniramini maleat, diketahui 1 tab
mengandung 4 mg CTM
Perhitungan = 20 mg/4 mg = 5 tablet.
Tablet CTM yang diambil 5 tablet

R/ Pengambilan bahan:
Aminophylin 200 mg
CTM 2 mg Aminophylin 200 mg x 10 = 2000 mg= 2 g/250 mg = 8
Extr. Belladon 10 mg tablet
Lactosum q.s CTM 2 mg = 5 tablet
Extr. Belladon 10 mg =100 mg
m.f.l.a. pulv.dtd. no X Lactosum 500 mg x10= 5000 mg –
S.t.d.d.pulv.1 (2000+20+100) = 2880 mg

Pro: An. Yuni (10 thn) Jl Gamping Yogyakarta


Metode pengenceran sediaan cair
Timbang bahan obat 50 mg (batas minimum penimbangan)
larutkan obat dalam pelarut sejumlah tertentu misalnya bahan
obat dilarutkan sampai volume 10 mL
Maka jumlah hasil pengenceran yang digunakan :
(takaran obat dalam resep (mg) / 50 mg) x 10 mL

contoh Pengenceran obat cair :


Bila dalam resep takaran obat yang harus ditimbang 25 mg,
dan dilakukan pengenceran cair sampai volume 10 mL.
maka perhitungan pengenceran yang diambil :
(25 mg/ 50 mg)x 10 mL = 5 mL

J adi 5 ml hasil pengenceran obat yang diambil untuk


membuat sediaan
Keadaan suatu senyawa baik padat, cair,
ataupun gas berada pada fase terlarut atau
tercampur seluruhnya yang membentuk
suatu larutan homogen baru
1.Sifat dari solute (zat terlarut) dan solvent (pelarut)
Solute bersifat polar mudah larut dalam solvent polar
Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.
Sedangkan solute yang nonpolar mudah larut dalam solvent nonpolar
Misalnya, alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform

2. Cosolvensi (zat penambah kelarutan)


Peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut
lain atau modifikasi pelarut.
Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan
gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
umumnya: Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut
kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan
hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak
larut kecuali K3PO4, Na3PO3.

4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Contoh:
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat
tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan
panas.
Contoh:
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas Misalnya zat KOH dan K2SO4.
5. Salting Out
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar
dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya: kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar.
Contohnya: Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan
yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa
tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya: Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.
1.Ukuran partikel.
2.Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas
permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat
larut.
3.Suhu.
4.Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.
5.Pengadukan.
6.Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelaru
tan dibanding jika tidak diaduk.
problem obat tidak tercampur

secara fisika atau kimia

muncul karena hilangnya


potensi, meningkatnya
toksisitas atau efek samping
lain
Konsultasi dengan dokter, saat:
1. Menimbulkan efek beracun
2. Adanya perubahan efek terapi, misal overdosis

Diatasi sendiri tanpa konsultasi dokter (dengan pengetahuan


kefarmasian)
3. Modifikasi cara pencampuran
4. Penambahan bahan lain
5. Mengganti pelarut
6. Merubah bentuk obat ( tidak merubah efek terapi)
7.Menghilangkan salah 1 bahan yang efek terapinya kecil atau tidak
berefek sama sekali
8. Membuat dalam bentuk sediaan terpisah
M o d i f i k a s i cara pencampuran
Dalam menyediakan sediaan cair, lihat kelarutan obat (garam dan
pelarut campuran air-alkohol)
Misal: obat dalam bentuk garam (larut air) yang perlu ditambah pelarut lain
harus dilarutkan dulu dalam pelarut yang melarutkan

R/ Mg Carbonat 3,75
Sodium bicarbonat 7,5
citric acid 7,5
aqua 25 mf
solutio

Bagaimana
cara
agar
Masalah: citric acid + sod bicarbonat + Mg
Carbonat
>> suspensi karena Mg carbonat sukar
larut (pencampuran salah)

Cara pencampuran yang benar:


1.Citric acid + aqua sampai larut
2.+ Mg carbonat >> Mg sitrat (larut)
3. Sodium bicarbonat + aqua ad larut
4. Campur no 2 dan no 3 sampai
homogen
>> solutio (solutio citrusis magnesi)

Beri label "shake well"


Penambahan bahan l a i n
Bahan yang ditambahkan syaratnya:
Inert
Tidak toksik
Tidak mempengaruhi efek terapi
Bahan penolong ditambahkan dengan tujuan untuk mengatasi
peristiwa inkompatibilitas

Merubah pelarut
Perlu diperhatikan: obat dalam/luar, dosis (tidak boleh berubah)
Pelarut untuk obat luar lebih mudah
Perhatikan sebelum memilih
pelarut: Toksisitas pelarut
Eg: aseton, metanol >> tidak untuk obat dalam karena bisa mengakibatkan
kebutaan
Gliserin >> rasanya manis tp kalo kebanyakan panas, tidak untuk pelarut
obat minum
Kompatible ( campurnya obat dengan pelarut)
Bagaimana vehiclenya (sifat fisik dan kimia)
Merubah bentuk
obatstabil tapi tidak boleh merubah efek
Diubah menjadi bentuk yang lebih kompatible,
terapi obat dan dosis harus tetap dan merata

Pada pelarut air, alkaloid basa tak larut >> ganti bentuk garamnya yg mudah larut
dalam air
contoh papaverin diganti papaverin
HCl Digunakan bentuk yang lebih
stabil
contoh Na Sulfonamid (garam) kurang
stabil diganti sulfonamid dalam
suspensi

M
e
n
g
h
Menghit ung kadar obat

Seorang diberikan Chlorpromazine sebanyak 12.5 mg secara


IM. Sediaan obat yang ada berupa ampul berisi 1 ml cairan
Chlorpromazine, dengan dosis 25 mg/ml.
berapa jumlah obat yang diberikan kepada pasien
tersebut? jawab
A = D/H x V
= 12,5 mg/25 mg X 1 ml
= 0,5 ml

jadi Chlorpromazine yang diberikan pada pasien sebanyak 0,5


ml
KONVERSI DOSIS BENTUK
SEDIAAN FARMASI
PUYER  SIRUP

R/ Parasetamol 240 mg DM Parasetamol= 1000mg/4000mg


m.f.Pulv. Dtd No. X (drugs.com)
S.t.d.d. Pulv. 1

Pro: J (18th)

Jika pasien menghendaki sediaan sirup dan tersedia


di Apotek sirup parasetamol 120 mg/5 ml dalam 60
ml, maka berapa dosis dan jumlah botol yang
diberikan?
R/ Parasetamol 240 mg
1. Hitung DM usia 18 th m.f.Pulv. Dtd No. X
S.t.d.d. Pulv. 1

Pro: J (18th)
DM (18th)
Sekali= 18/20 x 1000 mg= 900 mg
Sehari= 18/20 x 4000 mg= 3600 mg

2. Hitung Persentase dosis

Sekali= 240 mg/900 mg x 100%= 26,67%


Sehari= 720 mg/3600 mg x 100%= 20%

Kesimpulan TOD  Dosis sesuai


3. Lakukan konversi

Sediaan pct syr= 120 mg/5ml

x= = 10 ml  1 kali pakai
4. Hitung jumlah botol yang akan diberikan
agar setara dengan 10 pulveres

Juml sediaan sesuai resep:


240 mg x 10 = 2400 mg  syr= 120 mg/5 ml (60 ml)

x= = 100 ml > 60 ml

Maka butuh 2 botol syr


SIRUP  TABLET

R/ Salbutamol syr 1 The usual dose is 5 ml to 10 ml, 3 or 4 times


3 dd 10 ml a day (drugs.com)

Pro: J (18th)

Jika pasien menghendaki sediaan tablet, berapa


jumlah tablet yang diberikan ke pasien sesuai dengan
resep?
R/ Salbutamol syr 1
3 dd 10 ml

Pro: J (18th)
Diketahui:
sirup salbutamol mengandung: 2 mg/5ml (100 ml)
sediaan salbutamol tablet: 2mg/tab; 4mg/tab
Dosis resep:
Sekali: 10 ml
Sehari: 30 ml  100 ml/30 ml ≈ 3 hari

x= = 4 mg / 4 mg= 1 tab sekali minum


Menghitung total juml tablet yang diberikan
ke pasien:

sekali= 1 tab
sehari= 3 tab
3 hari= 9 tab ≈ 10 tab/ 1 strip sediaan tab
salbutamol 4 mg
Thankyou 

Anda mungkin juga menyukai