Anda di halaman 1dari 31

Universitas Negeri Gorontalo; Jurnal kefarmasian, Vol. 1 No.

1, desember 2022

Studi Ketepatan Terapi Pada Tn. SD, pasien dengan Diagnosis Tuberkulosis Paru (TB Paru) dan
Pneumonia serta diagnosis penyerta Anemia di RSUD Otanaha

Effi kurniasih*
*
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jendral Sudirman No. 247 Gorontalo, 96211
*effikrn08@gmail.com:

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Sejarah artikel: Pneumonia adalah peradangan akut jaringan paru disebabkan
Diterima mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Revisi Sedangkan Tuberkulosis (TBC) penyakit menular paru-paru yang disebabkan
Dipublikasikan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Anemia pada penderita Tuberkulosis
Paru disebabkan adanya penekanan eritropoiesis oleh mediator inflamasi.
Kata kunci: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Ketepatan Terapi Pada Tn. SD,
Anemia pasien dengan Diagnosis Tuberculosis Paru (TB Paru) dan Pneumonia
Tuberculosis (TB) serta diagnosis penyerta Anemia di RSUD Otanaha. diagnosis awal pasien
Pneumonia Tn. SD mengalami TB paru, pneumonia dengan beberapa penyakit penyerta
Hemoglobin salah satunya yaitu anemia. Namun pasien tdak mendapatkan terapi OAT
Terapi melainkan hanya diberikan terapi berupa antibiotik untuk mengatasi
pneumonia serta dilakukan transfusi prc untuk menangani anemia pada Tn.
SD. Pada terapi farmakologi yang disarankan yaiu pemberian asam folat dan
vitamin B12. Karena asam folat berperan dalam metabolisme asam amino yang
diperlukan dalam pembentukan sel darah merah

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

1
Universitas Negeri Gorontalo; Jurnal kefarmasian, Vol. 1 No. 1, desember 2022

Pendahuluan Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit kadar hemoglobin dalam darah seseorang,
menular yang disebabkan oleh bakteri diantanya yaitu factor usia, jenis kelamin, tempat
Mycobacterium tuberculosis. Metode penularan tinggal, kebiasaan merokok, rutinitas olahraga,
utamanya adalah inhalasi, yang menyebabkan TB asupan nutrisi, dan penyakit penyerta seperti
paru menjadi manifestasi klinis yang paling sering leukemia, talasemia dan tuberculosis (Lee S W et
terjadi dibandingkan dengan organ lain (Amin Z, al, 2006).
2009).
Anemia adalah kondisi medis dimana kadar
Sebaran TB cenderung menyerang orang hemoglobin (Hb) pada sel darah merah lebih
dewasa pada tahun-tahun awal mereka atau pada rendah dari pada kebutuhan fisiologis tubuh.
usia produktif, namun semua kelompok umur Anemia dapat berkembang sebagai efek sekunder
rentan terkena penyakit ini. Individu dengan sistem dari suatu proses penyakit yang tidak secara fisik
kekebalan yang lemah berisiko lebih tinggi tertular menginvasi sumsum tulang atau secara cepat
TB aktif. Selain itu, penggunaan tembakau atau mempercepat pembentukan eritrosit. Saat bakteri
merokok dapat meningkatkan secara drastis Mycobacterium tuberculosis menginfeksi paru-
kemungkinan terkena penyakit TB. Faktanya lebih paru, dapat menyebabkan anemia dalam waktu
dari 20% kasus TB secara global disebabkan oleh beberapa minggu kemudian berkembang selama
merokok (WHO, 2015). beberapa bulan hingga kadar hemoglobin menjadi
normal (Bashir, Sharif, and Ahmed, 2015).
TB adalah infeksi multi-sistemik yang dapat
mengakibatkan beragam manifestasi klinis di Anemia pada penderita Tuberkulosis Paru
berbagai sistem organ. Komplikasi hematologi disebabkan adanya penekanan eritropoiesis oleh
khas pada TB dan terutama bersifat non- mediator inflamasi. Terjadinya malnutrisi dan
imunologis.TB dapat menyababkan timbulnya malabsorpsi juga dapat memperburuk anemia pada
kelainan darah perifer, termasuk anemia (Lee SW pasien Tuberkulosis Paru (Lee S W et al, 2006).
et al, 2006).
Penurunan kadar hemoglobin pada penderita
Pneumonia adalah peradangan akut tuberckulosis paru tidak hanya disebabkanoleh
jaringan paru disebabkan mikroorganisme seperti adanya infeksi Mycobacterium tuberculosis, tetapi
bakteri, virus, jamur, dan parasit. juga oleh pengobatan Obat Anti Tuberkulosis
Sedangkan Tuberkulosis (TBC) penyakit (OAT). Pengobatan Tuberkulosis Paru dibagi
menular paru-paru yang disebabkan oleh basil menjadi dua tahap yaitu tahap awal dan lanjutan.
mycobacterium tuberculosis. Menurut Ryusuke Pada fase awal pengobatan yang obat yang
diberikan terdiri dari Isoniasid, Pirazinamid, dan
dan Damayanti (2017) pemeriksaan penunjang
Rimfapisin dan pada fase lanjutan obat yang
penyakit pneumonia adalah Rontgen thorax atau
diberikan terdiri dari Isoniazid dan Rimfapisin,
sinar X, Pemeriksaan laboratorium lengkap, tujuannya adalah untuk menyembuhkan pasien
Pemeriksaan mikrobiologi, Analisis gas darah, dengan membunuh bakteri Tuberkulosis sehingga
Analisis gas darah, Pewarnaan darah lengkap, dan pasien dapat sembuh dengan cepat dan dapat
Tes serologi. mencegah terjadinya kekambuhan serta kematian
pada pasien Tuberkulosis Paru (Kalma, Rafika, A.
Proses patogenesis pneumonia terkait dengan R. Bachtiar, 2019).
tiga faktor yaitu keaadan (imunitas) pasien,
mikroorganisme yang menyerang pasien dan Jenis OAT yang dikonsumsi penderita TB
lingkungan yang berinteraksi satu sama lain. Dalam selain membunuh kuman TB dapat pula
keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi memberikan efek samping dalam tubuh penderita.
pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini Seperti halnya jenis OAT menyebabkan penurunan
disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan trombosit yang terjadi pada minggu kedua dan
kedelapan setelah pengobatan dimulai. Penurunan
paru. Adanyanya bakteri di paru merupakan akibat
trombosit terjadi karena trombosit mengalami lisis
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, langsung dalam sirkulasi dimana pada sebagian
mikroorganisme dan lingkungan, sehingga besar trompositopenia mengandung obat.
mikroorganisme dapat berkembang biak dan Penghancuran trombosit oleh konsumsi OAT
berakibat timbulnya sakit ( Dahlan, 2009 ; dapat dimediasi sistem imun tubuh, sehingga
Mendel et al, 2007) jumlahnya mengalami penurunan(Astuti, 2018).

2
Universitas Negeri Gorontalo; Jurnal kefarmasian, Vol. 1 No. 1, desember 2022

Diagnosis laboratorium mengenai Tuberkulosis Diagnosa awal pasien mengidap TB paru,


Paru dapat ditegakkan melalui pemeriksaan darah, diagnosa utama Pneunomia, dan diagnosa penyerta
sputum (dahak), dan pemeriksaan tuberculin. Pada Hipertensi, Hepatoma,Cholelithiasis, Anemia,
pemeriksaan sputum (dahak) orang yang terjangkit Syndrome Dispepsia. Hasil Pemeriksaan fisik
Tuberkulsis Paru dengan diagnosis jumlah Bakteri menunjukkan Tekanan Darah 160/60 mmHg,
Tahan Asam (BTA) positif yang tinggi menjadi Nadi 104 /mnt, Frekuensi napas 20 x/mnt, Suhu
salah satu indikator terhadap berat penyakit 38,5 , Hb 8,8 g%. Dan Pemeriksaan Lab dari
Tuberkulosis Paru yang diderita (Manurung dkk, pasien GOT 112, SGOT 14, SGPT 33, Leukosit
2008). 7.200 /uL, Eritrosit 2.890/uL, Trombosit
158,000/uL, Hematocrit, 24,8 %, MCV 85,8 fL,
Untuk mendiagnosis anemia pada penderita
MCH 30,4 pg, MCHC 35,5 %, Limfosit 22,6 %,
Tuberkulosis Paru dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan darah berupa pemeriksaan Monosit 5,1 %, GDS 112 mg/dL, Ureum 45
mg/dL, Kreatinin 0,71 mg/dL. Pasien juga
hemoglobin untuk mengetahui kadar hemoglobin
melakukan pemeriksaan penunjang berupa
dalam sel darah merah pada penderita
pemeriksaan USG abdomen, TCM, dan foto
Tuberkulosis Paru (Lee S W et al, 2006).
Thorax. Riwayat penyakit yang dimiliki
Berdasarkan urain diatas maka penelitian ini pasienyaitu Diabetesmellitus dan hipertensi.
bertujuan untuk mengetahui Ketepatan Terapi Selama 6 hari rawat inap tekanan darah pasien
Pada Tn. SD, pasien dengan Diagnosis berangsur normal tetapi batuk yang diderita tidak
Tuberculosis Paru (TB Paru) dan Pneumonia membaik sehingga dokter tetap meresepkan obat
serta diagnosis penyerta Anemia di RSUD yaitucefixime 2x200 mg (untuk 5
hari),omeprazole 2x1, azitromicin 1x1,
Otanaha
paracetamol 3x1,na-asetylsistein 3x1, UDCA 3x1,
dan pada hari ke 7 pasien diperbolehkan untuk
Metode pulang.
Penelitian studi kasus adalah studi yang
Pasien dirawat selama 7 hari di Rumah
mengeksplorasi suatu masalah perawatan dengan Sakit Umum Daerah Otanaha, Kota Gorontalo.
terperinci memiliki pengambilan data yang Berikut merupakan data hasil pemeriksaan serta
mendalam dan menyertakan berbagai sumber keluhan pasien selama perawatan.
informasi.Metode dalam penyusunan studi
kasus ini adalah deskriptif Penelitian ini
menggunakan metode studi literatur dengan 1. Tanggal 4 September 2023
Keluhan : Demam, batuk dan sering
penelusuran jurnal terindeks nasional maupun
timbul sesak selama lima hari.
internasional sebagai referensi pendukung Keluhan lain pun suara parau,
data/informasi terkait terapi pada penyakit nyeri ulu hati, mual, muntah,
TB paru dan Pneumonia dengan penyakit BAB encer berlendir, dan BAK
penyerta anemia. abu-abu, dan pasien merasa
lemas.
Hasil dan Pembahasan Diagnosis : Tb Paru, Pneumonia
Terapi Terapi : Ceftriaxon 2 gram
T.n SD mengeluh demam, batuk dan sering timbul Azitromisin 1x500
sesak selama lima hari. Keluhan lain pun suara Transfusi Prc
parau, nyeri ulu hati, mual, muntah, BAB encer 2. Tanggal 5 September 2023
berlendir, dan BAK biasa, dan pasien merasa lemas. Keluhan : Batuk, demam, nafas tidak
Obat-obatan yang diberikan pada pasien selama efektif
dirawat inap yaitu Ivfd NaCl 8 tpm, transfusi Diagnosis : Tb Paru, Pneumonia,
PRC 1x1, Azitromisin 1x1 500 mg, PCT 3x1, Hipertensi, Hepatoma,
NAC-e 3x1 200 mg, UDCA 2x1, Inj splenomegaly, Cholelithiasis,
Omeprazole 1x1 ampul iv, Inj Ondansentron 3x1 Anemia, Syndrome Dispepsia
ampul iv, inj ceftriaxone 1x2 gr iv . Obat yang Terapi : Ivfd Nacl 0,9 %, Transfusi
diberikan pada saat pasien pulang yaitu Cefixim Prc
2x20 gram, Omeprazole 2x1, Azitromisin 1x1 mg, 3. Tanggal 6 September 2023
PCT 3x1 mg, NAC 3x1, UDCA 2x1.

3
Universitas Negeri Gorontalo; Jurnal kefarmasian, Vol. 1 No. 1, desember 2022

Keluhan : Batuk dan sesak Terapi : Ceftriaxone 1x2


Diagnosis : Tb Paru, Pneumonia, Omeprazole 1x1
Hipertensi, Hepatoma, Ondansentron 3x1
splenomegaly,Cholelithiasis, Aziromisin 1x1
Anemia, Syndrome PCT 3x1
Dispepsia UDCA 2x1
Terapi : Ceftriaxone 1x2 N-Ace 3x1
Omeprazole 1x1 Ivfd Nacl
Ondansentron 3x1 Transfusi Prc
Aziromisin 1x1
PCT 3x1 7. Tanggal 10 September 2023
UDCA 2x1 Keluhan : Batuk dan lemas berkurang
N-Ace 3x1 Diagnosis : Tb Paru, Pneumonia,
Ivfd Nacl Hipertensi, Hepatoma,
Transfusi Prc splenomegaly,Cholelithiasis,
Anemia, Syndrome
4. Tanggal 7 September 2023 Dispepsia
Keluhan : Batuk tapi tidak sesak Terapi : Cefixime 2x2
Diagnosis : Tb Paru, Pneumonia, Ceftriaxone 1x2
Hipertensi, Hepatoma, Omeprazole 1x1
splenomegaly,Cholelithiasis, Ondansentron 3x1
Anemia, Syndrome Aziromisin 1x1
Dispepsia PCT 3x1
Terapi : Ceftriaxone 1x2 UDCA 2x1
Omeprazole 1x1 N-Ace 3x1
Ondansentron 3x1 Ivfd Nacl
Aziromisin 1x1 Transfusi Prc
PCT 3x1
UDCA 2x1 Pada hari pertama pasien ke rumah sakit,
Ivfd Nacl pasien mengeluhkan demam, batuk dan sering
Transfusi Prc timbul sesak selama lima hari. Keluhan lain berupa
5. Tanggal 8 September 2023 suara parau, nyeri ulu hati, mual, muntah, BAB
Keluhan : Batuk tapi tidak sesak encer berlendir, dan BAK abu-abu, dan pasien
Diagnosis : Tb Paru, Pneumonia, merasa lemas. Dokter mendiagnosa awal pasien
Hipertensi, Hepatoma, mengidap penyakit TB paru, diagnosa utama
splenomegaly,Cholelithiasis, Pneunomia, dan diagnosa penyerta Hipertensi,
Anemia, Syndrome Hepatoma, Splenomegli, Cholelithiasis, Anemia,
Dispepsia dan Syndrome Dispepsia.
Terapi : Ceftriaxone 1x2 Hasil diagnosis yang menandai penyakit
Omeprazole 1x1 tersebut dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu
Ondansentron 3x1 berupa pemeriksaan fisik, pemeriksaan abdomen,
Aziromisin 1x1 dan ultrasonografi. Pada pemeriksaan fisik, teraba
PCT 3x1 adanya massa keras di abdomen bagian kanan.
UDCA 2x1 Pemeriksaan ultrasonografi, ditemukan adanya
N-Ace 3x1 hepatomegali dan splenomegali. Hal tersebut
Ivfd Nacl dikarenakan MPS (mononuclear phagocyte
Transfusi Prc system) terjadi dalam hati dan limpa, yang
6. Tanggal 9 September 2023 merupakan tempat utama destruksi RBC (Mackin
Keluhan : Batuk lemas 2014).Diagnosis kolelithiasis ditegakkan
Diagnosis : Tb Paru, Pneumonia, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan
Hipertensi, Hepatoma, pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan laboratorium
splenomegaly,Cholelithiasis, meliputi pemeriksaan darah lengkap, tes fungsi
Anemia, Syndrome hepar, serta bilirubin urin.Pemriksaan penunjang
Dispepsia lainnya berupa Ultrasonografi (USG), Endoscopic

4
Universitas Negeri Gorontalo; Jurnal kefarmasian, Vol. 1 No. 1, desember 2022

Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP), suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi
dan Magnetic Resonance pasien (Dahlan,2009).
Cholangiopancreatography (MRCP). Pada Pasien diberikan azitromisin, karena hasil
umumnya, Ultrasonografi (USG) merupakan diagnosa bahwa mengidap penyakit pneumonia.
pencitraan pilihan pertama untuk mendiagnosis Azitromisin menjadi salah satu jenis yang paling
batu kandung empedu dengan sensitivitas tinggi banyak digunakan dari kelima jenis obat yang
melebihi 95%, sedangkan untuk deteksi batu berasal dari golongan makrolid tersebut (Kirst,
saluran empedu sensitivitasnya lebih rendah 2021). Azitromisin merupakan antibiotik
berkisar antara (Stinton, 2015). Pemeriksaan golongan makrolida yang berada dalam kelompok
Abdomen Lanjut. Mengidentifikasi hasil perkusi azalida. Mekanisme kerja dari azitromisin yaitu
abdomen abnormal (hipertimpani, hepatomegali, dengan menghambat sintesis dari protein bakteri,
splenomegali, nyeri ketok kostovertebra) (NHS, yaitu mencegah translokasi dari suatu rantai
2011). peptida bakteri dengan mengikat subunit dari
Berdasarkan keluhan yang dialami pasien dan ribosom 50s (MIMS, 2021). Azitromisin sering
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh dokter, diberikan atas indikasi penyakit seperti pneumonia
keluhan yang dirasakan pasien seperti mual dan komunitas, brokitis kronik dengan eksaserbasi
muntah, batuk dan sesak diakibatkan oleh akut, sinusitis, urethritis, penyakit peradangan pada
penyakit cholelitiasis dan pneumonia. Hal ini panggul, dan infeksi bakteri lainnya. Pasien juga
menurut Pradhan (2009), Mual dan muntah diberikan azitromisin dengan dosis 1x500 mg
adalah tanda-tanda yang paling sering terjadi pada selama di rumah sakit. Penggunaan antibiotik
gangguan gastrointestinal. Selain itu, Keluhan mual azitromisin menurut standar yang sesuai anjuran
dan muntah juga menjadi gejala pada penyakit batu yaitu dosis dewasa 500 mg, dengan frekuensi
empedu yang dimana mual dan muntah ini pemberian obat sebanyak satu kali sehari, dan
dirangsang oleh adanya kolik biliaris melalui diberikan rata-rata lima hari tergantung jenis
serabut aferen nervus Vagus yang berasal dari bakteri penyebab dan keparahan penyakit pasien.
lapisan gastrointestinal. Oleh karena itu, Pasien Selain pemberian azitromisin, pasien juga
batu empedu juga mengeluhkan nyeri abdomen diberikan ceftriaxone untuk mengobati pneumonia.
disertai dengan keluhan lain seperti mual, muntah Ceftriaxone adalah antibiotik spektrum luas
perut kembung, bersendawa, atau susah buang air generasi ketiga sefalosporin untuk pemberian
besar. Selain itu pasien juga didiagnosis mengalami intravena atau intramuskular. Ceftriaxone adalah
pneumonia dimana menurut Mandan (2019) salah satu antibiotik yang paling umum digunakan
tanda gejala yang timbul pada pneumonia yaitu karena potensi antibakteri yang tinggi, spektrum
berupa demam menggigil yang merupakan sebuah yang luas dari aktivitas dan potensi yang rendah
tanda adanya peradangan atau inflamasi yang untuk toksisitas. Alasan yang paling mungkin
terjadi didalam tubuh sehingga hipotalamus untuk digunakan secara luas adalah efektivitas
bekerja dengan memberi respon dengan menaikan dalam organisme yang rentan pada infeksi saluran
suhu tubuh. Demam pada penyakit pneumoni kemih yang rumit dan tidak rumit, infeksi saluran
dapat mencapai 38,8 oC sampai 41,1 oC .Gejala pernapasan, kulit, jaringan lunak, infeksi tulang
mual dan tidak nafsu makan disebabkan oleh dan sendi, bakteremia/septikemia, pneumonia,
peningkatan produksi sekret dan timbulnya batuk, meningitis, infeksi di pasien imunosupresi, akut
sehingga dengan adanya batuk berdahak bakteri otitis media, infeksi genital, disebarluaskan
menimbulkan penekanan pada intra abdomen dan penyakit dan di profilaksis bedah infeksi (Tjay dan
saraf pusat menyebabkan timbulnya gejala tersebut. Rahardja, 2007).
Batuk dan sesak nafas pada pasien pneumonia Dari hasil diagnosa pasien juga mengalami
dapat terjadi karena penumpukan sekret atau anemia. Anemia adalah keadaan yang ditandai
dahak pada saluran pernapasan sehingga udara dengan berkurangnya hemoglobin dalam tubuh.
yang masuk dan keluar pada paru-paru mengalami Hemoglobin adalah suatu metaloprotein yaitu
hambatan. Pada prinsipnya penatalaksaan utama protein yang mengandung zat besi di dalam sel
pneumonia adalah memberikan antibiotik tertentu darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut
terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia.
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh (Julia
Pemberian antibitotik bertujuan untuk
memberikan terapi kausal terhadap kuman
Fitriany, 2018). Diketahui bahwa hemoglobin
penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika pasien 8,8mg/dL. Nilai batas normal kadar Hb
definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi menurut World Health Organization 2001 yaitu

5
Universitas Negeri Gorontalo; Jurnal kefarmasian, Vol. 1 No. 1, desember 2022

untuk umur 5-11 tahun < 11,5 g/dL, umur 12- Referensi
14 tahun ≤ 12,0 g/dL sedangkan diatas 15 tahun
Astuti, P. R. (2018) Pengaruh Pengobatan
untuk perempuan > 12,0 g/dL dan laki-laki >
Tuberkulosis Terhadap Jumlah Trombosit
13,0 g/dL (Valerie I. R. Gunadi, 2016). Selain
Pada Pasien Tuberkulosis Paru 2 dan 5 Bulan.
ditinjau dari nilai Hb, pemeriksaan Hb juga dapat
Thesis: Universitas Muhamadiyah Semarang
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
atau cara. Menurut Kiswari R (2014) yaitu Amin, Z., & Bahar, A. (2009). Tuberkulosis paru.
Metode Tallquist, dimana dengan membandingkan Dalam A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, A. Idrus,
darah asli dengan suatu skala warna yang M. S. K, & S. Setiati, Ilmu Penyakit Dalam
bergradasi mulai dari warna merah muda smpai (4th ed., hal 2230-2238). Jakarta:
InternaPublishing
warna merah tua (10-100%). Selanjutnya, metode
Cu-Sulfat. Pada metode ini digunakan untuk Bashir, A. B., S. A. Abdallah., and A. A.
menetapkan kadar hemoglobin, terkait untuk Mohamedani. 2015. Anemia Among Patients
mendapatkan donor yang cocok dan sehat. With Pulmonary Tuberculosis In Port Sudan,
Selanjutnya, metode Sahli. Pada metode Sahli Eastern Sudan. International Journal of Recent
merupakan penetapan hemoglobin secara visual. Scientific Research.
Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin,
Dahlan Z. 2009. Pneumonia, dalam Sudoyo AW,
dilakukan dengan mengencerkan campuran larutan
dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama
Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
dengan warna standart di tabung gelas.
Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
Selanjutnya, metode Fotoelektrik Kolorimeter,
dengan cara ini kita mendapatkan hasil kadar Ennie S. Ariyanti, Ni kadek, Dhyanaputi, I Gusti
Hemoglobin dengan lebih teliti dibandingkan cara Ayu Sri dan Sundaari. 2020. Gambara kadar
visual. Kesalahannya berkisar 2%. Hemoglobin pada Penderita Tuberkulosis
Paru. Thesis: Politeknik Kesehatan Denpasar
Pada terapi farmakologi yang disarankan
yaiu pemberian asam folat dan vitamin B12. Karena Kalma, Rafika, A. R. Bachtiar. 2019. Trombosit
asam folat berperan dalam metabolisme asam dan Hemoglobin Pada Pasien Tuberkulosis
amino yang diperlukan dalam pembentukan sel Konsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
darah merah dan sel darah putih dalam Jurnal Media Analis Kesehatan.
pematangannya dan pemberian vitamin B12
dibutuhkan untuk melepaskan folat sehingga Lee S.W., Kang Y.A., Yoon Y.S., Um S.W., Lee
membantu pembentukan sel - sel darah merah S.M., Yoo C.G., et all. 2006. ‘The Prevalence
(Almatsier, 2008). And Evolution of Anemia With Tuberculosis’.
Jurnal Med Sci
Simpulan
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, et al.
bahwa pada diagnosis awal pasien Tn. SD Infectious Diseases Society of
mengalami TB paru, pneumonia dengan beberapa America/American Thoracic Society consensus
penyakit penyerta salah satunya yaitu anemia. guidelines on the management of community-
Namun pasien tdak mendapatkan terapi OAT acquired pneumonia in adults. Clin Infect Dis
melainkan hanya diberikan terapi berupa antibiotik 2007; 44: Suppl. 2, S27–S72. Tersedia di :
untuk mengatasi pneumonia serta dilakukan www.thoracic.org/sections/publications/state
transfusi prc untuk menangani anemia pada Tn. ments/ pages/mtpi/idsaats-cap.html [Diakses
SH. Pada terapi farmakologi yang disarankan yaiu 3 Maret 2017].
pemberian asam folat dan vitamin B12.
Puspasari, S. F. A. (2019). Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Yogyakarta: PT.Pustaka Baru.
Satrio Wahyu Sadewo., Abdul Salam., Ambar
Rialita. 2016. Gambaran Status Anemia pda

6
Universitas Negeri Gorontalo; Jurnal kefarmasian, Vol. 1 No. 1, desember 2022

Pasien Tuberkulosis Paru di Unit pengobatan


Penyakit Paru-Paru Provinsi Kalimantan Barat.
Program Studi Pendidikan Dokter: FK
UNTAN
WHO. 2015. Global Tuberculosis Report.
Geneva: Word Health Organitation.

Anda mungkin juga menyukai