● Campuran dari:
Ephedrin
Luminal
Acetylsalycilicacid
=> Akan mengalami pelelehan akibat terbentuknya campuran eutektik karena
ephedrin bereaksi dengan luminal Dan acetyl salycylic acid. Dapat dihindari dengan
mengganti efedrin dengan bentuk garamnya ephedrin HCl.
Pelelehan pada garam anorganik
● Kalium bromida
Natrium sulfat. 10 H2O (tjd pelelehan)
Terjadi karena titik lebur natrium sulfat(Na2SO4. 10 H2O) yang seharusnya 32.5°C
diturunkan dengan adanya penambahan kalium bromida (KBr). Peristiwa ini juga
terjadi jika Na2SO4 dicampur dengan natrium bromida (NaBr). Dapat diatasi dengan
mengganti dengan Na sulfat eksikatus
c. Higroskopis
e. Adsorbsi
f. Pembentukan senyawa Kimia
Contoh Dalam Sediaan Pil:
Natrium nitrit
Ekstrak hyoscamine
Papaverin HCl
Phenobarbital
Terjadi pembentukan gas NO2 (berbautajam) akibat reaksi antara natrium nitrit dengan
ekstrak hyoscamine, papaverin HCl dan phenobarbital
Dapat diatasi dengan cara:
Memisahkan natrium nitrit dengan bagian yang asam (i.eekstrak hyoscamine,papaverin HCl
dan phenobarbital, Menetralkan bagian yang asam dengan MgO, Mengganti papaverin HCl
dengan papaverin: phenobarbital diganti phenobarbital Na.
● Pengenceran (3
1. Pengenceran bahan baku obat dalam bentuk sediaan padat/puyer
Contoh:
a. Di dalam resep dibutuhkan Chlorpheniramini maleas 30 mg, karena kadarnya kurang
dari 50 mg maka harus dibuat pengenceran.
Caranya adalah dengan menimbang : Chlorpheniramini maleas 50 mg + pewarna qs
+ Lactosum sampai diperoleh berat 500 mg
Ketiga bahan dicampur dan gerus halus aduk hingga homogen. Dari campuran itu
kita ambil sebanyak = 30 mg x 500 mg = 300 mg
b. Dalam suatu resep dibutuhkan 23 mg Chlorpheniramini maleas, bila diambil
tabletnya misalnya tablet yang mengandung 4 mg chlorpheniramini maleas maka,
sebanyak = 23 mg/4 mg x 1 tablet = 5 ¾ tablet. Tablet CTM yang diambil 5 tablet +
1 tablet untuk pengenceran.
2. Pengenceran bahan obat padat dalam cairan Pengenceran bahan obat cair dalam
sediaan cairan
Contoh:
Cosylan Sirup dengan komposisi:
R/ Etilmorfin HCl 30 mg
Menthol 50 mg
Alkohol 2 ml
Sirop Thymi ad 100 ml
Karena berat Etilmorfin HCl kurang dari 50 mg, maka dibuat pengencerannya dengan
menggunakan pelarutnya dalam resep Cosylan Sirop Thymi. Perhitungan : Etilmorfin
ditimbang 50 mg kemudian dilarutkan dalam Sirop Thymi hingga volume 10 ml. Larutan
diambil sebanyak = 30 mg/ 50 mg x 10 ml = 6 ml.
Dibutuhkan
a. Triamcinolone acetas = 0,1% x 30.000 mg = 30 mg (berat < 50 mg) harus dibuat
pengenceran dengan menggunakan basis cream. Pengenceran Triamcinolon acetas:
Triamcinolon ditimbang 50 mg + Basis cream ad 500 mg, diaduk homogen. Kemudian
diambil sebanyak = 30 mg/50 mg x 500 mg = 300 mg (mengandung basis cream = 300 mg –
30 mg = 270 mg).
b. Gentamicin sulfas = 1% x 30 = 300 mg Basis Cream = 30 – (300 mg + 30 mg + 270 mg)
= 29,400 + 10% -> 32 gram
● Kesetaraan (3)
Pencampuran zat padat kedalam cairan dapat menyebabkan problem ketidaklarutan Contoh Sediaan
Larutan: Atropinsulfat
Oleumolivarum
Atropin sulfat (bentuk garam) tidak dapat larut dalam pembawa minyak. Oleh karena itu, atropi
sulfat diganti bentuk basanya (atropin) dalam jumlah mol yang setara
2. Rendah
Penyiapan sediaan injeksi dilakukan di Laminar Air Flow Work bench (LAFW) atau Biological Safety
Cabinet (BSC) yang memenuhi persyaratan partikel dan mikroba ISO Class 5 dan tahapan
pencampurannya sedikit, misalnya: rekonstitusi sediaan injeksi antibiotik vial satu dosis. Ruang ISO Class
5 adalah salah satu klasifikasi ruang bersih (Cleanroom) yang digunakan untuk melakukan pencampuran
sediaan injeksi secara aseptik. Persyaratan ruang ISO Class 5 adalah jumlah partikel yang berukuran 0,5
mikrometer tidak lebih dari 3520 partikel/m3 dan jumlah mikro baku range dari 1 cfu/m3.
Peracikan hanya melibatkan transfer, mengukur, dan mencampur manipulasi menggunakan tidak
lebih dari tiga produk steril komersil yang diproduksi dan tidak lebih dari dua entri ke dalam satu wadah
steril
4. Sedang
Penyiapan sediaan injeksi dilakukan di Ruang ISO Class 5 dan tahapan pencampurannya banyak; atau
produk steril digunakan untuk lebih dari satu pasien; atau produk steril digunakan untuk satu pasien namun
beberapa kali penggunaan.
5. Tinggi
Penyiapan sediaan injeksi dengan bahan obat yang tidak steril; atau penyiapan sediaan steril dengan bahan
obat steril namun tidak dilakukan di Ruang ISO Class 5; atau waktu/saat sterilisasi sediaan injeksi
dilakukan >6 jam waktu penyiapan/pencampuran.
Sediaan yang mengandung air tidak steril yang disimpan selama lebih dari 6 jam sebelum disterilkan,
bahan-bahan tidak steril, Sediaan yang diracik dengan peralatan non steril, untuk disterilkan kemudian.
Sediaan yang terpapar kondisi non-steril lebih dari 1 jam. Sediaan yang mengandung bahan baku yang
tidak berlabel lengkap. Sediaan yang disiapkan oleh personel yang tidak memakai pakaian lengkap
(termasuk sarung tangan).
Single use dan single dose vial (SVD) sediaan injeksi diberikan hanya kepada satu pasien untuk satu kali
pengobatan/prosedur. Syringe dan jarum yang telah digunakan atau diinjeksi kan ke pasien, sudah
terkontaminasi dan seharusnya tidak boleh digunakan kepada pasien atau vial lain. Penggunaan multi dose
vial(MDV) juga sebaiknya hanya kepada satu pasien dan disimpan dalam refrigerator (2-8°C). Sediaan
single use dan single dose mengandung sedikit atau bahkan tanpa pengawet sehingga mudah
terkontaminasi dan menjadi sumber infeksi. Bahkan di dalam sediaan multi dose yang mengandung
pengawet, bakteri masih dapat hidup selama kurang lebih 2 jam sebelum efek pengawet maksimal