Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

PERCOBAAN VIII

OBAT – OBAT OTONOM ( PARASIMPATOMIMETIKA )

DISUSUN OLEH:
NAMA : Salsyabila Wonika
KELAS : Reguler 2B
NIM : PO.71.39.1.20.075

Dosen Pengampuh : Dewi Marlina, S.F., Apt., M.kes

Ade Agustianingsih, S. Farm., Apt.

Jurusan D-III Farmasi

Poltekkes Kementrian Kesehatan Palembang

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Laporan ini disusun dalam rangka pemenuhan rangkaian penilaian Mata Kuliah praktikum farmakologi 1
bagi mahasiswa Semester 3 Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Farmasi tahun ajaran 2021/2022
Garis besar laporan ini meliputi pendahuluan, pembahasan, simpulan dan daftar pustaka.
Puji dan syukur penyusun panjatkan pada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah
ini dapat disusun. Pada kesempatan ini penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang turut membantu demi tersusunnya laporan ini khususnya dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bantuan.
Laporan yang penyusun susun ini tidaklah lepas dari kesalahan, mengingat kemampuan dan pengetahuan
penyusun yang terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik pembaca yang dapat
membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Palembang, November 2021

Salsyabila Wonika
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari kemampuan obat dengan
seluruh aspeknya baik sifat kimiawi maupun fisikanya kegiatan fisiologi resorpsi dan nasibnya didalam
organisme hidup. (untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya serta
penggunaan pada pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis. Sistem saraf otonom disusun oleh
serabut saraf yang berasal dari otak. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Dua perangkat neuron dalam komponen otonom pada sistem saraf perifer adalah neuron
aferen atau sensorik dan neuron eferen atau motorik. Neuron aferen mengirimkan impuls ke sistem saraf
pusat, dimana impuls itu diinterprestasikan. Neuron eferen menerima impuls (informasi) dari otak dan
meneruskan impuls ini melalui medulla spinalis ke sel-sel organ efektor. Jalur eferen dalam sistem saraf
otonom dibagi menjadi dua cabang yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Dimana kedua sistem
saraf ini bekerja pada organ-organ yang sama tetapi menghasilkan respon yang berlawanan agar
tercapainya homeostatis (keseimbangan). Kerja obat-obat pada sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis dapat berupa respon yang merangsang atau menekan. Dalam dunia farmasi sistem
saraf otonom ini sangat erat hubungannya dengan farmakologi dan toksikologi karena kita dapat
mengetahui mekanisme kerja obat yang akan mempengaruhi sistem sara' otonom itu sendiri.

II. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat memahami efek beberapa obat pada sistem saraf parasimpatis terutama pada
mata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN
SSO, juga disebut susunan sara vegetatif, meliputi antara lain saraf-saraf dan ganglia (=majemuk dari
gaglion=simpul saraf) yang merupakan persarafan ke semua otot polos dari berbagai organ. Termasuk
kelompok ini pula adalah beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan pencernaan) dan juga otot jantung,
yang sebagai pengecualian bukan merupakan otot polos, tetapi suatu otot lurik. Dengan demikian, SSO
tersebar luas diseluruh tubuh dan fungsinya adalah mengatur secara otomatis keadaan fisiologi yang
konstan, seperti suhu badan, tekanan dan peredaran darah, serta pernafasan.

Obat-obat otonom adalah obat yang dapat mempengaruhi penerusan implus dalam SSO dengan jalan
menganggu sintesa, penimbunan, pembebasan, atau penguraian transmitter atau mempengaruhi keranya
atas reseptor khusus. Akibatnya adalah dipengaruhi otot polos dan organ, jantung dan kelenjar. Menurut
khasiatnya, obat otonom dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Zat-zat yang bekrja terhadap SO, yakni


a. Simpatikomimetika (adrenergika), yang meniru efek dan perangsangan SO oleh misalnya
noradrenalin, efedrin, isoprenalin, dan amfetamin Simpatolitika (adrenolitika), yang justru
menekan saraf simpatis atau melawan efek adrenergika, umpamanya alkoloida sekale dan
propranolol
2. Zat-zat yang bekerja terhadap SP yakni:
a. Parasimpatikomimetika (kolinergika) yang merangsang organ-organ yang dilayani saraf
parasimpatis dan meniru efek perangsang oleh asetilkolin, misalnya pilokarpin, dan fisostigmin.
b. Parasimpatikolitika (antikolinergika) justru melawan efek-efekkolinergika misalnya alkoloida
beladonna dan propatelin
c. Zat-zat perintang ganglion. Yang merintangi penerusan implus dalam sel-sel ganglion simpatis.
Efek perintangan ini dampaknya luas, antara lain vasodilatasi karena blokade susunan simpatis

Impuls Impuls
Organ efektor adrenergik/simpatis kolinergik/parasimpatik
Mata Midriasis Miosis
Jantung Denyut bertambah Denyut menurun
Vena Konstriksi, dilatasi -
Sekresi kel. Lbng Berkurang Bertambah
Alat kelamin Ejakulasi Ereksi
Kel. Keringat Sekresi local Sekresi umum

Sistem SarafParasimpatik Kolinergik ( Parasimpatomimetika )


1. Kolinoseptor

1) Reseptor Muskarinik

Reseptor ini, selain ikatannya dengan asetilkolin, mengikat pila


muskarin, yaitu suatu alkaloid yang dikandung oleh jamur beracun tertentu.
Sebalikya, reseptor muskarinik ini menunjukkan afinitas lemah terhadap
nikotin.
2) Reseptor Nikotinik

Reseptor ini selain mengikat asetilkolin, dapat pula mengenal nikotin,


tetapi afinitas lemah terhadap muskarin. Tahap awal nikotin memang
memacu reseptor nikotinik, namun setelah itu akan menyerap reseptor itu
sendiri. Reseptor nikotinik ini terdapat didalam sistem saraf pusat, medula
adrenalis, ganglia otonom, dan sambungan neuromuskular.

1. Obat yang bekerja pada kolinergik

1) Parasimpatomimetik langsung
Mekanisme: bekerja agonis terhadap reseptor kolinergik (M,N) Klasifikasi

berdasarkan struktur kimia :


 Ester cholin (asetilkolin, karbakol, metakolin) => (M,N)

 Alkaloida (muskarin, pilokarpin (M), nikotin, cytisine, labeline (N)).

3) Parasimpatomimetik tidak langsung

Mekanisme:menghambat kolinesterase sehingga meningkatkan konsentrasi


asetilkolin endogen disekitar kolinoseptor.
Dibagi 2:

Reversibel : mengikat kolineterase dalam waktu


tertentu. Irreversibel : mengikat kolineterase secara
permanen.
3. Respon
Kontriksi pupil, kontriksi bronkus, denyut jantung menurun, dilatasi pembuluh darah,
meningkatnya kontraksi otot polos saluran GI, kontriksi kandung kemih, meningkatkan saliva,
meningkatkan motilitas usus.

Antikolinergik (Parasimpatolitik)

1. Mekanisme : antagonis kompetitif asetilkolin di reseptor muskarin ->


menghambat aktivitas sistem saraf parasimpatik -> semua efek asetilkoin
diperlemah.
2. Respon
Dilatasi pupil, dilatasi bronkus, denyut jantung meningkat, kontriksi pembuluh darah,
relaksasi otot polos saluran GI, relaksasi kandung kemih, relaksasi uterus
BAB III
METODE KERJA
I. Alat dan Bahan yang digunakan
- Bahan :
1) Prostigmin (Neostigmin) 0,023%
2) Pilokarpine HCL 0,001%
3) Atropin sulfat 0,025%

- Alat-alat yang digunakan :


1) Penggaris dengan skala milimeter
2) Pipet tetes
3) Lampu senter.
II. Prosedur Kerja

PARASIMPATOMIMETIKA

Tiap kelompok bekerja dengan 1 kelinci

Ukur diameter pupil horizontal maupun vertical baik


waktu disinari maupun tidak

Tetesi 2 tetes prostagmin pada sakus konjungtivitas kanan


dan 2 tetes pada mata kiri

Catat perubahan yang terjadi selama pemberian

Jika miosis sudah terjadi maksimal pada kedua mata, kedua


mata ditetesi dengan atropin sulfat

20 Menit kemudian mata kanan ditetesi 2 tetes


pilokarpin, catat

Dibuat data tabulasi ukuran diameter pupil


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Hasil Pengamatan

Mata Kelinci (Pupil)


Denyut
No Dosis BB Jantung Kanan Horizontal Kanan Vertikal Kiri Horizontal Kiri Vertikal
disinari Tidak disinari Tidak disinari tidak disinari Tidak
disinari disinari disinari disinari
1 Sebelum 335 153/ 4 mm 5 mm 3 mm 4 mm 3 mm 4 mm 4 mm 5 mm
ditetesi (g) menit
2 Diberi 125/ 2 mm 3 mm 3 mm 3 mm 3 mm 4 mm 3 mm 4 mm
Prostigmin menit
3 Diberi 97 / 6 mm 7 mm 5 mm 5 mm 5 mm 6 mm 5 mm 6 mm
Atropin menit
sulfat
4 Diberi 133/ 5 mm 5 mm 4 mm 5 mm 5 mm 6 mm 5 mm 6 mm
Pilokarbin menit

1) Apakah setelah diberi Postigmin sudah miosis maksimal ?


Jawab : Setelah kelinci diberi Prostigmin mengalami pengecilan pupil sebesar 1 mm pada mata kiri dan
kanan yang tidak disinari sedangkan yang disinar tidak mengalami pengecilan

2) Atropin efeknya midriasis atau miosis ? Bandingkan dengan hasil pengamatan !


Jawab : Setelah diberi Atropin, pupil kelinci mengalami midriaisis pada setiap kelinci baik disinari
maupun tidak disinari, terbukti dengan membesarkan pupil menjadi 6 mm.

3) Apa efek Pilokarpin? miosis atau midriasis? Bandingkan dengan hasil pengamatan!
Jawab : Pilokarpin memiliki efek miosis. Tetapi, yang mengalami miosis hanya mata kanan yang
disinari sedangkan mata kanan yang tidak disinari tidak mengalami miosis.

4) Jumlah denyut jantung ketika midriasis terjadi apakah bertambah ? Bandingkan dengan hasil
pengamatan !
Jawab : denyut jantung menurun setelah mengalami efek midriasis

5) Jumlah denyut jantung ketika miosis terjadi, apakah berkurang ? Bandingkan dengan hasil
pengamatan !
Jawab : Iya, denyut jantung mengalami penurunan setelah mngalami miosis tetapi saat miosis ketika
diberi Prostigmin mengalami kenaikkan denyut jantung, hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor
seperti kelenci tidak diam di box tetapi kelinci melompat disektar box

II. Pembahasan
Miosis adalah penyempitan Pupil mata yang disebabkan oleh hal-hal diluar penyakit seperti
lampu terang, keracunan opiat, efek samping obat, dan penuaan.
Midriasis adalah pelebaran Pupil mata yang disebabkan oleh hal-hal diluar penyakit contohnya
meliputi ruangan gelap takut atau efek samping obat.

Indikasi Obat
1. Prostigmin (Neostigmin) myasthenia gravis. (Parasimpatomimetik) Efek samping dari prostigmin
yaitu miosis penyempitan Pupil mata
2. Atropin sulfat: Antikolinergik radang radang urea. Tetes mata Atropin bekerja dengan memblokir
asetilkolin kimia yang melemaskan otot siliaris mata dan menyebabkan pupil melebar
3. Pilokarpin: Miotikum dan parasimpatomimetik
Pilokarpin adalah obat golongan miotik yaitu obat tetes mata yang dapat mengecilkan Pupil mata
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, pada saat ditetesi Prostigmin (Neostigmin) terjadi Miosis
(penyempitan Pupil mata) mata kanan dan mata kiri, tetapi terjadi penaikan denyut jantung kelinci.Ini dapat
terjadi karena beberapa faktor yaitu kelinci terlalu aktif melompat di sekitar box kandang. Kemudian pada saat
ditetesi Atropin Sulfat terjadi Midriasis (pelebaran Pupil mata) denyut jantung kelinci menurun dan setelah
ditetesi Pilokarpin Pupil mata kelinci terjadi penyempitan kembali (Miosis).

Lalu pada saat terkena cahaya di sinari Pupil mata kelinci mengecil untuk membatasi cahaya yang masuk
kedalam mata.
Daftar Pustaka

https://idnmedis.com/midriasis.

https://apa-itu.net/dwkb/apa-yang-dimaksud-dengan-miosis/

Gunawan, Sulistia Gan, dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Peterbit FKUI

Priyanto, Lilin Batubara. 2010. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Keperawatan. Depok Jabar: Leskonfi
LAMPIRAN

Penimbangan Kelinci

Proses Penetesan Obat ke Mata Kelinci

Lampiran
Proses Pengukuran Pupil Mata Kelinci

Anda mungkin juga menyukai