Anda di halaman 1dari 10

Contoh soal sediaan Serbuk :

R/ Atropin sulfat 0,5 mg (DM sekali: 1 mg, DM sehari 3 mg)


Sacchar.lact. qs
m.f.pulv. d.t.d. no.X.
S. t.d.d. Pulv. I
Pro: Rifki (12th)

Analisa resep : dari resep diketahui untuk membuat 10 bungkus serbuk sediaan, mengandung 0,5 mg
atropin sulfat setiap bungkus, aturan pakai 3 kali sehari satu bungkus.

Jawab :

a. DM sekali pakai untuk anak 12 tahun

DM sekali pakai = (12/20) x 1 mg = 0,6 mg DM atropin sulfat sekali pakai

sedangkan untuk Persentase DM sekali :

= (0,5/0,6 mg) x 100% = 83,3% (boleh diracik dan diserahkan karna tidak lebih dari 100%)

b. DM untuk sehari untuk anak 12 tahun


DM sehari = (12/20) x 3 mg = 1,8 mg DM dosis atropin untuk sehari .

Sedangkan untuk Persentase DM searah sehari :

= (3x0,5)/1,8 x 100% = 83,3 % (boleh diracik dan diserahkan karna tidak lebih dari 100%)

Untuk Lebih lengkap maka saya tambahkan rumus dibawah ini :


Rumus menghitung dosis untuk anak-anak :
1. Berdasarkan umur
a. Rumus young (untuk anak <8 tahun)

n : umur dalam tahun

b. Rumus dilling (untuk anak lebih Besar atau sama dengan 8 tahun)

n : umur dalam tahun


c. Rumus Fried (untuk bayi)

n : umur dalam bulan

Disadur dari : farmasi UNISBA

Konversi Dosis Untuk Lansia


Lanjut usia (lansia) pasti mengalami perubahan fisiologis dan biologis seperti penurunan fungsi organ tubuh dan
penurunan kecepatan metabolisme, serta berkurangnya hormon maunpun perubahan keadaan enzim-enzim didalam
tubuh, sehingga perlu penyesuaian dosis untuk lansia yang dikonversi dari dosis dewasa, konversi dosis sebagai berikut:

Umur (tahun) ---> Dosis


60-70 4/5 dosis dewasa
70-80 3/4 dosis dewasa
80-90 2/3 dosis dewasa
>90 1/2 dosis dewasa

Contohnya :
misal Dosis dewasa parasetamol 500 mg untuk sekali pakai,
berapa dosis untuk lansian berumur 67 tahun.
maka jawabnya : 4/5 x 500 mg = 400 mg untuk sekali pakai lansia umur 67 tahun (kisaran 60-70 tahun)

Perlukah Perhitungan Dosis Untuk Obat Luar?


Pada Umumnya prhitungan dosis maksimum (DM) itu untuk sediaan oral, parenteral, maupun rektal, sedangkan untuk
sediaan topikal biasanya tidak dihitung DM nya terutama sediaan topikal yang bekerja lokal dan tidak masuk kedalam
aliran darah sistemik maka tidak perlu dihitung DM nya, tetapi ada yang perlu dihitung seperti :
Naftol, guaikol, dan kreosot --> untuk kulit
Sublimat --> untuk mata
iodoform --> untuk kompres
dll
Dosis topikal harus dihitung apabila memiliki potensi besar masuk kedalam aliran darah sistemik.
Oleh: Fauzi Btb
Labels: Dunia Farmasetika, Perhitungan Farmasi
Contoh Perhitungan Dosis obat Untuk Anak (contoh 1)
Ilmu Farmasi : BACA juga artikel : Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh

Contoh soal sediaan Sirup :


R/ Efedrin HCl 0,2 (DM sekali: 0,05 , DM sehari 0,15 )
Syrupus simpleks 10 mL
m.f.pot 100 mL
S. 2 d.d Cth
Pro: Rico (18 kilogram)

Analisa resep : dari resep dikatahui untuk membuat sirup sebanyak 100 mL berisi 0,2 Efedrin HCl,
aturan pakai 2 kali satu sendok teh.

Jawab:
Ingat Rumus menggunakan berat badan

Rumus Thermich
n ; dalam kilogram
a. Perhitungan DM sekali pakai :
DM = (18/70)x 0,05 gram = gram untuk sekali pakai

Sekali minum obat 1 sendok = 5 mL,


jumlah efedrin HCL dalam tiap sendok = (5 mL/100mL) x 0,2 gram = 0,01 gram

Sedangkan untuk Persentase DM sekali pakai :

=(0,01 gram/0,0114 gram)x 100% = 87,7%

b. Perhitungan DM sehari

= (18/70) x 0,15 gram = 0,0386 gram DM efedrin HCL dalam sehari

Sedangkan untuk Persentase DM searah sehari :

=((2x0,01 gram)/0,0386 gram) x 100% = 51,81%

Disadur dari : farmasi UNISBA


Pengenceran Obat (Pemicikan obat)
Ilmu Farmasi : Pengenceran obat atau pemicikan obat merupakan tahapan yang harus dilakukan untuk meningkat
keakuratan takaran obat dalam resep disebabkan takaran obat <50 mg, sehingga dikhawatirkan alat tidak akurat dalam
menimbangnya, sehingga diperlukan pengenceran obat.
Pengenceran obat harus dilakukan dengan menambahkan bahan yang tidak inert (tidak bereaksi) dan tidak memiliki
efek farmakologi) . pengenceran obat bisa dilakukan untuk membuat sediaan padat (solid) maupun sediaan cair (liquid),
untuk bahan padat misalnya sacharum lactis dan untuk bahan cair aquadest.

A. Metode pemicikan sediaan padat

Timbang bahan sebesar 50 mg (batas penimbangan terendah)


tambahkan sacharum lactis (SL) (tergantung perbandingan pengenceran obat),
misalnya 1:10 ---> artinya 9 bagian untuk SL dan 1 bagian obat. jadi SL yang harus ditimbang 9x50 mg = 450 mg (total
campuran 500 mg karna ditambah 50 mg obat)
gerus campuran SL dan Obat sampai homogen
timbang hasil pengenceran sebanyak : (takaran obat dalam resep (mg) / 50 mg)) x jumlah hasil pemicikan,
contoh Pengenceran obat padat : Bila dalam resep jumlah obat yang harus ditimbang 20 mg, dan berdasarkan data
perbandingan pengencer dan obat (nanti dilampirkan dibawah ini) dilakukan pemicikan padat dengan 1:10, maka
jumlah hasil pemicikan yang harus ditimbang adalah
(20 mg / 50 mg) x 500 mg = 200 mg hasil pengenceran obat yang diambil untuk membuat sediaan
Aturan umum pengenceran atau aturan perbandingan obat dan pengencer :
Jika berat obat dalam resep 10-50 mg maka dibuat perbandingan pengenceran 1:10
Jika berat obat dalam resep 1-10 mg maka dibuat perbandingan pengenceran 1:50
Jika berat obat dalam resep 0,1-1 mg maka dilakukan pengenceran bertingkat (dua kali pengenceran)
B. Metode pemicikan sediaan Cair
Timbang bahan obat 50 mg (batas minimum penimbangan)
larutkan obat dalam pelarut sejumlah tertentu
misalnya bahan obat dilarutkan sampai volume 10 mL
maka jumlah hasil pengenceran yang digunakan :
(takaran obat dalam resep (mg) / 50 mg) x 10 mL
contoh Pengenceran obat cair :
Bila dalam resep takaran obat yang harus ditimbang 25 mg, dan dilakukan pengenceran cair sampai volume 10 mL. maka
perhitungan pengenceran yang diambil :
(25 mg/50 mg)x 10 mL = 5 mL hasil pengenceran obat yang diambil untuk membuat sediaan

Disadur dari Farmasi Unisba


Oleh: Fauzi Btb
Labels: Dunia Farmasetika
Perhitungan Tonisitas - Isotonis
Ilmu Farmasi : Untuk memahami Konsep Tonisitas Klik ---> Konsep Tonisitas

Metode perhitungan tonisitas :


1. Metode ekuivalensi NaCl
Cara ini dengan mengkonversi nilai zat ke NaCl, harga ekuivalennya ditunjukkan nilai E (Nilai E bisa dilihat di
farmakope : Daftar Tonisitas NaCl).
Misalkan penisilin E = 0,18 artinya 1 gram Penisilin setara/senilai 0,18 gram NaCl. Agar isotonis, tonisitas sediaan harus
= tonisitas tubuh yaitu 0,9% (b/v)
NaCl 0,9% artinya 0,9 gram NaCl yang terlarut dalam volume total 100 mL.

jadi RUMUS nilai ekuivalensi terhadap NaCl = W x E, dimana W dalam satuan gram

Contoh perhitungan Tonisitas :


R/ Ampisilin Na 0,1 (E=0,16)
Isoniazid 0,05 (E=0,25)
m.f.Inject. Isot. 5 mL
jawab :
NaCl 0,9% = 0,9/100

jumlah nilai NaCl agar isotonis pada sediaan 5 mL = (0,9/100) x 5 mL = 0,045 gram

Sedangkan jumlah nilai NaCl dalam sediaan (berdasarkan resep) yaitu


Rumus E x W
Ampisilin Na = 0,1 gr x 0,16 = 0,016
Isoniazid = 0,05 gr x 0,25 = 0,0125
jadi total nilai kesetaraan NaCL dalam sediaan = 0,016 + 0,0125 = 0,0285 gram

Sehingga agar Isotonis :


0,045 gr - 0,0285 = 0,0165 gram NaCl yang harus ditambahkan agar sediaan menjadi isotonis.

Tapi apabila ingin mengganti zat pengisotonis NaCl 0,0165 menjadi glukosa (dekstrosa) maka perhitungannya :
1 gr dekstrosa setara dengan 0,18 gr NaCl, maka
0,0165 gr NaCl setara dengan = (0,0165/0,18) x 1 = 0,1965 gram dekstrosa yang harus ditambahkan untuk
menggantikan NaCl 0,0165 gr

2. Metode Penurunan Titik Beku


Cairan tubuh yang setara 0,9% NaCl mengalami penurunan titik beku sebesar 0,52 Celcius, oleh karena itu sediaan
dikatakan isotonis apabila mengalami penurunan titik beku 0,52 C.
Untuk memperoleh larutan isotonis maka NaCl yang ditambah sesuai RUMUS :

keterangan :
B = Jumlah zat NaCl yang harus ditambahkan agar isotonis
Ptb1, Ptb2 ... = Penurunan titik beku zat berkhasiat seperti didalam resep
Ptb = Penurunan titik beku zat pengisotonis (NaCl)
C1, C2 .. = Konsentrasi zat berkhasiat didalam resep dg satuan (b/v) % , titik titik dalam rumus maksutnya apabila ada
4 zat berkhasit, rumusnya sama (C1xPtb1+C2...+C3...+C4xPtb4), begitu pula jika trdapat 5 atau seterusnya.
3. Metode Penentuan Volume Isotonis Berdasarkan ekuivalensi
Volume isotonis (V.Isot.) adalah volume akhir larutan agar larutan tersebut menjadi larutan yang isotonis. Volume
Isotonis dihitung dg cara :

Selayang Pandang Tentang Farmakologi Obat


Pengertian sederhana tentang obat ialah zat yang memiliki efek farmakologi yang memberikan pengaruh terhadap
fisiologis dan patologis kehidupan, dan pada prosesnya obat mengalami berbagai proses reaksi didalam tubuh, adapun
rangkaian reaksi tersebut antara lain :
Fase farmaseutika
Fase farmakokinetika
Fase farmakodinamika
1. Fase farmaseutika

Fase ini fokus pada kejadian yang dialami obat secara fisika dan kimia, yang meliputi obat hancur didalam saluran cerna
(tubuh), serta melarutnya (disolusi) bahan obat. Tahapan formulasi sangat mempengaruhi fase farmaseutika, karena
sifat sifat fisika kimia obat akan mempengaruhi proses penghancuran dan pelarutan sediaan didalam tubuh.

2. Fase farmakokinetika
Fase ini merupakan salah satu fase yang panjang, meliputi fase absorbsi (penyerapan obat oleh tubuh), distribusi
(penyebaran molekul obat didalam tubuh), metabolisme (proses kimiawi seperti katabolisme maupun anabolisme obat
hingga menjadi bentuk tidak attif maupun bentuk aktif), kemudian proses eliminasi yaitu proses pembuangan sisa obat
dari dalam tubuh, baik melalui keringat, feses, maupun urin.

3. Fase Farmakodinamik
Pada fase ini yang menjadi fokus pembahasan adalah interaksi obat dengan reseptor, dimana interaksi ini akan
menyebabkan efek farmakologis, maupun akhir dari efek farmakologis obat.

Disadur dari Farmasetika dasar 'konsep teoritis dan aplikasi pembuatan obat'
Oleh: Fauzi Btb
Labels: Dunia Farmasetika, Farmakologi Klinik
Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
(LPT)
Ilmu Farmasi : Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh serta Contoh Soal Perhitungan Dosis
Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (Body Surface Area : BSA) atau Dosage Calculations Based on Body Surface
Area.

Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh merupakan perhitungan dosis yang lebih akurat ketimbang
menggunakan rumus perhitungan dengan umur saja, atau dengan berat badan saja, perhitungan dosis BSA ini yang
sebaiknya dilakukan terutama untuk pasien pediatrik/anak-anak. rumus perhitungan dosis
BSA merupakan turunan dari rumus Du bois and Du Bois. okeh mari kita cek langsung sobat IF
Rumus :

Setelah Luas permukaan tubuh (BSA) dihitung, maka dimasukkan kedalam rumus CROWFORD-TERRY-
ROURKE dibawah ini untuk melakukan konversi/penyesuaian dari dosis dewasa ke dosis anak-anak, Dosis
Perkiraan Konversi = Luas Permukaan Tubuh (LPT) Anak/ LPT Dewasa x Dosis Dewasa, Seperti dibawah
ini :
Contoh Soal :
R/ Ketoprofen 50 mg
m.f pulv in caps No. IX
S 3 dd 1
Pro : Fafa
Tinggi : 105 cm
Bobot : 29
Umur : 5,5 tahun
Jawab :
Berdasar dari pasien dalam resep ini masih tergolong anak/balita maka kita melakukan penyesuaian dosis, yang
pertama kita lakukan melihat literatur (misal di buku Obat-Obat Penting hal.859, dosis lazim dewasa ketoprofen adalah
2-4 dd 50 mg), sehingga dapat kita lakukan penghitungan BSA dengan memasukkan kedalan 2 rumus yang diatas :

= 0,92

Selanjutnya dimasukkan kedalam rumus Dosis penyesuaian BSA :

= 26,5 mg dosis sekali pakai untuk anak tersebut

NB : NB ini diabaikan saja kalau membuat bingung, tinggal ikuti saja rumus pada perhitungan diatas sudah cukup.
namun jika sejawat sekalian ingin mendalam tntang sedikit perbedaan pada rumus perhitungan dosis
perkiraan berdasarkan berat badan LPT Du Dois and Du Bois dan LPT farmakologi UI, perbedaan terletak pada
angka pembagi pada dosis perkiraan, Du Bois menggunakan angka 1,73, sedangkan farmakologi UI tahun 1968
menggunakan angka pembagi 1,75, selebihnya rumusnya sama. tapi gak perlu bingung sobat IF, mau menggunakan
rumus Du Bois yang ini atau ikut rumus farmakologi UI tahun 1968, itu terserah pertimbangan masing2,
perbedaannya hanya sedikit. Baiklah, semoga dengan artikel perhitungan ini, sobat IF bisa memahami dan mengerti
dengan baik, makasi atas kunjungannya :D
Oleh: Fauzi Btb
Labels: Perhitungan Dosis Obat, Perhitungan Farmasi
Contoh Soal Perhitungan Dosis Maksimum & Dosis Gabungan Berikut Contohnya:
1 kali 20 mg dan 1 hari 80 mg,1). Diketahui DM. Luminal:

Maka dosis untuk anak 4 tahun adalah:

1 kali 4/(4+12) x 20 mg = 5 mg

1 hari 4/(4+12) x 80 mg = 20 mg

2).

/ acetosal 0,050

Luminal 0,10

mf.Pulv.dtd. No.XV
S. 3 dd. P.I

Pro: Anita (9 bulan)

Menurut FI, Dosis Maksimum (DM)

a. Acetosal sekali 1 g dan sehari 8 g

b. Luminal sekali 0,300 g dan sehari 0,600 g

Menurut umur, untuk Anita (9 bulan), Dosis Maksimum (DM):

a. Acetosal

1 kali: 9/150 x 1 g = 0,06 g

1 hari: 9/150 x 8 g = 0,48 g

b. Luminal

1 kali: 9/150 x 0,3 g = 0,018 g

1hari: 9/150 x 0,6 g = 0,036 g

Menurut resep tersebut

a. Acetosal

1 kali: 0,05 g < 0,06 g

1 hari: 0,05 g < 0,48 g

presentase

1kali: 0,5/0,06 x 100% = 83,3%

1hari: 3 x 0,05/0,48 x 100% = 31,2%

b. Luminal

1kali: 0,010 g < 0,018 g

1hari: 0,010 g < 0,036 g

presentase

1kali: 0,010/0,018 x 100% = 55,55%

1hari: 3 x 0,010/0,036 x 100% = 83,30%

Dengan demikian, resep tersebut dapat dilayani karena dosis maksimumnya masih di bawah
100% atau tidak melebihi dosis maksimumnya.

3).
/ Atropin sulf. 2,5 mg

Belladonae extr. 100


mg

Sacch. Lact. qs.

mf. pulv, No. X

S. t. d.d pulv.I

Extr. Belladonae adalag sari kental yang mengandung atropin dan hiosin, maka untuk
perhitungan dosisnya berlaku dosis gabungan (Extr. Belladonae dan Atropin sulft.)

Menurut FI ed. III:

D.M Atropin Sulft 1 mg/3 mg (sekali/sehari)

D.M Extr. Belladonae 20 mg/80 mg (sekali/sehari)

Setiap bungkus serbuk tersebut mengandung tulisan: sekali minum.

Atropin Sulfat:

1/10 x 2,5 mg = 0,25 mg < 1 mg

Extr. Belladonae:

1/10 x 100 mg = 10 mg < 20 mg.

Jadi dosis maksimum sekali minumnya tidak dilampaui.

Sehari diminum 3 bungkus

Atropin Sulfat.

3 x 0.25 mg = 0,75 mg < 3 mg.

Extr. Belladonae:

3 x 10 mg = 30 mg < 80 mg

Jadi dosis maksimum sehari juga tidak dilampaui

Dosis maksimum gabungannhya sekali minum (1X)

Atropin sulf.
0,25 mg/ 1 mg x 100% = 25%

Extr. Belladonae

10 mg/20 mg x 1005 = 50%/75% (<100%) (Jumlah)

sehari minum (1 h)

Atropin sulf.

0,75 mg/3 mg x 100% = 25%

Extr. belladonae

30 mg/80 mg x 100% = 37%/62,5% (<100%) Jumlah

Jadi dosis maksimum gabungannya juga tidak dilampaui.

Pulveres

Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama,
dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lainnya yang cocok.

Resep serbuk ini ditulis oleh dokter dalam dua (2) cara:

1. Ditulis jumlah obat lalu dibagi menjadi beberapa bungkus.

misal:

/ Acidi acetylosaliyl 10g

Sacch.lact.

mf. Pulv. div in part. Aeual no.


XX

S.3 dd 1

2. Ditulis jumlah obat setiap bungkus dan buat beberapa bungkus.

misal:

/ Acidi acetylosaliyl 0,5 g

Sacch.lact.
mf. Pulv. dtd. No. XX

S. 3 dd 1

Contoh Soal Perhitungan Dosis Maksimum & Dosis Gabungan


contoh soal perhitungan dosis obat, contoh soal perhitungan dosis obat pada anak, contoh soal
perhitungan dosis maksimum, contoh soal perhitungan dosis anak, contoh soal perhitungan
dosis obat pdf, contoh soal perhitungan dosis obat keperawatan, contoh soal perhitungan dosis
obat injeksi,

Sumber*Syamsuni, H. A. (2013). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Contoh perhitungan Dosis


Bila dalam Resep terdapat lebih dari satu macam obat yang mempunyai kerja bersamaan atau searah, maka
harus dibuat dosis maksimum searahnya.
Contoh :
R/ Atropin sulfas 0,5 mg
Belld. Extr 15 mg
Lactose q.s
m.f pulv.dtd. no X
S.tdd.P.I
Pro Tn. Nazaruddin
Jawab :
Dosis Maksimum Atropin Sulfas : sekali = 1 mg, sehari = 3 mg
Persentase 1 x : 0,5/1 x 100 % = 50 %
Persentasi 1 hari : 3 x 0,5/3 x 100 % = 50 %
Dosis Maksimum Belladona Extract : sekali = 20 mg, sehari = 80 mg
Persentase 1 x : 15/20 x 100 % = 75 %
Persentase 1 hari : 3 x 15/80 x 100 % = 56,25 %
Dosis gabungan :
Sekali : 50 % + 75 % = 125 % > 100 %
Sehari : 50 % + 56,25 % = 106,25 % > 100 %
Maka dapat disimpulkan bahwa Dosis Maksimum dilampaui.
Untuk contoh perhitungan dosis yang lain silahkan

Anda mungkin juga menyukai