Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alsan Saepul Alam

NIM : 1948201013
Prodi/Semester : S1 Farmasi / 5
Dosen : Apt. Rakhma Hanifah, M, Farm
A. Latar Belakang

Seorang wanita berusia 51 tahun dengan keterbelakangan mental meninggal dunia


akibat keracunan lithium pada tanggal 13 Mei 2002. Sejarah medis yang dimiliki korban
yaitu keterbelakangan mental, gangguan bipolar, hipotiroid, dan parkinsonism. Pada tanggal
13 April 2002, salah satu tersangka yang merupakan seorang farmasis melakukan kesalahan
dalam pembacaan resep yang dibawa oleh korban. Farmasis memberikan lithium karbonat
300 mg/kapsul kepada pasien padahal dari resep yang dibawa pasien lithium yang diberikan
adalah 150 mg/kapsul.

Pada tanggal 25 April 2002, dokter pribadi korban (juga merupakan tersangka)
melakukan pemeriksaan keluhan korban berupa diare selama tiga hari. Dokter pribadi korban
mencatat bahwa korban tidak memiliki kelainan klinis berupa dehidrasi, oleh karenanya dia
menyarankan agar korban meningkatkan asupan cairan serta diet seperti yang telah dilakukan
sebelumnya. Dokter pribadi korban (Primary Care Physician ‘PCP’) juga mengintruksikan
agar keluarga korban melakukan perawatan dan melaporkan apabila korban menunjukkan
gejala penurunan asupan cairan, perubahan tingkat aktifitas yang ditetapkan sebagai lesu,
atau gejala memburuk. Selama beberapa hari berikutnya korban masih terus mengalami diare
dan gangguan makan. Akan tetapi keluhan tersebut tidak dikomunikasikan ke PCP.

Pada tanggal 30 April 2002, korban kembali diperiksa oleh terdakwa PCP. Tidak ada
notasi tentang keluhan diare seperti yang terlihat pada lima hari sebelumnya, sehingga PCP
mencatat bahwa symptom yang dialami korban telah membaik dan mulai hilang. PCP
mencatat adanya sedikit perubahan pada kondisi korban, tetapi tidak mencari tahu penyebab
perubahan kondisi tersebut. Perubahan kondisi pasien meliputi peningkatan kontraksi otot
atau kekakuan otot. PCP memerintahkan korban melakukan tes darah selama kunjungan ini,
tetapi melupakan pemeriksaan kadar lithium.

Pada tanggal 2 Mei 2002, korban masih mengalami diare. Keluarga korban
diberitahukan bahwa korban tidak diizinkan untuk kembali sampai perawatan medis korban
selesai dilakukan. Perawat menghubungi PCP untuk melaporkan gejala-gejala yang dialami
pasien. Pada waktu itu PCP melakukan penghentian pemberian dosis pagi Zyprexa 2,5-mg
untuk pengobatan kelesuan pasien.

Pada tanggal 8 Mei 2002, salah seorang karyawan rumah hunian melaporkan bahwa
korban mengalami gejala ketidakstabilan, hampir tidak bisa bergerak, dan sangat lemah dan
tak berdaya. Akan tetapi keadaan ini tidak dilaporkan kepada Supervisornya. Pada tanggal 11
Me 2002, korban dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan. Korban tercatat
mengalami kelemahan dan gangguan kestabilan selama 1 minggu. Korban juga menyatakan
bahwa dirinya menderita hiponatremia berat, hiperkalemia. Kadar lithium yang tercatat dalam
darah korban adalah 6,8 mEq/L. Hari berikutnya ia tercatat memiliki dehidrasi berat persisten
dengan kekacauan metabolisme dan hipotensi, serta gagal ginjal akut, akibat tanda toksisitas
lithium. Pasien meninggal pada tanggal 13 Mei 2002.

Litigasi terus dilakukan dalam kasus ini. PCP dan psikiater menyatakan bahwa gejala
toksisitas yang ditunjukkan korban tidak disampaikan kepada mereka oleh staf perumahan.
Para PCP berpendapat bahwa gejala korban pada tanggal dan hari pada saat dilakukan
pemeriksaan tidak sugestif menunjukkan adanya gejala keracunan lithium dan dia tidak
bertanggung jawab untuk memantau pengobatan kerena dia bukanlah orang yang meresepkan
obat. Psikiater yang meresepkan obat kepada korban berpendapat bahwa dia tidak diberitahu
tentang kelemahan dan kelesuan yang diderita korban. Kasus ini berakhir dengan ganti rugi
sebesar Satu Miliar Dolar ($ 1.000.000.000) oleh pihak farmasis.

B. Kasus
Seorang wanita berusia 51 tahun dengan keterbelakangan mental meninggal dunia akibat
keracunan lithium pada tanggal 13 Mei 2002. Lithium adalah obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan suasana hati (mood), yang salah satunya disebabkan oleh gangguan
bipolar.
Pada tanggal 13 April 2002, salah satu tersangka yang merupakan seorang farmasis
melakukan kesalahan dalam pembacaan resep yang dibawa oleh korban. Farmasis
memberikan lithium karbonat 300 mg/kapsul kepada pasien padahal dari resep yang dibawa
pasien lithium yang diberikan adalah 150 mg/kapsul.
Pada tanggal 25 April 2002, dokter pribadi korban (juga merupakan tersangka)
melakukan pemeriksaan keluhan korban berupa diare selama tiga hari. Selama beberapa hari
berikutnya korban masih terus mengalami diare dan gangguan makan. Akan tetapi keluhan
tersebut tidak dikomunikasikan ke PCP (Primary Care Physician ‘PCP’).
Pada tanggal 30 April 2002, korban kembali diperiksa oleh terdakwa PCP. Tidak ada
notasi tentang keluhan diare seperti yang terlihat pada lima hari sebelumnya, sehingga PCP
mencatat bahwa symptom yang dialami korban telah membaik dan mulai hilang. PCP
mencatat adanya sedikit perubahan pada kondisi korban, tetapi tidak mencari tahu penyebab
perubahan kondisi tersebut. Perubahan kondisi pasien meliputi peningkatan kontraksi otot
atau kekakuan otot. PCP memerintahkan korban melakukan tes darah selama kunjungan ini,
tetapi melupakan pemeriksaan kadar lithium.
Pada tanggal 2 Mei 2002, korban masih mengalami diare. Perawat menghubungi PCP
untuk melaporkan gejala-gejala yang dialami pasien. Pada waktu itu PCP melakukan
penghentian pemberian dosis pagi Zyprexa 2,5-mg untuk pengobatan kelesuan pasien.
Pada tanggal 8 Mei 2002, salah seorang karyawan rumah hunian melaporkan bahwa
korban mengalami gejala ketidakstabilan, hampir tidak bisa bergerak, dan sangat lemah dan
tak berdaya. Akan tetapi keadaan ini tidak dilaporkan kepada Supervisornya. Pada tanggal 11
Me 2002, korban dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan. Korban tercatat
mengalami kelemahan dan gangguan kestabilan selama 1 minggu. Korban juga menyatakan
bahwa dirinya menderita hiponatremia berat, hiperkalemia. Kadar lithium yang tercatat dalam
darah korban adalah 6,8 mEq/L. Hari berikutnya ia tercatat memiliki dehidrasi berat persisten
dengan kekacauan metabolisme dan hipotensi, serta gagal ginjal akut, akibat tanda toksisitas
lithium. Pasien meninggal pada tanggal 13 Mei 2002.
C. Permasalahan

Asal mula terjadinya Medication Error yaitu kesalahan farmasis dalam pembacaan resep
sehingga berujung fatal.

D. Tanggapan dan Penyelesaian


a. Seharusnya farmasis membaca resep dengan hati-hati pada saat dispensing obat agar
tidak terjadi kesalahan yang menyebabkan pasien keracunan
b. Jika dilihat dari farmakologi dan farmakokinetik, rekam medic, kondisi fisik, umur,
serta penyakit maka seharusnya dilakukan monitoring kadar lithium (Therapy Drug
Monitoring).
c. Komunikasi yang kurang terjaga antara PCP, psikiater, farmasis, dan keluarga korban

Anda mungkin juga menyukai