Anti Kolinergenik
Kimia Medisinal
Haty Latifah, M.Farm
Agenda Presentasi
1. Pendahuluan
2. Devinisi Anti Kolinergenik
3. Karakteristik Anti Kolinergenik
4. Toksisitas Anti Kolinergenik
6. Managemen Penanganan
7. Kesimpulan
Daftar Anggota
Farmakokinetik Farmakodinamik
Farmakokinetik Antikolenergik Alkaloid belladonna mudah diserap Efek antikolinergikdapat emnstimulasi ataupun
dari semua tempat, kecuali kulit. Pemberian atropin sebagai obat mendepresi bergantung pada organ target. Di
tetes mata, terutama pada anak dapat menyebabkan absorbsi dalam otak, dosis rendah merangsang dan dosis
dalam jumlah yang cukup besar lewat mukosa nasal, sehingga tinggi mndepresi. Efek obat ini juga ditetukan oleh
menimbulkan efek sistemik dan bahkan keracunan. Untuk kondisi yang akan diobati. Misalnya Parkinson
mencegah hal ini perlu dilakukan penekanan kantus internus yang dikarakteritsikan dengan defisiensi dopamine
mata setelah penetesan obat agar larutan atropin tidak masuk ke yang mengintensifkan eegfek stimulasi Ach.
rongga hidung, terserap dan menyebabkan efek sistemik. Dari Antimuskarinik menumpulkan atau mendepresi
sirkulasi darah, atropin cepat memasuki jaringan dan kebanyakan efek ini.
mengalami hidrolisis enzimatik oleh hepar. Sebagian diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk asal. Atropin mudah diserap,
sebagian dimetabolisme di dalam hepar dan dibuang dari tubuh
terutama melalui air seni. Masa paruhnya sekitar 4 jam.
Mekanisme Kerja Obat Anti Kolinegenik
Antimuskarinik ini bekerja dialat persarafi serabut pasca
ganglion kolinergik. Pada ganglion otonom dan otot
rangka, tempat asetilkolin juga bekerja penghambatan oleh
atropin hanya terjadi pada dosis sangat besar. Kelompok
obat ini memperlihatkan kerja yang hampir sama tetapi
dengan afinitas yang sedikit berbeda terhadap berbagai
alat; pada dosis kecil (sekitar 0,25 mg) misalnya, atropin
hanya menekan sekresi airl iur, mukus, bronkus dan
keringat. Sedangkan dilatasi pupil, gangguan akomodasi
dan penghambatan nasofagus terhadap jantung baru
terlihat pada dosis yang lebih besar (0,5 – 1,0mg). Dosis
1. Obat Antimuskarinik yang lebih besar lagi diperlukan untuk menghambat
Obat golongan ini bekerja mengantagonis reseptor peristalsis usus dan sekresi kelenjar di lambung. Beberapa
muskarinik yang menyebabkan hambatan semua fungsi subtipe reseptor muskarinik telah diidentifikasi saat ini.
muskarinik. Obat ini mengantagonis sedikit kecuali neuron Penghambatan pada reseptor muskarinik ini mirip
simpatis yg jg kolinergik seperti saraf simpatis yg menuju denervasi serabut pascaganglion kolinergik dan biasanya
ke kelenjar keringat. Obat ini tidak mengantagonis reseptor efek adrenergik menjadi lebih nyata.
nikotinik, maka obat antimuskarinik ini sedikit atau tidak
mempengaruhi sambungan saraf otot rangka atau ganglia
otonom.
Mekanisme Kerja Obat Anti Kolinegenik
2. Antagonis ganglion
Secara spesifik bekerja pada reseptor nikotinik dengan
mengantagonis kanal ion ganglia otonom. Obat ini
menunjukantidak adanya selektivitas thdp ganglia simpatis
maupun parasimpatis , tidak efektif sebagai antagonis
neuromuskular. Contoh obat penyekat ganglion: Nikotin
3. Antagonis Neuromuskular
Obat penyekat neuromuskular ini strukturnya analog dengan asetilkolin dan bekerja baik sebagai antagonis (tipe
nondepolarisasi) maupun agonis (tipe depolarisasi) terhadap reseptor yang terdapat cekungan sambungan
neuromuskular. Penyekat neuromuskular bermanfaat secara klinik selama operasi guna melepaskan otot secara
sempurna tanpa memperbanyak obat anastesi yang sebanding dalam melemaskan otot. Kelompok kedua pelemas otot,
pelemas otot sentral digunakan untuk mengontrol tonus otot spastik.
Manajemen Penanganan
Antikolinergik saat ini digunakan secara luas pada pengobatan penyakit-penyakit obstruksi saluran napas, dan
merupakan bronkodilator pilihan untuk pengobatan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Mekanisme kolinergik memegang
peranan penting dalam mengatur tonus dan kaliber saluran pernapasan. Pada penyakit asma dan PPOK, sistim saraf
parasimpatik kolinergik merupakan salah satu mekanisme yang berperan atas terjadinya bronkospasme, dan pada PPOK
tonus kolinergik adalah satu-satunya komponen yang bersifat reversibel.
Beberapa mekanisme neural terlibat dalam pengaturan kaliber saluran napas, dan ketidaknormalan pada kontrol neural
memberikan kontribusi berupa penyempitan saluran napas, seperti pada asma dan PPOK. Sistim saraf kolinergik adalah
mekanisme neural utama yang bersifat bronkokonstriktor, dan merupakan faktor penentu utama kaliber saluran napas.
Mekanisme kontrol neural dapat digambarkan sebagai berikut, serabut-serabut eferen kolinergik yang berasal dari nukleus
ambiguus dalam batang otak, berjalan turun sepanjang saraf vagus dan membentuk sinap pada ganglion
parasimpatis dalam dinding saluran napas. Dari ganglion, serabut-serabut pendek postganglionik berjalan
menuju otot polos saluran napas dan kelenjar submukosa.
Terima Kasih